http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih
Budaya Gastronomi dalam Pengembangan Desa Wisata di Sulawesi Selatan
Abstract
___________________________________________________________________
The taste of the food that you like from the countryside, usually has a uniqueness that is different from other
regions. For example, for the Makassar tribe, there are Konro, Coto, Pallumara, Pallubasa, while the Bugis,
there are Barongko, Nasu 'Palekko, and Gammi Bete-bete. However, this traditional food is less of a village
identity, and has even begun to be forgotten. In fact, it is more popular in urban areas. Therefore, this research
is here to reveal gastronomy through the development of tourist villages in Sulawesi Selatan. This research was
conducted in 7 (seven) tourist villages in the province of South Sulawesi, namely Takalar Regency, Jeneponto
Regency, North Toraja Regency, and Pinrang Regency which were selected as regional representations
representing ethnic Makassar, Bugis, and Toraja, as many as 400 respondents. tourists selected by purposive
random sampling method. Techniques to ensure data by conducting interviews, sources of criticism,
interpretation and historiography. Based on the results of the study, it can be denied that these factors are
considered a gastronomic product as a tourist attraction, mostly derived from cultural assimilation with Chinese
and Arabic cultures. The obstacles that are applied in developing gastronomic potential are the absence of
standardization of products, community skills in processing and serving as well as raw materials in tourist
villages. Developing gastronomy requires a better and planned tourism village management modeling strategy to
appreciate the very positive perceptions of tourists who visit to enjoy gastronomy.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6633
Ruang Jurnal Sejarah, Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: rijal@poltekparmakassar.ac.id
17
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
18
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
19
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
20
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
21
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
Hasil analisis tanggapan reponden melalui dengan budaya masyarakat dan secara terus-
kuesioner terhadap kekhasan produk kuliner menerus terpelihara dari generasi ke generasi.
tradisional yang identik dengan desa atau etnis Termasuk bagian dari ritual budaya dan upacara
tertentu. Hal tersebut ditujukkan bahwa terdapat adat di Kabupaten Toraja Utara. Kekhasan
289 orang (72,80%) responden menyatakan produk kuliner tersebut dapat dilihat dari
bahwa produk kuliner yang dinikmati di desa penggunaan bahan, metode mamasak serta
wisata bukan merupakan kuliner tradisional yang penyajiannya yang sangat spesifik seperti piong
identik dan khas dengan desa wisata atau etnis dan pamarrasan serta produk kopi Toraja yang
pada wilayah kabupaten. sudah sangat terkenal dan diminati oleh
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan wisatawan.
Ahmad pengelola desa wisata yang menyatakan Beberapa produk kuliner tradisional khas
bahwa masyarakat desa wisata saat ini lebih lainnya disampaikan oleh Amirullah, pengelola
banyak menyiapkan kuliner umum yang diolah desa wisata Kabupaten Enrekang yang
secara instan seperti mie instan di Kabupaten mengemukakan bahwa wisatawan sangat
Pinrang. Hal tersebut disebabkan oleh menyukai beberapa produk kuliner tradisional
kemudahan dalam pengolahan tanpa yang hanya dapat dijumpai daerah tersebut.
membutuhkan tempat pengolahan khusus, Seperti nasu cemba dan deppa te’tekan/ tori’.
keterampilan khusus, dan bahan makanan lebih Bahkan salah satu produk kuliner yang banyak
mudah untuk diperoleh dan disimpan. Di sisi dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan dan sangat
lain, wisatawan yang berkunjungan juga identik dengan salah satu kampung di Kabupaten
sebahagian besar hanya memesan makanan Enrekang yaitu baje’ Kotu.
instan karena mudah dan murah. Dalam hal fungsi dan peran produk kuliner
Pendapat serupa dalam perspektif lain juga dalam kebudayaan masyarakat, hasil analisis
dikemukakan informan dari pengelola desa kuesioner menunjukkan bahwa hanya sebanyak
wisata Kabupaten Takalar. Ali Tahir bahwa 160 orang responden (40,30%) yang menyatakan
sebahagian besar kuliner yang ditawarkan kepada bahwa produk kuliner tradisional pada desa
wisatawan di desa wisata adalah produk yang wisata memiliki hubungan fungsional dengan
umum dikonsumsi oleh wisatawan seperti ikan, ritual budaya dan tradisi masyarakat setempat,
ayam dan daging yang diolah dengan digoreng dan sisanya sebanyak 237 orang (59,70%)
atau dipanggang dengan sajian saus. Hal tersebut responden mengemukakan bahwa produk
karena hanya sedikit warga desa khususnya kuliner tradisional pada desa wisata adalah jenis
kelompok ibu-ibu PKK tidak memiliki makanan tradisional yang umum dan tidak
keterampilan yang memadai dalam membuat memiliki hubungan dengan ritual budaya
olahan kuliner tradisional dan dalam kehidupan masyarakat serta hanya mencerminkan ciri
keluarga sebahagian besar tidak mengkonsumsi produk sederhana sebagaimana umumnya
dan membuat makanan tradisional kecuali dalam produk makanan lain yang dibuat serta
upacara atau ritual adat dan budaya tertentu. dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan.
Selanjutnya, sebanyak 108 orang (27,20%) Dalam hal fungsi dan peran kuliner
responden menyatakan bahwa produk kuliner tradisional dalam upacara adat dan tradisi
tradisional pada desa wisata sangat khas dan masyarakat pada desa wisata, hasil wawancara
tidak ditemukan di tempat lain. Beberapa produk dengan Ali Tahir pengelola desa wisata di
kuliner tradisional khususnya pada desa wisata di kabupaten Takalar mengemukakan bahwa
kabupaten Toraja Utara memiliki kekuatan beberapa produk kuliner tradisional di daerahnya
karakter yang sangat kental dengan identitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan
budaya masyarakat setempat. kegiatan upacara atau ritual budaya tertentu dan
Hasil wawancara dengan Marteen, masih berlangsung hingga saat ini misalnya
pengelola di desa wisata kabupaten Toraja masyarakat akan membuat umba-umba (onde-
merupakan bagian yang tidak terpisahkan onde) pada saat syukuran, apang (apem) menjadi
22
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
penganan pada hari jumat, kaddo’ minyak, responden (28,72%) menyatakan bahwa bahan
songkolo’, dan tumpi-tumpi merupakan penganan makanan yang digunakan dalam pengolahan
yang wajib disediakan pada saat perayaan kuliner tradisional cukup variatif.
maulid . Menurut keterangan Maria, pengelola
Hal tersebut sejalan dengan yang desa wisata di kabupaten Toraja Utara yang
dikemukakan oleh Maria, pengelola desa wisata menyatakan bahwa dalam pembuatan kuliner
di kabupaten Toraja Utara yang menyatakan tradisional. Menggunakan bahan-bahan
bahwa beberapa produk kuliner tradisional makanan yang sangat spesifik dan tidak umum
memiliki hubungan yang sangat kental pada saat dikonsumsi oleh etnis lain, seperti penggunaan
pelaksanaan pesta adat. Walaupun selain daun miyana dalam pembuatan pamarrasan,
kegiatan pesta adat tersebut masyarakat juga penggunaan bonggol dan batang pisang khas
secara umum membuat dan mengkonsumsi untuk pembuatan burrak manuk. Selain itu,
produk kuliner tersebut. Menurut keterangan beberapa bahan lokal yang cukup populer dalam
Anis, pengelola desa wisata di Kabupaten Sinjai kuliner tradisional Toraja adalah pemanfaatan
yang mengemukakan bahwa produk kuliner daging keluak muda maupun buah keluak yang
memiliki hubungan yang erat dengan pesta dan sudah tua serta penggunaan cabe khas Toraja
upacara adat yang dilakukan masyarakat di yang bentuknya seperti paprika dan dikenal
desanya seperti upacara ma’rimpa salo dan pesta dengan nama lombok katokkon. Selain bahan
adat lainnya dimana masyarakat akan dalam pembuatan makanan tradisional, beberapa
menyiapkan berbagai makanan tradisional yang bahan lokal yang sangat identik dengan Toraja
akan digunakan dan dikunsumsi pada saat seperti terong Belanda dan markisa juga
pelaksanaan upacara adat. digunakan dalam pembuatan minuman khas
Bagi masyarakat desa, beberapa produk tradisional.
kuliner tradisional memiliki keterhubungan yang Di kawasan desa wisata lainnya seperti di
erat dengan pesta dan upacara adat karena sangat kabupaten Pinrang, pemanfaatan dan
sarat dengan kearifan dan sistem nilai masyarakat keanekaragaman bahan makanan dalam
tradisional. Hal tersebut dikemukakan oleh pengolahan makanan dan minuman oleh
Ansar, pengelola desa wisata di kabupaten masyarakat. Salah satu produk yang sangat
Bantaeng. Pada saat wawancara yang diminati wisatawan adalah makanan khas bercita
menyatakan bahwa kuliner tradisional sangat rasa pedas yang dikenal dengan nama nasu
sarat dengan makna dan kearifan lokal dimana palekko. Selain itu, produk kuliner khas Bugis
terdapat kuliner khusus yang dibuat pada setiap yang populer bagi masyarakat di desa wisata
upacara adat maupun syukuran. Semisal kue adalah nasu lekku/ likku yang merupakan kuliner
onde-onde yang terbuat dari beras ketan yang dengan menggunakan bahan berupa lengkuas
bermakna kemakmuran dan sumber kehidupan, yang dirajang/ diparut sebagai bumbu utama dan
gula merah dengan harapan pemilik rumah/ dimasak menyerupai opor. Saat ini di desa wisata
yang melaksanakan hajatan akan diberikan juga membuat innovasi produk minuman kopi
keberkahan hidup (manis) serta kelapa yang yang terbuat dari biji salak.
bermakna gurih (janna) sebagai lambang dari Pada desa wisata di Kabupaten Enrekang,
harapan kesejahteraan serta kehidupan yang juga memiliki keanekaragaman bahan makanan
langgeng. yang dimanfaatkan dalam pengolahan kuliner
Dalam penggunaan ragam bahan tradisional. Menurut penjelasan Amirullah,
makanan dalam pembuatan produk kuliner pengelola desa wisata di kabupaten Enrekang
tradisional, persepsi wisatawan secara umum yang mengemukakan bahwa kuliner tradisional.
menyatakan bahwa dalam pembuatan kuliner Daerah ini sangat kaya dengan pemanfaatan
tradisional menggunakan bahan makanan yang bahan dasar lokal yang sudah lama dikenal
tidak lazim dikenal dan dimanfaatkan sebagai sangat identik di daerah tersebut seperti
bahan makanan, serta sebanyak 114 orang pemanfaatan daun cemba (sejenis tanaman asam)
23
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
24
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
makanan lain, penyajiannya dilakukan belum ada desa wisata yang memenuhi aspek
menggunakan piring, gelas dan sendok seperti persyaratan legalitas
halnya makanan modern namun tetap dilengkapi Di sisi lain, pemerintah daerah
dengan cuci tangan/ kobokan. secara umum blum menjadikan desa wisata
sebagai salah satu daya tarik wisata unggulan
4. Strategi Pengembangan Kuliner walaupun diketahui bahwa potensi dan daya
Tradisional Pada Desa Wisata Di Provinsi tarik wisata pada seluruh kabupaten di provinsi
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan sebahagian besar terletak di
Strategi pengembangan produk kuliner desa namun perspektif pariwisata berbasis desa
tradisional merupakan analisis terhadap wisata belum dibuat dan direncanakan. Seperti
kebijakan dan langkah strategis yang dilakukan halnya Kete’ Kesu’ yang sudah sejak lama dikenal
oleh desa wisata dalam mengembangkan potensi sebagai daya tarik wisata budaya unggulan
kuliner tradisional sebagai daya tarik kunjungan Toraja Utara, bahkan telah ditetapkan sebagai
wisatawan. Indikator strategi pengembangan warisan budaya UNESCO namun hal tersebut
kuliner tradisional dalam kajian penelitian ini sebatas pemahaman bahwa daya tarik wisata
terdiri dari kebijakan pemerintah daerah dan tersebut bukan daya tarik wisata budaya di desa
desa, organisisi dan kelembagaan, wisata. Hal tersebut ikut berdampak pada
pengembangan produk kuliner tradisional, kepedulian masyarakat dan dampak ekonomi
pengembangan SDM, pengembangan pasar dan terhadap masyarakat disekitar kawasan daya
pemasaran produk kuliner tradisional tarik wisata. Untuk itu secara bertahap dan
Kebijakan pemerintah daerah berkelanjutan setelah pemerintah melalui
dan desa dalam pengembangan potensi kuliner kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif
dan pengembangan desa wisata merupakan menjadikan desa wisata sebagai salah satu
langkah strategis untuk mengangkat potensi program unggulan, pemerintah daerah dan desa
budaya masyarakat terkait bidang kuliner beserta mulai berbenah untuk menjadikan desa potensi
dampak ekonomi dan sosial budaya yang sebagai desa wisata.
ditimbulkannya melalui perencanaan dan Selanjutnya dalam hal
pengelolaan yang baik. Kebijakan pemerintah organisisi dan kelembagaan dalam pengelolaan
sangat dibutuhkan mengingat keseluruhan desa wisata, sebahagian besar daya tarik dan
dukungan dan pihak-pihak yang terkait dengan potensi kuliner tradisional tidak dikelola oleh
pengembangan potensi kuliner akan sangat masyarakat desa tetapi oleh pengusaha secara
ditentukan oleh arah kebijakan pengembangan perorangan yang membuat usaha pariwisata di
oleh pemerintah kabupaten dan desa. sekitar obyek wisata seperti hotel dan restoran.
Menurut keterangan Maria Untuk dapat mengoptimalkan dampak berganda
pengelola desa wisata di kabupaten Toraja Utara, sektor pariwisata dalam konteks pengembangan
meskipun desa wisata sudah lama dikenal sebagai pariwisata berbasis masyarakat, maka
salah satu daya tarik utama wisatawan di Toraja kelembagaan dan pengelolaan desa wisata harus
Utara. Namun fakta menunjukkan bahwa desa dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa
wisata tersebut belum ditetapkan secara formal (BUMDes) atau gabungan beberapa desa sekitar
sebagai desa wisata oleh pamerintah kabupaten yang membentuk BUMDes bersama.
dan atau provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini Menurut keterangan Hera
berdampak pada dukungan pemerintah pengelola desa wisata di kabupaten Maros yang
kabupaten dan provinsi terhadap pengembangan mengemukakan bahwa hingga saat ini Badan
potensi desa wisata. Demikian halnya dengan Usaha Milik Desa pada bidang usaha pariwisata
desa wisata lainnya yang secara keseluruhan belum terbentuk. Sehingga pengelolaan usaha
telah dikenal sebagai desa wisata namun legal penjualan kuliner tradisional dan penginapan di
formal penetapan desa wisata oleh pemerintah sekitar daya tarik wisata dilakukan oleh
belum dilakukan sehingga dalam hal kebijakan, masyarakat dari luar desa yang memiliki
25
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
kemampuan ekonomi lebih baik dan mampu difokuskan pada pengolahan dan penyajian
membeli tanah di desa wisata untuk dijadikan makanan tradisional. Dengan demikian
usaha pariwisata. Akibatnya masyarakat kurang diharapkan strategi tersebut dapat meningkatkan
merasakan manfaat pariwisata pada desa wisata kualitas produk kuliner tradisional,
karena tidak memiliki akses ekonomi meningkatkan inovasi produk kuliner tradisional,
kedalamnya. dan meningkatkan minat kunjungan wisatawan
Untuk itu dibutuhkan strategi untuk berkunjung ke desa wisata.
pengembangan kelembagaan dan pengelolaan
desa wisata khususnya kuliner tradisional yang SIMPULAN
dikembangkan dan dilekola oleh masyarakat Strategi pengembangan produk kuliner
desa melalui Badan Usaha Milik Desa. Hal tradisional merupakan analisis terhadap
tersebut untuk dapat meningkatkan partisipasi kebijakan dan langkah strategis yang dilakukan
dan kepedulian masyarakat terhadap kemajuan oleh desa wisata dalam mengembangkan potensi
ekonomi dan perlindungan terhadap warisan kuliner tradisional sebagai daya tarik kunjungan
budaya kuliner serta perlindungan terhadap wisatawan. Indikator strategi pengembangan
pelestarian alam karena masyarakat merasa kuliner tradisional dalam kajian penelitian ini
sebagai bagian intergral dalam pengembangan terdiri dari kebijakan pemerintah daerah dan
desa wisata dan mereka adalah pihak yang akan desa, organisisi dan kelembagaan,
menikmati secara langsung manfaat dari pengembangan produk kuliner tradisional,
pengembangan desa wisata. pengembangan SDM, pengembangan pasar dan
Strategi lain yang perlu pemasaran produk kuliner tradisional.
dilakukan oleh pemerintah daerah dan
pemerintah desa adalah pengembangan produk DAFTAR PUSTAKA
kuliner tradisional sehingga produk tersebut
selain unik juga dapat bersaing dengan produk Ayazlar, G., and R. A. Ayazlar. Rural Tourism: A
kuliner kekinian dalam hal cita rasa dan Conceptual Approach/Tourism, Environment and
Sustainability. Sofia. T. Kliment Ohridski
penampilan produk kuliner. Sampai saat ini,
University Press. 2015.
produk kuliner tradisional pada desa wisata
Braudel, Fernand. Civilization and Capitalism, 15th-18th
masih dikelola oleh warga desa yang secara
Century, Vol. III: The Perspective of the World. Vol.
keseluruhan kurang terlatih dan hanya mengolah 3, Univ of California Press, 1992.
makanan dari pengalaman memasak secara ---. The Mediterranean and the Mediterranean World in the
turun-temurun dari orang tua dan keluarga. Age of Philip II: Volume II. University of
Untuk itu diperlukan program pengembangan California Press Oakland, CA, 1995.
kapasitas dan keterampilan pengolahan kuliner Fields, Kevin. “Demand for the Gastronomy Tourism
tradisional melalui pelatihan. Product: Motivational Factors.” Tourism and
Gastronomy, Routledge, 2003, pp. 50–64.
Menurut penjelasan Maria
Gede Wijaya, A. A. Pengembangan Desa Wisata
pengelola desa wisata di kabupaten Toraja Utara
Tenganan Pegringsingan Di Desa Tenganan
mengemukakan bahwa program pengembangan
Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem.
SDM masyarakat desa telah dilakukan fasilitasi Tesis S2 Kajian Pariwisaa Unud, 2008.
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Lane, B. Rural Tourism: An Overvie The Sage Handbook
melalui Dinas Pariwisata kabupaten Toraja of Tourism Studies (ITazim Jamal, Mike Robinson,
Utara, namun jenis pelatihan yang dilakukan Ed.). Sage Publications Ltd, 2009.
bersifat umum, sementara yang sangat Poelinggomang, Edward. Makassar Abad XIX. Studi
dibutuhkan oleh masyarakat desa wisata adalah Tentang Kebijakan Maritim. Kepustakaan
keterampilan yang lebih teknis tentang Indonesia Popular, 2002.
Prayitno, Ir Budi. Pengaruh Faktor Psikografi Kunjungan
pengolahan produk kuliner tradisional. Untuk itu
Pasar Wisman Terhadap Pengembangan Produk
di masa mendatang diharapkan kiranya pelatihan
Wisata Di Sulawesi Selatan. [Yogyakarta]:
terhadap masyarakat desa wisata agar dapat Universitas Gadjah Mada, 2010.
26
Syamsu Rijal, dkk / Journal of Indonesian History 9 (1) (2020); pg. 17-27
27