DISUSUN OLEH :
RAHMAT HIDAYAT
NINDYA RAFINA RANIYA KAMIL
KELAS : XI IPS
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Sejarah Kerajaan
Siak SriIndrapura” ini dengan tepat waktu.
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,
kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………………………….
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang …………………………………………………………………………
B. RumusanMasalah………………………………………………………………………..
C. Tujuan atau Manfaat ……………………………………………………………………
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………
B.Saran …………………………………………………………………………….……….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istana Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau,
mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20. Dalam silsilah Sultan-sultan
Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta.
Kini, sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau, dapat kita
lihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan
Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama
ASSIRAYATUL HASYIMIAH lengkap
dengan peralatan kerajaan.
Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda
koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh) emas,
Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak Kerajaan, Komet
sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia dan
lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.
Masjid Sultan (Masjid Raya) terletak sekitar 500 m di depan Istana Siak, dengan bentuk yang
khas dan unik.
Didalamnya terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu berukir indah bermotifkan daun,
sulur dan bunga. Di sebelah barat mesjid ini terdapat pemakaman Sultan Syarif Kasim beserta
permaisuri dan istrinya yang selalu diziarahi oleh
pengagumnya.
Makam Marhum Buantan. Pendiri Kerajaan Siak adalah Sultan Abdul Djalil Rakhmadsyah
bergelar Raja Kecil dengan pusat kerajaan di Buantan. Beliau gigih berjuang membela
kehormatan dalam merebut kembali kekuasaan ayahandanya di Johor yang kemudian dapat
di perolehnya kembali. Beliau mangkat pada tahun 1746 dimakamkan di Buantan dan
bergelar Marhum Buantan. Makamnya sampai saat ini dapat dikunjungi dengan berkendaraan
air dari Siak Sri Indrapura selama 15 menit mengendarai speedboat 25 pk.
Balai Kerapatan Tinggi terletak dipinggir sungai Siak berhadapan dengan muara sungai
Mempura terletak bangunan Gedung Balai Kerapatan Tinggi dengan arsitek khas dengan dua
arah pintu masuk yaitu dari sungai dan dari darat (jalan raya). Bangunan ini dipergunakan
untuk sidang perkara dan juga berfungsi sebagai tempat pertabalan Sultan.
Gedung ini memiliki tiga tangga untuk naik ke lantai atas (lantai 2), dimana sidang selalu
dlaksanakan. Tangga utama menghadap ke sungai sedangkan yang lain ke timur, gedung
terbuat dari besi berbentuk spiral dan yang satunya lagi terbuat dari kayu dan terletak di
sebelah barat gedung. Jika suatu perkara sudah dilakukan dan hukuman dijatuhkan, maka
bagi yang kalah akan turun ke lantai dasar dengan menggunakan tangga kayu dan langsung
menuju Djil (penjara) yang terletak tidak jauh dari situ. Sedangkan bagi yang menang turun
melalui tangga besi dan langsung ke jalan raya.
Pada saat ini untuk sementara gedung tersebut digunakan sebagai Gedung Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Siak.
Wisata Bahari di Kabupaten Siak yaitu Danau Pulau Besar terletak di Desa Zamrud,
Kecamatan Siak Sri Indrapura, dengan luas sekitar 28.000 Ha, dan Danau Naga di Sungai
Apit. Danau Bawah dan Danau Pulau Besar terletak dekat lapangan minyak Zamrud,
Kecamatan Siak, memiliki panorama indah yang mengagumkan dan menarik. Di sekitar
danau masih ditemukan hutan yang masih asli. Kondisi danau maupun hutan di sekitar danau
berstatus Suaka Marga Satwa yang luasnya mencapai 2.500 hektar, dimana masih terdapat
berbagai aneka jenis satwa dan tumbuhan langka.
Sumber daya hayati yang terdapat di danau ini seperti pinang merah, ikan arwana dan ikan
Balido yang termasuk dilindungi. Keanekaragaman jenis satwa liar di Suaka Marga Satwa
danau Pulau Besar dan danau Bawah merupakan kekayaan tersendiri sebagai objek wisata
tirta di Riau Daratan. Wisata Sungai dan Wisata Agro di kabupaten Siak adalah kawasan
sepanjang Sungai Siak dan Sungai Mempura. Untuk menikmati wisata sungai kita dapat
menggunakan transportasi berupa sampan. Disepanjang tepian sungai dapat pula kita
menyaksikan deretan pohon-pohon sawit yang tertata rapi ditanam, menambah sejuknya
suasana saat kita melintasi kawasan ini.
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasyim terletak di Minas yaitu : Cagar Alam Giam Siak
kecil di sungai Mandau, Cagar Alam dan Satwa Tasik Belat di Sungai Apit kawasan Cagar
Alam Danau Pulau Besar.
Monumen Pompa Angguk terletak di Minas. Minas terkenal dengan hasil buminya yaitu
minyak bumi yang menjadi standard terbaik dunia. Minas merupakan daerah pengeboran
minyak pertama untuk daerah Riau, dan pompa minyak pertama itu sekarang tidak beroperasi
lagi karena minyaknya telah kering. Penetapan lokasi sumur minyak ini dilakukan pada bulan
Maret 1941 dan pengeboran sumur dimulai pada tanggal 10 Desember 1944 dengan
kedalaman sumur 800 m. Merk pompa yang digunakan adalah Lufkin. Pompa tersebut saat
ini dijadikan monumen sejarah perminyakan di Propinsi Riau, berdiri megah di kota Minas
dan terus mengangguk setiap saat.
Kompleks Makam Kototinggi terletak di sebelah timur Istana Siak. Makam-makan yang ada
didalam kompleks ini seperti makam Sultan Syarif Hasyim dan ayahandanya beserta keluarga
dan kerabat kerajaan lainnya. berukuran 15 x 15 meter persegi. Nisan dari makam yang
terdapat di sini semuanya berukiran sangat rumit dan indah terbuat dari kayu dan marmer. Di
samping makam ini terletak makam pahlawan (Taman Bahagia Siak). Bangunan Peninggalan
Belanda terdapat di kelurahan Benteng Hilir. Bangunan Peninggalan Belanda ini berupa
bekas
rumah dan kantor Belanda yang saat ini sudah dimakan usia dan memerlukan pemeliharaan
yang khusus, demikian pula
di Benteng Hulu terdapat bangunan tangki militer Belanda yang saat ini sedang dilakukan
pemugaran dan perbaikan sesuai dengan aslinya.
Kapal Kato adalah sebuah kapal besi dengan bahan bakar batu bara dimiliki oleh Sultan Siak
dan selalu dinaikinya pada saat berkunjung ke daerah-daerah kekuasaannya. Kapal ini
berukuran panjang 12 m dengan berat 15 ton terletak di
pinggir Sungai Siak merupakan sosok monumen bersejarah yang dapat dikenang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Pembangunan Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura?
2. Bagaimana Profil Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura?
3. Bagaimana Silsilah Kerajaan Siak Sri Indraapura?
4. Apa Sajakah Koleksi Istana Siak Sri Indrapura?
C. Tujuan/Manfaat Penelitian
1. Untuk Mengetahui Proses Pembangunan Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura
2. Untuk Mengetahui Profil Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura
3. Untuk Mengetahui Silsilah Kerajaan Siak Sri Indraapura
4. Untuk Mengetahui Apa Sajakah Koleksi Istana Siak Sri Indrapura
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di
Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil
dari Pagaruyung Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan
bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan
Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh
kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran
antara Sumatera dan Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam
memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan
kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.
Mengulas Sejarah Kerajaan Siak sebagai salah satu kerajaan yang ada di indonesia.
sebagai bahan renungan buat kita semua, bahwa karena jasa merekalah sampai sekarang
masyarakat Siak Riau merasakan kemerdekaannya
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya
Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama
sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ.
Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang
memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan
Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi
oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.
Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah
Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi
Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan
ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan sejarah lokal namun tidak dapat dipisahkan
dari sejarah nasional. Kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk salah satu kerajaan besar, yang
memiliki hubungan dengan kerajaan Melaka, Johor-Riau. Pusat pemerintahan kerajaan Siak
Sri Indrapura selalu berpindah-pindah, kepindahan
tersebut dilakukan oleh Sultan yang memerintah pada waktu itu, baik pertimbangan
politik, keamanan, maupun ekonomi dan perdagangan. Kerajaan Siak Sri Indrapura
merombak tradisi lama, yakni melakukan perkawinan dengan keturunan lain, khususnya
Arab, sehingga. sebagian Sultan yang memerintah Siak merupakan keturunan Arab-Nelayu.
Gelar kebangsawanan terjadi perubahan, sehingga dikenal dengan "Assyaidis" atau "Sayyed".
Pada masa pemerintahan Sultan-sultan di Kerajaan Siak Sri Indrapura ada yang bekerjasama
dengan Belanda, dan ada pula menentang kehadiran Belanda, sehingga e-USU Respository ?
2005 Universitas Sumatera Utara 7 muncul peperangan. Belanda di kerajaan Siak Sri
Indrapura melakukan politik? "devide et impera". Demikian pula hubungan Kerajaan Siak Sri
lndrapura dengan pemerintah Inggris. telah terjadi beberapa kontrak dagang maupun politik
dengan Belanda maupun Inggris. Pada pemerintah Sultan terakhir Syarif Kasim II dengan
rela dan ikhlas menyerahkan harta beserta istana kepada pemerintah Republik lndonesia, dan
mendukung proklamasi kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17
Agustus 1945. Kerajaan Siak Sri Indrapura telah memberikan konstribusi baik untuk daerah
setempat maupun daerah lain, terutama peninggalan-peninggalan yang masih ada sampai
sekarang.
B. Saran
Kami yakin dalam penulisan makalah hasil penelitian ini banyak sekali
kekurangannya. Untuk itu saya mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran,
kritikan, atau mungkin komentarnya demi kelancaran tugas ini.