Anda di halaman 1dari 35

A.

JUDUL PENELITIAN : ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN


OBJEK WISATA TAMAN AGROWISATA TENAYAN RAYA KOTA
PEKANBARU

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata,

menyediakan dan mengusahakan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan

usaha lain yang terkait dibidang pariwisata. Pariwisata adalah salah satu mesin

penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi

terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

menggairahkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial, budaya dan

ekonomi yang signifikan bagi suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan

dengan baik, mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada

sebuah destinasi.

Keberhasilan yang paling mudah untuk diamati adalah bertambahnya jumlah

kedatangan wisatawan dari periode ke periode. Pertambahan jumlah wisatawan

dapat terwujud jika wisatawan yang telah berkunjung puas terhadap destinasi

dengan berbagai atribut yang ditawarkan oleh pengelolanya. Wisatawan yang

puas akan cenderung menjadi loyal untuk mengulang liburannya dimasa

mendatang, dan memungkinkan mereka merekomendasikan kepada teman-teman,

dan kerabatnya untuk berlibur ke tempat yang sama. Fenomena yang terjadi pada

trend pariwisata, khususnya di dunia saat ini adalah pesatnya pertumbuhan wisata

agro. (Utama et al, 2018:1-2)

Agritourism bermula dari ecotourism. Ecotourism adalah yang paling cepat

bertumbuh diantara model pengembangan pariwisata yang lainnya diseluruh

1
dunia, dan memperoleh sambutan yang sangat serius. Ecotourism dikembangkan

di negara berkembang sebagai sebuah model pengembangan potensial untuk

memelihara sumber daya alam dan mendukung proses perbaikan ekonomi

masyarakat lokal. Ecotourism dapat menyediakan alternatif perbaikan ekonomi ke

aktivitas pengelolaan sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi

masyarakat lokal.

Menurut (Rilla, 1999) dalam (Utama et al, 2018:98) menyatakan agritourism

telah berhasil dikembangkan di Switzerland, Selandia Baru, Australia dan Austria.

Sedangkan di United States of Amerika baru tahap permulaan, dan baru

dikembangkan di California. Beberapa keluarga petani sedang merasakan bahwa

mereka dapat menambah pendapatan mereka dengan menawarkan pemondokan

bermalam, menerima manfaat dari kunjungan wisatawan.

Pengembangan Agritourism merupakan kombinasi antara pertanian dan dunia

wisata untuk liburan di desa. Atraksi dari agritourism adalah pengalaman bertani

dan menikmati produk kebun bersama jasa yang disediakan.

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha

pertanian (agro) sebagai objek wisata. tujuannya adalah untuk memperluas

pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian.

Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam

memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil

melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi

lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.

Objek agrowisata telah berkembang dan tercatat dalam basis data Direktorat

Jendral Pariwisata 1994/1995 terdapat delapan Provinsi yaitu Sumatera Utara,

2
Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, NTB,

Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Agrowisata umumnya masih berupa

hamparan suatu areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang

dikelola secara modern barat dengan orientasi objek keindahan alam yang belum

menonjolkan atraksi keunikan dari aktivitas lokal masyarakat. Di antara objek

agrowisata tersebut adalah, Kebun Raya Bogor, Taman Aggrek Indonesia Permai

Jakarta, Taman Bunga Cipanas Jawa Barat, Taman Buah Mekarsari Jawa Barat,

Oceanarium Sea World Taman Impian Jaya Ancol Jakarta dan Taman

Margasatwa Ragunan. (Utama et al, 2018:99-109)

Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan

pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat

pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin

meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah

melestarikan sumberdaya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan

pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata.

3
TABEL 1. : DESTINASI WISATA KOTA PEKANBARU
NO OBJEK WISATA KATEGORI
1. Kampung Bandar Senapelan Pekanbaru Wisata Budaya, Wisata
Sejarah
2. Mesjid Raya dan Makam Marhum Bukit Wisata Religi,
serta Makam Marhum Pekan Wisata Sejarah
3. Taman Agrowisata Tenayan Raya Wisata Agro, Wisata Minat
Khusus
4. Balai Adat Riau Wisata Budaya
5. Danau Bandar Khayangan Wisata Tirta
6. Kolam Pancing Alam Mayang Wisata Rekreasi
7. Museum Sang Nila Utama Wisata Budaya, Wisata
Sejarah
8. Mesjid Agung An Nur Wisata Religi
9. Komplek Bandar Seni Raja Ali Haji Wisata Budaya
10. Perpustakaan Soeman HS Wisata Edukatif
11. Anjungan Seni Idrus Tintin Wisata Budaya
12. Pasar Bawah Wisata Belanja
13. Plaza Senapelan Wisata Belanja
14. Plaza Citra Wisata Belanja
15. Plaza Sukaramai Wisata Belanja
16. Mall Pekanbaru Wisata Belanja
17. Mall SKA Wisata Belanja
Sumber: bilikdestinasi.pariwisata.riau.go.id Tahun 2017

Berdasarkan pada tabel 1. di Kota Pekanbaru terdapat salah satu objek

wisata berkonsep agro yang dikembangkan, yaitu Taman Agrowisata Tenayan

Raya yang terletak di Kelurahan Pembatuan, Kecamatan Tenayan Raya.

Berdasarkan penjelasan dari pemilik sekaligus pengelola Taman Agrowisata

Tenayan Raya, objek wisata ini berdiri pada bulan Oktober tahun 2014, awalnya

hanya sebuah lahan perkebunan milik pribadi dengan luas kurang lebih 6 hektare

yang ditanam berbagai macam sayuran dan buah-buahan seperti jagung, jambu

madu, melon, kelengkeng, bawang dan aneka sayuran lainnya. Selain itu objek

wisata ini dilengkapi juga dengan lahan sawah, kolam pemancingan, arena flying

fox, arena panahan serta area peternakan.

Kota Pekanbaru sebagai salah satu destinasi wisatawatan, lebih banyak

didominasi dengan wisata belanjanya. Oleh karena itu Taman Agrowisata

4
Tenayan Raya ini mulai direalisasikan sebagai sebuah tempat wisata yang

berkonsep agro-edukasi oleh sang pemilik dikarenakan kurangnya objek wisata di

Kota Pekanbaru terkhusus objek wisata yang berkonsep alam dan agro-edukasi.

Selama kurun waktu pendirian, Taman Agrowisata Tenayan Raya memiliki

sedikit mengalami kemajuan dibandingkan beberapa objek wisata lainnya yang

berkonsep agro yang mulai berkembang saat ini. Dimulai dengan penambahan

fasilitas ATV (All Terain Vehicle) agar pengunjung dapat menikmati keindahan

lokasi dengan menggendarai ATV tersebut. Dibalik kemajuan tersebut masih ada

beberapa hal yang perlu untuk dikembangan dan dikelola dengan baik. Seperti

areal perkebunan yang perlu dikelola dengan baik dan perlu penataan, fasilitas

yang belum memadai serta belum ditemukannya daya tarik spesifik dari Taman

Agrowisata Tenayan Raya ini.

Studi kelayakan proyek digunakan untuk menganalisis kelayakan pada

proyek yang baru dibentuk atau apabila terjadi pengembangan usaha yang

membutuhkan investasi baru (Kasmir dan Jakfar 2003).

Studi kelayakan juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil suatu keputusan usaha, baik menolak atau menerima rencana usaha,

dan mempertahankan atau menghentikan usaha yang sudah ada (Ibrahim,2009).

Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan untuk melihat kelayakan dan

kelangsungan Taman Agrowisata Tenayan Raya dalam menghadapi

ketidakpastian risiko dunia bisnis salah satunya melalui analisis kelayakan

finansial, teknis dan pasar.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

lokasi ini dengan mengangkat judul “Analisis Kelayakan Pengembangan

5
Agrowisata Di Kota Pekanbaru (Studi Kasus Pada Taman Agrowisata Tenayan

Raya)”

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka terdapat beberapa

rumusan masalah yang dapat diidentifikasi, sebagai berikut:

Bagaimana analisis kelayakan pengembangan objek wisata Taman

Agrowisata Tenayan Raya bila dilihat dari aspek finansial, aspek teknis dan aspek

pasar?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, terdapat tujuan

penelitian, sebagai berikut:

Untuk menganalisis kelayakan pengembangan aspek finansial, aspek teknis

dan aspek pasar pada objek wisata Taman Agrowisata Tenayan Raya.

2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan

memberikan manfaat:

1. Melalui penelitian ini, penulis mencoba memberikan bukti empiris

tentang Analisis Kelayakan Pengembangan Objek Wisata Taman

Agrowisata Tenayan Raya Kota Pekanbaru.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah

Kota Pekanbaru dan Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam

menetapkan kebijakan pengembangan wisata berbasis agrowisata.

6
3. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan tambahan dan rujukan untuk

peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian pada objek yang

sama.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
a. BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

b. BAB II Tinjauan Pustaka Dan Hipotesis

Bab ini terdiri dari pengertian secara umum tentang topic masasalah,

kemudian mengurainkan konsep teori secara mendalam yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti dan diakhiri dengan kerangka

pemikiran, nodel penelitian dan hipotesis.

c. BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang dilakukan dengan

meliputi lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data, defenisi dan pengukuran variabel,

metode analisis yang dilakukan untuk menarik kesimpulan

d. BAB IV Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dari topik penelitian.

e. BAB V Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan hipotesis yang diajukan

yang meliputi gambaran hasil penelitian, pengujian terhadap hipotesis

dan analisis hasil penelitian dan pembahasan.

7
f. BAB VI Penutup

Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil pengujian dan analisis yang

dilakukan pada Bab V dan memberikan saran sesuai dengan hasil

analisis.

F. TELAAH PUSTAKA
1. Pengembangan Agrowisata

Upaya pengembangan agrowisata secara garis besar mencakup aspek

pengembangan sumber daya manusia, sumber daya alam, promosi, dukungan

sarana dan kelembagaan (http://database.deptan.go.id) dalam (Utama, 2018:119-

123). Selanjutnya aspek-aspek tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat

berperan penting dalam keberhasilan pengembangan agrowisata. Kemampuan

pengelola agrowisata dalam menetapkan target dan sasaran dan menyediakan,

mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus

sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam

mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai

sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu

dan keterampilan menjual produk wisata seringkali tidak hanya sebatas kepada

produk dari objek wisata yang dijual tetapi juga pengetahuan umum terutama hal-

hal yang lebih mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut.

8
b. Promosi

Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan agrowisata.

Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti

melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan

atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel,

restoran, bandara dan lainnya).

c. Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha agrowisata sangat mengandalkan

kondisi sumber daya alam dan lingkungan. Sumber daya alam dan lingkungan

tersebut mencakup sumber daya objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar

termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian

sumber daya alam dan lingkungan yang dijual sangat menetukan keberlanjutan

usaha agrowisata. Antara usaha agrowisata dengan pelestarian sumber daya alam

dan lingkungan terdapat hubungan timbale balik yang saling menguntungkan.

Usaha agrowisata berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumber daya alam dan

lingkungan yang lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat

diciptakan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari.

d. Dukungan Sarana dan Prasarana

Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-

kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, akomodasi dan

transportasi sampai kebada kesadaran masyarakat sekitarnya. Upaya

menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan suasana santai

serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu diciptakan.

9
e. Kelembagaan

Pengembangan agrowisata memerlukan dukungan semua pihak pemerintah,

swasta terutama pengusaha agrowisata, lembaga yang terkait seperti perjalanan

wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah

bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya agrowisata dalam

bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada

pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan.

Peran mereka bersama dengan interaksi mereka adalah penting untuk

menuju sukses dalam pengembangan agrowisata.

(Lobo dkk, 1999) dalam (Utama, 2018:111-112) menyatakan beberapa

keuntungan dari pengembangan agrowisata bagi petani lokal, sebagai berikut:

1. Agrowisata dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan

pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan operasi mereka;

2. Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/masyarakat tentang

pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekonomian secara luas dan

meningkatkan mutu hidup;

3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu

mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa;

4. Agrowisata dapat menjadi media promosi untuk produk lokal, dan membantu

perkembangan regional dalam memasarkan usaha dan menciptakan nilai

tambah dan merangsang kegiatan ekonomi sserta memberikan manfaat kepada

masyarakat di daerah dimana agrowisata dikembangkan.

Sedangkan manfaat agrowisata bagi pengunjung atau wisatawan menurut

(Rilla, 1999) dalam (Utama, 2018:123) adalah sebagai berikut:

10
1. Menjalin hubungan kekeluargaan dengan petani atau masyarakat lokal.

2. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh.

3. Beristirahat dan menghilangkan kejenuhan.

4. Mendapatkan petualangan yang mengagumkan.

5. Mendapatkan suasana yang benar-benar berbeda.

6. Biaya yang murah karena agrowisata relatif lebih murah dari wisata yang

lainnya.

Pengembangan agrowisata diharapkan sesuai dengan kapabilitas, tipologi

dan fungsi ekologis lahan sehingga akan berpengaruh langsung terhadap

kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitar.

Pada hakikatnya pengembangan agrowisata mempunyai tujuan ganda

termsuk promosi produk pertanian Indonesia, meningkatkan volume penjualan,

membantu meningkatkan perolehan devisa, membantu meningkatkan pendapatan

petani nelayan dan masyarakat sekitar, disamping untuk meningktkan jenis dan

variasi produk pariwisata Indonesia.

2. Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata sejatinya merupakan kata lain dari objek wisata namun

sesuai dengan peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata objek wisata sudah

tidak relevan lagi. Untuk menyebutkan suatu daerah wisatawan maka

digunakanlah “Daya Tarik Wisata”.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009,

daerah tujuan wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan,

kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

11
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

daerah tujuan wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan

dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang kesuatu daerah

tertentu.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

kepariwisataan, macam-macam daerah tujuan wisata terdiri dari 3 hal, sebagai

berikut:

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berupa alam, flora dan fauna.

2. Hasil karya manusia, contoh: museum, seni dan budaya, peninggalan sejarah,

wisata agro, petualangan alam, hiburan, taman rekreasi, dll.

3. Minat khusus, contoh: mendaki gunung, berburu, tempat belanja, goa, rafting,

tempat ibadah dan ziarah, industri dan kerajinan.

Masing-masing daerah tujuan wisata memiliki kelebihan dan daya tarik

tersendiri. Para wisatawan boleh memilih kemana tujuan yang dikehendaki.

Terserah apakah mereka hendak ke pantai yang permai, ke pegunungan yang

sejuk dan segar, atau ketempat-tempat bersejarah dan sebagainya.

Masalah daya tarik tujuan wisata memang ada ketergantungannya pada

motivasi wisatawan itu sendiri. Apa yang dikehendaki seseorang mungkin tidak

oleh lainnya, tetapi mungkin pula ada orang-orang yang sama seleranya. Para ahli

yang turut merencanakan objek-objek wisata tentulah memahami hal ini sehingga

produk-produk wisata yang hendak dikembangkan tidak melupakan kelengkapan

yang menjadi daya tarik banyak orang.

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan, maka daya tarik wisata

harus dirancang dibangun atau dikelola secara professional sehingga dapat

12
menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang

sedemikian rupa berdasarkan criteria tertentu. Umumnya daya tarik suatu objek

wisata berdasar pada:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan

bersih.

2. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang

hadir.

5. Objek wisata alam yang mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam

pegunungan, pantai, sungai, pasir, hutan dan sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai

khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai budiluhur

yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

(Gromang, 2003:21)

Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu

daerah wisata dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan objek wisata,

(Syamsu dkk, 2001:08) mengidentifikasikan faktor-faktor tersebut sebagai

berikut:

1. Kelangkaan jika wisatawan melakukan wisata dikawasan agrowisata,

wisatawan mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang

mengandung unsure kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang

ditemukan saat ini.

2. Kealamiahan.

13
Kealamiahan atraksi agrowisata, juga akan menentukan keberlanjutan dari

agrowisata yang dikembangkan. Jika objek wisata tersebut telah tercemar atau

penuh dengan kepalsuan, maka wisatawan akan merasa tertipu dan tidak

berkunjung kembali.

3. Keunikan.

Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dengan objek

wisata yang ada. Keunikan dapat berupa budaya, tradisi dan teknologi lokal

dimana objek wisata tersebut dikembangkan.

4. Pelibatan Tenaga Kerja

Pengembangan agrowisata diharapkan melibatkan tenaga kerja setempat,

setidak-tidaknya meminimalkan tergusurnya masyarakat lokal akobat

pengembangan objek wisata tersebut.

5. Optimalisasi Pengunaan Lahan.

Lahan-lahan pertanian atau perkebunan diharapkan dapat dimanfaatkan secara

optimal, jika objek agrowisata ini dapat berfungsi dengan baik. Tidak

ditemukan lagi lahan tidur, namun pengembangan agrowisata ini berdampak

positif terhadap pengelolaan lahan, jangan juga diekploitasi secara bebas.

6. Keadilan dan Pertimbangan Pemerataan.

Pengembangan agrowisata diharapkan dapat menggerakkan perekonomian

masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petani/desa, penanaman

modal/investor, regulator. Dengan melakukan koordinasi didalam

pemngembangan secara detail dari input-input yang ada.

7. Penataan Kawasan.

14
Agrowisata pada hakekatnya meruapakan suatu kegiatan yang

mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk

objek wisata yang menarik.

3. Pengertian Agrowisata

Dalam istilah sederhana, agritourism atau wisata agro didefinisikan sebagai

perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi

kebun, peternakan atau kilang anggur untuk membeli produk, menikmati

pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan

malam bersama di suatu areal perkebunan atau taman.

Sementara defenisi lain mengatakan, agritourism adalah sebuah alternatif

untuk meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup, menggali potensi

ekonomi petani kecil dan masyarakat pedesaan. (www.farmstop.com dalam

Utama et al. (2018:84))

Sutjipta (2001) dalam Utama et al. (2018:86) mendefenisikan, agrowisata

adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk

pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, didalamnya berkaitan dengan

pelestarian lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani.

Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (ecotourism),

yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam

dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau

tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan.

15
Menurut Yoeti (2000:143) dalam bukunya yang berjudul “Ekowisata,

Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup” mengatakan bahwa agrowisata

merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan didesa. Kemudian

agrowisata juga merupakan suatu jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil

pertanian, peternakan, perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.

Agrowisata telah diberi batasan sebagai wisata yang memanfaatkan objek-

objek pertanian. Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat

dikembangkan adalah kebun raya, perkebunan, tanaman pangan dan holtikultura,

perikanan, dan peternakan. (Tirtawinata et al, 1999: 4-5)

Pengembangan agrowisata atau desa wisata akan membangun komunikasi

yang intensif antar petani dengan wisatawan. Harapannya petani bisa lebih kreatif

mengelola usaha taninya sehingga mampu menghasilkan produk yang menyentuh

hati wisatawan.

4. Kelayakan Usaha
Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat (benefit) yang dapat diperoleh

dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek, disebut dengan studi kelayakan

bisnis. Dengan demikian studi kelayakan yang juga sering disebut dengan

feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu

keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang

direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari

gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik

dalamarti financial benefit maupun dalam arti social benefit. (Saleh, 2006)

Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit, tergantung

dari segi penilaian yang dilakukan. Proyek-proyek yang dinilai dari segi ini pada

16
umumnya adalah proyek-proyek yang manfaatnya dihitung dari segi manfaat yang

diberikan proyek terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara

keseluruhan.

Kegiatan usaha yang dinilai dari segi financial benefit adalah usaha-usaha

yang dinilai dari segi penanaman modal/investasi yang diberikan untuk

pelaksanaan usaha/proyek tersebut. (Djamin, 2003)

Menurut Djamin (2003) proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit

adalah proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah dan organisasi-

organisasi sosial, seperti pembuatan jalan/jembatan, rumah sakit, taman hiburan,

sekolah dan lain sebagainya yang memberikan dampak positif terhadap

perekonomian masyarakat secara keseluruhan.

Proyek-proyek yang dinilai dari segi financial benefit, umumnya

dilaksanakan oleh pengusaha secara individu yang menanamkan modalnya

didalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sasaran yang

ingin dicapai dalam analisis finansial adalah hasil dari modal saham (equity

capital) yang ditanam dalam usaha yang lebih mengutamakan penilaian social

benefit daripada financial benefit sering disebut dengan analisis evaluasi proyek

dan kegiatan usaha yang mengutamakan financial benefit daripada social benefit

sering disebut dengan analisis studi kelayakan bisnis. (Saleh, 2006)

Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis

adalah menyangkut dengan beberapa aspek, antara lain:

1. Aspek Pasar.

2. Aspek Teknis Produksi.

3. Aspek Produksi.

17
4. Aspek Manajemen.

5. Aspek Lingkungan, dan

6. Aspek Keuangan. (Djamin, 2003)

Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis terbagi

kedalam dua kelompok yaitu aspek finansial dan aspek non finansial. Aspek non

finansial terdiri aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen-hukum, aspek sosial-

ekonomi-budaya, aspek lingkungan (Djamin, 2003). Banyak aspek yang perlu

diperhatikan dalam suatu studi kelayakan bisnis sangat tergantung kepada

karakteristik dari masing-masing bisnis.

Dengan demikian apabila gagasan usaha/proyek telah dinyatakan layak dari

segi ekonomi, dalam pelaksanaan jarang mengalami kegagalan kecuali disebabkan

faktor-faktor uncontrollable seperti banjir, terbakar dan bencana alam lainnya

yang diluar jangkauan manusia. Analisis kelayakan menggunakan analisis Net

Present Value (NVP), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio

(Net B/C Ratio), untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidaknya.

5. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Puspitasari et al (2017) dengan judul “Analisis Kelayakan

Finansial Kebun Wisata Strawberry (Kasus Di Kebun Wisata Strawberry

Highland). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah usaha

Kebun Wisata Strawberry Highland layak untuk dijalankan dan dikembangkan,

yang diharapkan juga dapat dijadikan acuan bagi investor yang ingin berinvestasi

pada usaha bidang pertanian. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik

deskriptif kuantitatif untuk menganalisis cashflow, kelayakan finansial dan

sensitivitas dengan alat analisis NPV, IRR, B/C Ratio serta Payback Periode.

18
Hasil penelitian mengenai kelayakan finansial yang telah dilakukan terdiri dari

NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Payback Period. Nilai perhitungan NPV

didapatkan Sebesar Rp. 284.816.306 yang mengindikasikan bahwa apabila

menginvestasikan modal sebesar Rp. 734.718.500 untuk wisata strawberry maka

akan menghasilkan present value sebesar Rp. 284.816.306 yang menandakan

bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan karena biaya investasi lebih tinggi

dari NPV. Hasil perhitungan IRR diperoleh sebesar 28% yang mengindikasikan

bahwa wisata strawberry yang dijalankan memberikan pendapatan yang lebih

besar dibandingkan dengan mendepositkan uang tersebut ke bank dengan suku

bunga yang berlaku yaitu 13,5%. Hasil perhitungan B/C Ratio diperoleh sebesar

1,18 yang mengindikasikan bahwa dijelaskan bahwa setiap Rp.1 biaya yang

dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 1,18, dan pada perhitungan

Payback Periode diperoleh sebesar 3 tahun 9 bulan yang mengindikasikan bahwa

wisata strawberry dapat mengembalikan modal selama 3 tahun 9 bulan.

Kemudian Ramadhani et al (2017) dengan judul “Prospek Pengembangan

Usahatani Kakao di Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk budidaya kakao

di Desa Pangsan, kelayakan finansial usahatani kakao di Desa Pangsan, dilihat

dari kriteria investasi, dan prospek pasar komoditas kakao produksi Desa Pangsan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kriteria investasi

termasuk NPV, IRR, dan Net B/C untuk analisis kelayakan finansial, sedangkan

kesesuaian lahan dan prospek pasar dianalisis secara deskriptif dan kualitatif.

Temuan dari Penelitian menunjukkan bahwa: lahan di Desa Pangsan sesuai (S2)

untuk pertanian kakao dan memiliki produktivitas rendah dibandingkan dengan

19
produktivitas kakao di Bali dan Indonesia, pertanian kakao di desa Pangsan yang

ditumpangsarikan dengan pohon kelapa dan pisang secara finansial layak untuk

dibudidayakan, dengan NPV sebesar Rp 29.454.914,86, IRR 38%, dan Net

Benefit Cost Ratio (Net B / C) sebesar 7,68, dan prospek pasar produk kakao di

Desa Pangsan tidak prospektif untuk bahan pangan, karena produk kakao yang

dihasilkan tidak difermentasi dan tidak bersertifikat.

Selanjutnya oleh Basuki (2017) melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kelayakan Agribisnis Cengkeh Di Kabupaten Jember”. Adapun tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan, kelayakan finansial, dan

sensitivitas agribisnis cengkeh pada perkebunan besar dan perkebunan rakyat di

Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan pada perkebunan besar di Perusahaan

Daerah Perkebunan (PDP) Kabupaten Jember Kebun Gunung Pasang dan

perkebunan rakyat di Desa Garahan Kecamatan Silo. Metode penelitian adalah

analitis dan deskriptif. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling

dan total sampling. Data penelitian yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pendapatan agribisnis cengkeh

Tahun 2015 perkebunan besar menguntungkan dengan rata-rata umur cengkeh 33

tahun sebesar Rp 81.310,65/pohon, sedangkan pendapatan agribisnis cengkeh

perkebunan rakyat dengan rata-rata umur cengkeh 5-30 tahun menguntungkan

sebesar Rp 85.964,36/pohon. (2) Agribisnis cengkeh pada perkebunan besar layak

diusahakan secara finansial dengan NPV sebesar Rp 3.585.490.570,49, Net B/C

sebesar 12,48, Gross B/C sebesar 3,01, IRR sebesar 56,38%, PR sebesar 13,64,

dan PP selama 5 tahun 2 bulan 22 hari, sedangkan agribisnis cengkeh pada

perkebunan rakyat layak diusahakan secara finansial dengan NPV sebesar Rp

20
6.178.661,22, Net B/C sebesar 5,59, Gross B/C sebesar 2,72, IRR sebesar

20,53%, PR sebesar 5,59, dan PP selama 10 tahun 4 bulan 27 hari. (3) Agribisnis

cengkeh perkebunan besar dan perkebunan rakyat di Kabupaten Jember masih

layak diusahakan secara finansial atau tidak peka apabila terjadi kenaikan harga

pupuk 30%, kenaikan upah tenaga kerja 10%, dan perubahan harga jual cengkeh

dengan menggunakan skenario optimis Rp 125.756,00/kg dan skenario moderat

sebesar Rp 61.408,00/kg, sedangkan pada skenario pesimis sebesar Rp

20.990,00/kg perkebunan besar masih layak diusahakan secara finansial, namun

perkebunan rakyat tidak layak diusahakan secara finansial.

Kemudian Ramdan et al. (2016) dengan judul “Analisa Kelayakan

Pengembangan Wisata di Desa Cimareme Kecamatan Banyuresmi Garut”.

Dengan tujuan penelitian merencanakan pengembangan wisata yang berada di

Kampung Cimareme Desa Cimareme Kecamatan Banyuresmi Garut, analisa

kelayakan ini ditinjau dari bebrapa faktor penentu diantaranya arah

pengembangan wisata, sarana serta prasarana penunjang untuk pengembangan

wisata. Model analisa kelayakan yang digunakan yaitu aspek pasar, aspek teknik

dan manajemen serta finansial. Hasil dari aspek pasar yaitu sebagai pengguna

potensial atau pengguna utama sebagai pengunjung wisata dapat memanfaatkan

penduduk di wilayah Kecamatan Banyuresmi dengan target umur mulai dari 5

tahun, metode yang dipakai dalam analisis aspek finansial yaitu dengan metode

NPV, IRR, Payback Period, hasil analisis bahwa analisa kelayakan pengembangan

layak untuk dikembangkan. Sedangkan dari aspek teknik, manajemen

menghasilkan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan untuk

pengembangan wisata.

21
Bestari et al. (2016) dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani

Bunga Krisan Di Daun Hijau Nursery Kecamatan Bandungan Kabupaten

Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis pendapatan dan profit

margin usahatani bunga krisan Daun Hijau Nursery; 2) menentukan kelayakan

usahatani “Daun Hijau Nursery” untuk dikembangkan. Penelitian ini dilaksanakan

pada November-Desember 2016 di “Daun Hijau Nursery”, Kecamatan

Bandungan, Kabupaten Semarang. Metode penelitian ini adalah studi kasus,

penentuan Daun Hijau Nursery sebagai lokasi penelitian dilakukan secara

purposive. Analisis data menggunakan perhitungan pendapatan dan profit marjin

serta kriteria investasi dengan perhitungan NPV, IRR, PI, dan PP. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata yang diperoleh dalam satu periode (4

bulan) sebesar Rp 362.566.934,- dengan profit margin per periode rata-rata

sebesar 65,27%. Hal ini menunjukkan usahatani bunga krisan Daun Hijau Nursery

menguntungkan. Hasil analisis finansial untuk 9 periode yang akan datang adalah

NPV sebesar Rp 3.886.734.405,-, sedangkan IRR sebesar 650,92%. PI sebesar

19,38, dan PPselama 0,4 periode. Hal ini berarti bahwa usahatani Daun Hijau

Nursery layak untuk dikembangkan.

Selanjutnya Dewi et al. (2016) dengan judul “Analisis Kelayakan Usahatani

Buah Naga di Daerah Perkotaan Sebagai Alternatif Tambahan Pendapatan

Petani”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usahatani

buah naga di perkotaan daerah. Menganalisis sensitivitas budidaya Buah Naga

terhadap perubahan produksi kuantitas, harga jual produk, dan biaya produksi.

Unit percontohan Buah Naga Pertanian di daerah perkotaan berada di Kebun

Percobaan Fakultas Pertanian Udayana Universitas. Informan kunci dari

22
penelitian ini adalah manajer taman, petugas lapangan, lapangan pekerja di Kebun

Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Data yang digunakan adalah

suku bunga Bank Rakyat Indonesia, biaya investasi (pembibitan stek, pendaki,

ban bekas, tali, dan peralatan), biaya operasional (pupuk dan tenaga kerja),

kuantitas produksi, dan harga jual produk. Analisis data menggunakan analisis

kriteria investasi dan analisis sensitivitas bisnis. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Budidaya Buah Naga di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Udayana

Universitas menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan. Nilai pendapatan

usahatani adalah Rp 231.453.087, nilai Net B / C adalah 4,03. IRR> I adalah

49,63%> 18%, tingkat pengembalian selama lima tahun adalah delapan bulan.

Upaya ini sangat sensitif terhadap penurunan 50% dalam harga penjualan.

Kemudian Rahayu et al. (2015) melakukan penelitian dengan judul “Aspek

Kelayakan Finansial Pengembangan Komoditas Asparagus (Asparagus

officionalis) di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung”. Penelitian ini

berfokus pada kelayakan finansial pengembangan asparagus pertanian di

PelagaVillage berdasarkan kondisi agroklimat dan kendala yang dihadapi petani

dalam pengembangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek

finansial, usahatani layak untuk dikembangkan karena Net B / C ratio sebesar Rp

2,21 Net Present Value memiliki nilai positif sebesar Rp 268.482.779, Internal

Rate of Return sebesar 35,87% dan Payback period adalah 3,7 tahun. Kendala

yang dihadapi petani dalam pengembangan aspek teknis peternakan asparagus

yaitu masalah hama dan penyakit yang menyerang pada musim hujan, dari aspek

ekonomi adalah kurangnya dana untuk proses produksi, dan kendala aspek sosial.

23
yaitu asparagus nabati cenderung hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas

menengah atas karena harganya relatif mahal.

Tiyas et al. (2015) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Finansial

Usahatani Buah Naga Super Merah (Hylocereus Costaricensis) Studi Kasus di

Kelompok Tano Berkah Naga Desa Sambirejo Kecamata Bangorejo Kabupaten

Banyuwangi”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen

kelayakan buah naga dalam hal aspek keuangan dan kontribusi pendapatan rumah

tangga. Penelitian ini dilakukan di Berkah Naga Kelompok Tani di Desa

Sambirejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi. Setelah semua data

yang dihitung menggunakan kriteria investasi yaitu: NPV (Rp154.738.558,00),

Net B / C (1,90) lebih besar dari satu, IRR (59,03%) lebih besar dari faktor

diskon, dan payback period (2 tahun 3 bulan). Hasil ini menunjukkan suku bunga

yang berlaku 18% setiap tahun, pengelolaan buah naga dapat dilakukan. Dari

analisis sensitivitas menunjukkan bahwa buah naga pengelolaan peternakan tidak

sensitif untuk meningkatkan biaya. Tapi, pertanian manajemen buah naga sensitif

dengan penurunan harga jual buah naga 50%.

Sofiana et al. (2015) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Kelayakan Finansial Agrowisata Kebun Buah (Studi Kasus di Agrowisata Kebun

Buah Mangunan, Bantul, Yogyakarta). Dengan tujuan penelitian untuk

mengetahui kelebihan kebun mangunan, untuk menentukan kelayakan finansial

dilihat berdasarkan kriteria investasi, dan untuk menentukan periode waktu

pengembalian investasi agrowisata kebun mangunan berdasarkan biaya yang

dikeluarkan dan manfaatnya. Data dari penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan analisis investasi melalui analisis NPV, BCR, IRR, dan Payback

24
Period. Analisis NPC, BCR, dan IRR yang mengacu pada kelayakan keuangan

dan profitabilitas sementara Payback Period menekankan periode waktu

pengembalian investasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agrowisata

Kebun Mangunan layak untuk di manfaatkan. Dari analisis keuangan pada tingkat

bunga 12%, mendapat NPV dalam jumlah Rp. 50.707.576.366 yang menunjukkan

laba dalam jumlah Rp. 50.707.576.366 selama masa proyek. Analisis BCR

memperoleh nilai 3,68 yang menunjukkan bahwa untuk setiap Rp. 1 biaya yang

dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar 3,68. Selain itu, analisis IRR

memperoleh nilai dalam jumlah 18,92% yang menunjukkan bahwa akan ada

pengembalian ketika suku bunga mencapai 18,92%. Berdasarkan kriteria

pengembalian investasi (payback period) dari perhitungan, diperoleh bahwa

periode pengembalian sekitar 14 tahun dan 9 bulan, yang berarti dalam periode

waktu itu biaya investasi yang dikeluarkan dapat dikembalikan.

Kemudian Fatmawati et al. (2013) melakukan penelitian dengan judul

“Kelayakan Agrowisata Jamu Ramuan Madura di Kabupaten Sumenep”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan pengembangan Agrowisata

Jamu Ramuan Madura di Kabupaten Sumenep. Hasil analisis menunjukkan

bahwa agrowisata jamu ramuan Madura di desa Matanair Kecamatan Rubaru

layak untuk diusahakan dengan nilai NPV sebesar Rp13.979.701.973,49, IRR

sebesar 30,52% yang melebihi nilai tingkat suku bunga atau discount factor yaitu

12,4%, serta Net B/C sebesar 10,22.

25
G. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Berikut akan penulis sajikan kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan:

Permasalahan yang dihadapi :


1. Areal taman agrowisata yang belum terkelola dengan baik
2. Fasilitas yang belum memadai
3. Belum ditemukannya daya tarik spesifik dari taman agrowisata

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Non Finansial: Aspek Finansial , dengan


kriteria:
1. Aspek Pasar
2. Aspek Teknis 1. Net Present Value
2. Internal Rate of Return
3. Net Benefit Cost Ratio
4. Payback Period

Analisis Sensitifitas

Layak Layak

Rekomendasi

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran

26
H. METODE PENELITIAN
1. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada kawasan Taman Agrowisata Tenayan Raya

yang berlokasi di Jalan Kadiran, Kelurahan Pembatuan, Kecamatan Tenayan

Raya Kota Pekanbaru. Pengambilan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa

lokasi tersebut merupakan salah satu objek wisata berkonsep agro dan satu-

satunya terdaftar pada Dinas Pariswisata Provinsi Riau dan perlu untuk

dikembangkan.

2. JENIS DAN SUMBER DATA


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Yaitu data yang dikumpulkan oleh penulis yang diperoleh secara

langsung dari lokasi objek penelitian dengan mengajukan pertanyaan

dengan kuisioner yang telah disusun oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua atau

data yang diperoleh dari hasil publikasi pihak lain dan kepustakaan

yang dianggap relevan dengan maksud penelitian ini.

Yang diolah dan interpretasikan secara deskriptif.

3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data dan informasi dikumpulkan untuk mendapatkan suatu gambaran dan

berbagai keterangan yang berkaitan dengan lingkup penelitian, dengan cara:

27
1. Questioner, yaitu pengumpulan data dengan cara membuat daftar

pertanyaan, kemudian diajukan kepada responden dengan maksud untuk

memudahkan interview.

2. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara langsung objek penelitian dengan tujuan

mencari informasi untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh.

4. DEFENISI OPERASIONAL DAN INDIKATOR VARIABEL


a. Aspek Finansial, Metode yang digunakan untuk melakukan analisis

finansial pada proyek atau usaha ini adalah dengan menggunakan

kriteria penilaian investasi. Metodetersebut bertujuan untuk mengkaji

layak atau tidaknya suatu proyek atau usaha dapat dijalankan secara

finansial. Metode tersebut terdiri dari Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan

Payback Period (PP).

b. Aspek Teknis dan Teknologi, merupakan suatu aspek yang berkenaan

dengan proses pembangunan usaha secara teknis dan

pengoperasiannya setelah usaha tersebut selesai dibangun.

c. Aspek Prospek Pengembangan, Analisis terhadap aspek pasar

dilakukan untuk melihat adanya pasar potensial untuk agrowisata.

Potensi pasar diukur berdasarkan peluang pasar dalam lapangan usaha

yang berhubungan dengan produksi markisa dan pariwisata. Analisis

juga dilakukan terhadap pangsa pasar dan bauran pemasaran sesuai

perencanaan yang dilakukan oleh pihak yang terkait.

28
5. METODE ANALISIS
Metode yang dilakukan dalam menganalisis data pada penelitian ini

adalah, sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam

bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang telah

terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk

gambar/tabel. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan diolah dengan

melihat aspek teknis, aspek finansial dan prospek pengembangan.

2. Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Untuk aspek finansial analisis yang digunakan yaitu Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C

Ratio). Data kuuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan

software yaitu Microsoft Excel. Hasil pengolahan data tersebut disajikan

dalam bentuk tabulasi dengan memasukkan data primer kedalam bentuk yang

mudah dibaca dan dipahami. Data kualitatif disajikan dalam bentuk uraian

deskriptif serta dalam bentuk tabel, bagan atau gambar.

Analisis aspek finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria

investasi untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria

investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) dan Payback Period

(PP).

Pelaksanaan analisis finansial dari suatu usaha dapat menggunakan

metode atau kriteria investasi. Kriteria kelayakan investasi digunakan untuk

29
mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu

kegiatan usaha. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk

menetukan urutan-urutan berbagai alternatif usaha dari suatu investasi.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih merupakan manfaat

bersih yang diterima selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu

usaha dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima

melebihi biaya yang dikeluarkan, atau dengan kata lain Net Present Value

lebih besar dari nol, berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada

biaya yang dikeluarkan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Net

Present Value adalah sebagai berikut:


𝑛
Bt−Ct
NVP = ∑ 𝑡
𝑡=0 (1+𝑖)

Keterangan : Bt = Benefit pada tahun ke-t

Ct = Cost pada tahun ke-t

i = Tingkat Diskonto (%)

n = Umur proyek (tahun)

NPV memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap

kriteria investasi, yaitu:

1. NPV < 0 (negatif), hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak

layak secara finansial karena masih mengalami kerugian.

2. NPV = 0, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak

mengalami kerugian dan juga tidak mengalami keuntungan, maka

30
keputusan untuk meneruskan usaha ini atau tidak berada di tangan pemillik

usaha sendiri.

3. NPV > 0 (positif), hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak

secara finansial sebab mendapatkan keuntungan.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Gray et al (2007) IRR merupakan discount rate yang membuat

NPV sama dengan nol, tetapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan

discount rate yang dihitung berdasarkan data di luar proyek sebagai social

opportunity cost of capital (SOCC) yang berlaku umum di masyarakat (bunga

deposito). Untuk menghitung IRR sebelumnya harus dicari discount rate

yang menghasilkan NPV positif, kemudian dicari discount rate yang

menghasilkan NPV negatif. Langkah selanjutnya adalah melakukan

interpolasi dengan rumus berikut:

𝑁𝑃𝑉1
IRR = i1 + (i2 +i1)
𝑁𝑃𝑉2 +𝑁𝑃𝑉1

Keterangan: IRR = Internal Rate of Return

i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+

i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-

NPV1 = Net Present Value bernilai positif

NPV2 = Net Present Value bernilai negative

IRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai

sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih

31
dimasa-masa mendatang. IRR memiliki tiga nilai yang masing-masing

memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu:

1. IRR < SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak

layak secara finansial.

2. IRR = SOCC, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut

berada dalam keadaan break even point.

3. IRR > SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak

secara finansial.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari proyek atau

usaha setiap kita mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk proyek atau

usaha tersebut. Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dengan

NPV negatif. Nilai Net B/C memiliki arti sebagai berikut:


𝑛
𝐵 Bt−Ct
Net 𝐶 = ∑ (1+𝑖)𝑡
𝑡=𝑜

𝑛
Ct−Bt
∑ (1+𝑖)𝑡
𝑡=𝑜

Keterangan: Bt = Benefit pada tahun ke-t

Ct = Cost pada tahun ke-t

i = Tingkat Diskonto (%)

n = Umur proyek (tahun)

Bt-Ct = Untuk Benefit lebih besar dari Cost pada tahun ke-t

Ct-Bt = Untuk Cost lebih besar dari Benefit pada tahun ke-t

32
4. Payback Period (PP)

Pay Back Period (PP) merupakan salah satu kriteria investasi yang berupa

jangka waktu yang diperlukan dalam pengembalian seluruh investasi atau

bisa diartikan juga sebagai teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)

pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Pay Back Period dapat

dicari dengan mengakumulatifkan arus manfaat dan biaya mulai dari yang

bernilai negatif hingga positif yang pertama. Payback Period dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

Investasi
PP = 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 12 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛

33
I. DAFTAR PUSTAKA
Syamsu. Yoharman. 2001. Penerapan Etika Perencanaan Pada Kawasan Wisata.
Jakarta: LP3M STP Trisaksi.

Gromang, Frans. 2003. Manajemen Kepariwisataan Di Indonesia. Jakarta:


Pradnya Paramita.

Rai Utama SE., MMA., MA, Dr. I Gusti Bagus. Dan Junaedi S.E., MA, Dr. I
Wayan Ruspendi. 2018. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif Indonesia.
Yogyakarta: Deepublish.

Tirtawinata MS, Ir. Moh Reza. Dan Fachruddin, Ir. Lisdiana. 1999. “Daya Tarik
dan Pengelolaan Agrowisata”. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yoeti, Oka A. 2000. Ekowisata, Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup.


Bandung: Angkasa.

Djamin, Zulkarnaen. (2003), Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan.

Puspita, Lisa., dan Dwiastuti, Rini. 2018. Analisis Kelayakan Finansial Kebun
Wisata Strawberry (Kasus Di Kebun Wisata Strawberry Highland, Jurnal
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA). 2 (3):187-193.

Ramadhani, Rista Ulvia.; Budiasa, I Wayan.; dan Djelantik, A.A.A Wulandira


Sawitri. (2018). Prospek Pengembangan Usahatani Kakao Di Desa Pangsan
Kecamatan Petang Kabupaten Badung, E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata.
7 (1):41-50.

Basuki, Sajulaila Wahyuning. 2017. Analisis Kelayakan Finansial Agribisnis


Cengkeh Di Kabupaten Jember. Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

Bestari, S.A.; Setiawan, B.M.; dan Ekowati, T. 2017. Analisis Kelayakan


Finansial Usahatani Bunga Krisan Di Daun Hijau Nursery Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang, Agromedia. 35 (2):64-71.

Dewi, Ida Ayu Listia., dan Ustriyana I Nyoman Gede. 2016. Kelayakan Finansial
Usahatani Buah Naga Di Daerah Perkotaan Sebagai Alternatif Tambahan
Pendapatan Petani, E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 7 (1):172-181.

34
Ramdan, Rifki Muhammad., dan Ikhwana, Andri. 2016. Analisa Kelayakan
Pengembangan Wisata Di Desa Cimareme Kecamatan Banyuresmi Garut,
Jurnal Kalibrasi. 14 (1):101-110.

Tiyas, Ayuning.; Putra, I Gede Setiawan Adi.; dan Dewi, Ida Ayu Listia. 2015.
Analisis Finansial Usahatani Buah Naga Super Merah (Hulocereus
Costaricensis) Studi Kasus Di Kelompok Tani Berkah Sambirejo
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi, E-Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata. 4 (5):402-411.

Sofiana, Tri Anisa.; Sudrajat, Ign Suprih.; dan Widiatmi, Susi. 2015. Analisis
Kelayakan Finansial Agrowisata Kebun Buah (Studi Kasus Di Agrowisata
Kebun Buah Mangunan Bantul Yogyakarta. Fakultas Pertanian, Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa.

Rahayu, Ni Wayan Nita.; Sudarma, I Made.; dan Yudhari I Dewa Ayu Sri. 2015.
Aspek Kelayakan Finansial Pengembangan Komoditas Asparagus Di Desa
Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung, E-Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata. 4 (4):221-229.

Fatmawati P, Ika.; H, Arfinsyah.; Harun, Moh.; dan Alwiyah. 2013. Kalayakan


Agrowisata Jamu Ramuan Madura Di Kabupaten Sumenep, Cemara. 10
(1):6-9.

Pustaka Online
http://www.bilikdestinasi.pariwisata.riau.go.id diakses pada tanggal 4 Desember
2018 pukul 16.23 WIB

35

Anda mungkin juga menyukai