Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PROPOSAL PENELITIAN

SEJARAH ISTANA KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA

DISUSUN OLEH :
RAHMAT HIDAYAT
NINDYA RAFINA RANIYA KAMIL
KELAS : XI IPS

ABDURRAB ISLAMIC SCHOOL


TAHUN AJARAN 2024/2025

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Sejarah Kerajaan
Siak SriIndrapura” ini dengan tepat waktu.
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,
kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Pekanbaru 6 maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………………………….
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang …………………………………………………………………………
B. RumusanMasalah………………………………………………………………………..
C. Tujuan atau Manfaat ……………………………………………………………………

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Pustaka…………………………………………………………………………

BAB III : PEMBAHASAN


A. Sejarah Dan Profil Istana Siak Sri Indrapura……………………………………… ……
B. Silsilah Kerajaan Siak Sri Indrapura…………………………………………………. ....
C. Koleksi Peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura……………………………………….

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………
B.Saran …………………………………………………………………………….……….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istana Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau,
mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20. Dalam silsilah Sultan-sultan
Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta.
Kini, sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau, dapat kita
lihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan
Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama
ASSIRAYATUL HASYIMIAH lengkap
dengan peralatan kerajaan.

Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda
koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh) emas,
Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak Kerajaan, Komet
sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia dan
lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.
Masjid Sultan (Masjid Raya) terletak sekitar 500 m di depan Istana Siak, dengan bentuk yang
khas dan unik.

Didalamnya terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu berukir indah bermotifkan daun,
sulur dan bunga. Di sebelah barat mesjid ini terdapat pemakaman Sultan Syarif Kasim beserta
permaisuri dan istrinya yang selalu diziarahi oleh
pengagumnya.

Makam Marhum Buantan. Pendiri Kerajaan Siak adalah Sultan Abdul Djalil Rakhmadsyah
bergelar Raja Kecil dengan pusat kerajaan di Buantan. Beliau gigih berjuang membela
kehormatan dalam merebut kembali kekuasaan ayahandanya di Johor yang kemudian dapat
di perolehnya kembali. Beliau mangkat pada tahun 1746 dimakamkan di Buantan dan
bergelar Marhum Buantan. Makamnya sampai saat ini dapat dikunjungi dengan berkendaraan
air dari Siak Sri Indrapura selama 15 menit mengendarai speedboat 25 pk.
Balai Kerapatan Tinggi terletak dipinggir sungai Siak berhadapan dengan muara sungai
Mempura terletak bangunan Gedung Balai Kerapatan Tinggi dengan arsitek khas dengan dua
arah pintu masuk yaitu dari sungai dan dari darat (jalan raya). Bangunan ini dipergunakan
untuk sidang perkara dan juga berfungsi sebagai tempat pertabalan Sultan.
Gedung ini memiliki tiga tangga untuk naik ke lantai atas (lantai 2), dimana sidang selalu
dlaksanakan. Tangga utama menghadap ke sungai sedangkan yang lain ke timur, gedung
terbuat dari besi berbentuk spiral dan yang satunya lagi terbuat dari kayu dan terletak di
sebelah barat gedung. Jika suatu perkara sudah dilakukan dan hukuman dijatuhkan, maka
bagi yang kalah akan turun ke lantai dasar dengan menggunakan tangga kayu dan langsung
menuju Djil (penjara) yang terletak tidak jauh dari situ. Sedangkan bagi yang menang turun
melalui tangga besi dan langsung ke jalan raya.

Pada saat ini untuk sementara gedung tersebut digunakan sebagai Gedung Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Siak.

Wisata Bahari di Kabupaten Siak yaitu Danau Pulau Besar terletak di Desa Zamrud,
Kecamatan Siak Sri Indrapura, dengan luas sekitar 28.000 Ha, dan Danau Naga di Sungai
Apit. Danau Bawah dan Danau Pulau Besar terletak dekat lapangan minyak Zamrud,
Kecamatan Siak, memiliki panorama indah yang mengagumkan dan menarik. Di sekitar
danau masih ditemukan hutan yang masih asli. Kondisi danau maupun hutan di sekitar danau
berstatus Suaka Marga Satwa yang luasnya mencapai 2.500 hektar, dimana masih terdapat
berbagai aneka jenis satwa dan tumbuhan langka.

Sumber daya hayati yang terdapat di danau ini seperti pinang merah, ikan arwana dan ikan
Balido yang termasuk dilindungi. Keanekaragaman jenis satwa liar di Suaka Marga Satwa
danau Pulau Besar dan danau Bawah merupakan kekayaan tersendiri sebagai objek wisata
tirta di Riau Daratan. Wisata Sungai dan Wisata Agro di kabupaten Siak adalah kawasan
sepanjang Sungai Siak dan Sungai Mempura. Untuk menikmati wisata sungai kita dapat
menggunakan transportasi berupa sampan. Disepanjang tepian sungai dapat pula kita
menyaksikan deretan pohon-pohon sawit yang tertata rapi ditanam, menambah sejuknya
suasana saat kita melintasi kawasan ini.

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasyim terletak di Minas yaitu : Cagar Alam Giam Siak
kecil di sungai Mandau, Cagar Alam dan Satwa Tasik Belat di Sungai Apit kawasan Cagar
Alam Danau Pulau Besar.

Monumen Pompa Angguk terletak di Minas. Minas terkenal dengan hasil buminya yaitu
minyak bumi yang menjadi standard terbaik dunia. Minas merupakan daerah pengeboran
minyak pertama untuk daerah Riau, dan pompa minyak pertama itu sekarang tidak beroperasi
lagi karena minyaknya telah kering. Penetapan lokasi sumur minyak ini dilakukan pada bulan
Maret 1941 dan pengeboran sumur dimulai pada tanggal 10 Desember 1944 dengan
kedalaman sumur 800 m. Merk pompa yang digunakan adalah Lufkin. Pompa tersebut saat
ini dijadikan monumen sejarah perminyakan di Propinsi Riau, berdiri megah di kota Minas
dan terus mengangguk setiap saat.

Kompleks Makam Kototinggi terletak di sebelah timur Istana Siak. Makam-makan yang ada
didalam kompleks ini seperti makam Sultan Syarif Hasyim dan ayahandanya beserta keluarga
dan kerabat kerajaan lainnya. berukuran 15 x 15 meter persegi. Nisan dari makam yang
terdapat di sini semuanya berukiran sangat rumit dan indah terbuat dari kayu dan marmer. Di
samping makam ini terletak makam pahlawan (Taman Bahagia Siak). Bangunan Peninggalan
Belanda terdapat di kelurahan Benteng Hilir. Bangunan Peninggalan Belanda ini berupa
bekas
rumah dan kantor Belanda yang saat ini sudah dimakan usia dan memerlukan pemeliharaan
yang khusus, demikian pula
di Benteng Hulu terdapat bangunan tangki militer Belanda yang saat ini sedang dilakukan
pemugaran dan perbaikan sesuai dengan aslinya.
Kapal Kato adalah sebuah kapal besi dengan bahan bakar batu bara dimiliki oleh Sultan Siak
dan selalu dinaikinya pada saat berkunjung ke daerah-daerah kekuasaannya. Kapal ini
berukuran panjang 12 m dengan berat 15 ton terletak di
pinggir Sungai Siak merupakan sosok monumen bersejarah yang dapat dikenang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Pembangunan Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura?
2. Bagaimana Profil Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura?
3. Bagaimana Silsilah Kerajaan Siak Sri Indraapura?
4. Apa Sajakah Koleksi Istana Siak Sri Indrapura?

C. Tujuan/Manfaat Penelitian
1. Untuk Mengetahui Proses Pembangunan Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura
2. Untuk Mengetahui Profil Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura
3. Untuk Mengetahui Silsilah Kerajaan Siak Sri Indraapura
4. Untuk Mengetahui Apa Sajakah Koleksi Istana Siak Sri Indrapura

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di
Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil
dari Pagaruyung Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan
bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan
Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh
kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran
antara Sumatera dan Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam
memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan
kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.
Mengulas Sejarah Kerajaan Siak sebagai salah satu kerajaan yang ada di indonesia.
sebagai bahan renungan buat kita semua, bahwa karena jasa merekalah sampai sekarang
masyarakat Siak Riau merasakan kemerdekaannya
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya
Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama
sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ.
Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang
memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan
Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi
oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.
Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah
Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi
Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan
ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.

BAB III
PEMBAHASAN

A. SEJARAH DAN PROFIL ISTANA SIAK SRI INDRAPURA


Istana ini berdiri pada tahun 1889 semasa kejayaan Raja Sultan Syarif Hasyim
ayahanda dari sultan Syarif Kasim sebagai raja terakir yang menjadi pahlawan nasional.
Istana kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu islam yang terbesar di Riau, yang
mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20.Konon nama Siak berasal dari
nama tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ. Kerajaan Siak Sri
Indrapura didirikan Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang
bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan
istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Setelah Raja Kecik dewasa,
pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor
tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera
Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura
dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Di tahun 1724-1726 Sultan
Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah dimulai dengan memasukan Rokan ke dalam
wilayah Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di Bintan bahkan di tahun
1740-1745 menaklukan beberapa kawasan di Kedah.
Pada tahun 1761, putra Sultan Abdul Jalil yang menjadi Sultan Siak berikutnya
membuat perjanjian ekslusif dengan pihak Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas
kedaulatan wilayahnya serta bantuan dalam bidang persenjataan. Pada abad ke-18 Kesultanan
Siak telah menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur Sumatera. Tahun 1780
Kesultanan Siak menaklukkan daerah Langkat, dan menjadikan wilayah tersebut dalam
pengawasannya, termasuk wilayah Deli dan Serdang.Jangkauan terjauh pengaruh Kesultanan
Siak sampai ke Sambas di Kalimantan Barat. Kesultanan Siak mengambil keuntungan atas
pengawasan perdagangan melalui Selat Melaka dan kemampuan mengendalikan para
perompak di kawasan tersebut. Sejak Sultan Syarif Hasyim dinobatkan menjadi raja pada
tahun 1889, beliau mulai membangun istana kerajaan dan istana peraduan yang selesai pada
tahun 1893. Istana dibangun untuk kepentingan jalannya pemerintahan Kerajaan Siak Sri
Indrapura. Kerajaan Siak merupakan pecahan dari Kemaharajaan Melayu. Dalam sejarahnya,
terjadi perpecahan di Kemaharajaan Melayu antara Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja
Kecil) dengan Sultan Suleiman.
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mengalami kekalahan dalam konflik tersebut, karena
Sultan Suleiman dibantu oleh Bugis. Akibat dari kekalahan itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat
Syah kemudian menyingkir ke Johor, kemudian Bintan dan terus ke Bengkalis, hingga
akhirnya sampai di pedalaman Sungai Siak, tepatnya di daerah Buantan. Letak Buantan lebih
kurang 10 km di hilir kota Siak Sri Indrapura sekarang ini. Karena merasa aman dan tentram
di Buantan, ia kemudian memutuskan untuk menetap, dan oleh rakyat setempat, Sultan Abdul
Jalil Rahmat Syah kemudian diangkat sebagai Sultan Siak dengan gelar yang sama ketika ia
masih menjadi raja di Kemaharajaan Melayu. Selanjutnya, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
melakukan konsolidasi ekonomi dan militer untuk kembali merebut Kemaharajaan Melayu.
Namun, setelah berkali-kali melakukan serangan terhadap pengikut Raja Sulaiman, ia tetap
mengalami kegagalan. Ia mangkat pada tahun 1744, dan digantikan oleh putranya, Sultan
Mohamad Abdul Jalil Jalaludin Syah. Anaknya ini kemudian memindahkan ibukota
keMempura. Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 dibangunlah istana yang megah terletak di kota
Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889.
Dan oleh bangsa Eropa menyebutnya sebagai The Sun Palace From East (Istana Matahari
Timur). Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan
terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu
Jerman dan Belanda. Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan
sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915
beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul
Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif
Kasim II).
Sejak Sultan Siak pertama, Siak sudah membuka hubungan dagang dengan beberapa
negeri luar, seperti Turki, Arab dan Mesir. Disamping itu, Siak juga menjaga hubungan baik
dengan negeri tetangga, seperti Minangkabau. Sepanjang berdirinya, Kerajaan Siak tak
pernah henti berjuang melawan penjajah Belanda.
Di antara peperangan yang paling terkenal adalah Perang Guntung, di mana Kerajaan
Siak berhasil menghancurkan kekuatan perang Belanda. Walaupun pada akhirnya Belanda
berhasil menguasai Siak, tapi itu bukanlah hasil kekuatan senjata, tapi hasil dari pecah belah
dan tipu muslihat. Selama berdirinya, Kerajaan Siak telah berkali-kali berpindah ibukota,
yang pertama di Buantan, Mempura, Senapelan, kemudian pindah lagi ke Mempura, dan
terakhir di Kota Tinggi, yang lebih dikenal dengan nama Siak Sri Indrapura. Sultan As-
Sayyidi Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin II atau Sultan Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri
Indrapura, Riau, 1 Desember 1893) adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Dia dinobatkan
sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim. Riau di
bawah Kesultanan Siak pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Kasim Sani (Sani=dua).
Ketika Jepang kalah, ikatan Hindia Belanda lepas, Sultan Syarif Kashim menghadapi 3
pilihan: berdiri sendiri sperti dulu?, bergabung dg Belanda? atau bergabung dg Republik?
Sultan sebagai sosok yg wara' dan keramat melakukan istikharah. Saya kuat menduga Allah
memberitahu SSK agar bergabung dg Republik karena kekayaan Riau yg sangat berlimpah
dan berlebihan kalau sekedar dikuasai sendiri.Maka Sultan menentukan pilihan bergabung dg
Rep. Mendukung NKRI. BERGABUNG. Sultan menurunkan modal 13 juta Golden (3x nilai
kompleks gedung Sate, Bandung), bersama2 dg para komisaris lainnya di PT. NKRI (Deli,
Asahan Siak, Yogya, Solo, Kutai kartanegara, Pontianak, Ternate, Tidore, Bali, Sumbawa-
daerah-daerah yg termasuk Zelfbestuuren-berpemerintahan sediri pd jaman pendudukan
Belanda di nusantara). Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik
Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama
kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung
dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar
Sepuluh Ribu Gulden. Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta.
Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968. Beliau tidak
meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari
Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.
Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan
sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II
terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid
Syahabuddin. Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan
Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status
menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan
ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.

B. SILSILAH KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA


Kerajaan Siak diwariskan kepada anak cucunya dengan garis keturunan berdasarkan
Syariat Islam (keturunan ayah). Berikut ini adalah sulthan jang memerintah keradjaan Siak
Sri Indrapura :
1. Raja Kecik
Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah (1723-1746 M) dengan ibukota Kerajaan di Buantan
mangkat di Buantan yang disebut rakyat almarhum Buantan.
2. Tengku Buang Asmara
Memerintah antara tahun 1746-1765 M yang merupakan Putra Bungsu Raja Kecik
dengan ibukota Kerajaan di Sungai Mempura yang disebut rakyat almarhum Mempura.
3. Tengku Ismail
Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766 M). Putra Tengku Buang
Asmara dengan Ibukota Kerajaan di Sungai Mempura Besar, disebut rakyat almarhum
mangkat di Balai atau terkenal juga Sultan Kudung karena tangan almarhum sebelahnya
Kudung, dalam perlawanannya menentang Belanda tahun 1766 M.
4. Tengku Alam
Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780 M). Putra sulung Raja Kecik dengan
Ibukota Kerajaan di Senapelan (Pekanbaru), mangkat di Senapelan (dekat mesjid Raya
Pekanbaru) disebut rakyat almarhum Bukit.
5. Tengku Muhammad Ali Panglima Besar
Sultan Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782 M). Putra Tengku Alam dengan
Ibukota Kerajaan di Senapelan, mangkat di Senapelan dan disebut rakyat almarhum Pekan
(yang menghubungkan Kota Pekanbaru, Minangkabau dan Indragiri).
6. Tengku Yahya
Sultan Yahya Abdul Jalil Muzzaffar Syah (1782-1784 M). Putra dari Sultan Ismail
Abdul Jalil Jalaluddin Syah, dengan Ibukota Kerajaan di Sungai Mempura, mangkat di
Dungun (Malaka) disebut rakyat almarhum Dungun.
7. Tengku Sayed Ali
Sultan Assyaidis Sarif Ali Abdul Jalil Syarifuddin (1784-1810 M). Putra Tengku
Embung Badariah (Putri Tengku Alam) yang kawin dengan Sayed Syarief Usman
Syahbuddin (Arab). Ibukota Kerajaan di Kota Tinggi (Siak Sri Indrapura), mangkat di Kota
Tinggi disebut rakyat almarhum Kota Tinggi.
8. Tengku Sayed Ibrahim
Sultan Assyaidis Syarief Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815 M) karena
kesehatan Sultan terganggu, maka Pemerintahan dijalankan oleh wali Sultan. Pada tahun
1813, Sultan Ibrahim mangkat dan dimakamkan di Kota Tinggi yang disebut rakyat
almarhum Pura Kecil.
9. Tengku Sayed Ismail
Sultan Assyaidis Syarief Ismail Abdul Jalil Syarifuddin (1815-1864 M). Pada masa
pemerintahan beliaulah adanya Tractat Siak-Belanda dimana Belanda mengakui Siak.
Dimakamkan di Kota Tinggi yang disebut almarhum Indrapura.

10. Tengku Panglima Besar Sayed Kasyim I


Tengku Panglima Besar Sayed Kasyim I, Sultan Assyaidis Syarief Kasim I Abdul
Jalil Syarifuddin (1864-1889 M) putra dari Sultan Ismail. Dimakamkan di Kota Tinggi dan
disebut almarhum Mahkota.
11. Tengku Ngah Sayed Hasyim
Sultan Assyaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syarifuddin (1889-1908), putra dari
Sultan Kasyim I. Sultan Syarif Hasyim mendirikan Istana yang diberi nama Istana Asserayah
Hasyimiah. Mangkat di Singapura dan dimakamkan di Kota Tinggi. Disebut rakyat
almarhum Baginda.
12. Tengku Putra Sayed Kasyim
Sultan Assyaidis Syarief Kasyim Sani (II) Abdul Jalil Syarifuddin (3 Maret 1915-
1946). Sultan Syarif Kasyim memiliki 2 orang permaisuri, yaitu :
 Permaisuri I
Tengku Bin Syarifah Latifah digelar Tengku Agung, mangkat tahun 1927 di Siak Sri
Indrapura. Dimakamkan di samping Mesjid Syahbuddin Siak Sri Indrapura.
 Permaisuri II
Syarifah Fadlun dengan gelar Tengku Maharatu, bercerai hidup tahun 1950 di Jakarta,
mangkat di Jakarta tahun 1980 dimakamkan di Jakarta.
Beliau merupakan Sultan yang terakhir dari Kerajaan Siak. Beliau mangkat di Rumah
Sakit Caltex Rumbai dan dimakamkan disamping Mesjid Syahbuddin Siak Sri Indrapura
pada tanggal 24 April 1968.

C. KOLEKSI PENINGGALAN KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA


Didalam istana tersimpan barang koleksi sisa peninggalan Sultan Syarif Hasim dan
barang-barang persembahan semasa Sultan Syarif Kasim II antara lain :
1. Komet
Sejenis gramafon raksasa terbuat dari tembaga dengan piring garis tengah 1 meter dari
bahan kuningan (pelat kuningan) dapat mengeluarkan bunyi-bunyian musik klasik karya
Beethoven dan Mozart, buatan Jerman
2. Singasana
Berupa kursi keemasan yang penuh dengan ukiran yang indah dari bahan kuningan
berbalut dengan emas (yang pernah hilang dan dikonservasi kembali oleh Museum Nasional
Jakarta).
3. Payung kerajaan
Berlambang naga berjuang dan kalimat Allah serta tulisan Muhammad bertangkup
dari kain sutera kuning keemasan.
4. Senjata Kerajaan Melayu
Tombak, keris, meriam, serta alat nobat, cermin mustika, kursi-kursi, lampu-lampu
kristal beratnya 1 ton, barang-barang keramik dari Cina dan Eropa, diorama, patung perunggu
Ratu Belanda Helmina dan patung pualam Sultan bermata berlian, benda-benda upacara lain,
serta piring-piring, cangkir, gelas, sendok bermerk lambang kerajaan.
5. Bendera Kerajaan Siak,
Berwarna kuning keemasan, di tengah terdapat lambang kerajaan bermoptif kapala
naga berjuang dan di atasnya terdapat kalimat Allah serta kaligrafi Muhammad bertangkup.
6. Replika Mahkota Kerajaan Siak
Dibuat semasa pemerintahan Sultan Siak X, Assyaidis Syarif Kasim Syaifuddin
(Syarif Kasim I). Replika mahkota ini berbalut emas dan bertaburkan permata, sedangkan
yang asli terdapat di Museum Nasional Jakarta.
7. Tempat Pembakar (Setanggi)
Merupakan wewangian yang berasal dari ramuan tumbuh-tumbuhan, dengan
membakar setanggi akan keluar aroma yang wangi dan ketika itu berfungsi sebagai
pengharum ruangan istana.
8. Canang
Berbentuk guci terletak di ujung ruangan jamuan istana, bila dipukul canang ini
mengeluarkan bunyi gaung, digunakan oleh Sultan untuk memanggil pelayan istana.
9.Gendang nobat
Gendang yang di bunyikan pada penobatan sultan kerajaan sejak tahun pertama yaitu
tahun 1723 baju gendang ini berwarna kuning yang bias dig anti bila sudah di pakai beberapa
hari.

10. Lambang Kerajaan Siak


Muhammad bertangkup nama nya lambing kerajaan siak sri indrapura ,berwarna emas
di sisi kiri serta kana ada lambing naga yang di tengah-tengah nya merupakan lambing dan
kota siak sri indrapura
11.Patung Raja dan prajuritnya
Patung ini di ibarat kan sebagai pada zaman sultan –sultan tersebut mengadakan
musawarah bersama prajurit dan penasehat-penasehat kerajaan
12. Foto Raja Sultan Syarif Hasyim (sultan siak ke XI)
Poto sultan assyaidis syarif hasyim abdul jalil saifudin(Sultan siak ke II bersama
sultan dan daerah langkat ,dimana patung tersebut berwarna putih cemelang dan dilapisi oleh
kaca.
13.Patung Sultan Syarif Hasyim
Patung sultan ini adalah buatan dari Negara jerman yang di buat dari batu pualam
pada tahun 1899, patung ini mirip sekali dengan aslinya
14. Kain sampul Gendang Nobat
Kain ini sebagai ganti kain (baju gendang nobat),yang berwarna kuning
15.Pecah Belah
Barang pecah belah ini terbuat dari kristal, yang dulu belum pecah, sekarang telah
terpecah –pecah , pecah belah ini dulu berupa lampu hias yang di gantung, atas langit- langit
kerajaan.
16. Gelas atau Seloka
Terbuat dari kristal-kristal yang merupakan pesanan dari eropa pada tahun 1889-
gelas ini dulu digunakan untuk minum para raja dan sultan sultan ,serta semua orang yang
berada di istana siak pada zaman dahulu.
17. Al-Quran
Alquran ini berasal dari Negara istambul dari tahun 1730 dari turki .aquran ini
bentuknya berbeda dengan alquran yang sering kita pakai itu atau kita gunakan.
18.Gerampon
Merupakan alat musik yang terbuat dari piring hitam dan bertingkat ingkat, dan di
atasnya terdapat alat mirip terompet.
17. Meja dan Kursi beserta Mahkota
Seperangkat meja dan kursi terbuat dari kristal sebangasa tempat jamuan dan
menerima putrid –putri kerajaan siak sri indrapura, sedangkan mahkota ini merupakan
mahkota raja yang di pakai masa pemerintahan.
19. Cermin
Cermin ini terbuat dari kristal, merupakan cermin permai suri, dulu kata orang siapa
yang berkaca di cermin ini muka nya akan menjadi awet muda.
20. Teko
Teko alat ceret kristal yang di gunakan untuk tempat air putih , teko ini di gunakan
pada saat acara perjamuan dan makan malam.
21. Kelalang
Tempat air yang terbuat dari bahan- bahan kristal , air yang di letakkan di dalam
kelalang tersebut adalah air bunga mawar.
22. Bintan dan Penghargaan
Merupakan bintang dan penghargaan pahlawan nasional sultan syrifkasyim dari
perisiden republic Indonesia.
23. Bunga
Bunga kerajaan ini merupaka hasil kerajinan tenaga putra putrid yang berada di
kerajaan siak pada tahun 1920.Beberapa koleksi benda antik Istana, kini disimpan di Museum
Nasional di Jakarta, dan di Istananya sendiri menyimpan duplikat dari koleksi tersebut.
24. Foto
Poto ini merupakan poto raja sultan sarif kasim (sultan siak keXII) dan permai
surinya,yaitu tengku agung sultana latifah pada waktu pernikahan
selain peningalan kerajaan siak ,kami juga mencantumkan peningalan dan sultan assyidi sarif
hasyim abdul jalil saifudin (sultan siak ke XI) yaitu :
a. bab-alkawa`id
Pintu segala pegangan ,yaitu semacam “konsitisi”dari kerajaan siak sri indrapura.atas
dasar ini maka kerajaan siak sri indrapura adalah kerajaan yang berbentuk monarchi
contitumona”
b. istana assyariah al-hasyimiah
Sultan sarif kasim membangun istana kerajaan pada tahun 1893 untuk kepentingan
jalan nya pemerintahan kerajaan siak sri indra pura.
c. Balainang sari
Di samping membangun istana ,sultan juga mendirikan balainung sari di sebut juga
“balai kerapatan tinggi” ke tiga karya monumental ini merupakan bukti tentang kebesaran
dan kesejahteraan kerajaan beserta rakyatnya.
Pemerintah sultan ini berlangsung selama sembilan belas bulan dan hasil yang di
capainya untuk kepentingan kerajaan dan kemakmuran rakyat-rakyat cukup banyak.pada
tahun 1808 beliau mangkat di singapura dan di makam kan di koto tinggi (siak sri indrapura)
di beri gelar mahrum bahginda.
25. Cinderamata
Cinderamata ini merupakan bahan-bahan dari eropa dan merupakan cinderamata dari
Negara eropa.
26. Lampu Hiasan
Lamu ini dari dulu memang sudah di gantung di atas langit-langit lampu ini sangat
terang bila malam hari.
27. Baju
Baju kebesaran raja atau sultan yang menjabat pada waktu itu mengunakan baju ini
berwarna hitam ,kancing nya berwarna kuning emas.
Diantara koleksi benda antik itu adalah: Keramik dari Cina, Eropa, Kursi-kursi kristal
yang dibuat tahun 1896, Patung perunggu Ratu Wihemina yang merupakan hadiah dari
Kerajaan Belanda dan patung pualam Sultan Syarim Hasim I bermata berlian yang dibuat
pada tahun 1889, perkakas seperti sendok, piring, gelas dan cangkir berlambangkan Kerajaan
Siak masih terdapat dalam Istana, surat-surat ucapan dan selamat beserta doa restu yang
dibuat hamba rakyat dan semua sultan dan lemari besi berisikan arsip-arsip peninggalan
kerajaan ini yang sekarang hanya tersisa beberapa arsip saja. Siak Sri Inderapura sampai
sekarang tetap diabadikan sebagai nama ibu kota dari Kabupaten Siak dan Istana Siak Sri
Inderapura dan Balai Kerapatan Tinggi yang dibangun tahun 1886 masih tegak berdiri
sebagai simbol kejayaan masa silam, termasuk Tari Zapin dan Tari Olang-olang yang pernah
mendapat kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk ditampilkan pada setiap perayaan di
Kesultanan Siak Sri Inderapura. Nama Siak masih melekat merujuk kepada nama sebuah
sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu Sungai Siak yang bermuara pada kawasan timur
pulau Sumatera.
Peninggalan kerajaan berupa komplek Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan
Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama Istana
Asserayyah Al Hasyimiah. Istana Asserayyah Al Hasyimiah ini disebut juga "Istana Matahari
Timur" ditukangi oleh arsitekdari Jerman yang mengadopsi gaya arsitektur Eropa, India dan
Arab dengan perpaduan tradisional

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan sejarah lokal namun tidak dapat dipisahkan
dari sejarah nasional. Kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk salah satu kerajaan besar, yang
memiliki hubungan dengan kerajaan Melaka, Johor-Riau. Pusat pemerintahan kerajaan Siak
Sri Indrapura selalu berpindah-pindah, kepindahan
tersebut dilakukan oleh Sultan yang memerintah pada waktu itu, baik pertimbangan
politik, keamanan, maupun ekonomi dan perdagangan. Kerajaan Siak Sri Indrapura
merombak tradisi lama, yakni melakukan perkawinan dengan keturunan lain, khususnya
Arab, sehingga. sebagian Sultan yang memerintah Siak merupakan keturunan Arab-Nelayu.
Gelar kebangsawanan terjadi perubahan, sehingga dikenal dengan "Assyaidis" atau "Sayyed".
Pada masa pemerintahan Sultan-sultan di Kerajaan Siak Sri Indrapura ada yang bekerjasama
dengan Belanda, dan ada pula menentang kehadiran Belanda, sehingga e-USU Respository ?
2005 Universitas Sumatera Utara 7 muncul peperangan. Belanda di kerajaan Siak Sri
Indrapura melakukan politik? "devide et impera". Demikian pula hubungan Kerajaan Siak Sri
lndrapura dengan pemerintah Inggris. telah terjadi beberapa kontrak dagang maupun politik
dengan Belanda maupun Inggris. Pada pemerintah Sultan terakhir Syarif Kasim II dengan
rela dan ikhlas menyerahkan harta beserta istana kepada pemerintah Republik lndonesia, dan
mendukung proklamasi kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17
Agustus 1945. Kerajaan Siak Sri Indrapura telah memberikan konstribusi baik untuk daerah
setempat maupun daerah lain, terutama peninggalan-peninggalan yang masih ada sampai
sekarang.

B. Saran
Kami yakin dalam penulisan makalah hasil penelitian ini banyak sekali
kekurangannya. Untuk itu saya mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran,
kritikan, atau mungkin komentarnya demi kelancaran tugas ini.

Anda mungkin juga menyukai