Anda di halaman 1dari 11

Journal of Indonesian History 9 (1) (2020)

Journal of Indonesian History

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih
Budaya Gastronomi dalam Pengembangan Desa Wisata di Sulawesi Selatan

Syamsu Rijal, Lily Diana Fitry, Faisal Akbar Zaenal


Politeknik Pariwisata Makassar
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Cita rasa makanan yang berasal dari pedesaan biasanya memiliki keunikan yang berbeda dengan
Diterima Juni 2020 daerah lainnya. Semisal untuk Suku Makassar, terdapat Konro, Coto, Pallumara, Pallubasa sedangkan
Disetujui Juli 2020 Suku Bugis, terdapat Barongko, Nasu’ Palekko, dan Gammi Bete-bete. Namun makanan tradisional
Dipublikasikan Juli 2020 tersebut kurang begitu menjadi identitas desa, bahkan telah mulai dilupakan. Malahan lebih populer
________________ di perkotaan. Oleh karena itu, penelitian ini hadir untuk mengungkap gastronomi melalui
Keywords: pengembangan desa wisata di Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 (tujuh) desa
Gastronomi, Kuliner, wisata di provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten
Budaya Sulawesi Selatan Toraja Utara, dan Kabupaten Pinrang yang dipilih sebagai representasi wilayah yang mewakili etnik
____________________ Makassar, Bugis, dan Toraja, Responden penelitian ini sebanyak 400 orang wisatawan yang dipilih
dengan metode purposive random sampling. Teknik pengumpulan data dengan melakukan
wawancara, kritik sumber, intepretasi dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa karakteristik produk gastronomi sebagai daya tarik wisata sebahagian besar
berasal dari asimilasi budaya dengan budaya China dan Arab. Kendala yang dihadapi dalam
pengembangan potensi gastronomi adalah belum adanya standardisasi produk, keterampilan
masyarakat dalam pengolahan dan penyajian serta ketersediaan bahan baku pada desa wisata.
Mengembangkan gastronomi diperlukan strategi pemodelan pengelolaan desa wisata yang lebih
baik dan terencana mengingat persepsi yang sangat positif dari wisatawa yang berkunjung untuk
menikmati gastronomi

Abstract
___________________________________________________________________
The taste of the food that you like from the countryside, usually has a uniqueness that is different from other
regions. For example, for the Makassar tribe, there are Konro, Coto, Pallumara, Pallubasa, while the Bugis,
there are Barongko, Nasu 'Palekko, and Gammi Bete-bete. However, this traditional food is less of a village
identity, and has even begun to be forgotten. In fact, it is more popular in urban areas. Therefore, this research
is here to reveal gastronomy through the development of tourist villages in Sulawesi Selatan. This research was
conducted in 7 (seven) tourist villages in the province of South Sulawesi, namely Takalar Regency, Jeneponto
Regency, North Toraja Regency, and Pinrang Regency which were selected as regional representations
representing ethnic Makassar, Bugis, and Toraja, as many as 400 respondents. tourists selected by purposive
random sampling method. Techniques to ensure data by conducting interviews, sources of criticism,
interpretation and historiography. Based on the results of the study, it can be denied that these factors are
considered a gastronomic product as a tourist attraction, mostly derived from cultural assimilation with Chinese
and Arabic cultures. The obstacles that are applied in developing gastronomic potential are the absence of
standardization of products, community skills in processing and serving as well as raw materials in tourist
villages. Developing gastronomy requires a better and planned tourism village management modeling strategy to
appreciate the very positive perceptions of tourists who visit to enjoy gastronomy.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6633
Ruang Jurnal Sejarah, Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: rijal@poltekparmakassar.ac.id

17
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

PENDAHULUAN Belanda Tentang Turisme Di Hindia Belanda


(1909-1940)”). Dengan adanya makanan
Makanan menjadi nafas keberlangsungan Bumiputera yang dipasarkan di hotel berkelas
sejarah manusia. Sekelompok orang dapat seperti yang dimiliki Kolonial Belanda,
berperang dan menjalin persaudaraan karena memberikan akses ekonomi, baik sebagai juru
makanan. Semisal, pada saat Kerajaan Kembar masak, penyedia bahan yang dapat
Gowa-Tallo dipindahkan ke Somba Opu menguntungkan masyarakat Bumiputera.
menjadikan kerajaan tersebut sebagai pusat Dalam pengembangan wisata dalam
bandar niaga di wilayah timur nusantara. konteks yang lebih kekinian seperti wisata desa
Rempah-rempah sebagai bahan rebutan berbagai sebagai bentuk penerapan pariwisata alternatif
negara Eropa dengan sangat mudah didapatkan telah menjadi salah satu hal yang mendapat
di Sombaopu. Terjadi ketegangan yang terus perhatian dalam kurun waktu beberapa tahun
menerus menerus, baik Belanda, Inggris dan para terakhir. Berbagai daerah di Indonesia mulai
pedagang Bumiputera. Mereka berperang karena menggali dan mengidentifikasi potensi – potensi
makanan (rempah-rempah) (Poelinggomang, yang dimiliki dalam ruang lingkup perdesaan,
2002:9-12). Untuk itu, makanan menjadi sajian baik berupa alam, budaya maupun kreatifitas
yang cukup penting untuk melihat perkembangan masyarakat desa guna menarik minat wisatawan
kebudayaan masyarakat. untuk ke berkunjung. Salah satu provinsi di
Makanan merupakan salah satu unsur Indonesia yang berusaha menunjukkan
paling melekat dalam kehidupan sehari-hari keunggulan potensi pariwisatanya adalah
manusia. Dalam pemikiran mazhab Annales di Sulawesi Selatan.
Prancis, melihat budaya material seperti Selain itu pola pengembangan desa wisata,
makanan memiliki hubungan yang erat dengan mayoritas masih bertumpu pada potensi
pola mentalitas masyarakat (Braudel, 1992, 1995; keindahan panorama alam, pertanian dan
Rahman, 2016:12). Kekuatan rempah masakan perkebunan serta sejarah sebagai faktor penarik
yang berasal dari Bugis dan Makassar menjadi minat kunjungan wisatawan di Sulawesi Selatan.
indikasi tersendiri karakter masyarakatnya. Motivasi kunjungan wisatawan mancanegara ke
Makanan seperti konro menjadi ciri khas Sulawesi Selatan didasarkan pada motivasi
makanan Bugis Makassar, dengan kekuatan budaya sehingga perlu dilakukan kajian lebih
rempah dan campuran yang khas mendalam terkait pola pengembangan potensi
mengindikasikan bahwa masyarakat dari kedua desa wisata di Sulawesi Selatan (Prayitno).
etnis tersebut memiliki karakter yang kuat. Berkaitan dengan hal tersebut bahwa destinasi
Dalam kegiatan pariwisata pada masa berkaitan dengan sebuah tempat atau wilayah
Kolonial Belanda, dikenal istilah rijsttafel yang yang mempunyai keunggulan dan ciri khas, baik
berarti sajian nasi dengan berbagai macam lauk secara geografi maupun budaya, sehingga dapat
seperti ayam, perkedel, udang, dendeng, kepiting, menarik wisatawan untuk melakukan kunjungan
telur asin, serta beberapa sayuran, seperti sayur dan menikmati berbagai atraksi wisata yang
lodeh, sayur keluak, dan krupuk. Dalam disuguhkan (Gede Wijaya).
beberapa catatan Bemmelen (1896) yang Keragaman kuliner khas sebagai bagian
dihimpun oleh Achmad Sanjayadi, makanan dari kekayaan budaya yang patut untuk
jenis rijsttafel dipasarkan dibeberapa hotel di dikembangkan sebagai bagian dari atraksi wisata
Batavia seperti Hotel Cavadino, Grand Hotel di desa wisata. Namun pada kenyataannya
Java, Hotel der Nederlanden, Hotel des Indes, potensi kuliner belum dikemas sepenuhnya
Hotel Musch, Hotel Ortt, dan Hotel Ernst menjadi salah satu atraksi wisata unggulan desa
(Sunjayadi, “Mengabadikan Estetika: Fotografi wisata di Sulawesi Selatan. Warisan kuliner khas
Dalam Promosi Pariwisata Kolonial Di Hindia- daerah dan cukup terkenal di masyarakat
Belanda”; Sunjayadi, “Kabar Dari Koloni: nusantara. Rumah makan yang menawarkan
Pandangan Dan Pemberitaan Surat Kabar Coto Makassar dan Konro sudah tersebar dan

18
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

dengan mudah ditemukan di berbagai daerah di Peningkatan kesejahteraan masyarakat


bumi nusantara. Menempatkan kuliner Sulawesi juga telah mendorong timbulnya perilaku
Selatan cukup dikenal baik oleh masyarakat di menikmati makan sebagai bagian dari gaya hidup
luar Sulawesi Selatan. Pada umumnya orang (lifestyle) masyarakat khususnya di kawasan
hanya mengenal kuliner khas seperti Coto perkotaan (urban). Banyak keluarga dan individu
Makassar, Konro, Pallumara, Sop Saudara, Mie yang mengisi liburan ke berbagai daerah untuk
Kering, Jalangkote, Pisang Ijo, dan Pisang Epe mencicipi menu tradisional yang baru dan
yang merupakan ikon kuliner Kota Makassar. menarik, serta menyelenggarakan kegiatan
Bila dikaji lebih dalam akan ditemukan bahwa tertentu dengan menyediakan makanan dan
begitu banyak jenis kuliner khas Sulawesi Selatan minuman tradisional yang pada akhisrnya
yang terdapat di kabupaten khususnya di desa- mendorong berkembangnya aktivitas wisata
desa yang belum dikenal secara luas yang kuliner.
berpotensi menjadi sebuah produk unggulan. Mengangkat potensi kuliner tradisional
Terbatasnya informasi tentang potensi sebagai daya tarik wisata khususnya pada desa
ragam kuliner membuat wisatawan yang datang wisata, diperlukan strategi yang komprehensif
kesulitan dalam mencari kuliner khas suatu yaitu mengidentifikasi jenis-jenis makanan
daerah yang berada pada Sulawesi Selatan. Baik tradisional yang memiliki peluang untuk
mengenai nama, rasa, bahkan lokasinya, dikembangkan sebagai ikon dan daya tarik
sementara aktivitas wisata kuliner memiliki wisata. Memetakan situasi dan kondisi yang
kemampuan menjadi suatu potensi alternatif melingkupi perkembangan kuliner tradisional
dalam mendukung pengembangan suatu seperti popularitas jenis makanan, penyediaan
kawasan destinasi pariwisata selain wisata alam. makanan di restoran, teknologi memasak, dan
Wisata kuliner senantiasa menjadi bagian dari tata cara penyajian; tipologi pasar (culinary
jenis wisata yang ada, karena tidaklah lengkap tourism) dan merancang berbagai bentuk kegiatan
suatu aktivitas wisata apabila wisatawan tidak event culinary yang diintegrasikan dengan daya
mencicipi kuliner khas pada suatu destinasi tarik wisata.
pariwisata yang dikunjungi. Dewasa ini minat Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya
wisatawan dalam mencari dan mencicipi kuliner mengangkat potensi kuliner tradisional yang
khas suatu daerah semakin tinggi yang dapat sangat variatif sebagai salah satu daya tarik
dilihat dari maraknya komunitas-komunitas wisata kuliner desa wisata. Sehingga diharapkan
pencinta kuliner yang bermunculan sehingga dapat menjadi pemicu dan pemacu upaya
dapat diasumsikan bahwa kuliner memiliki masyarakat dalam melestarikan makanan dan
potensi besar untuk dikembangkan sebagai daya minuman tradisional sebagai warisan kekayaan
tarik wisata unggulan. budaya masyarakat pada masa lalu. Potensi
Kekayaan desa wisata, sisi lain memiliki pariwisata minat khusus wisata kuliner serta
potensi besar dikembangkan destinasi wisata penggerak perekonomian serta meningkatkan
kuliner (culinary tourism) (Smith and Xiao). Hal kualitas kesehatan masyarakat perdesaan melalui
tersebut disebabkan oleh kekayaan budaya dari makanan yang sehat, berkualitas dan menarik.
masyarakat yang sangat heterogen serta tinggalan Alhasil, mewujudkan desa wisata di masa depan
asimilasi budaya masyarakat masa lampau yang yang lebih baik.
memiliki kuliner khas tersendiri. Berkembangnya
wisata kuliner juga merupakan peluang bagi METODE
masyarakat pedesaan untuk mengembangkan Penelitian ini menggunakan
makanan dan minuman khas tradisional agar pendekatan kualitatif sesuai dengan tujuan
bisa dikenal oleh masyarakat secara lebih luas,
dan sasaran studi yang ingin dicapai.
sekaligus meningkatkan daya tarik wisatawan
untuk berkunjung ke Sulawesi Selatan. Permasalahan yang ada di dalam kehidupan
suatu objek, dihubungkan dengan

19
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

pemecahan suatu masalah, baik dari sudut


pandang teoritis maupun empiris. Dalam
hal ini, potensi kuliner tradisional sebagai ……………….......………....…(1)
salah satu daya tarik minat kunjungan Keterangan :
wisatawan sekaligus pemicu citra desa n : Jumlah sampel
sebagai desa wisata yang diminati. z : skor z pada kepercayaan 95 % = 1,96
Lokasi penelitian dilakukan pada 7 p : maksimal estimasi = 0,5
(tujuh) desa wisata pada kabupaten di d : alpha (0,05) atau sampling error = 5 %
provinsi Sulawesi Selatan yaitu Desa dengan demikian,
Samangki kecamatan Simbang Kabupaten n = 1,962 x 0,5(1-0,5)
Maros, Desa Pana’ kecamatan Alla 0,052
Kabupaten Enrekang, Desa Panta’nakan = 384
Lolo Kesu’ kecamatan Sanggalangi’ Responden yang dipilih adalah
Kabupaten Toraja Utara, Desa Tongke- wisatawan yang berkunjung ke desa wisata
Tongke kecamatan Sinjai Timur serta pengelola desa wisata dan terkait
Kabupaten Sinjai, Desa Massewae dengan rumusan masalah penelitian dan
kecamatan Duampanua Kabupaten pengelola desa wisata yang kredibilitasnya
Pinrang, Desa Labbo kecamatan dapat dipertanggungjawabkan karena
Tompobulu Kabupaten Bantaeng, dan Desa memiliki pengetahuan dan pengalaman
Balang Tanayya kecamatan yang berkaitan dengan permasalahan yang
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. diajukan dalam penelitian ini.
Data penelitian yang dikumpulkan Analisis data berasal dari data dengan
dalam penelitian ini adalah persepsi menggali kebenaran informasi tertentu
wisatawan terhadap kuliner tradisional dan melalui berbagai metode dan sumber
data tentang motivasi kunjungan perolehan data. Selain melalui wawancara
wisatawan ke desa wisata. Data primer dan kuesioner, peneliti bisa menggunakan
lainnya yang diperoleh dari pengelola desa dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah,
wisata adalah data tentang ragam kuliner catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi
tradisional, dan kendala pengembangan dan gambar atau foto. Masing-masing
kuliner tradisional, strategi pengembangan cara tersebut akan menghasilkan bukti atau
kuliner pada desa wisata. data yang berbeda, yang selanjutnya akan
Pada penelitian ini jumlah wisatawan memberikan pandangan (insights) yang
yang melakukan kunjungan di periode Mei berbeda pula mengenai fenomena yang
sampai dengan November 2019. Dengan diteliti. Berbagai pandangan itu akan
rumus sebagai berikut: melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal.

20
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

HASIL DAN PEMBAHASAN Pariwisata berbasis masyarakat perdesaan


1. Konsep Gastronomi adalah inti dari wisata perdesaan karena desa
Peristilahan gastronomi masih cukup wisata merupakan aktivitas yang kompleks dan
“asing” di kalangan wisatawan. Namun, tidak beragam. Dapat dilihat pada gambar berikut :
bagi mereka yang suka berbelanja wisata kuliner.
Gastronomi lebih dekat artinya dengan tata boga.
Di mana ilmu akan makanan yang baik (good
eating). Lebih singkat menyebutkan gastronomi
sebagai segala sesutu yang berhubungan dengan
kenikmatan dari makan dan minuman atau
dengan kata lain gastronomi adalah studi
mengenai hubungan antara budaya dan
makanan, di mana gastronomi mempelajari
berbagai komponen budaya dengan makanan
sebagai pusatnya seni kuliner (Fields, 2003;
Sormaz, Akmese, Gunes, & Aras, 2016;
Mayasari, 2018:55-64). Paralel dengan hal
tersebut, kuliner telah menjadi identitas yang
melekat pada suatu destinasi pariwisata karena
didalamnya terdapat gambaran tradisi budaya Gambar 1. Konsep Desa Wisata
dan identitas budaya yang menjadi data tarik Sumber: (Lane)
wisatawan.
Konsep desa wisata seringkali terjadi
2. Desa Wisata kekeliruan dengan beberapa istilah seperti
Desa wisata atau rural tourism berasal dari ekowisata, agrowisata, wisata petualangan, dan
gerakan romantisisme pada akhir abad kedelapan wisata kuliner yang dianggap berbeda dari
belas. Gerakan ini adalah gerakan revolusi aktivitas desa wisata. Sedangkan melalui
melawan norma – norma kebangsawanan, sosial berbagai literatur, para peneliti telah
dan politik dan reaksi terhadap rasionalisasi menyepakati bahwa istilah – istilah ini
terhadap alam, seni dan sastra. Gerakan ini merupakan bagian dari produk desa wisata yang
mengangkat kebudayaan lokal, alam dan kemudian dikenal dengan istilah umbrella concept.
kebiasaan masyarakat desa, serta menganjurkan
epistemologi yang didasarkan pada alam, 3. Karakteristik Produk Kuliner Tradisional
termasuk aktivitas masyarakat yang dikondisikan
Pada Desa Wisata di Sulawesi Selatan
oleh alam dalam bentuk bahasa, kebiasaan dan
Karakteristik produk kuliner merupakan
tradisi (Ayazlar and Ayazlar).
tahapan awal dan komponen yang sangat
Desa wisata melalui kacamata wisatawan
menentukan dalam pengembangan potensi
adalah destinasi pariwisata dengan citra yang
kuliner tradisional sebagai daya tarik kunjungan
lebih positif daripada citra destinasi pariwisata
wisatawan ke desa wisata. Indikator karakteristik
perkotaan, karena dipengaruhi oleh jumlah
kuliner yang menjadi acuan dalam kajian
populasi dan pemukiman yang berskala kecil,
penelitian ini terdiri dari karakteristik produk
sangat identik dengan panorama alam yang
kuliner tradisional berdasarkan kekhasan produk
ditunjang dengan kekayaan flora dan fauna.
kuliner yang identik dengan desa atau etnis,
Keramahtamahan masyarakat lokal, terjaganya
fungsi dan peran produk kuliner dalam
tradisi dan budaya lokal, potensi kuliner khas dan
kebudayaan masyarakat, ragam bahan makanan
menawarkan relaksasi dan rekreasi dalam
dalam pembuatan produk kuliner, metode dalam
suasana yang tenang dalam berwisata.
pengolahan produk kuliner, dan penyajian
produk kuliner tradisional.

21
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

Hasil analisis tanggapan reponden melalui dengan budaya masyarakat dan secara terus-
kuesioner terhadap kekhasan produk kuliner menerus terpelihara dari generasi ke generasi.
tradisional yang identik dengan desa atau etnis Termasuk bagian dari ritual budaya dan upacara
tertentu. Hal tersebut ditujukkan bahwa terdapat adat di Kabupaten Toraja Utara. Kekhasan
289 orang (72,80%) responden menyatakan produk kuliner tersebut dapat dilihat dari
bahwa produk kuliner yang dinikmati di desa penggunaan bahan, metode mamasak serta
wisata bukan merupakan kuliner tradisional yang penyajiannya yang sangat spesifik seperti piong
identik dan khas dengan desa wisata atau etnis dan pamarrasan serta produk kopi Toraja yang
pada wilayah kabupaten. sudah sangat terkenal dan diminati oleh
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan wisatawan.
Ahmad pengelola desa wisata yang menyatakan Beberapa produk kuliner tradisional khas
bahwa masyarakat desa wisata saat ini lebih lainnya disampaikan oleh Amirullah, pengelola
banyak menyiapkan kuliner umum yang diolah desa wisata Kabupaten Enrekang yang
secara instan seperti mie instan di Kabupaten mengemukakan bahwa wisatawan sangat
Pinrang. Hal tersebut disebabkan oleh menyukai beberapa produk kuliner tradisional
kemudahan dalam pengolahan tanpa yang hanya dapat dijumpai daerah tersebut.
membutuhkan tempat pengolahan khusus, Seperti nasu cemba dan deppa te’tekan/ tori’.
keterampilan khusus, dan bahan makanan lebih Bahkan salah satu produk kuliner yang banyak
mudah untuk diperoleh dan disimpan. Di sisi dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan dan sangat
lain, wisatawan yang berkunjungan juga identik dengan salah satu kampung di Kabupaten
sebahagian besar hanya memesan makanan Enrekang yaitu baje’ Kotu.
instan karena mudah dan murah. Dalam hal fungsi dan peran produk kuliner
Pendapat serupa dalam perspektif lain juga dalam kebudayaan masyarakat, hasil analisis
dikemukakan informan dari pengelola desa kuesioner menunjukkan bahwa hanya sebanyak
wisata Kabupaten Takalar. Ali Tahir bahwa 160 orang responden (40,30%) yang menyatakan
sebahagian besar kuliner yang ditawarkan kepada bahwa produk kuliner tradisional pada desa
wisatawan di desa wisata adalah produk yang wisata memiliki hubungan fungsional dengan
umum dikonsumsi oleh wisatawan seperti ikan, ritual budaya dan tradisi masyarakat setempat,
ayam dan daging yang diolah dengan digoreng dan sisanya sebanyak 237 orang (59,70%)
atau dipanggang dengan sajian saus. Hal tersebut responden mengemukakan bahwa produk
karena hanya sedikit warga desa khususnya kuliner tradisional pada desa wisata adalah jenis
kelompok ibu-ibu PKK tidak memiliki makanan tradisional yang umum dan tidak
keterampilan yang memadai dalam membuat memiliki hubungan dengan ritual budaya
olahan kuliner tradisional dan dalam kehidupan masyarakat serta hanya mencerminkan ciri
keluarga sebahagian besar tidak mengkonsumsi produk sederhana sebagaimana umumnya
dan membuat makanan tradisional kecuali dalam produk makanan lain yang dibuat serta
upacara atau ritual adat dan budaya tertentu. dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan.
Selanjutnya, sebanyak 108 orang (27,20%) Dalam hal fungsi dan peran kuliner
responden menyatakan bahwa produk kuliner tradisional dalam upacara adat dan tradisi
tradisional pada desa wisata sangat khas dan masyarakat pada desa wisata, hasil wawancara
tidak ditemukan di tempat lain. Beberapa produk dengan Ali Tahir pengelola desa wisata di
kuliner tradisional khususnya pada desa wisata di kabupaten Takalar mengemukakan bahwa
kabupaten Toraja Utara memiliki kekuatan beberapa produk kuliner tradisional di daerahnya
karakter yang sangat kental dengan identitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan
budaya masyarakat setempat. kegiatan upacara atau ritual budaya tertentu dan
Hasil wawancara dengan Marteen, masih berlangsung hingga saat ini misalnya
pengelola di desa wisata kabupaten Toraja masyarakat akan membuat umba-umba (onde-
merupakan bagian yang tidak terpisahkan onde) pada saat syukuran, apang (apem) menjadi

22
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

penganan pada hari jumat, kaddo’ minyak, responden (28,72%) menyatakan bahwa bahan
songkolo’, dan tumpi-tumpi merupakan penganan makanan yang digunakan dalam pengolahan
yang wajib disediakan pada saat perayaan kuliner tradisional cukup variatif.
maulid . Menurut keterangan Maria, pengelola
Hal tersebut sejalan dengan yang desa wisata di kabupaten Toraja Utara yang
dikemukakan oleh Maria, pengelola desa wisata menyatakan bahwa dalam pembuatan kuliner
di kabupaten Toraja Utara yang menyatakan tradisional. Menggunakan bahan-bahan
bahwa beberapa produk kuliner tradisional makanan yang sangat spesifik dan tidak umum
memiliki hubungan yang sangat kental pada saat dikonsumsi oleh etnis lain, seperti penggunaan
pelaksanaan pesta adat. Walaupun selain daun miyana dalam pembuatan pamarrasan,
kegiatan pesta adat tersebut masyarakat juga penggunaan bonggol dan batang pisang khas
secara umum membuat dan mengkonsumsi untuk pembuatan burrak manuk. Selain itu,
produk kuliner tersebut. Menurut keterangan beberapa bahan lokal yang cukup populer dalam
Anis, pengelola desa wisata di Kabupaten Sinjai kuliner tradisional Toraja adalah pemanfaatan
yang mengemukakan bahwa produk kuliner daging keluak muda maupun buah keluak yang
memiliki hubungan yang erat dengan pesta dan sudah tua serta penggunaan cabe khas Toraja
upacara adat yang dilakukan masyarakat di yang bentuknya seperti paprika dan dikenal
desanya seperti upacara ma’rimpa salo dan pesta dengan nama lombok katokkon. Selain bahan
adat lainnya dimana masyarakat akan dalam pembuatan makanan tradisional, beberapa
menyiapkan berbagai makanan tradisional yang bahan lokal yang sangat identik dengan Toraja
akan digunakan dan dikunsumsi pada saat seperti terong Belanda dan markisa juga
pelaksanaan upacara adat. digunakan dalam pembuatan minuman khas
Bagi masyarakat desa, beberapa produk tradisional.
kuliner tradisional memiliki keterhubungan yang Di kawasan desa wisata lainnya seperti di
erat dengan pesta dan upacara adat karena sangat kabupaten Pinrang, pemanfaatan dan
sarat dengan kearifan dan sistem nilai masyarakat keanekaragaman bahan makanan dalam
tradisional. Hal tersebut dikemukakan oleh pengolahan makanan dan minuman oleh
Ansar, pengelola desa wisata di kabupaten masyarakat. Salah satu produk yang sangat
Bantaeng. Pada saat wawancara yang diminati wisatawan adalah makanan khas bercita
menyatakan bahwa kuliner tradisional sangat rasa pedas yang dikenal dengan nama nasu
sarat dengan makna dan kearifan lokal dimana palekko. Selain itu, produk kuliner khas Bugis
terdapat kuliner khusus yang dibuat pada setiap yang populer bagi masyarakat di desa wisata
upacara adat maupun syukuran. Semisal kue adalah nasu lekku/ likku yang merupakan kuliner
onde-onde yang terbuat dari beras ketan yang dengan menggunakan bahan berupa lengkuas
bermakna kemakmuran dan sumber kehidupan, yang dirajang/ diparut sebagai bumbu utama dan
gula merah dengan harapan pemilik rumah/ dimasak menyerupai opor. Saat ini di desa wisata
yang melaksanakan hajatan akan diberikan juga membuat innovasi produk minuman kopi
keberkahan hidup (manis) serta kelapa yang yang terbuat dari biji salak.
bermakna gurih (janna) sebagai lambang dari Pada desa wisata di Kabupaten Enrekang,
harapan kesejahteraan serta kehidupan yang juga memiliki keanekaragaman bahan makanan
langgeng. yang dimanfaatkan dalam pengolahan kuliner
Dalam penggunaan ragam bahan tradisional. Menurut penjelasan Amirullah,
makanan dalam pembuatan produk kuliner pengelola desa wisata di kabupaten Enrekang
tradisional, persepsi wisatawan secara umum yang mengemukakan bahwa kuliner tradisional.
menyatakan bahwa dalam pembuatan kuliner Daerah ini sangat kaya dengan pemanfaatan
tradisional menggunakan bahan makanan yang bahan dasar lokal yang sudah lama dikenal
tidak lazim dikenal dan dimanfaatkan sebagai sangat identik di daerah tersebut seperti
bahan makanan, serta sebanyak 114 orang pemanfaatan daun cemba (sejenis tanaman asam)

23
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

sebagai bahan yang memberikan sensasi rasa pembuatannya menggunakan keterampilan


asam segar dalam pembuatan nasu cemba, khusus.
pengolahan kuliner berbahan dasar dangke Pendapat sejenis juga dikemukakan oleh
(sejenis keju lokal yang terbuat dari susu kerbau). Ali Tahir, pengelola desa wisata di kabupaten
Selain itu, penggunaan beras ketan khas Takalar dan Anis, pengelola desa wisata di Sinjai.
Enrekang yang dikenal dengan nama pulu’ Kedua pengelola wisata ini menjelaskan bahwa
mandoti yang dijadikan makanan khas dan dalam pembuatan beberapa produk kuliner oleh
dikenal dengan nama songkolo’/ sokko’. masyarakat dengan metode yang sangat
Lain halnya dengan desa wisata di tradisional serta sarat dengan kearifan lokal dan
Kabupaten Maros yang juga menggunakan kepercayaan masyarakat. Produk kuliner seperti
bahan-bahan khas yang banyak dijumpai pada tape dipercaya oleh masyarakat bahwa hanya
saat musim hujan di areal persawahan. Menurut dapat dibuat oleh wanita yang dalam keadaan
Hera, pengelola desa wisata di Kabupaten Maros bersih (paccing), tidak dalam keadaan
dalam pelaksanaan wawancara menyatakan berhalangan (haid), serta tidak boleh
bahwa masyarakat pada desa wisata sangat mengucapkan dan bertutur kata yang tidak
gemar membuat kuliner tradisional berupa senonoh. Apabila hal tersebut dilanggar maka
lawara/ lawa’ yang terbuat dari daun pakis, diyakini bahwa produk tape yang dibuat akan
jantung pisang, pisang batu muda, atau jamur gagal.
payung (pippi’) dan kelapa parut . Untuk bahan Hal lain berhubungan dengan karakteristik
utama biasanya masyarakat membuat kuliner produk kuliner adalah penyajian produk kuliner
tradisional dengan bahan ikan gabus atau belut. tradisional. Menurut persepsi wisatawan,
Bahan-bahan tersebut dapat dengan mudah sebanyak 224 orang (56,42%) responden
dijumpai pada kawasan desa wisata khususnya menyatakan bahwa kuliner tradisional di desa
pada musim tertentu. wisata disajikan dengan sangat menarik pada
Keunikan lain dari kuliner tradisional tatakan tradisional menggunakan wadah alami
dalam hal metode pengolahan produk kuliner seperti bambu, daun lontar, tempurung kelapa,
menunjukkan bahwa menurut persepsi dan daun pisang. Selain bahan penyajian yang
wisatawan pada desa wisata, sebanyak 230 orang alami, penggunaan bahan penyajian yang eksotik
(57,93%) responden mengemukakan bahwa tersebut juga memberikan dampak terhadap
metode pengolahan produk kuliner pada desa selera makan karena dinikmati di suasana alam,
wisata sangat atraktif dan unik, serta sisanya menggunakan bale-bale dan tikar serta bergaya
sebanyak 167 orang (42,07%) responden lesehan. Selain itu, terdapat 173 orang (47,58%)
mengemukakan bahwa metode pengolahan responden yang menyatakan bahwa produk
produk kuliner sudah cenderung modern dan kuliner tradisional disajikan dengan
tidak berbeda dengan produk kuliner lainnya. menggunakan peralatan yang modern dengan
Menurut penjelasan Maria pengelola desa menggunakan pring, gelas dan sendok
wisata di kabupaten Toraja Utara, pada saat sebagaimana halnya di restoran dan rumah
pelaksanaan wawancara mengemukakan bahwa makan pada umumnya sehingga tidak terlalu
dalam pembuatan produk kuliner, metode berkesan sebagai desa wisata.
pengolahan yang dilakukan masih secara Dalam hal penyajian produk kuliner
tradisional misalnya dengan menggunakan tradisional pada desa wisata, Maria selaku
bambu, memanggang dengan api terbuka tanpa pengelola desa wisata di kabupaten Tana Toraja
menggunakan kompor atau tungku masak. menjelaskan bahwa produk kuliner tradisional di
Beberapa kuliner tradisional lainnya seperti Toraja Utara yang sebagian besar diolah dan
dalam pembuatan kue bannang-bannang/ nennu’- dimasak dengan memanggang menggunakan api
nennu’/ uhu’-uhu, proses pembuatannya terbuka di dalam bambu, maka penyajian
menggunakan tempurung kelapa tua yang makanan tradisional tersebut juga tetap disajikan
dilubangi menyerupai saringan, serta dengan menggunakan bambu. Untuk produk

24
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

makanan lain, penyajiannya dilakukan belum ada desa wisata yang memenuhi aspek
menggunakan piring, gelas dan sendok seperti persyaratan legalitas
halnya makanan modern namun tetap dilengkapi Di sisi lain, pemerintah daerah
dengan cuci tangan/ kobokan. secara umum blum menjadikan desa wisata
sebagai salah satu daya tarik wisata unggulan
4. Strategi Pengembangan Kuliner walaupun diketahui bahwa potensi dan daya
Tradisional Pada Desa Wisata Di Provinsi tarik wisata pada seluruh kabupaten di provinsi
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan sebahagian besar terletak di
Strategi pengembangan produk kuliner desa namun perspektif pariwisata berbasis desa
tradisional merupakan analisis terhadap wisata belum dibuat dan direncanakan. Seperti
kebijakan dan langkah strategis yang dilakukan halnya Kete’ Kesu’ yang sudah sejak lama dikenal
oleh desa wisata dalam mengembangkan potensi sebagai daya tarik wisata budaya unggulan
kuliner tradisional sebagai daya tarik kunjungan Toraja Utara, bahkan telah ditetapkan sebagai
wisatawan. Indikator strategi pengembangan warisan budaya UNESCO namun hal tersebut
kuliner tradisional dalam kajian penelitian ini sebatas pemahaman bahwa daya tarik wisata
terdiri dari kebijakan pemerintah daerah dan tersebut bukan daya tarik wisata budaya di desa
desa, organisisi dan kelembagaan, wisata. Hal tersebut ikut berdampak pada
pengembangan produk kuliner tradisional, kepedulian masyarakat dan dampak ekonomi
pengembangan SDM, pengembangan pasar dan terhadap masyarakat disekitar kawasan daya
pemasaran produk kuliner tradisional tarik wisata. Untuk itu secara bertahap dan
Kebijakan pemerintah daerah berkelanjutan setelah pemerintah melalui
dan desa dalam pengembangan potensi kuliner kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif
dan pengembangan desa wisata merupakan menjadikan desa wisata sebagai salah satu
langkah strategis untuk mengangkat potensi program unggulan, pemerintah daerah dan desa
budaya masyarakat terkait bidang kuliner beserta mulai berbenah untuk menjadikan desa potensi
dampak ekonomi dan sosial budaya yang sebagai desa wisata.
ditimbulkannya melalui perencanaan dan Selanjutnya dalam hal
pengelolaan yang baik. Kebijakan pemerintah organisisi dan kelembagaan dalam pengelolaan
sangat dibutuhkan mengingat keseluruhan desa wisata, sebahagian besar daya tarik dan
dukungan dan pihak-pihak yang terkait dengan potensi kuliner tradisional tidak dikelola oleh
pengembangan potensi kuliner akan sangat masyarakat desa tetapi oleh pengusaha secara
ditentukan oleh arah kebijakan pengembangan perorangan yang membuat usaha pariwisata di
oleh pemerintah kabupaten dan desa. sekitar obyek wisata seperti hotel dan restoran.
Menurut keterangan Maria Untuk dapat mengoptimalkan dampak berganda
pengelola desa wisata di kabupaten Toraja Utara, sektor pariwisata dalam konteks pengembangan
meskipun desa wisata sudah lama dikenal sebagai pariwisata berbasis masyarakat, maka
salah satu daya tarik utama wisatawan di Toraja kelembagaan dan pengelolaan desa wisata harus
Utara. Namun fakta menunjukkan bahwa desa dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa
wisata tersebut belum ditetapkan secara formal (BUMDes) atau gabungan beberapa desa sekitar
sebagai desa wisata oleh pamerintah kabupaten yang membentuk BUMDes bersama.
dan atau provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini Menurut keterangan Hera
berdampak pada dukungan pemerintah pengelola desa wisata di kabupaten Maros yang
kabupaten dan provinsi terhadap pengembangan mengemukakan bahwa hingga saat ini Badan
potensi desa wisata. Demikian halnya dengan Usaha Milik Desa pada bidang usaha pariwisata
desa wisata lainnya yang secara keseluruhan belum terbentuk. Sehingga pengelolaan usaha
telah dikenal sebagai desa wisata namun legal penjualan kuliner tradisional dan penginapan di
formal penetapan desa wisata oleh pemerintah sekitar daya tarik wisata dilakukan oleh
belum dilakukan sehingga dalam hal kebijakan, masyarakat dari luar desa yang memiliki

25
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

kemampuan ekonomi lebih baik dan mampu difokuskan pada pengolahan dan penyajian
membeli tanah di desa wisata untuk dijadikan makanan tradisional. Dengan demikian
usaha pariwisata. Akibatnya masyarakat kurang diharapkan strategi tersebut dapat meningkatkan
merasakan manfaat pariwisata pada desa wisata kualitas produk kuliner tradisional,
karena tidak memiliki akses ekonomi meningkatkan inovasi produk kuliner tradisional,
kedalamnya. dan meningkatkan minat kunjungan wisatawan
Untuk itu dibutuhkan strategi untuk berkunjung ke desa wisata.
pengembangan kelembagaan dan pengelolaan
desa wisata khususnya kuliner tradisional yang SIMPULAN
dikembangkan dan dilekola oleh masyarakat Strategi pengembangan produk kuliner
desa melalui Badan Usaha Milik Desa. Hal tradisional merupakan analisis terhadap
tersebut untuk dapat meningkatkan partisipasi kebijakan dan langkah strategis yang dilakukan
dan kepedulian masyarakat terhadap kemajuan oleh desa wisata dalam mengembangkan potensi
ekonomi dan perlindungan terhadap warisan kuliner tradisional sebagai daya tarik kunjungan
budaya kuliner serta perlindungan terhadap wisatawan. Indikator strategi pengembangan
pelestarian alam karena masyarakat merasa kuliner tradisional dalam kajian penelitian ini
sebagai bagian intergral dalam pengembangan terdiri dari kebijakan pemerintah daerah dan
desa wisata dan mereka adalah pihak yang akan desa, organisisi dan kelembagaan,
menikmati secara langsung manfaat dari pengembangan produk kuliner tradisional,
pengembangan desa wisata. pengembangan SDM, pengembangan pasar dan
Strategi lain yang perlu pemasaran produk kuliner tradisional.
dilakukan oleh pemerintah daerah dan
pemerintah desa adalah pengembangan produk DAFTAR PUSTAKA
kuliner tradisional sehingga produk tersebut
selain unik juga dapat bersaing dengan produk Ayazlar, G., and R. A. Ayazlar. Rural Tourism: A
kuliner kekinian dalam hal cita rasa dan Conceptual Approach/Tourism, Environment and
Sustainability. Sofia. T. Kliment Ohridski
penampilan produk kuliner. Sampai saat ini,
University Press. 2015.
produk kuliner tradisional pada desa wisata
Braudel, Fernand. Civilization and Capitalism, 15th-18th
masih dikelola oleh warga desa yang secara
Century, Vol. III: The Perspective of the World. Vol.
keseluruhan kurang terlatih dan hanya mengolah 3, Univ of California Press, 1992.
makanan dari pengalaman memasak secara ---. The Mediterranean and the Mediterranean World in the
turun-temurun dari orang tua dan keluarga. Age of Philip II: Volume II. University of
Untuk itu diperlukan program pengembangan California Press Oakland, CA, 1995.
kapasitas dan keterampilan pengolahan kuliner Fields, Kevin. “Demand for the Gastronomy Tourism
tradisional melalui pelatihan. Product: Motivational Factors.” Tourism and
Gastronomy, Routledge, 2003, pp. 50–64.
Menurut penjelasan Maria
Gede Wijaya, A. A. Pengembangan Desa Wisata
pengelola desa wisata di kabupaten Toraja Utara
Tenganan Pegringsingan Di Desa Tenganan
mengemukakan bahwa program pengembangan
Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem.
SDM masyarakat desa telah dilakukan fasilitasi Tesis S2 Kajian Pariwisaa Unud, 2008.
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Lane, B. Rural Tourism: An Overvie The Sage Handbook
melalui Dinas Pariwisata kabupaten Toraja of Tourism Studies (ITazim Jamal, Mike Robinson,
Utara, namun jenis pelatihan yang dilakukan Ed.). Sage Publications Ltd, 2009.
bersifat umum, sementara yang sangat Poelinggomang, Edward. Makassar Abad XIX. Studi
dibutuhkan oleh masyarakat desa wisata adalah Tentang Kebijakan Maritim. Kepustakaan
keterampilan yang lebih teknis tentang Indonesia Popular, 2002.
Prayitno, Ir Budi. Pengaruh Faktor Psikografi Kunjungan
pengolahan produk kuliner tradisional. Untuk itu
Pasar Wisman Terhadap Pengembangan Produk
di masa mendatang diharapkan kiranya pelatihan
Wisata Di Sulawesi Selatan. [Yogyakarta]:
terhadap masyarakat desa wisata agar dapat Universitas Gadjah Mada, 2010.

26
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27

Rahman, Fadly. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan


Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, 2016.
Smith, Stephen L. J., and Honggen Xiao. “Culinary
Tourism Supply Chains: A Preliminary
Examination.” Journal of Travel Research, vol.
46, no. 3, Sage Publications Sage CA: Los
Angeles, CA, 2008, pp. 289–99.
Sormaz, Umit, et al. “Gastronomy in Tourism.”
Procedia Economics and Finance, vol. 39, Elsevier,
2016, pp. 725–30.
Sunjayadi, Achmad. “Kabar Dari Koloni: Pandangan
Dan Pemberitaan Surat Kabar Belanda
Tentang Turisme Di Hindia Belanda (1909-
1940).” Jurnal Kajian Wilayah, vol. 5, no. 1,
2016, pp. 47–66.
---. “Mengabadikan Estetika: Fotografi Dalam
Promosi Pariwisata Kolonial Di Hindia-
Belanda.” Wacana, vol. 10, no. 2, Brill, 2008,
pp. 300–15.

27

Anda mungkin juga menyukai