Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“Kerajaan Islam Riau Dan Jambi”

Disusun :
1. DIAN MUHAIMA

2. AZELLA VANESA

3. ARSYI ALFIKRI

4. ARIYA NOFEBRIAN

NAMA GURU :

Drs. Wazarius, MM

X IPS 5

SMAN 1 SOLOK

TP 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian makalah biologi. Besar harapan penulis agar a makalah ini bisa menjadi rujukan
peneliti selanjutnya. Penulis juga berharap agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang
terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata
pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan
dan membaca makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Solok, 04 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

KESULTANAN SIAK SRI INDERAPURA..............................................................................4

A. Asal Usul dan Sejerah Singkat Kerajaan Siak.....................................................................4

B. Letak dan Pendiri Kerajaan Siak...........................................................................................5

C. Masa Kejayaan Kerajaan Siak................................................................................................5

D. Sistem dan Perkembangan Pemerintahan pada Kerajaan Siak..........................................5

E. Kehidupan Kerajaan Siak........................................................................................................6

F. Silsilah Raja Kerajaan Siak Inderapura.................................................................................8

G. Penyebab Runtuhnya Kerajaan Siak......................................................................................8

KESULTANAN JAMBI................................................................................................................9

A. Sejarah........................................................................................................................................9

B. Geografi..................................................................................................................................10

C. Kependudukan......................................................................................................................10

D. Pemerintahan.........................................................................................................................10

E. Keruntuhan Kesultanan Jambi............................................................................................11

F. Peninggalan Kesultanan Jambi...........................................................................................12

3
KESULTANAN SIAK SRI INDERAPURA

A. Asal Usul dan Sejerah Singkat Kerajaan Siak

Kerajaan Siak merupakan suatu kerajaan yang berdiri pada abad ke 16 masehi.
Kemakmurannya hingga ke masa abad 20. Kerajaan tersebut berdiri tepatnya pada tahun 1723
oleh seorang sultan. Mulanya Kerajaan tersebut menyatu dengan kerajaan Johor. Namun, di
masa selanjutnya kesultanan Siak merupakan pemecahan dari kerajaan Johor

Untuk itu, jika ingin mengenal sejarah Kerajaan Siak, Anda bisa menelusurinya dari
Kerajaan Johor. Dulu sempat terjadi perang saudara memperebutkan kekuasaan dimana tidak
lain kedua saudara tersebut adalah Tengku Sulaiman dan Sultan Abdul Jalil. Namun, di waktu
perseteruan tersebut keduanya mengalami banyak kerugian baik moril maupun materil. Sehingga
perseteruan pun dihentikan dan masing-masing pihak memilih untuk memisahkan diri.

Saat itu, Tengku Sulaiman pergi ke daerah Pahang sedangkan Sultan abdul Jalil pergi ke
daerah Bintan. Sejak berdirinya Kerajaan Siak, banyak daerah yang mulai terpengaruh dengan
kepemimpinannya. Bahkan pengaruhnya sampai ke Sumatera dan Kalimantan.

Semenjak itu, Sultan Abdul Jalil Syah mendapat julukan Raja Kecil dimana beliau
membangun negeri Buantan serta melakukan pembaharuan dalam ranah militer. Apalagi akibat
peperangan saudara sebelumnya, ekonomi pemerintahan sempat menurun.

4
B. Letak dan Pendiri Kerajaan Siak

Kerajaan Siak Inderapura mulai didirikan di daerah Siak, Riau, Indonesia. Kerajaan
tersebut merupakan salah satu Kesultanan Melayu di daerah Sumatera. Untuk wilayah
kerajaannya sendiri didirikan oleh Raja Kecil di mana nama gelar yang dikenal adalah sultan
Abdul Jalil. raja Kecil tersebut berasal dari Kerajaan Pagaruyung.

Sejak awal kemunculannya, kerajaan ini telah menjadi kerajaan bahari yang kuat dan
cukup disegani. Bahkan di tengah imperialisme Eropa, Kesultanan Siak menjadi kekuatan baru
untuk pesisir Sumatera yang disegani. Bahkan sejak kepemimpinan raja Kecil, Kesultanan Siak
mampu memperluas daerah pelayaran perdagangan di sekitar Selat Malaka.

C. Masa Kejayaan Kerajaan Siak

Awal mula masa gemilangnya Kerajaan Siak adalah ketika dipimpin oleh Sultan Abdul
Jalil dimana beliau juga menjadi pendiri kerajaan tersebut. Pada masa kepemimpinannyalah ia
sempat dijuluki sebagai pewaris Malaka. Masa ini berlangsung hingga beberapa tahun yakni dari
1724 – 1726.

Masa kejayaan ini dimulai dengan salah satu program yang dibuat oleh Raja Kecil yaitu
memasukkan Rokan kedalam wilayah kesultanan dan juga membangun pertahanan armada laut.
Setelah tahun 1726 usai, dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1728 Raja Sulaiman atau yang
dikenal dengan Yang Dipertuan Muda, memerintahkan pasukan bugisnya untuk mengusir Raja
Kecil dari tahta kerajaan Siak. Mulai saat itulah kepemimpinan kerajaan diambil alih oleh Raja
Sulaiman. Sedangkan Raja Kecil sendiri membangun kekuatannya sendiri di Pesisir Sumatera.
Dari kepemimpinan Raja Sulaiman mulailah daerah Bintan yang menjadi pusat pemerintahan.

D. Sistem dan Perkembangan Pemerintahan pada Kerajaan Siak

Seperti yang kita tahu bahwa sistem kerajaan pada umumnya menggunakan system
pemerintahan monarki. Nah, tidak terkecuali dengan Kerajaan Siak yang pemimpinnya juga
berasal dari keturunan raja sebelumnya.

Setelah Raja Kecil pergi dari Kesultanan Riau jadilah Raja Sulaiman penguasa baru
daerah tersebut. Meski begitu beberapa waktu setelahnya Raja Kecil kembali bangkit untuk
menguasai beberapa daerah. Dimulai dengan menaklukkan beberapa kawasan yang ada di

5
Semenanjung Malaya. Seiring dengan waktu tersebut Raja Sulaiman mendapat ancaman dari
orang Bugis.

Mereka mulai menginginkan balas jasa atas perebutan kekuasaan dari pemimpin
sebelumnya. Hal ini membuat Raja Sulaiman kebingungan dan mulai meminta bantuan dari
penjajah. Pada tahun 1767, ketika Raja Kecil sudah wafat. Maka muncul seorang bernama Raja
Ismail yang digadang-gadang sebagai duplikasi Raja Kecil.

Dengan banyaknya dukungan dari orang perairan, Raja Ismail membuat pertahanannya
sendiri yaitu dengan mendominasi kawasan perairan Timur. Beliaupun mulai mengumpulkan
perdagangan timah di daerah Bangka. Kesultanan Siak semakin kuat dengan hubungan
perkawinan antara Raja Ismail dengan saudara Sultan Trengganu.

Selain itu, Kerajaan Siak juga menaklukkan berbagai daerah seperti Langkat, Deli dan
Serdang. Ketiganya menjadi daerah kekuasaan kesultanan Siak. Bahkan seiring waktu yang
berkembang pemerintahan Siak juga mengalami perombakan, terutama dalam ranah birokrasi.
Tentu saja hal ini juga tidak jauh dari pengaruh budaya Eropa. Hal ini juga membuat Siak Sri
Inderapura membuat sebuah buku pedoman hukum yang diberlakukan untuk daerah
kekuasaannya.

E. Kehidupan Kerajaan Siak

1. Kehidupan politik Kerajaan Siak

Dalam kehidupan berpolitik masyarakat Siak sudah mengambil metode Balai


Kerapatan Tinggi sebagai tempat pengadilan umum. Di mana pengadilan tersebut
dipimpin langsung oleh Sultan Siak. Hampir sama seperti politik pada umumnya
Kesultanan Siak membagi kawasan kekuasaan dalam dua arah yang berbeda, yaitu Hulu
dan Hilir.

Tiap titiknya disebut dengan distrik, di mana setiap distriknya dipimpin oleh
orang bergelar datuk. Selain itu, ada kawasan tertentu yang masih dipimpin oleh Kepala
Suku. Sedangkan pada masa tersebut istilah Orang Kaya adalah sebutan untuk orang
yang memiliki jabatan tertentu di Kesultanan Siak.

6
2. Kehidupan agama Kerajaan Siak

Sejak Islam masuk ke Wilayah Indonesia yang dibawa oleh muballig, sejak saat
itulah beberapa daerah terpengaruh untuk masuk dalam dunia keislaman. Begitupula
dengan Kerajaan Siak yang juga berubah menjadi Kesultanan Siak. Dengan begitu
bertambahlah pusat penyebaran agama Islam di Melayu.

Sehingga mulai dari situlah semua sistem pemerintahan berganti dan dirombak
agar sesuai dengan syariat Islam. Meski begitu ada beberapa tradisi yang masih
terpengaruh dari ajaran nenek moyang. Seperti dalam pembagian harta peninggalan
mayit, masyarakat Siak telah memberlakukan sebagaimana pembagian dalam Islam.
Namun, memang ada beberapa harta waris yang dikhususkan secara adat Minangkabau.
Seperti peninggalan berupa rumah yang disepakati diberikan kepada anak perempuan
saja.

3. Kehidupan ekonomi Kerajaan Siak

Dalam taraf ekonomi sendiri masyarakat Siak bisa dibilang tercukupi. Apalagi
ketika masa pemerintahan dari Sultan Alauddin. Ada berbagai barang yang berhasil
dihasilkan oleh masyarakatnya seperti emas, padi, lilin, madu, dan bahan pengobatan
lainnya. Selain itu keadaan masyarakat juga makmur karena dipimpin oleh seorang sultan
yang terkenal jujur.

4. Kehidupan sosial Kerajaan Siak

Dalam kehidupan bersosial, masyarakat Siak tidak terlepas dari yang namanya
persaingan dan perebutan kekuasaan. Meski begitu mereka juga memutuskan untuk
bergabung dalam Republik Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan.

5. Kehidupan budaya Kerajaan Siak

Seperti yang sudah diketahui bahwa kesultanan siak berada di Riau, Sumatera.
Oleh karenanya beberapa bentuk kebudayaannya didominasi oleh Melayu. Pasalnya
banyak dari penduduk Riau yang berasal dari etnis Melayu. Selain itu, ada pula suku
yang hidup di dalam hutan dan keberadaannya diakui hingga dilindungi suku tersebut
bernama Suku Sakai.

7
Dulu mereka juga memiliki upacara adat sendiri yaitu Balimau Sakai yang
dilakukan ketika hendak menjelang bulan Ramadhan. Karena seperti yang sudah
dijelaskan kerajaan ini juga bercorak keislaman. Mereka juga memiliki kerajinan
tersendiri seperti anyaman yang dibentuk dengan beragam bahan. Mulai dari daun kelapa,
daun rumbia, daun rasau dan lain sebagainya. Kemudian akan jadi berbagai bentuk pula
sehingga bisa digunakan sebagai perabot rumah tangga.

F. Silsilah Raja Kerajaan Siak Inderapura


1. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1746)
2. Sultan Muhammad Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1746-1760)
3. Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1760-1761)
4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1761-1766)
5. Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1765-1779)
6. Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1779-1781)
7. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (1781-1791)
8. Sultan As-Sayyid Al-Sharif Ali Abdul Jalil Syaifuddin (1791-1811)
9. Sultan As-Sayyid Al-Sharif Ibrahim Abdul Jalil Khalliludin (1811-1827)
10. Sultan As-Sayyid Al-Sharif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin (1827-1865)
11. Sultan As-Sayyid Al-Sharif Kassim Abdul Jalil Syaifuddin (1864-1889)
12. Sultan As-Sayyid Al-Sharif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908)
13. Sultan As-Sayyid Al-Sharif Kassim Abdul Jalil Syaifuddin II (1915-1945)
G. Penyebab Runtuhnya Kerajaan Siak

Penyebab utama dari kemunduran Kerajaan Siak adalah karena upaya pemerintah
yang begitu merugikan kerajaan sendiri. Selain itu, pada tahun setelah kepemimpinan Sayid
Ali Abdul Jalil. Siak mengalami kemunduran karena sebuah kesepakatan yang disetujui
pembesar Siak. Di mana perjanjian tersebut disebut dengan traktat Siak, yang isinya adalah
penyerahan kekuasaan daerah milik Siak kepada Belanda.

Hal ini pun mempengaruhi jalur dagang serta membuat ekonomi Kerajaan Siak
menurun. Selain itu para penguasa juga sudah tidak bisa memberi kebijakan baru terkait
daerah yang sebelumnya dipimpin.

8
KESULTANAN JAMBI

Kesultanan Jambi adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di provinsi
Jambi, Indonesia. Kesultanan ini sebelumnya bernama kerajaan Melayu Jambi yang didirikan
oleh Datuk Paduko Berhalo bersama istrinya, Putri Selaras Pinang Masak di Kota Jambi, pada
tahun 1460. Dalam perkembangannya, pada tahun 1615 kerajaan ini resmi menjadi kesultanan
setelah Pangeran Kedah naik takhta dan menggunakan gelar Sultan Abdul Kahar. Kesultanan
Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1906 dengan sultan
terakhirnya Sultan Thaha Syaifuddin.

A. Sejarah

Wilayah Jambi dulunya merupakan wilayah Kerajaan Melayu, dan kemudian menjadi
bagian dari pendudukan wilayah Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Pada akhir abad ke-14
Jambi merupakan vasal Majapahit, dan pengaruh Jawa masih terus mewarnai kesultanan Jambi
selama abad ke-17 dan ke-18.

Berdirinya kesultanan Jambi bersamaan dengan bangkitnya Islam di wilayah Jambi. Pada
1616 Jambi merupakan pelabuhan terkaya kedua di Sumatra setelah Aceh, dan pada 1670
kerajaan ini sebanding dengan tetangga-tetangganya seperti Johor dan Palembang. Namun
kejayaan Jambi tidak berumur panjang. Tahun 1680-an Jambi kehilangan kedudukan sebagai
pelabuhan lada utama, setelah perang dengan Johor dan konflik internal.

Setelah Istana Tanah Pilih Kota Jambi di hancurkan Belanda, dan Sultan Thaha mundur
ke pedalaman Jambi. Oleh kerabat orang kerajaan Jambi dipilih lah Pangeran Singkat Lengan
menjadi Sultan menggantikan Thaha dengan gelar Sultan Ahmad Nazaruddin. Masa itu
kesultanan Jambi masih mengendalikan Ibukota (Kota Jambi) namun Sultan Ahmad Nazaruddin
tinggal di Dusun Tengah, tiga atau empat hari perjalanan dari Ibukota, di sebuah rumah
sederhana dari papan.

Pada tahun 1903 Pangeran Ratu Martaningrat, keturunan Sultan Thaha, sultan yang
terakhir, menyerah kepada Belanda. Kemudian Jambi digabungkan dengan keresidenan
Palembang. Kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun
1906.

9
B. Geografi

Jambi berkembang di wilayah cekungan Batang Hari, sungai terpanjang di Sumatra.


Sungai ini, dan anak-anak sungainya, seperti Batang Tembesi, Batang Tabir dan Batang
Merangin, merupakan tulang punggung wilayah tersebut. Sungai Tungkal yang berbatasan
dengan Indragiri memiliki cekungan tangkapan air sendiri. Sungai-sungai itu merupakan andalan
transportasi utama Jambi.

C. Kependudukan

Penduduk Jambi relatif jarang. Pada 1852 jumlah penduduk diperkirakan hanya sebanyak
60.000 jiwa, dan Jambi Timur nyaris tidak berpenghuni. Etnis Melayu Jambi berdiam
dipinggiran sungai Batang Hari dan Batang Tembesi. Orang Kubu menghuni hutan-hutan,
sedangkan orang Batin mendiami wilayah Jambi Hulu. Pendatang dari Minangkabau disebut
sebagi orang Penghulu, yang menyatakan tunduk pada orang-orang Batin.

D. Pemerintahan

Kesultanan Jambi dipimpin oleh raja yang bergelar sultan. Raja ini dipilih dari
perwakilan empat keluarga bangsawan (suku): suku Kraton, Kedipan, Perban dan Raja Empat
Puluh. Selain memilih raja keempat suku tersebut juga memilih pangeran ratu, yang
mengendalikan jalan pemerintahan sehari-hari.[butuh rujukan] Dalam menjalankan pemerintahan
pangeran ratu dibantu oleh para menteri dan dewan penasihat yang anggotanya berasal dari
keluarga bangsawan. Sultan berfungsi sebagai pemersatu dan mewakili negara bagi dunia luar.

Menurut R. Sahabuddin (1954) dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi
(1978/1979), pemerintahan di pusat Kesultanan Jambi dipimpin oleh seorang sultan yang dibantu
oleh pangeran ratu (putra mahkota) yang memimpin Rapat Dua Belas. Rapat Dua Belas terdiri
atas dua bagian:

 Kerapatan Patih Dalam (Dewan Menteri Dalam)


 Kerapatan Patih Luar (Dewan Menteri Luar)

Masing-masing kerapatan terdiri dari 6 orang, 1 orang ketua dan 5 orang anggota.

10
Kerapatan Patih Dalam diketuai oleh Putra Mahkota yang bergelar Pangeran Ratu dengan para
anggota yang diberi gelar :

 Pangeran Adipati
 Pangeran Suryo Notokusumo
 Pangeran Jayadiningrat
 Pangeran Aryo Jayakusumo
 Pangeran Notomenggolo atau Pangeran Werokusumo

Kerapatan Patih Dalam pada hakekatnya merupakan Majelis Kerajaan (Rijksraad) yang
berfungsi sebagai lembaga legislatif (DPR) pada masa sekarang.

E. Keruntuhan Kesultanan Jambi

Pada 1643, Sultan Abdul Kahar memilih turun takhta dan kedudukannya digantikan oleh
Pangeran Depati Anom atau Sultan Agung. Hal ini dilakukan setelah VOC menyodorkan
perjanjian dagang kepada Kesultanan Jambi, dengan tujuan melakukan monopoli. Sultan Abdul
Kahar menolak perjanjian tersebut dan memilih mengundurkan diri dari takhta kerajaan. Setelah
Pangeran Depati Anom, perjanjian pertama Kesultanan Jambi dengan VOC pun dilakukan, yang
perlahan membawa kemunduran bagi kerajaan.

Pada 1680-an, Jambi mulai kehilangan kedudukannya sebagai pelabuhan lada utama
setelah pertempuran dengan pihak Johor. Selain itu, adanya penyelundupan dan utang, juga
menjadi penyebab runtuhnya Kesultanan Jambi, yang diperparah dengan campur tangan Belanda
dalam politik kerajaan. Ketika berada di bawah jeratan Belanda, intrik di dalam kerajaan
semakin membuat Jambi terpuruk dan rakyatnya dilanda kemiskinan.

Pada 1855, Sulyam Mazaruddin wafat dan kedudukannya sebagai sultan digantikan oleh
putranya, Taha Safiuddin. Berbeda dari penguasa sebelumnya, Sultan Taha menolak keras
perjanjian dengan Belanda. Bahkan, utusan Belanda yang beberapa kali datang untuk
menyodorkan perjanjian kepadanya, selalu dihindari. Akibatnya, Belanda marah dan
melayangkan serangan pada 1858, hingga berhasil menguasai istana.

Dalam serangan itu, Sultan Taha melarikan diri, sehingga Pangeran Prabu kemudian
diangkat oleh Belanda menjadi penguasa baru di Kesultanan Jambi dengan gelar Sultan Ahmad

11
Nazaruddin. Ketika Sultan Taha dalam pelarian, Kesultanan Jambi sempat dipimpin oleh
beberapa sultan di bawah pengaruh Belanda. Kesempatan datang ketika terjadi kekosongan
kekuasaan pada 1899, setelah Sultan Zainuddin dicopot oleh Belanda.

Namun, Belanda masih berkuasa dengan menempatkan seorang residen untuk menempati
posisi sultan. Riwayat Kesultanan Jambi benar-benar berakhir saat Sultan Taha dibunuh oleh
Belanda di persembunyiannya pada 1904. Kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah
Hindai Belanda pada 1906. Kemudian, pada 2012, Sultan Abdurrachman Thaha Syaifuddin
dinobatkan sebagai penerus Kesultanan Jambi, tetapi hanya sebagai simbol adat dan tidak
memiliki kekuatan politik.

F. Peninggalan Kesultanan Jambi

 Makam Taman Rajo-Rajo


 Masjid Agung Al-Falah Jambi
 Istana Abdurrahman Thaha Saifuddin
 Rumah Batu Olak Kemang

12

Anda mungkin juga menyukai