PENDAHULUAN
pemerolehan devisa negara dalam jumlah yang besar. Sebagai penghasil devisa yang
kepulauan dan memiliki keindahan alam berlimpah. Selain itu Indonesia memiliki
ragam budaya yang begitu variatif dan unik, serta masyarakatnya yang ramah
pariwisata.
Industri pariwisata merupakan industri yang besar karena produknya tidak dapat
pariwisata dapat membawa semua pihak untuk secara bebas memanfaatkan semua
Meski begitu peranan pariwisata yang dianggap penting tidak dapat terlepas dari
1
2
budaya. Oleh sebab itu munculah istilah pariwisata seperti dua sisi mata pisau
dimana di satu sisi pariwisata dinilai dapat mempreservasi budaya namun di sisi lain
pariwisata justru dianggap merusak nilai budaya itu sendiri (Bum dan Holden dalam
Ardika 2007:94). Hal ini menjadi kritikan penting bagi para stakeholder pariwisata.
Hingga saat ini peranan pariwisata masih menjadi perdebatan di antara berbagai
pakar atau akademisi khususnya dalam hal preservasi budaya. Tergesernya pola
Pitana dan Diarta (2009:75) menyatakan bahwa sumber daya budaya merupakan
alasan yang biasanya menjadi latar belakang wisatawan melakukan suatu perjalanan
wisata. Oleh sebab itu meski masih menjadi polemik dalam hal pengembangannya,
kerajinan sulaman Karawo. Sebagai provinsi baru, Gorontalo mulai mandiri dalam
satu sektor yang mendapat perhatian penuh dari pemerintah mengingat sumber daya
di Indonesia yang kaya akan berbagai atraksi menarik. Destinasi Gorontalo juga
memiliki berbagai atraksi yang indah dan memukau seperti pantai, taman bawah laut,
wahana pemandian seperti waterboom dan waterpark, desa religi, air terjun, dan
kerajinan sulaman Karawo beserta festival budaya Karawo. Keberadaan daya tarik
tersebut didukung dengan adat dan budaya yang unik serta lestari hingga saat ini.
Pengembangan daya tarik wisata alam dan buatan yang dipadukan dengan keunikan
Suatu karya seni budaya biasanya menjadi penunjang berbagai atraksi wisata
yang ditawarkan destinasi pariwisata. Namun di Gorontalo salah satu karya seni
budaya dapat berperan ganda sebagai cinderamata khas daerah dan sebagai daya tarik
wisata. Karya seni budaya tersebut adalah sulaman Karawo. Karawo merupakan
ekspresi budaya tradisional dalam bentuk sulaman yang diwariskan secara turun
temurun dan dinilai memiliki estetika seni yang tinggi. Saat ini berbagai upaya dalam
Karawo.
sebagai suatu daya tarik karena sejarahnya yang panjang dan keunikan yang ada pada
mengadakan festival budaya Karawo. Festival budaya tersebut sudah menjadi agenda
tahunan pemerintah provinsi dan dilaksanakan secara besar-besaran sejak tahun 2011
hingga saat ini. Tujuan pemerintah dalam pelaksanaan festival ini untuk
sulaman Karawo hingga ke tingkat dunia secara tidak langsung menjadi promosi
aksesibilitas yang memadai, amenitas atau akomodasi dan berbagai fasilitas yang
anciallary.
(satuan kerja perangkat daerah) kota dan kabupaten di Gorontalo serta turut
berperan aktif. Perhelatan akbar ini disaksikan oleh banyak masyarakat hingga
menteri dan beberapa duta besar asing yang diundang. Kemeriahan festival budaya
Karawo memiliki nilai sebagai daya tarik yang keindahan dan keunikannya memiliki
Pada dasarnya sulaman khas daerah sangat jarang dijadikan sebagai motivasi
atraksi wisata alam dan buatan serta budaya yang menyangkut pola hidup
budaya Karawo maka diyakini dengan sendirinya akan menjadi suatu daya tarik yang
berbagai macam kerajinan serta proses penyulaman akan menjadi pariwisata edukatif
kue khas daerah yang namanya kue Karawo, di atasnya dihiasi motif bunga seperti
motif sulaman Krawo. Kue Karawo sangat renyah dan memiliki cita rasa yang tinggi
sehingga diminati banyak orang. Keberadaan kue Karawo dapat menambah keunikan
daya tarik sulaman Karawo. Peranan sulaman Karawo sebagai daya tarik didukung
dengan pendapat Ardika (2003:25) yang menyatakan bahwa sifat sosio budaya
merupakan faktor kedua setelah faktor iklim dan sumber daya alam sebagai daya
tarik utama bagi para wisatawan. Sementara tiga unsur sosio budaya menurut Ardika
Sulaman Karawo yang produknya sangat variatif juga memiliki peran sebagai
pendamping semua daya tarik wisata yang ada di Gorontalo yaitu sebagai
cinderamata khas daerah. Minat dan daya beli wisatawan terhadap sulaman Karawo
saat ini sangat diharapkan oleh berbagai pihak mengingat penyelenggaraan festival
budaya Karawo sebagai promosi budaya menghabiskan biaya yang cukup fantastis
Gorontalo makin dikenal dengan keindahan dan keunikannya, budaya daerah tetap
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat khususnya pengrajin dan para pelaku usaha.
Sulaman Karawo juga akan memperkuat identitas daerah dan menambah khasanah
budaya Indonesia.
Pengembangan sulaman Karawo sebagai daya tarik wisata tidak terlepas dari
relevansi budaya dan pariwisata. Karya seni budaya dan pariwisata merupakan dua
hal yang saling terkait seperti pada bagan yang dirancang oleh Suwantoro (2004:52).
Bagan tersebut mendeskripsikan peranan souvenir atau kerajinan khas suatu daerah
dalam sebuah rangkaian perjalanan wisata. Bagan tersebut secara tidak langsung
dilakukan wisatawan dan biasanya dilakukan pada akhir perjalanan mereka di suatu
oleh para wisatawan merupakan momentum penting bagi suatu destinasi dalam
merupakan dua hal penting yang menjadi salah satu alasan para wisatawan
melakukan suatu perjalanan wisata. Pariwisata di satu sisi dianggap sebagai wahana
Hal yang sama dijelaskan oleh Marpaung dan Bahar (2002:39) terkait dengan
budaya dan pariwisata bahwa pariwisata merupakan suatu wadah yang seharusnya
berkreasi dan berimajinasi dalam menciptakan suatu produk khas dan bernilai tinggi
bagi perekonomiannya.
Pendapat lain yang mendukung keterkaitan seni kerajianan khas daerah dengan
pariwisata adalah pendapat Yoety (2008:130) yang menjelaskan bahwa dalam ilmu
Something to see artinya sesuatu yang bisa dilihat atau ditonton yang
Something to buy dalam hal ini berupa fasilitas belanja dan produk khas suatu daerah
daerah yang dikunjungi. Dari ketiga elemen tersebut kerajinan sulaman Karawo
dapat digolongkan sebagai something to buy yaitu souvenir atau oeleh-oleh khas
Gorontalo.
Karawo dalam kurun waktu enam tahun idealnya dapat memperlihatkan progres
festival budaya Karawo secara signifikan. Permintaan konsumen dalam hal ini
peningkatan secara merata pada semua pelaku usaha di Gorontalo. Namun hal
tersebut belum berjalan sesuai harapan banyak orang khususnya para peaku usaha.
Penikmat suguhan karnaval, tari-tarian, dan berbagai macam kegiatan budaya pada
itu suatu fenomena yang terjadi dismpaikan oleh para pelaku usaha Karawo yaitu
terjadi peningkatan permintaan barang pada saat menjelang festival budaya Karawo.
seperti sebelumnya dan tidak mengalami peningkatan pasca promosi secara besar-
besaran. Hal ini perlu digaris bawahi dimana promosi belum memerankan fungsinya
Konsumen sulaman Karawo lebih didominasi oleh pegawai negeri sipil atau
PNS dan honorer serta karyawan dan karyawati swasta untuk pembuatan seragam
kantor. Selain itu memang terdapat konsumen yang merupakan wisatawan domestik
namun masih dapat dikatakan jarang apalagi wisatawan asing, mereka sangat jarang
untuk membeli kerajinan sulaman Karawo bahkan hampir tidak ada di antara mereka
pameran, fashion show dan festival budaya Karawo, dengan harapan agar kerajinan
mendulang dolar dari para wisatawan asing. Harapan dari peran sulaman Karawo
tersebut akan menciptakan perputaran ekonomi yang ideal dimana uang dari luar
9
Gorontalo masuk dan beredar di Gorontalo. Bukan sebaliknya seperti yang terjadi
saat ini, uang orang Gorontalo untuk orang Gorontalo juga padahal Gorontalo
memiliki karya seni budaya yang bernilai ekonomis dan berdaya saing.
Karawo sebagai suatu daya tarik. Pariwisata dapat menguntungkan sulaman Karawo
pemertahanan eksistensinya sebagai suatu produk yang memiliki daya tarik. Karawo
juga diyakini dapat memajukan pariwisata, dimana sebagai kerajinan khas daerah
yang memiliki daya tarik dapat mendatangkan wisatawan baik untuk menyaksikan
maka dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi permasalahan dan perlu
Karawo?
2. Bagaimana perkembangan sulaman Karawo sebagai daya tarik wisata hingga saat
ini?
Terdapat dua tujuan yang meliputi penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan
bertujuan untuk:
1. Tujuan Umum
daerah yang bersifat tak benda atau intangible agar menjadi daya tarik bagi
2. Tujuan Khusus
sulaman Karawo.
Penilitian ini memiliki dua macam manfaat yaitu manfaat secara akademis dan
1. Manfaat Akademis
untuk melakukan penelitian lanjutan atau pun sebagai referensi kajian pustaka.
11
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi tidak
hanya dalam bidang pariwisata tetapi juga dalam bidang budaya, kesenian, dan
pemasaran.
2. Manfaat Praktis
c. Penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi para pengrajin dan disainer
e. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para stakeholders dalam
keberlanjutannya.
12
BAB II
Budaya dilihat dari sifatnya memiliki dua peranan penting dalam sektor
pariwisata yaitu sebagai daya tarik wisata budaya serta pendamping daya tarik wisata
alam dan buatan yang merupakan atraksi utama pada suatu destinasi pariwisata.
Peranan budaya yang multi fungsi akan selalu dibutuhkan karena budaya merupakan
seluruh provinsinya memiliki pantai yang dikembangkan sebagai suatu daya tarik
wisata, namun objek pantai setiap daerah memberi suguhan berbeda dengan adanya
budaya masing-masing daerah. Akulturasi alam dan budaya dapat menjadikan suatu
destinasi diminati seperti Pulau Dewata Bali yang popular sebagai laboratorium
hidup pariwisata. Destinasi Bali mampu menarik hati wisatawan asing dan domestik
karena budayanya yang unik. Budaya Bali tidak hanya berperan saat dipadukan
dengan keindahan alam tapi juga mampu berdiri sendiri sebagai daya tarik wisata
tanpa adanya daya tarik alam, contohnya upacara Ngaben, pagelaran Seni tari,
paparan di atas bahwa budaya harus mampu menjelama sebagai suatu daya tarik
yang eye catching atau menarik perhatian dan mendukung berbagai aktivitas
13
pengadaan sentra kerajinan sulaman Karawo dapat berperan sebagai atraksi wisata
yang seharusnya dikembangkan. Peranan sulaman Karawo yang lain adalah sebagai
yang menunjang daya tarik wisata utama yang dapat menarik wisatawan. Berbagai
budaya masyarakat dapat dikembangkan sebagai suatu daya tarik seperti pada
penelitian Matlovicova dan Pompura (2013) yang berjudul The Culinary Tourism in
Slovakia Case Study of the Traditional Local Sheep's Milk Products in the regions of
Orava and Liptov. Sukenti (2014) yang berjudul Gastronomy Tourism in Several
Thailand.
diwariskan secara turun temurun dan pada umumnya berperan sebagai pendukung
daya tarik utama suatu destinasi dalam menarik wisatawan. Berbagai strategi dari
pariwisata di Slovakia khususnya di dua daerah Orava dan Liptov di bidang kuliner
dengan bahan dasar susu domba yang merupakan bahan unggulan Slovakia. Susu
14
domba di Orava dan Liptov tersebut hingga tahun 2013 belum dikembangkan
sebagai bahan dasar daya tarik wisata kuliner padahal selain susu domba, tradisi
menggembala domba juga merupakan suatu daya tarik yang dapat dikembangkan.
Potensi susu domba dan tradisi menggembala domba di Orava dan Liptov diyakini
dapat membuka lapangan kerja baru dimana kegiatan tersebut bisa diaplikasikan
Negara tetangga terlebih dahulu yaitu Hongkong, Singapore, Thailand, dan Malaysia
dalam dalam hal pariwisata gastronomi. Keempat Negara tersebut dianggap maju
dalam pariwisata kuliner karena para stakeholder fokus dalam pengembangan wisata
kekurangan mereka terhadap minimnya sumber daya alam yang dimiliki sehingga
pariwisata mereka tetap maju dan eksis di kanca internasional. Berdasarkan hal
tersebut, Sukenti berharap agar pariwisata Indonesia bisa lebih maju lagi mengingat
potensi Indonesia yang kaya akan sumber daya alam serta tanah yang subur untuk
lahan pertanian. Kekayaan Indonesia sangat mendukung daya tarik baik alam
makanan khas Bali sebagai daya tarik wisata kuliner di Desa Sebatu Kecamatan
Tegalalang Gianyar yang dinilai berpeluang untuk dikembangkan yaitu pelaku atau
15
warga yang menjadi juru masak. Untuk mencapai tujuan penelitian mengembangkan
kuliner khas Bali, juru masak yang dinilai sebagai kunci pengembangannya perlu
dilatih dan dibimbing dalam menciptakan kuliner tradisional yang dapat diminati
wisatawan.
yang menjelaskan mengenai citra destinasi dan citra makanan yang merupakan
wisata. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap citra
destinasi dan citra makanan Thailand serta mempelajari hubungan kedua variable
tersebut dan niat para wisatawan untuk kembali lagi pada destinasi ini.
sederhana dipahami sebagai intangible tourist attraction / daya tarik tak benda dapat
mendampingi daya tarik utama seperti bentuk pariwisata alam, buatan, situs
bersejarah dan lain sebagainya dalam suatu destinasi wisata. Tidak hanya itu,
pariwisata kuliner juga dapat menopang kelemahan sumber daya alam yang ada
dalam memajukan suatu destinasi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa wisata
kuliner atau gastronomi dijadikan sebagai kajian pustaka, karena kegiatan memasak
dan kegiatan menyulam merupakan warisan budaya tak benda yang dapat
dikembangkan pada sektor pariwisata dalam perannya sebagai daya tarik wisata pada
suatu destinasi.
teori Hirarki kebutuhan dan Motivasi manusia oleh A. H. Maslow (1943). Penelitian
16
masukan terhadap pariwisata Indonesia. Pnelitian ketiga adalah penelitian Putri dkk
diskusi dan praktek langsung dimana para peserta dibimbing oleh pengabdi.
convinience sampling dan membagikan kuisioner untuk 479 wisatawan asing serta
Dalam kajian pustaka ini terdapat juga beberapa rujukan penelitian dimana kain
khas daerah sebagai objek penelitian seperti penelitian sulaman Karawo. Penelitian-
(2014), selain itu penelitian Hengky (2014) Image Analysis: Performance Gaps of
pemasaran dan fasilitas pelatihan, belum ada koordinasi antara penjual di setiap toko,
kontinuitas bahan baku yang terbatas, butuh waktu yang lama untuk menjadi
17
ramah lingkungan dan kompetensi tenaga kerja yang rendah dalam produksi batik.
Terdapat kesenjangan berdasarkan analisis citra antara kenyataan dan harapan para
bahannya masih sedikit termuat. Ini berarti bahwa kinerja kerajinan batik dapat lebih
Inovasi dan adaptasi dapat dilakukan sebagai konsep persaingan pasar kerajinan kain
batik yang kembali ke alam dan menggunakan pewarna alami dan berusaha untuk
memenuhi permintaan pasar, harga yang terjangkau, dan ramah lingkungan. Hengki
berpendapat bahwa ini merupakan peluang dan waktu yang tepat untuk
mengembangkan serat kayu putih sebagai bahan baku yang dibuat oleh industri kain
sulaman Karawo. Menurut Mohamad pada tahun 2013 minat para remaja Gorontalo
dalam menggunakan kain sulaman Karawo masih sangat kurang. Hal itu karena
remaja Gorontalo terhadap sulaman Karawo yang merupakan kain khas daerah.
18
citra dan sekaligus merespon harapan Praktisi seni serta Filolog dari Universitas
Gajah Mada.
Karawo Sebagai Daya Tarik di Destinasi Pariwisata Gorontalo memiliki satu tujuan
umum yaitu untuk mengembangkan produk sulaman yang diteliti. Namun masing-
masing penelitian memiliki cara yang berbeda misalnya dari sasaran informan.
Penelitian Fristia dan Navastara memiliki responden dan informan yaitu masyarakat
atau orang-orang yang terlibat langsung dalam usaha industrI kecil di Kenongo. Pada
2.2. Konsep
2.2.1 Pengembangan
Ekonomi yaitu penerapan riset atau hasil penelitian terhadap suatu rangkaian rencana
produksi. Rencana produksi yang dimaksud adalah bahan baku, alat, produk, sistem
atau jasa yang perlu untuk diperbaiki sebelum mengkomersialkan produk tersebut
(2004:120) adalah usaha untuk mendidik karyawan atau tenaga kerja terkait
pekerjaan yang akan ditangani pada masa mendatang. Hal ini merupakan usaha
adalah suatu proses mengubah dan mengupayakan sesuatu yang belum terlatih
menjadi mahir dan yang belum berkembang menjadi maju. Pada dasarnya
pengembangan adalah proses untuk meningkatkan kualitas dari yang kurang baik
Menyulam atau membordir adalah suatu kegiatan untuk menghias kain dengan
oleh perempuan dan hasil sulaman tersebut memiliki nilai jual (Zulkarnaen: 2005).
Pengertian lain menrut Jumanta (2005:2) mengenai sulam adalah karya seni kuno
yang sudah ada sejak lama. Karya seni kuni ini mengandalkan jarum dan benang
sebagai atal dan bahan utamanya dalam mendisain motif kain dengan teknik
menjahit. Sulam juga merupakan teknik menghias kain bersifat eksklusif karena
20
merupakan hobi atau kegemaran seorang pengrajin sulaman karena kegiatan ini
(Wirasasti, 2012:8).
sulaman merupakan aktivitas yang pada umumnya dilakukan kaum perempuan untuk
mendisain motif pada bahan yang tadinya tidak menarik menjadi lebih menarik
dengan alat dan bahan dasar utama berupa jarum dan benang sehingga kain tersebut
warisan budaya dipandang sebagai suatu kekayaan yang memiliki nilai khusus
pedoman keaslian nilai yang terkandung dan aturan-aturan yang tetap terjaga, Ardika
(2015:2).
yang merupakan suatu peninggalan dan memiliki nilai berharga bagi seluruh dunia.
Dengan budaya yang diwariskan semua orang mampu melihat potret kehidupan pada
masa lampau. Warisan budaya sebagai potret kehidupan masa lampau akan sangat
disayangkan jika tidak dilestarikan hingga akhirnya menghilang seperti ditelan masa,
21
karena baik warisan budaya itu berwujud atau pun tidak berwujud warisan tersebut
para pencinta budaya pusaka budaya sebagai jendela untuk melihat keadaan masa
lampau disetiap daerah bahkan setiap negara dengan mengetahui keunikan dari
Secara filosofis warisan budaya memiliki hakekat sebagai kepribadian atau ciri
khas yang merupakan penanda khusus baik perorangan maupun suatu kelompok
yang dapat membedakannya dengan orang lain atau kelompok lain (Silverman dan
Ruggles dalam Ardika, 2015:1). Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa
di tengah diversivikasi budaya Indonesia yang begitu kaya, warisan budaya baik
dimana hal ini erat kaitannya dengan kebiasaan, norma-norma kehidupan dan agama
pada suatu daerah. Secara teoritis, warisan budaya merupakan ekspresi seni dan
merumuskan sesuatu yang unik dan khas ke dalam suatu bentuk kongkrit yang dapat
dilihat dan disentuh untuk hal-hal terkait kehidupan masyarakat baik dalam tujuan
objek wisata dan atraksi wisata. Dimana objek wisata merupakan sesuatu yang
22
dilihat wisatawan tanpa perlu adanya persiapan yang dilakukan orang lain terlebih
monument, gereja, mesjid, tugu peringatan, dan lain-lain. Semua objek tersebut
dengan sendirinya telah tercipta dan dapat dinikmati keindhannya oleh siapa saja.
Sedangkan atraksi wisata diartikan sebagai suatu hiburan yang melalui tahap
berupa tari-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain.
Pendapat Yoeti di atas merupakan konsep lama objek wisata yang pernah
termuat dalam Undang-undang nomor 9 tahun 1990 yang saat ini telah diperbaharui
dalam istilah asingnya adalah tourist attraction kini bertransformasi menjadi daya
tarik wisata. Hal ini seolah menghilangkan batas antara daya tarik alam dan budaya
seperti yang telah diklasifikasi Yoeti di atas. Ada pun pengertiannya berdasarkan
Undang-undang nomor 10 tahun 2009 yakni, daya tarik siwata adalah segala sesuatu
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
Leiper dalam Cros dan McKercher (2015:135) tourist attraction atau daya tarik
wisata merupakan suatu sistem yang terdiri dari wisatawan, atraksi atau daya tarik,
dan penanda. Wisatawan merupakan hal yang paling krusial di suatu daya tarik
23
wisata. Tanpa wisatawan, daya tarik tersebut akan sia-sia jika dikembangkan karena
tujuan utama pengembangan daya tarik wisata adalah untuk menarik wisatawan
berkunjung dan mengeluarkan uang mereka dalam daya tarik wisata tersebut. Daya
tarik atau nucleus adalah fitur-fitur dan karakteristik atau bisa juga berbentuk objek
yang memiliki kelebihan seperti keunikan dan keindahan untuk menarik minat
wisatawan yang berkunjung. Penanda atau marker merupakan bagian informasi dari
daya tarik tersebut dapat pula dengan upaya reperesentasi suatu daya tarik dan
wisata, maka dapat disimpulkan daya tarik wisata merupakan suatu hal yang dapat
tariknya dan juga man made yang merupakan hasil karya manusia serta kebudayaan
masyarakat. Semua jenis daya tarik tersebut memiliki keunikan serta kekuatan untuk
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
kawasan yang di dalamnya terdapat berbagai macam bisnis atau usaha pada sektor
24
pariwisata serta keberadaan sumberdaya alam yang indah dan melimpah dan juga
Indonesia karena Bali memiliki semua hal tersebut yang membantu eksistensinya di
sektor pariwisata. Secara langsung Pitana dan Diarta (2009:126) juga menjelaskan
bahwa destinasi pariwisata adalah tempat yang merupakan tujuan utama para
wisatawan untuk menghabiskan waktu liburan secara maksimal dan bukan hanya
untuk sementara seperti halnya daerah transit. Daerah itu pun memiliki kejelasan
Suwena dan Widyatmaja (2010:83) menyebutkan lima unsur penting yang harus
ada pada suatu daerah tujuan wisata atau destinasi wisata namun semuanya dapat
disederhanakan menjadi tiga yaitu daya tarik wisata, sarana dan prasarana wisata,
serta masyarakat. Maka destinasi wisata menurut kedua ahli tersebut adalah tempat
unsur penting yaitu daya tarik wisata, sarana dan prasarana wisata, serta masyarakat.
Organiziation (WTO) pada tahun 2004 dalam Prasiasa (2013:20) adalah sebagai
berikut:
selama satu malam, yang di dalamnya terdapat produk-produk pariwisata seperti jasa
pendukung pariwisata dan daya tarik wisata. Pada pengertiannya juga ditekankan
administrasi.
merupakan suatu lokasi dengan batas yang jelas yang sebelumnya telah dipelajari
dan dicari informasi terkait tempat tersebut untuk dijadikan tujuan berwisata oleh
para wisatawan. Dimana di dalam suatu destinasi terdapat daya tarik sebagai
sarana dan prasarana berwisata, akomodasi dan produk-produk wisata lainnya yang
2.3 Teori
2.3.1 Persepsi
secara logis persepsi bisa saja berbeda-beda meski untuk satu objek yang sama
karena sifatnya individualis. Setiap orang memiliki sifat dan pembawaan yang
berbeda. Orang-orang pun memiliki pengalaman dan sudut pandang yang berbeda.
Sangat besar kemungkinan persepsi akan berbeda-beda pula, hal ini dibuktikan
(1997:35) yaitu pengalaman masa lalu, keinginan serta pengalaman orang lain atau
teman. Pengalaman masa lalu merupakan kejadian yang teah dialami seseorang dan
pengalaman itulah yang membentuk pola pikirnya terhadap hal yang pernah dialami.
Hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan seseorang pasti akan ditolak
karena orang tersebut telah memiliki persepsi yang membuatnya tidak suka.
kepada teman, saudara atau orang lain yang berkomunikasi dengannya. Pengalaman
Teori Persepsi ini akan digunakan untuk membedah rumusan masalah pertama
dan ketiga yaitu mengetahui persepsi wisatawan terhadap sulaman Karawo. Hal ini
dilakukan karena target market sulaman Karawo adalah wisatawan asing dan
wisatawan domestik sedangkan sulaman Karawo dinilai masih belum begitu diminati
wisatawan sehingga perlu ditelusuri apa faktor kurangnya minat wisatawan terhadap
klasifikasi itu adalah utnuk mengetahui kekuatan dan kelemahan sulaman Karawo di
persepsi wisatawan yang kurang menyukai atau tidak menyukai akan dimintai
keterangan dari wisatawan juga seperti apa harapan mereka atau bagaimana selera
27
mereka sehingga dapat disesuaikan. Sedangkan persepsi positif akan tetap dijaga
Kedua hal ini akan menjadi salah satu acuan rumusan strategi pengembangan pada
rumusan masalah ketiga. Selain itu, teori ini juga akan berkaitan dengan teknik
menyadari bahwa setiap produk memiliki masanya kapan suatu produk eksis dengan
banyaknya permintaan pasar dan kapan produk itu mengalami penurunan tingkat
Dalam ilmu pemasaran, suatu produk memiliki siklus hidup yang terdiri dari
lima tahapan yang menggambarkan proses dari awal produk diluncurkan ke pasar
hingga akhirnya produk ditarik dari pasar. Lima tahapan tersebut terdiri dari tahap
kedewasaan produk dan tahap penurunan produk. Untuk lebih jelasnya Siklus Hidup
Gambar: 2.1
Siklus Hidup Produk
Sumber: Google.
Pada Gambar 2.1 terdapat lima tahapan akan tetapi pada umumnya banyak
orang mengetahui empat tahapan saja yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan,
tahap kedewasaan dan tahap penurunan. Satu tahap sebelum keempat tahapan
Tahapan berikutnya adalah proses pengenalan. Pada tahap ini produk diperkenalkan
kepada para calon konsumen dengan cara promosi dan mulai memasarkannya. Tahap
selanjutnya adalah tahap pertumbuhan, dalam tahap pertumbuhan ini penjualan dan
laba akan meningkat dengan cepat. Hal tersebut dikarenakan produk sudah dikenal
produk masuk pada tahap kedewasaan. Dalam tahap ini penjualan masih meningkat
hingga pada tahap berikutnya yaitu tahap kemunduran dimana produk akan
mengalami perubahan. Tahap ini merupakan tahap dimana laba produsen maupun
laba pengecer mulai turun. Hal ini memicu persaingan harga menjadi sangat tajam
Perlu diingat bahwa tidak semua produk berjalan sesuai siklus di atas. Ada produk-
produk yang kemundurannya terjadi lebih awal dan ada juga produk yang mampu
karena itu perlu ada persiapan untuk antisipasi masalah dalam setiap tahap
adanya indikator yang dapat mengukur produk pada setiap tahap di Siklus Hidup
Tabel 2.1:
Tabel 2.1
Indikator dan Strategi Siklus Hidup Produk
KARAKTERISTIK TAHAPAN
Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan
Omset Omset rendah Omset meningkat Omset sangat Penurunan omset
secara signifikan tinggi
Biaya per unit Biaya per unit Biaya per unit Biaya per unit Biaya per unit
masih tinggi menurun rendah sangat rendah
Bauran Pemasaran yang istilah asingnya adalah Marketing Mix oleh Kotler
adalah Personnel, Procedures, dan physical evidence. Saat ini formula Bauran
Pemasaran terdiri dari product, price, place, promotion, physical efidence, process,
1. Produk
Produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan terhadap para
konsumen. Produk merupakan hal yang paling fundamental untuk mencapai suatu
karena para konsumen membeli apa yang mereka butuhkan. Untuk itu suatu produk
hendaknya memiliki fungsi sesuai kebutuhan konsumtif para konsumen (Sutojo dan
Kleinsteuber, 2002:143).
2. Harga
harga sangat penting karena merupakan poin teratas bagi masyarakat sebagai
3. Tempat
(Mursid, 2003:85).
4. Promosi
informasi suatu produk secara aktif, komunikatif, dan persuasif dengan tujuan
mempengaruhi dan membuat para calon konsumen untuk tertarik serta membuat
5. Personil
Personil merupakan para pelaku dalam suatu kegiatan pemasaran jasa. Pelaku
adalah semua karyawan dalam suatu perusahaan serta para calon konsumen yang
akan membeli produk atau menggunakan jasa perusahaan tersebut. Dari pihak
pelayanan terbaik serta pengaruh yang kuat kepada para calon konsumen.
6. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik artinya bukti fisik dari suatu perusahaan. Suatu perusahaan
akan dianggap keberadaannya dengan adanya symbol perusahaan, moto, visi, misi,
perusahaan, dan kekayaan perusahaan. Hal ini juga akan ikut memberi pengaruh
kepada para calon konsumen untuk membeli produk dan menggunakan jasa yang
dalam hal mengkonsumsi baik itu barang ataupun menggunakan jasa yang
merupakan suatu poin penting yan harus diperhatikan misalnya suasana yang
7. Proses
Proses merupakan keikut sertaan konsumen dalam pelayanan jasa. Hal ini
atau juga merupakan transaksi antara pihak perusahaan dan konsumen dengan cara
Teori ini merupakan teori pemasaran yang akan digunakan untuk membedah
rumusan masalah ketiga. Alasan penggunaan teori ini berdasarkan kesenjangan yang
terjadi yaitu kurangnya minat wisatawan untuk membeli sulaman Karawo. Untuk itu
sulaman karawo. Ketiga teori di atas saling berhubungan satu sama lain sehingga
Karawo sebagai suatu daya tarik di destinasi Pariwisata Gorontalo seperti yang
diharapkan.
variabel yang ada untuk menjawab dan memberi suatu solusi terhadap masalah-
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini berangkat dari adanya
suatu fenomena eksistensi warisan budaya sulaman Karawo yang kini dalam proses
33
eksistensi sulaman Karawo sebagai bahan sandang yang dapat dikenakan oleh
keterampilan menyulam dari generasi ke generasi. Hal tersebut dinilai perlu adanya
memiliki potensi sebagai daya tarik wisata yang merupakan warisan budaya daerah.
Pada umumnya semua orang mengetahui bahakan UNESCO pun mengakui bahwa
pariwisata memiliki peran dalam pelestarisan budaya. Untuk itu dibutuhkan strategi
dalam pengembangan sulaman Karawo sebagai daya tarik yang merupakan warisan
Karawo demi pelestariannya namun usaha itu hingga kini belum maksimal.
Karawo, maka dirumuskan tiga pokok permasalahan yang perlu dibedah secara
ilmiah dengan menggunakan teori-teori para ahli yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini..
Alur pikir dari penelitian ini pada umumnya membahas Pariwisata Gorontalo
yang kemudian dispesifikasi terhadap salah satu daya tarik yaitu sulaman Karawo.
Sulaman Karawo dikembangkan sebagai suatu daya tarik dengan promosi yang
dilakukan secara besar-besaran, namun masih sangat sedikit wisatawan baik asing
maupun domestik yang berminat untuk membeli sulaman Karawo. Dalam penelitian
34
ini ada keterlibatan beberapa stakeholder yaitu wisatawan asing dan domestik, para
pelaku usaha, serta pemerintah terkait. Untuk itu penelitian ini memiliki beberapa
konsep yakni konsep pengembangan, sulaman Karawo, warisan budaya, daya tarik
wisata dan destinasi pariwisata. Terdapat tiga rumusan masalah yang dibedah dengan
beberapa teori. Rumusan masalah yang pertama dibedah dengan teori Persepsi,
rumusan masalah kedua dibedah dengan teori Siklus Hidup Produk, dan rumusan
masalah ketiga dibedah dengan tiga teori yaitu teori Persepsi, teori Siklus Hidup
Produk dan teori Bauran Pemasaran. Pembedahan rumusan masalah dengan teori-
teori yang telah ditentukan memberi suatu hsil penelitian dimana hasil tersebut
melahirkan rekomendasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat alur pikir penelitian ini
Pariwisata Gorontalo
Pengembangan Sulaman
Wisatawan Karawo Sebagai Daya Pengusaha dan
Tarik di Destinasi
Pemerintah
Pariwisata Gorontalo
Rumusan Masalah 1:
Bagaimana persepsi Teori
wisatawan terhadap kain Persepsi
Karawo?
Konsep:
Pengembangan, Sulaman Rumusan Masalah 2: Teori
Karawo, Warisan Budaya, Sejauh manakah Pengembangan Produk
Daya Tarik Wisata, perkembangan kain Baaru dan Siklus
Destinasi Pariwisata Karawo saat ini? Hidup Produk
Hasil
Rekomendasi
Gambar 2.2
Model Penelitian
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini secara umum bersifat deskriptif kualitatif dimana diharapkan dapat
pemikiran yang berkembang dari para informan Emzir (2011:174). Namun dalam
penelitian ini juga digunakan pendekatan secara kuantitatif sebagai data pendukung.
Adanya Pendekatan data kualitatif secara keseluruhan dan data kuantitatif sebagai
Karawo sebagai pusaka budaya yang bersifat intangible atau tak benda yang
dianggap merupakan potensi sebagai suatu daya tarik dan dapat menunjang
pariwisata Gorontalo. Tujuan yang lain adalah mengetahui persepsi para wisatawan
Gorontalo, kemudian memberi usulan kebijakan yang dianggap tepat sebagai strategi
responden yakni wisatawan asing dan wisatawan domestik, serta wawancara secara
37
mendalam kepada para informan yang telah ditentukan yaitu; para pelaku usaha dan
pemerintah yang dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata Gorontalo dan Dinas
diperoleh diolah dan dikaji sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan solusi
serta kebijakan yang dianggap perlu dan sesuai dalam upaya pengembangan sulaman
toko-toko Karawo dan para pelaku usaha Karawo. Tepatnya di pusat perbelanjaan
souvenir khas Gorontalo di Jl. Jenderal Surapto, Kota Gorontalo. Empat orang
pemilik toko atau pelaku usaha sebagai informan kunci diwawancarai secara
mendalam. Selain itu, untuk mendapatkan data mengenai persepsi wisatawan terkait
sulaman Karawo, dilakukan penyebaran kuesioner di dua daya tarik wisata di Kota
Gorontalo yaitu di monumen pahlawan Nani Wartabone dan pantai Pohe Indah atau
yang dikenal dengan istilah tangga 2000. Alasan pemilihan dua lokasi ini karena
beberapa hotel yang sering dihuni banyak wisatawan asing. Sedangkan pantai Pohe
Indah merupakan daya tarik yang berlokasi di Kota Gorontalo yang sering menjadi
ini dapat dilihat secara jelas peta lokasi penelitian pada Gambar 3.1.
Gambar: 3.1
Peta Provinsi Gorontalo dan Peta Kota Gorontalo
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo (2014)
Gambar 3.1 pada bagian kiri merupakan peta provinsi Gorontalo secara
keseluruhan. Pada sudut kiri atas peta itu juga dapat dilihat letak provinsi Gorontalo
yaitu pada bagian utara pulau Sulawesi. Peta pada bagian kanan Gambar 3.1 adalah
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yang pertama adalah data
kualitatif yang dapat berbentuk gambar, dan kalimat yang bersifat deskriptif.
(Sugiyono, 2009:12). Jenis data ini merupakan jenis data yang tidak dapat diukur
39
secara pasti dengan angka-angka. Perlu adanya penjabaran secara rinci agar dapat
dipahami hal-hal terkait lokasi penelitian, dan hasil wawancara secara mendalam
dengan para informan yaitu pemerintah, dan para pelaku usaha kerajinan sulaman
Karawo yang dalam hal ini adalah para pedagang atau pengusaha Karawo. Selain
data dari hasil wawancara terhadap para informan, ada juga data-data yang berupa
diperoleh dari hasil pembagian kuesioner kepada para wisatawan asing dan
wisatawan domestik yang merupakan responden dalam penelitian ini. Semua data
1. Sumber data primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui
yang dilakukan di lokasi penelitian. Selain itu juga dengan mewawancarai para
Perdagangan dan Koperasi Kota Gorontalo, Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo,
kualitatif yaitu peneliti atau human instrument. Selain peneliti sebagai human
jelas dari informan yaitu pedoman wawancara, alat tulis menulis, kamera, dan
rekorder. Dalam penelitian ini juga digunakan kuesioner bagi para responden pada
saat proses pengumpulan data karena penelitian ini merupakan penelitian campuran
dengan prosedur yang pada umumnya dilakukan yaitu sebagai berikut (Sugiyono,
2009:22).
3.5.1 Observasi
mengetahui secara langsung siapa saja konsumen Karawo serta motif pembeliannya.
Kegiatan observasi juga dilakukan di dua daya tarik wisata yang telah ditetapkan
peneliti dengan informan yang telah ditetapkan. Ada pun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam. Informan kunci yang
41
ditetapkan secara purposif adalah para pelaku usaha kerajianan sulaman Karawo,
3.5.3 Kuesioner
dua daya tarik wisata. Kuesioner tersebut terdiri dari 10 kuesioner untuk wisatawan
untuk mengetahui persepsi wisatawan terkait kerajianan sulaman Karawo. Hasil dari
kuesioner tersebut sangat membantu untuk merumuskan solusi dalam penelitian ini,
wisata.
3.5.4 Dokumentasi
dalam suatu penelitian. Dokumen yang diperoleh dalam bentuk grafik, bahan tertulis,
arsip-arsip dan brosur untuk mendukung data-data yang telah dimiliki. Dokumentasi
ini diperoleh di kantor Dinas Pariwisata, Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo dan
sampel nonprobabilitas atau tidak acak. Terdapat empat jenis pemilihan sampel
dalam teknik ini yaitu secara incidental sampling, purposive sampling, quota
sampling, dan snowball sampling (Silalahi, 2009: 273). Meski terdiri dari empat jenis
sampling atau pemilihan sampel, penelitian ini hanya menggunakan dua jenis saja
yaitu incidental sampling dan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini
terdiri dari responden dan informan yang secara keseluruhan sejumlah 36 orang. Ada
3.6.1 Responden
Responden penelitian ini adalah wisatawan yang terdiri dari wisatawan asing
sampling atau secara kebetulan. Insidental sampling adalah penentuan sampel secara
kebetulan dimana siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
wisatawan asing dan 20 orang wisatawan domestik. Pada pertemuan yang secara
kuesioner. Dalam penelitian ini tidak hanya sekedar meminta wisatawan mengisi
kuesioner, tetapi juga jika wisatawan berkenan dapat dimintai waktu untuk
3.6.2 Informan
adalah orang yang ahli dalam bidang yang diteliti oleh peneliti (Sugiono, 2010:67).
Dalam penelitian ini ada enam orang informan yang diwawancarai yakni dua orang
dari instansi pemerintah, kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi serta
kepala Dinas Pariwisata Kota Gorontalo. Selain itu dibutuhkan juga informasi-
Teknik analisis data yang digunakan ada dua teknik yang pertama adalah
deskriptif kualitatif. Data yang telah diperoleh selama kegiatan penelitian di lapangan
diolah dan dibedah dengan teori yang telah ditetapkan. Ada pun teori yang telah
ditetapkan adalah teori Strategi Siklus Hidup Produk, teori Persepsi, dan teori Bauran
hasil akhir yang dapat merumuskan solusi untuk menjawab rumusan masalah.
Karawo digunakan skala likert. Skala ini sering digunakan sebagai alat untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden terhadap suatu objek yang
44
dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) (dalam Utama dan Mahadewi, 2012: 60).
Skala likert adalah skala yang menunjukkan sikap atau persepsi responden terhadap
objek yang diteliti dimulai dari tanggapan yang sangat positif hingga yang sangat
negatif yang terdiri dari lima tingkatan. Dari kelima tingkatan tanggapan responden,
harus ada satu pilihan yang benar-benar mewakili persepsinya terkait pertanyaan
yang diajukan peneliti yang biasanya ada dalam daftar pertanyaan pada kuesioner
(Kusumayadi dan Sugiarto, 2000: 94). Dalam penelitian ini pertanyaan yang ada
Tabel 3.1
Arti Pembobotan Dengan Skala Likert
Untuk mengidentifikasi baik atau tidaknya suatu produk atau objek yang diteliti
dicari jarak dari skala likert yang digunakan dengan menguangkan angka tertinggi
dalam skala dengan angka terendah dalam skala. Hasil yang diperoleh kemudian
dibagi dengan banyaknya skala yang digunakan. Ada pun formula yang digunakan
Interval =
5-1 = 0,8
5
45
interval sebesar 0,8. Berdasarkan interval ini, maka dapat ditentukan skala penilaian
Tabel 3.2
Interval Kelas yang Dijadikan Dasar Pemikiran
No Interval Penilaian
1 1,00 - 1,79 Sangat tidak baik atau sangat tidak penting
2 1,80 2,59 Tidak baik atau tidak penting
3 2,60 3,39 Cukup atau Netral
4 3,40 4,19 Baik atau penting
5 4, 20 5,00 Sangat baik atau sangat penting
Sumber: Dajan (1996: 27) dalam Widuri (2012: 54)
Tabel 3.2 merupakan Skala persepsi wisatawan terhadap sulaman Karawo yang
Teknik analisis data yang kedua adalah dengan analisis SWOT. analisis SWOT
weaknesses, opportunities dan threats, maka hal itu menjadi fundasi analisis ini
Berbagai Peluang
Gambar: 3.2
Diagram analisis SWOT
Sumber: Rangkuti (1997:20)
Karawo memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Kuadran (b) meskipun menghadapi berbagai ancaman, sulaman Karawo masih
pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak sulaman Karawo mengalami beberapa
kendala/kelemahan internal. Kuadran (d) ini merupakan situasi yang sangat tidak
Faktor-Faktor
eksternal
Gambar 3.3
Matriks analisis SWOT
Sumber: Rangkuti (1997:88)
1. Strategi SO
Strategi ini strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
2. Strategi ST
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
menarasikan hasil pengolahan data dan didukung oleh gambar-gambar yang dapat
Semua data yang disajikan merupakan hasil klasifikasi dan interpretasi penulis
BAB IV
Menurut sejarahnya, Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Sulawesi
selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Kota tua atau Kota Gorontalo ini telah
terbentuk sejak 400 tahun yang lalu dengan sistem pemerintahan yang berbentuk
kerajaan. Pada saat itu, Gorontalo adalah salah satu pusat penyebaran agama Islam di
Indonesia bagian timur. Penyebaran agama itu kemudian menjadi jalan bagi Kota
Gorontalo untuk menjadi pusat perdagangan dan pendidikan di wilayah sekitar. Hal
tersebut didukung juga dengan letak Kota Gorontalo yang strategis yaitu di bagian
selatan kota ini menghadap ke teluk Tomini, dan bagian utara menghadap ke laut
Hukum adat yang ada menjdaikan Kota Gorontalo termasuk dalam 19 wilayah
adat di Indonesia. Adat dan agama merupakan dua unsur penting yang tak
terpisahkan di Gorontalo yang menyatu dengan istilah Adat bersendikan Syara dan
Syara bersendikan Kitabullah. Salah satu contoh pengaplikasian peleburan adat dan
agama menjadi satu dalam kehidupan masyarakat Gorontalo adalah pada zaman
50
menyulam atau Karawo. Karawo dilakukan oleh para gadis yang dipingit agar tidak
bertemu para pria sebelum mereka menikah. Hal ini merupakan aturan adat yang
berhubungan dengan ajaran agama Islam untuk menjaga pandangan dan hati
kolonial Belanda dan Jepang. Pada saat itu masyarakat Kota Gorontalo tidak tingal
dipelopori oleh bapak H. Nani Wartabone yang juga telah dikukuhkan oleh
hingga tahun 1944, Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri dan akhirnya
provinsi baru dan berpisah dari provinsi Sulawesi Utara sebagai provinsi ke 32.
Provinsi Gorontalo diresmikan pada tanggal 16 Februari 2001. Provinsi ini tetap
dinamakan provinsi Gorontalo dengan ibu kota, Kota Gorontalo, serta salah satu
51
kabupatennya yaitu kabupaten Gorontalo. Hal yang sangat jarang terjadi di provinsi
memiliki luas 79,03 km2 atau 0,65 % dari luas provinsi Gorontalo. Kota Gorontalo
terbesar adalah kecamatan Kota Barat. Secara astronomis, Kota Gorontalo terletak
antara 00 28' 17'' - 00 35' 56'' Lintang Utara dan antara 122 59' 44'' - 123 05' 59''
batas: Utara Kecamatan Bulango Selatan Bone Bolango, Selatan Teluk Tomini,
Kondisi topografi Kota Gorontalo adalah tanah datar yang dilalui tiga sungai
yang bermuara di Teluk Tomini dan Pelabuhan Gorontalo. Bagian selatan diapit dua
470 meter dan pesisir pantainya landai berpasir (Badan Pusat Statistik Kota
Gorontalo:2014).
Penduduk Kota Gorontalo pada tahun 2014 berjumlah 192.031 jiwa dengan
kepadatan penduduk 2.430 orang/km2. Jumlah tersebut terdiri dari jumlah penduduk
52
laki-laki sebanyak 95.523 orang dan 96.508 orang penduduk perempuan. Kota
Gorontalo memiliki sembilan kecamatan yaitu; Kota Barat, Dungingi, Kota Selatan,
Kota Timur, Hulonthalangi, Dumbo Raya, Kota Utara, Kota Tengah, Sipatana.
sebagai pekerja bebas di pertanian sebanyak 2.612 orang. Hal tersebut tentunya
sangat kontras dengan tingkat mata pencaharian penduduk dalam suatu kabupaten
atau desa. Penduduk kota memang lebih banyak sebagai karyawan atau pegawai.
Lahan pertanian yang semakin lama semakin sedikit di Gorontalo turut berpengaruh
pada jumlah penduduk dengan mata pencaharian sebagai pekerja bebas di pertanian.
Secara keseluruhan penduduk Kota Gorontalo yang berstatus bekerja atau memiliki
pengangguran berjumlah 6.634 orang, sementara yang tercatat sebagai pencari kerja
Pendidikan merupakan hal yang sangat krusial tidak hanya bagi masa depan
anak melainkan juga bagi masa depan bangsa dan negara karena semua anak adalah
53
serta mewajibkan pendidikan selama 9 tahun atau yang dikenal dengan istilah wajib
mengenyam pendidikan. Hal tersebut terlihat dengan jumlah siswa pada Taman
selanjutnya yaitu Sekolah Menengah Atas dan sederajad. Ada pun presentase siswa
pada tingkat Sekolah Dasar dan sederajad hingga ke tingkat Sekolah Menengah Atas
Tabel 4.1.
Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Gorontalo
Tahun 2014.
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa siswa pada tingkat Sekolah Dasar dan
sederajad sebesar 97,6 %. 69,77% untuk Sekolah Menengah Pertama dan sederajad,
serta 66,89% untuk Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan
khususnya wajib belajar 9 tahun. Meski telah mencapai persentasi di atas rata-rata,
54
alam yang menakjubkan. Daya tarik yang ditawarkan Gorontalo tentunya dilengkapi
dengan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan wisatawan, salah satu di
antaranya adalah hotel yang merupakan sarana akomodasi penting bagi wisatawan.
perkembangan perhotelan di Gorontalo hingga kini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hotel Berbintang dan Non Berbintang di Gorontalo
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hotel berbintang di Gorontalo masih sangat
sedikit apa lagi pada tahun 2010 hingga 2011 hanya ada 1 hotel. Tahun 2012
tertinggi karena dari jumlah hotel yang bertambah adalah 5 hotel, sedangkan di tahun
55
2014 hanya bertambah 1 hotel, sehingga total hotel berbintang sampai tahun 2014
berjumlah 8 hotel.
Hotel non berbintang di Gorontalo sudah jauh lebih banyak dari hotel
berbintang karena di tahun 2013 terjadi pengurangan jumlah hotel. Pada tahun 2010
dengan bertambahnya 2 hotel baru pada tahun 2011. Pada tahun 2012 bertambah lagi
1 hotel sehingga totalnya sebanyak 44 hotel. Pada tahun 2013 terjadi pengurangan 1
lagi pada tahun 2015 dengan bertambahnya 2 hotel baru sehingga total hotel non
bagi para wisatawan. Hal terpenting dalam suatu destinasi adalah daya tariknya yang
Beberapa contoh daya tarik di destinasi pariwisata Gorontalo dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
56
Gambar 4.1
Daya tarik wisata di destinasi pariwisata Gorontalo
Sumber: Google
yang dapat memberi kepuasan kepada wisatawan selama perjalanan wisata mereka di
Gorontalo. Keindahan alam dan daya tarik wisata buatan yang dipadukan dengan
berbagai tradisi dan budaya Gorontalo tidak perlu diragukan lagi. Para wisatawan
daya tarik wisata yang belum menjadi mass tourism atau pariwisata masal sehingga
tidak menimbulkan kemacetan dan pastinya wisatawan akan lebih menikmati waktu
mereka. Adapun daftar daya tarik wisata yang berada di Kota Gorontalo dapat dilihat
Tabel 4.3
Daftar Daya Tarik Wisata di Kota Gorontalo
Tabel 4.3 merupakan daftar daya tarik wisata di Kota Gorontalo menurut
Kecamatan. Selain daya tarik yang menyuguhkan keindahan alam, di Kota Gorontalo
tersebut adalah orang-orang yang melakukan ziarah baik masyarakat lokal Gorontalo
maupun wisatawan domestik yang kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Makam