Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH BUDAYA MELAYU

KESENIAN MELAYU RIAU (TARI ZAPIN)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. EMRIZAL MAHIDIN TAMBOESAI, M.SI., M.H.

DISUSUN OLEH:

ARJUNA MAHDI (2101111438)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Budaya Melayu. Makalah
ini berjudul “Sejarah Kebudayaan Melayu di Siak”

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Emrizal Mahidin Tamboesai, M.SI., M.H. Selaku dosen pengampu mata kuliah Budaya Melayu
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Selain itu penulis ucapkan terimamkasih kepada keluarga,
kerabat dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Karna keterbatasan pengalaman dan pengetahuan, penulis yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca dan dosen pengampu mata kuliah Budaya Melayu, demi
kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
serta pembaca dan bagi masyarakat luas.

Pekanbaru, 25 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malayu atau Melayu hingga kini terkadang diidentikkan dengan Riau dan sekitarnya. Di masa
lalu, Riau –sekarang menjadi Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau– telah ditandai
beberapa gelombang migrasi nenek moyang bangsa Indonesia. Gelombang migrasi pertama
konon menunjukkan ciri ras Weddoid yang datang sesudah zaman es terakhir. Ras ini disebut-
sebut sebagai ras pertama yang menghuni Nusantara.

Salah satu kerajaan Melayu yang terbesar adalah kerajaan Siak Sri Indrapura. Siak Sri Indrapura
merupakan sebutan bagi sebuah kerajaan yang terletak di tepi Sungai Jantan (sekarang disebut
Sungai Siak dan berada dalam Kabupaten Siak). Kerajaan ini didirikan oleh Raja Kecik pada
tahun 1723. Raja Kecik adalah anak dari Sultan Johor, yaitu Sultan Mahmud Syah II, dari
isterinya yang bernama Encik Pong. Sebelum menjadi Sultan di Siak Sri Indrapura, Raja Kecik
sempat menjadi raja Johor tahun 1717-1722. Setelah terjadi huru-hara di Johor, kemudian Raja
Kecik memutuskan untuk menyingkir ke Siak. Ia kemudian mendirikan kerajaan Siak Sri
Indrapura pada tahun 1723. Pada masa Kerajaan Siak inilah, Pekanbaru mulai dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


- Sejarah berdirinya Kerajaan Siak Sri Indrapura di Siak
- Peradaban dan adat istiadat masyarakat Melayu khususnya masyarakat Siak
- Jejak dan budaya yang ditinggalkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura
1.3 Tujuan Penulisan

Kerajaan Siak Sri Indrapura selama masa berdiri dan berjayanya tentunya telah meninggalkan
banyak warisan budaya yang patut kita ketahui, pelajari dan kita lestarikan. Maka dari itu
makalah ini ditulis untuk membagikan pengetahuan tentang sejarah kebudayaan Melayu
khususnya kebudayaan Melayu di Siak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura

Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan
Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong,
dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-
tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ. Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah
Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja
yang ditunjuk dan diangkat oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada
yang memerintah. Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai
hasil hutan dan hasil laut.

Kata Siak Sri Inderapura, secara harfiah dapat bermakna pusat kota raja yang taat beragama,
dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" dan indera atau indra dapat bermakna raja.
Sedangkan pura dapat bermaksud dengan "kota" atau "kerajaan". Siak dalam anggapan
masyarakat Melayu sangat bertali erat dengan agama Islam, Orang Siak ialah orang-orang yang
ahli agama Islam, kalau seseorang hidupnya tekun beragama dapat dikatakan sebagai Orang
Siak.

Nama Siak, dapat merujuk kepada sebuah klan di kawasan antara Pakistan dan India, Sihag atau
Asiagh yang bermaksud pedang. Masyarakat ini dikaitkan dengan bangsa Asii, masyarakat
nomaden yang disebut oleh masyarakat Romawi, dan diidentifikasikan sebagai Sakai oleh Strabo
seorang penulis geografi dari Yunani. Berkaitan dengan ini pada sehiliran Sungai Siak sampai
hari ini masih dijumpai masyarakat terasing yang dinamakan sebagai Orang Sakai.

Pusat kerajaan kemudian selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah
kemudian ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa pemerintahan Sultan
Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864) pusat Kerajaan Siak
dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa
pemerintahan Sultan Siak terakhir.
Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang
memerintah pada tahun 1889-1908, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan
istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Pada masa
pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi.
Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda.

Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di
Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai
Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir
terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II). Bersamaan dengan
diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah
putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan
menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta
uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden. Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di
Jakarta.Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.

Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari
Permaisuri Kedua Tengku Maharatu. Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar
Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia.Makam
Sultan Syarif Kasim II terletak di tengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya di samping Mesjid
Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.

2.2 Peradaban, Budaya, dan Adat Istiadat Masyarakat Kerajaan Siak

 Keagamaan

Berdasarkan catatan sejarah yang ada, Kesultanan Siak Sri Indrapura yang berada di Riau
adalah kerajaan Melayu Islam. perkembangan agama Islam di Siak menjadikan kawasan ini
sebagai salah satu pusat penyebaran dakwah Islam, hal ini tidak lepas dari penggunaan nama
Siak secara luas di kawasan Melayu. Jika dikaitkan dengan pepatah Minangkabau yang
terkenal: Adat menurun, syara’ mendaki dapat bermakna masuknya Islam ke dataran tinggi
pedalaman Minangkabau dari Siak sehingga orang-orang yang ahli dalam agama Islam, sejak
dahulu sampai sekarang, masih tetap disebut dengan Orang Siak.
Walau telah menerapkan hukum Islam pada masyarakatnya, namun sedikit pengaruh
Minangkabau dengan identitas matrilinealnya masih mewarnai tradisi masyarakat Siak.
Dalam pembagian warisan, masyarakat Siak mengikut kepada hukum waris sebagaimana
berlaku dalam Islam. Namun dalam hal tertentu, mereka menyepakati secara adat bahwa
untuk warisan dalam bentuk rumah hanya diserahkan kepada anak perempuan saja.

 Adat

Kerajaan Siak adalah pusat pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Sultan dengan
orang-orang besarnya, sehingga yang dilakukan dalam acara adat mempunyai sopan santun
yang telah diatur oleh Kerajaan dan Datuk- datuk dari Ketua Suku. Setiap pelanggaran adat
dan sopan santun oleh rakyatnya akan mendapat hukuman atau sanksi yang sesuai dengan
pelanggarannya. Didalam adat kerajaan siak ada beberapa aturan yaitu :

1. Adat Sebenar Adat

Yang dimaksud dengan "adat sebenar adat" adalah prinsip adat Melayu yang tidak dapat
diubah-ubah. Prinsip tersebut tersimpul dalam "adat bersendikan syarak". Ketentuan-
ketentuan adat yang bertentangan dengan hukum syarak tidak boleh dipakai lagi dan hukum
syaraklah yang dominan, hal ini telah disabdakan oleh Sultan Siak Raja Kecik sewaktu beliau
dinobatkan. Misalnya : Dalam berpakaian haruslah menutup aurat.

2. Adat yang diadatkan

Adat ini adalah adat yang dibuat oleh Kerajaan Siak oleh Sultan yang sedang berkuasa
sebagai pemimpin pemerintahan dinegeri Siak bersama Dewan Datuk sebagi penasehat
Sultan pada kurun waktu tertentu dan masa berlakunya adat yang diadatkan ini ialah
sepanjang belum dirubah oleh penguasa berikutnya atau Sultan penggantinya. Contohnya :
Warna pakaian yang boleh dipakai oleh Datuk, orang besar kerajaan dan isterinya, dilarang
memakai warna kuning karena itu adalah warna pakaian sultan dan keluarganya.

3. Adat yang Teradat

Adat ini adalah adat yang disusun bersama oleh Datuk-datuk kepala suku dengan pemuka-
pemuka dinegeri Siak pada masa kerajaan dahulu sejak berdirinya Kerajaan Gasib sampai
Kerajaan Siak yang dipimpin oleh Raja Kecik. Adat ini turun temurun dalam masyarakat
melayu siak yang telah lama mentradisi dan sudah menjadi pegangan bersama yang harus
ditaati oleh rakyat siak. Terutama pantang durhaka kepada raja dan kepada orang tua karena
sumpah raja dan orang tua sangat makbul. Adat ini menanamkan sopan santun kepada
masyarakat dan rakyatnya terutama kepada anak cucunya yang merupakan pewaris negeri
siak.adat sopan santun sangat diutamakan dalam masyarakat melayu siak. Dikerajaan Siak
hidup dan berkembang kebudayaan Tradisional yang kuat yang bernafaskan Islam, hal ini
terlihat dari beberapa upacara adat dimulai dari kelahiran sampai kematian.

 Kebudayaan yang Diwariskan

Kebudayaan Kerajaan Siak Sri Indrapura

1. Upacara menujuh bulan

Upacara menujuh bulan yaitu upacara adat yang dilaksanakan pada saat seorang ibu yang
hamil anak sulungdalam usia kandungan tujuh bulan.

2. Upacara aqiqah, memberi nama, cukur rambut dan turun mandi.

Upacara ini dilakukan secara bersamaan, dimana anak yang baru dilahirkan dalam usia tujuh
hari atau lebih, diaqiqahkan dengan menyembelih satu ekor kambing untuk anak perempuan
dan dua ekor kambing untuk anak laki-laki. Bersamaan dengan itu dilakukan kenduri dengan
menjemput orang rmai dan pada saat itu rambut sibayi digunting, ditepung tawari sambil
dibacakan puji-pujian kepad Rasul dan kemudian dibacakan doa selamt dan doa member
nama. Seterusnya bayi diturunkan memijak tanah dan dimandikan dan terakhir diayun
dibuaian.

3. Upacara Khitanan dan Khatam Al-Qur'an anak laki-laki

Setiap anak laki-laki berusia sekitar sebelas tahun dikhitankan, dan sebelum dikhitankan
dianya haruslah sudah khatam Al-Qur'an.

4. Upacara adat perkawinan

Upacara adat perkawinan ini terbagi dalam beberapa tahap upacara antara lain sebagai
berikut:

a. Merisik
Sebelum zaman kemajuan seperti sekarang ini, pergaulan wanita dengan laki-laki tidaklah
terbuka dan satu sama lain. Mereka dibatasi oleh adat budaya Melayu yang telah mengatur
itu semua dan didukung oleh masyarakat sezamannya itu.

Sehingga dalam mencari jodoh haruslah melalui para orang tua dan si anak cukup
menyampaikan keinginannya kepada kedua orang tua.Jika seorang pemuda merasa tertarik
akan seorang gadis, maka ia akan menyampaikan kepada kedua orang tuanya, dang tua
tersebut harus mencari tahu akan keadaan sigadis yang dimaksudkan oleh sipemuda,

Untuk mencari tahu tentang keadaan sigadis, maka ia ditunjuklah seorang yang dipercaya
untuk mencari tahu tentang keadaan sigadis tersebut.

b. Meminang

Setelah pihak lelaki semufakat untuk menjodohkan anak lelakinya dengan sigadis yang telah
disepakati, maka dikirimlah perutusan kerumah si gadis untuk meminang atau melamar si
gadis secara resmi.Perwakilan terdiri dari beberapa orang yang dituakan dan seorang juru
bicara.Supaya pihak wanita tidak merasa dikejutkan atas kedatangan ini.Pada pertemuan ini
pihak lelaki menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannnya, yang dijawab oleh pihak
wanita.

Pada pelaksanaan peminangan ini adakalanya pihak wanita tidak langsung menjawab atas
pinangan ini, melainkan meminta waktu beberapa hari untuk menjawabnya dan kepada pihak
lelaki diminta datang kembali pada hari yang ditentukan, dan sebaliknya ada pula jawaban
diberikan pada saat peminangan itu.Jika jawaban diberikan beberapa hari kemudian, ini
menandakan bahwa pihak wanita ingin bermufakatdulu dengan pihak keluarga dan juga ingin
pula terlebih dahulu mengetahui tentang anak lelaki yang akan dijodohkan dengan anak
gadisnya. Tentu mereka juga akan merisik terlebih dahuli tentang lelaki tsb.

c. mengantar tanda atau bertunangan

Setelah pinangan diterima, maka akan dilakukan acara mengantar tanda sebagai ikatan tali
pertunangan.
Setelah pihak wanita menyatakan menerima atas pinangan pihak lelaki, maka pihak lelaki
kembali mengirim perutusan kerumah pihak wanita untuk menyampaikan tanda ikatan untuk
kedua anak mereka.

Didalam pelaksanaan meminang tersebut pihak lelaki selalu membawa serta barang kemas
sebagai tanda ikatan perjodohan, karena lazim juga jawaban langsung diberikan oleh pihak
wanita bahwa pinangan diterima atau ditolak.

Jika ditolak maka perutusan akan kembali kerumah dengan tangan hampa.Sebaliknya jika
langsung diterima maka akan dilanjutkan dengan penyerahan tnda sebagai ikatan perjodohan
antara keduannya. 

d. mengantar belanja

Upacara mengantar belanja adalah kedatangan perutusan keluarga calon pengantin lelaki
kerumah calon pengantin wanita untuk menyerahkan uang belanja sebagai bantuan untuk
biaya pelaksanaan upacara pernikahan dengan jumlah yang disesuaikan dengan kesanggupan
calon pengantin lelaki.

Adapun pelaksanaan acara ini adalah penyampaian maksud mengantar belanja yang
disampaikan oleh juru bicara dan menyebutkan satu persatu apa-apa yang diserahkan dan
sekaligus menetapkan hari pernikahan.

e. perhelatan pernikahan

Setelah pihak wanita menerima menerima antaran belanja maka mulailah mempersiapkan
segala sesuatu untuk menghadapi hari perkawinan, seperti membersihkan dan merapikan
rumah, melengkapi peralatan yang kurang, mempersiapkan rencana kerja pelaksanaan hari
perkawinan dsb. Sehingga sampailah saat hari pelaksanaan.

Sebelum sampai pada hari puncak yaitu hari pelaksanaan perkawinan, terlebih dahulu
dilakukan beberapa kegiatan sebagai persiapan yaitu:

1. Menggantung ( hari menggantung )


Hari menggantung adalah hari dimulainya secara nyata persiapan upacara perhelatan
pernikahan akan dilangsungkan. Ini dilakukan sekira 5 (lima) atau 6 (enam) hari menjelang
hari pernikahan.

Kegiatan ini diawali dengan memasang pentas pelaminan. Setelah pentas pelaminan selesai
dipasang maka pentas tersebut ditepung tawari, dan setelah itu barulah dilanjutkan dengan
memasang hiasan berupa tabir belang dengan cara digantung, yang dilakukan oleh juru
pelaminan.

2. Berinai Curi

Kepada setiap calon pengantin dilakukan upacara berinai yang dilaksanakan pada malam
hari. Peralatan berinai yang telah dipersiapkan dirumah calon pengantin wanita, secara diam-
diam dibawa kerumah calon pengantin lelaki yang akan dipergunakan pula untuk calon
pengantin lelaki berinai.

Karena pelaksanaan berinai ini dilakukan pada malam hari dan sebagian dari inai dirumah
pengantin wanita diambil secara diam-diam (dicuri) maka acara ini disebut Malam Berinai
Curi.Malam berinai ini dilakukan sekira 3 hari menjelang hari pernikahan atau perkawainan.
Kegiatan pada malam berinai ini diawali oleh Mak Andam mempersiapkan peralatan untuk
berinai.

3. Berandam

Upacara Berandam dilakukan sehari sesudah berinai dan dilakukan pada pagi hari terhadap
bujang dan dara calon pengantin dikediaman masing-masing yang dipimpin oleh Mak
Andam (Bidan Pengantin).

Namun yang mutlak dilakukan untuk wanita. Dilakukan pada pagi hari dengan maksud
mengambil seri dari matahari pagi sepenggalahan agar pengantin selalu bercahaya dan cerah
secerah matahari pagi.

Adapun berandam ini hakekatnya mencukur bulu roma diwajah sekaligus membersihkan
muka, membetulkan alis dan anak rambut baik dibagian muka maupun dibagian belkang
tengkik.
Makna yang terkandung dalam upacara berandam ini tiada lain adalah untuk pembentukkan
keindahan lahiriah guna perwujudan kecantikan bathiniahnya.

4. Akad Nikah

Upacara Akad nikah adalah upacara keagamaan yang sacral yang menentukan syah tidaknya
suatu perkawinan dimana seorang ayah akan melepaskan tanggung jawab terhadap anak
perempuannya kepada seorang perjaka yang akan menjadi suami dihadapan Kadhi Nikah dan
saksi-saksi sesuai hukum syarak dan qur'an.Kata-kata penyerahan dari si ayah disebut Ijab,
sedangkan kata jawaban dari siperjaka pengantin lelaki disebut Kabul. Dan upacara ini
dilakukan di rumah pengantin wanita.

Setelah Ijab Kabul dilanjutkan dengan pengantin lelaki menyembah orng tua pengantin
wanita dan orang tua-tua yang patut menurut adat dan lembaganya.Pada acara penyembahan
ini terkandung makna untuh memohon keampunan dari kedua orang tua dan keikhlasan
menerima kehadiran anak menantunya kedalam keluarga mereka.

5. Berinai Lebai

Setelah kedua pengantin mengikuti upacara menyembah orang tua pada acara akad nikah
nikah selesai maka terhadap kedua pengantin ini dilakukan upacar tepuk tepung tawar.
Kedua pengantin ini di dudukkan diatas pelaminan.Tepuk tepung tawar terhadap pengantin
lelaki dan perempuan didudukkan diatas pelaminan / gerai secar bergantian antara lelaki
dengan perempuan dan gading-gading pengantin lelaki berdiri dikiri dan kanan pelaminan.
Pada saat ini kedua pengantin ini ditepuk tepung tawari secarta bersama / disandingkan
dengan alas an menghemat waktu dan mereka telah syah dipertemukan.Tepuk tepung tawar
ini dilakukan oleh orang tua-tua atau yang dituakan dikalangan keluarga maupun
dimasyarakat dengan jumlah yang ganjil sesuai dengan tingkat sosialnya dalam masyarakat
dan sipenepuk yang terakhir diharuskan memimpin pembacaan do'a.

6. Upacara Khatam Al-Qur'an

Setiap remaja putri akan naik pelaminan melangsungkan pernikahannya, maka sesudah akad
nikah akan dilakukan upacara berkhatam al-qur'an yang berarti telah menamatkan pelajaran
mengaji kitab Suci Al-Qur'an dan siap mengarungi dunia luas guna mencari bekal akhirat
kelak karena telah dibekali dengan pengetahuan agama untuk hidup berumah tangga.

Upacara Khatam Al-Qur'an ini dilakukan sehari setelah dilakukanakad nikah (keesokkan
harinya) yang dilakukan dirumah pengantin wanita.

7. Hari Berlangsung (Hari Bersanding)

Hari langsung (bersanding) adalah hari yang dinanti-nantikan. Karena pada hari ini pengantin
diarak dari rumahnya menuju kerumah pengantin wanita untuk diduduk sandingkan disana
dengan melalui beberapa urutan kegiatan.

Diawali dengan menjumput pengantin lelaki oleh beberapa orang tua sebagai perwakilan
pengantin wanita. Kedatangan para penjemput ini sekaligus membawa hidangan (makanan)
untuk pengantin lelaki lengkap dengan lauk pauk dan kueh muehnya.

Rombongan penjemput ini disambut ditengah rumah dan dihidangkan minuman dan kueh.
Pengantin lelaki mempersiapkan diri dengan berpakaian baju Melayu Cekak Musang dari
tenunan Siak. Dan di jari kelingking serta ibi jari dipakai canggai sedangkan dikepala di
pakai yang dinamakan perkakas andam (Desto/Destar) atau tanjak/tengkolok dari tenunan
Siak.

2.3 Peninggalan Kerajaan Siak di Masa Sekarang

Selama berjaya dan berdiri, kerajaan Siak banyak meninggalkan peninggalan berbentuk fisik
seperti istana, harta, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa peninggalan kerajaan Siak
yang masih ada hingga saat ini.

1. Istana Siak

Istana Siak atau biasa disebut dengan ” Istana Matahari Timur ” atau disebut juga Asserayah
Hasyimiah ini dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 oleh
arsitek berkebangsaan Jerman. Arsitektur bangunan merupakan gabungan antara arsitektur
Melayu, Arab, Eropa. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam
ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang
tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga
digunakan untuk ruang pesta. Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk
istirahat Sultan serta para tamu Istana. Di dalam istana akan kita lihat berbagai koleksi yang
bernilai tinggi seperti Kursi Singgasana Sultan yang berbalut emas.
2. Komet
Alat musik Komet dibuat secara home industri di Jerman yang memiliki piringan dengan garis
tangan sekitar 90 cm berisikan lagu-lagu klasik dari Mozard dan Bethoven.Konon barang ini
hanya ada dua di dunia yaitu di Jerman sebagai pembuat dan di istana Siak.  

3. Kapal Kato
Terletak di ibagian luar Istana, Kapal Kato adalah sebuah kapal besi dengan bahan bakar batu
bara dimiliki oleh Sultan Siak, dan selalu digunakan pada saat berkunjung ke daerah-daerah
kekuasaannya. Kapal ini berukuran panjang 12meter dengan berat 15 ton.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Riau pada
tahun 1723. Kerajaan Siak merupakan salah satu kerajaan Melayu terbesar dan paling
berpengaruh yang banyak meninggalkan jejak budaya dan adat yang lestari hingga saat ini.
Kerajaan Siak juga menjadi cikal bakal berdirinya Senapelan atau saat ini dikenal dengan Kota
Pekanbaru.

3.2 Saran
Karena Kerajaan Siak Sri Indrapura banyak meninggalkan budaya dan adat didalam masyarakat
Riau, alangkah baiknya kebudayaan-kebudayaan Melayu tersebut dilestarikan agar tidak punah
dengan cara membagikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas,terutama kepada gerenari
yang lebih muda.

   
             
DAFTAR PUSTAKA

Helena. “Adat dan Budaya Melayu Siak”. 2018. Pekanbaru : Universitas Islam Riau
Makhachkala, Syamrizal Alamsky. “Sejarah Melayu Riau dan Kepulauan Riau”. 2016.
Pekanbaru : Universitas Lancang Kuning.
H. Al Azhar. Syahril Abubakar. Pendidikan Budaya Melayu Riau : Buku Sumber Pegangan
Guru. 2018. Pekanbaru : Lembaga Adat Melayu Riau.

Anda mungkin juga menyukai