OLEH:
SALDI
KELAS XII
JURUSAN ATPH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Kasih karuniaNya sehingga Makalah yang berjudul Kesultanan Siak Sri
Indrapura ini dapat kami selesaikan sebagaimana adanya.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada guru yang senantiasa mendampingi
dan membimbing kami dalam penyusunanan makalah ini. Tak lupa juga saya ucapkan
terima kasih kepada teman-teman siswa yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya kepada saya, sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari akan kekurangan penyususnan makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat menjadi referensi
dalam pembelajaran di dalam kelas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Sejarah dan Profil Istana Siak Sri Indrapura......................................................................3
B. Silsilah Kerajaan Siak Sri Indrapura...................................................................................6
C. Koleksi Peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura............................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................14
A. KESIMPULAN...........................................................................................................14
B. SARAN........................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Istana Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah
Riau, mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20. Dalam silsilah
Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan
yang pernah bertahta. Kini, sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu
Islam di Daerah Riau, dapat kita lihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana
Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama ASSIRAYATUL HASYIMIAH lengkap
dengan peralatan kerajaan.
Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-
benda koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh)
emas, Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak
Kerajaan, Komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia
dan lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.
Masjid Sultan (Masjid Raya) terletak sekitar 500 m di depan Istana Siak, dengan
bentuk yang khas dan unik.
Didalamnya terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu berukir indah
bermotifkan daun, sulur dan bunga. Di sebelah barat mesjid ini terdapat pemakaman
Sultan Syarif Kasim beserta permaisuri dan istrinya yang selalu diziarahi oleh
pengagumnya.
Makam Marhum Buantan. Pendiri Kerajaan Siak adalah Sultan Abdul Djalil
Rakhmadsyah bergelar Raja Kecil dengan pusat kerajaan di Buantan. Beliau gigih
berjuang membela kehormatan dalam merebut kembali kekuasaan ayahandanya di
Johor yang kemudian dapat di perolehnya kembali. Beliau mangkat pada tahun 1746
dimakamkan di Buantan dan bergelar Marhum Buantan. Makamnya sampai saat ini
dapat dikunjungi dengan berkendaraan air dari Siak Sri Indrapura selama 15 menit
mengendarai speedboat 25 pk.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang selesai pada tahun 1893. Istana dibangun untuk kepentingan jalannya
pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Kerajaan Siak merupakan pecahan dari
Kemaharajaan Melayu. Dalam sejarahnya, terjadi perpecahan di Kemaharajaan
Melayu antara Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja Kecil) dengan Sultan
Suleiman.
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mengalami kekalahan dalam konflik
tersebut, karena Sultan Suleiman dibantu oleh Bugis. Akibat dari kekalahan itu,
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah kemudian menyingkir ke Johor, kemudian Bintan
dan terus ke Bengkalis, hingga akhirnya sampai di pedalaman Sungai Siak, tepatnya
di daerah Buantan. Letak Buantan lebih kurang 10 km di hilir kota Siak Sri
Indrapura sekarang ini. Karena merasa aman dan tentram di Buantan, ia kemudian
memutuskan untuk menetap, dan oleh rakyat setempat, Sultan Abdul Jalil Rahmat
Syah kemudian diangkat sebagai Sultan Siak dengan gelar yang sama ketika ia
masih menjadi raja di Kemaharajaan Melayu. Selanjutnya, Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah melakukan konsolidasi ekonomi dan militer untuk kembali merebut
Kemaharajaan Melayu. Namun, setelah berkali-kali melakukan serangan terhadap
pengikut Raja Sulaiman, ia tetap mengalami kegagalan. Ia mangkat pada tahun
1744, dan digantikan oleh putranya, Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaludin Syah.
Anaknya ini kemudian memindahkan ibukota keMempura. Pada masa Sultan ke-11
yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah
pada tahun 1889 dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini
diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Dan oleh
bangsa Eropa menyebutnya sebagai The Sun Palace From East (Istana Matahari
Timur). Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami
kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan
melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda. Setelah wafat, beliau digantikan oleh
putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung
Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12
dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal
dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).
Sejak Sultan Siak pertama, Siak sudah membuka hubungan dagang dengan
beberapa negeri luar, seperti Turki, Arab dan Mesir. Disamping itu, Siak juga
menjaga hubungan baik dengan negeri tetangga, seperti Minangkabau. Sepanjang
4
berdirinya, Kerajaan Siak tak pernah henti berjuang melawan penjajah Belanda.
Di antara peperangan yang paling terkenal adalah Perang Guntung, di mana
Kerajaan Siak berhasil menghancurkan kekuatan perang Belanda. Walaupun pada
akhirnya Belanda berhasil menguasai Siak, tapi itu bukanlah hasil kekuatan senjata,
tapi hasil dari pecah belah dan tipu muslihat. Selama berdirinya, Kerajaan Siak telah
berkali-kali berpindah ibukota, yang pertama di Buantan, Mempura, Senapelan,
kemudian pindah lagi ke Mempura, dan terakhir di Kota Tinggi, yang lebih dikenal
dengan nama Siak Sri Indrapura. Sultan As-Sayyidi Syarif Kasim Abdul Jalil
Syaifuddin II atau Sultan Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1
Desember 1893) adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Dia dinobatkan sebagai sultan
pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim. Riau di bawah
Kesultanan Siak pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Kasim Sani (Sani=dua).
Ketika Jepang kalah, ikatan Hindia Belanda lepas, Sultan Syarif Kashim menghadapi
3 pilihan: berdiri sendiri sperti dulu?, bergabung dg Belanda? atau bergabung dg
Republik? Sultan sebagai sosok yg wara' dan keramat melakukan istikharah. Saya
kuat menduga Allah memberitahu SSK agar bergabung dg Republik karena
kekayaan Riau yg sangat berlimpah dan berlebihan kalau sekedar dikuasai
sendiri.Maka Sultan menentukan pilihan bergabung dg Rep. Mendukung NKRI.
BERGABUNG. Sultan menurunkan modal 13 juta Golden (3x nilai kompleks
gedung Sate, Bandung),
bersama2 dg para komisaris lainnya di PT. NKRI (Deli, Asahan Siak, Yogya, Solo,
Kutai kartanegara, Pontianak, Ternate, Tidore, Bali, Sumbawa-daerah-daerah yg
termasuk Zelfbestuuren-berpemerintahan sediri pd jaman pendudukan Belanda di
nusantara). Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik
Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama
kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan
bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta
uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden. Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan
bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai
pada tahun 1968. Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama
Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.
Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan
Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam
5
Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping
Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin. Diawal Pemerintahan Republik Indonesia,
Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten
Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada
tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura
berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.
Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766 M). Putra Tengku
Buang Asmara dengan Ibukota Kerajaan di Sungai Mempura Besar, disebut rakyat
almarhum mangkat di Balai atau terkenal juga Sultan Kudung karena tangan
almarhum sebelahnya Kudung, dalam perlawanannya menentang Belanda tahun
1766 M.
4. Tengku Alam Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780 M). Putra
sulung Raja Kecik dengan Ibukota Kerajaan di Senapelan (Pekanbaru), mangkat di
Senapelan (dekat mesjid Raya Pekanbaru) disebut rakyat almarhum Bukit.
5. Tengku Muhammad Ali Panglima Besar
Sultan Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782 M). Putra Tengku Alam
6
dengan Ibukota Kerajaan di Senapelan, mangkat di Senapelan dan disebut rakyat
almarhum Pekan (yang menghubungkan Kota Pekanbaru, Minangkabau dan
Indragiri).
6. Tengku Yahya
Sultan Yahya Abdul Jalil Muzzaffar Syah (1782-1784 M). Putra dari Sultan
Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah, dengan Ibukota Kerajaan di Sungai Mempura,
mangkat di Dungun (Malaka) disebut rakyat almarhum Dungun.
7. Tengku Sayed Ali
Sultan Assyaidis Sarif Ali Abdul Jalil Syarifuddin (1784-1810 M). Putra
Tengku Embung Badariah (Putri Tengku Alam) yang kawin dengan Sayed Syarief
Usman Syahbuddin (Arab). Ibukota Kerajaan di Kota Tinggi (Siak Sri Indrapura),
mangkat di Kota Tinggi disebut rakyat almarhum Kota Tinggi.
8. Tengku Sayed Ibrahim
Sultan Assyaidis Syarief Ismail Abdul Jalil Syarifuddin (1815-1864 M). Pada
masa pemerintahan beliaulah adanya Tractat Siak-Belanda dimana Belanda
mengakui Siak. Dimakamkan di Kota Tinggi yang disebut almarhum Indrapura.
7
Tinggi. Disebut rakyat almarhum Baginda.
12. Tengku Putra Sayed Kasyim
Sultan Assyaidis Syarief Kasyim Sani (II) Abdul Jalil Syarifuddin (3 Maret
1915-1946). Sultan Syarif Kasyim memiliki 2 orang permaisuri, yaitu :
Permaisuri I
Tengku Bin Syarifah Latifah digelar Tengku Agung, mangkat tahun 1927 di
Siak Sri Indrapura. Dimakamkan di samping Mesjid Syahbuddin Siak Sri Indrapura.
Permaisuri II
Syarifah Fadlun dengan gelar Tengku Maharatu, bercerai hidup tahun 1950
di Jakarta, mangkat di Jakarta tahun 1980 dimakamkan di Jakarta.
Beliau merupakan Sultan yang terakhir dari Kerajaan Siak. Beliau mangkat
di Rumah Sakit Caltex Rumbai dan dimakamkan disamping Mesjid Syahbuddin Siak
Sri Indrapura pada tanggal 24 April 1968.
1. Komet
Sejenis gramafon raksasa terbuat dari tembaga dengan piring garis tengah 1
meter dari bahan kuningan (pelat kuningan) dapat mengeluarkan bunyi-bunyian
musik klasik karya Beethoven dan Mozart, buatan Jerman
2. Singasana
Berupa kursi keemasan yang penuh dengan ukiran yang indah dari bahan
kuningan berbalut dengan emas (yang pernah hilang dan dikonservasi kembali oleh
Museum Nasional Jakarta).
3. Payung kerajaan
8
Tombak, keris, meriam, serta alat nobat, cermin mustika, kursi-kursi,
lampu- lampu kristal beratnya 1 ton, barang-barang keramik dari Cina dan Eropa,
diorama, patung perunggu Ratu Belanda Helmina dan patung pualam Sultan
bermata berlian, benda-benda upacara lain, serta piring-piring, cangkir, gelas,
sendok bermerk lambang kerajaan.
8. Canang
Berbentuk guci terletak di ujung ruangan jamuan istana, bila dipukul canang
ini mengeluarkan bunyi gaung, digunakan oleh Sultan untuk memanggil pelayan
istana.
9.Gendang nobat
9
merupakan lambing dan kota siak sri indrapura
11.Patung Raja dan prajuritnya
Patung ini di ibarat kan sebagai pada zaman sultan –sultan tersebut
mengadakan musawarah bersama prajurit dan penasehat-penasehat kerajaan
12. Foto Raja Sultan Syarif Hasyim (sultan siak ke XI)
Patung sultan ini adalah buatan dari Negara jerman yang di buat dari
batu pualam pada tahun 1899, patung ini mirip sekali dengan aslinya
14. Kain sampul Gendang Nobat
Kain ini sebagai ganti kain (baju gendang nobat),yang berwarna kuning
15.Pecah Belah
Barang pecah belah ini terbuat dari kristal, yang dulu belum pecah, sekarang
telah terpecah –pecah , pecah belah ini dulu berupa lampu hias yang di gantung,
atas langit- langit kerajaan.
17. Al-Quran
Alquran ini berasal dari Negara istambul dari tahun 1730 dari turki .aquran ini
bentuknya berbeda dengan alquran yang sering kita pakai itu atau kita gunakan.
18.Gerampon
Merupakan alat musik yang terbuat dari piring hitam dan bertingkat ingkat,
dan di atasnya terdapat alat mirip terompet.
Seperangkat meja dan kursi terbuat dari kristal sebangasa tempat jamuan
10
dan menerima putrid –putri kerajaan siak sri indrapura, sedangkan mahkota ini
merupakan mahkota raja yang di pakai masa pemerintahan.
19. Cermin
Cermin ini terbuat dari kristal, merupakan cermin permai suri, dulu kata orang
siapa yang berkaca di cermin ini muka nya akan menjadi awet muda.
20. Teko
Teko alat ceret kristal yang di gunakan untuk tempat air putih , teko ini di
gunakan pada saat acara perjamuan dan makan malam.
21. Kelalang
Tempat air yang terbuat dari bahan- bahan kristal , air yang di letakkan di
dalam kelalang tersebut adalah air bunga mawar.
22. Bintan dan Penghargaan
Bunga kerajaan ini merupaka hasil kerajinan tenaga putra putrid yang berada
di kerajaan siak pada tahun 1920.Beberapa koleksi benda antik Istana, kini disimpan
di Museum Nasional di Jakarta, dan di Istananya sendiri menyimpan duplikat dari
koleksi tersebut.
24. Foto
Poto ini merupakan poto raja sultan sarif kasim (sultan siak keXII) dan
permai surinya,yaitu tengku agung sultana latifah pada waktu pernikahan
selain peningalan kerajaan siak ,kami juga mencantumkan peningalan dan sultan
assyidi sarif hasyim abdul jalil saifudin (sultan siak ke XI) yaitu :
a. bab-alkawa`id
Pintu segala pegangan ,yaitu semacam “konsitisi”dari kerajaan siak sri
indrapura.atas dasar ini maka kerajaan siak sri indrapura adalah kerajaan yang
11
kepentingan jalan nya pemerintahan kerajaan siak sri indra pura.
c. Balainang sari
Di samping membangun istana ,sultan juga mendirikan balainung sari di
sebut juga “balai kerapatan tinggi” ke tiga karya monumental ini merupakan bukti
tentang kebesaran dan kesejahteraan kerajaan beserta rakyatnya.
Pemerintah sultan ini berlangsung selama sembilan belas bulan dan hasil
yang di capainya untuk kepentingan kerajaan dan kemakmuran rakyat-rakyat cukup
banyak.pada tahun 1808 beliau mangkat di singapura dan di makam kan di koto
tinggi (siak sri indrapura) di beri gelar mahrum bahginda.
25. Cinderamata
Cinderamata ini merupakan bahan-bahan dari eropa dan merupakan
cinderamata dari Negara eropa.
26. Lampu Hiasan
Lamu ini dari dulu memang sudah di gantung di atas langit-langit lampu ini
sangat terang bila malam hari.
27. Baju
Baju kebesaran raja atau sultan yang menjabat pada waktu itu mengunakan
baju ini berwarna hitam ,kancing nya berwarna kuning emas.
Diantara koleksi benda antik itu adalah: Keramik dari Cina, Eropa, Kursi-kursi
kristal yang dibuat tahun 1896, Patung perunggu Ratu Wihemina yang merupakan
hadiah dari Kerajaan Belanda dan patung pualam Sultan Syarim Hasim I bermata
berlian yang dibuat pada tahun 1889, perkakas seperti sendok, piring, gelas dan
cangkir berlambangkan Kerajaan Siak masih terdapat dalam Istana, surat-surat
ucapan dan selamat beserta doa restu yang dibuat hamba rakyat dan semua sultan dan
lemari besi berisikan arsip-arsip peninggalan kerajaan ini yang sekarang hanya tersisa
beberapa arsip saja. Siak Sri Inderapura sampai sekarang tetap diabadikan sebagai
nama ibu kota dari Kabupaten Siak dan Istana Siak Sri Inderapura dan Balai
Kerapatan Tinggi yang dibangun tahun 1886 masih tegak berdiri sebagai simbol
kejayaan masa silam, termasuk Tari Zapin dan Tari Olang-olang yang pernah
mendapat kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk ditampilkan pada setiap
perayaan di Kesultanan Siak Sri Inderapura. Nama Siak masih melekat merujuk
kepada nama sebuah sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu Sungai Siak yang
12
bermuara pada kawasan timur pulau Sumatera.
Peninggalan kerajaan berupa komplek Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh
Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan
nama Istana Asserayyah Al Hasyimiah. Istana Asserayyah Al Hasyimiah ini disebut
juga "Istana Matahari Timur" ditukangi oleh arsitekdari Jerman yang mengadopsi
gaya arsitektur Eropa, India dan Arab dengan perpaduan tradisional
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan sejarah lokal namun tidak dapat dipisahkan
dari sejarah nasional. Kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk salah satu kerajaan besar,
yang memiliki hubungan dengan kerajaan Melaka, Johor-Riau. Pusat pemerintahan
kerajaan Siak Sri Indrapura selalu berpindah-pindah, kepindahan tersebut dilakukan
oleh Sultan yang memerintah pada waktu itu, baik pertimbangan politik, keamanan,
maupun ekonomi dan perdagangan. Kerajaan Siak Sri Indrapura merombak tradisi
lama, yakni melakukan perkawinan dengan keturunan lain, khususnya Arab,
sehingga. sebagian Sultan yang memerintah Siak merupakan keturunan Arab-Nelayu.
Gelar kebangsawanan terjadi perubahan, sehingga dikenal dengan "Assyaidis" atau
"Sayyed". Pada masa pemerintahan Sultan-sultan di Kerajaan Siak Sri Indrapura ada
yang bekerjasama dengan Belanda, dan ada pula menentang kehadiran Belanda,
sehingga e-USU Respository ?2005 Universitas Sumatera Utara 7 muncul
peperangan. Belanda di kerajaan Siak Sri Indrapura melakukan politik? "devide et
impera". Demikian pula hubungan Kerajaan Siak Sri lndrapura dengan pemerintah
Inggris. telah terjadi beberapa kontrak dagang maupun politik dengan Belanda
maupun Inggris. Pada pemerintah Sultan terakhir Syarif Kasim II dengan rela dan
ikhlas menyerahkan harta beserta istana kepada pemerintah Republik lndonesia, dan
mendukung proklamasi kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta
tanggal 17 Agustus 1945. Kerajaan Siak Sri Indrapura telah memberikan konstribusi
baik untuk daerah setempat maupun daerah lain, terutama peninggalan-peninggalan
yang masih ada sampai sekarang.
B. SARAN
Kami yakin dalam penulisan makalah hasil penelitian ini banyak sekali
kekurangannya. Untuk itu saya mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan
saran, kritikan, atau mungkin komentarnya demi kelancaran tugas ini.
14