Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

KERAJAAN SIAK
DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MAPEL SEJARAH

GURU MAPEL:ASEP HENDRA H,S.TH.I

KELOMPOK:

EKA KURNIAWAN

PANDU YUDIANSYAH

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN

KELAS 10 TP2

SMK PGRI TELAGASARI

Jl.Syeh Quro Telagasari Karawang 41381 Telp/Fax(0267)510


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajaan Siak Sri Inderapura merupakan salah satu bukti adanya Kerajaan Islam di Indonesia yang
pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kesultanan Slak Sri Inderapura merupakan
satu-satunya peninggalan Kerajaan Islam yang ada di Riau.

B. Rumusan Masalah

a. Apa bukti peninggalan Kerajaan Islam di Provinsi Riau ?

b. Bagaimana kondisi barang peninggalan pada masa Islam di Provinsi Riau?

C. Tujuan Pengamatan

a. Untuk mengetahui Kerajaan Islam di Provinsi Riau

b. Untuk mengenal peninggalan sejarah yang terdapat di Istana Siak Sri Inderapura

D. Kegunaan Pengamatan

a. . Bagi Siswa: Untuk menambah informasi tentang sejarah Kerajaan Islam di


Indonesia, khususnya di daerah Riau.

b. Bagi Guru: Untuk memberikan pembelajaran dan melihat hasil dari pengamatan.
BAB II

ISI

A. Sejarah Berdirinya Kesultanan Siak Sri Indrapura

Ibu kota: Buantan, Siak Sri Inderapura

Bahasa: Melayu, Minang.

Agama: Islam

Pemerintahan: Monarki

Yang Dipertuan Besar:

-1723-1746 Raja Kecik

-1781-1791 Raja Yahya

-1791-1811 Sultan Sayyid Ali

-1915-1946 Sultan Syarif Kasim II

Sejarah

-Didirikan 1723

-Kemerdekaan Indonesia 1945

Kesultanan

Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak,
Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil, anak dari Sultan Mahmud
Shah sultan Kesultanan Johor yang dibunuh dan dilarikan ke Pagaruyung bersama ibundanya Encik
Apong. Raja kecil yang bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat
dalam perebutan tahta Johor. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah
kerajaan bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan
Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa.

Kata Siak Sri Inderapura, secara harfiah dapat bermakna pusat kota raja yang taat beragama, dalam
bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya” dan indera atau indra dapat bermakna raja. Sedangkan pura
dapat bermaksud dengan “kota” atau “kerajaan”. Siak dalam anggapan masyarakat Melayu sangat
bertali erat dengan agama Islam, Orang Siak ialah orang-orang yang ahli agama Islam, kalau seseorang
hidupnya tekun beragama dapat dikatakan sebagai Orang Siak.

Nama Slak, dapat merujuk kepada sebuah klan di kawasan antara Pakistan dan India, Sihag atau Asiagh
yang bermaksud pedang. Masyarakat ini dikaitkan dengan bangsa Asii, masyarakat nomaden yang
disebut oleh masyarakat Romawi, dan diidentifikasikan sebagai Sakai oleh Strabo seorang penulis
geografi dari Yunani. Berkaitan dengan ini pada sehiliran Sungai Siak sampai hari ini masih dijumpal
masyarakat terasing yang dinamakan sebagai Orang Sakai.

Masa awal

Dalam Syair Perang Siak, Raja Kecil didaulat menjadi penguasa Siak atas mufakat masyarakat di
Bengkalis, sekaligus melepaskan Siak dari pengaruh Johor. Sementara Raja Kecil dalam Hikayat Siak
disebut juga dengan sang pengelana pewaris Sultan Johor yang kalah dalam perebutan kekuasaan.
Berdasarkan korespodensi Sultan Indermasyah Yang Dipertuan Pagaruyung dengan Gubernur Jenderal
Belanda di Melaka waktu itu, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil merupakan saudaranya yang
diutus untuk urusan dagang dengan pihak VOC. Kemudian Sultan Abdul Jalil dalam suratnya tersendiri,
yang ditujukan kepada pihak Belanda menyebut dirinya sebagai Raja Kecil dari Pagaruyung, akan
menuntut balas atas kematian Sultan Johor.

Sebelumnya dari catatan Belanda, telah mencatat pada tahun 1674, ada datang utusan dari Johor
untuk mencari bantuan bagi raja Minangkabau berperang melawan raja Jambi. Dalam salah satu versi
Sulalatus Salatin juga menceritakan tentang bagaimana hebatnya serangan Jambi ke Johor (1673), yang
mengakibatkan hancurnya pusat pemerintahan Johor, yang sebelumnya juga telah dihancurkan oleh
Portugal dan Aceh. Kemudian berdasarkan surat dari raja Jambi, Sultan Ingalaga

Kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil hadir menjadi saksi perdamaian
dari perselisihan mereka.

Pada tahun 1718 Sultan Abdul Jalil berhasil menguasai Kesultanan Johor sekaligus mengukuhkan
dirinya sebagai Sultan Johor dengan gelar Yang Dipertuan Besar Johor, namun pada tahun 1722 terjadi
pemberontakan yang dipimpin oleh Raja Sulaiman anak Bendahara Johor, yang juga menuntut hak atas
tahta Johor, dibantu oleh pasukan bayaran dari Bugis, Akhir dari peperangan ini, Raja Sulaiman
mengukuhkan diri menjadi penguasa Johor di pedalaman Johor, sementara Sultan Abdul Jalil, pindah
ke Bintan dan kemudian tahun 1723 membangun pusat pemerintahan baru di sehiliran Sungai Siak
dengan nama Siak Sri Inderapura Sementara pusat pemerintahan Johor yang sebelumnya berada
sekitar muara Sungai Johor ditinggalkan begitu saja, dan menjadi status quo dari masing-masing
penguasa yang bertikal tersebut. Sedangkan klaim Raja Kecil sebagai pewaris sah tahta Johor diakui
oleh komunitas Orang Laut, kelompok masyarakat yang bermukim pada kawasan kepulauan
membentang dari timur Sumatera sampai ke Lautan Cina Selatan dan loyalitas ini terus bertahan
sampai kepada beberapa keturunan Raja Kecil berikutnya.

Warisan sejarah

Siak Sri Inderapura sampai sekarang tetap diabadikan sebagai nama ibu kota dari Kabupaten Siak, dan
Balal Kerapatan Tinggi yang dibangun tahun 1886 serta Istana Siak Sri Inderapura yang dibangun pada
tahun 1889, masih tegak berdiri sebagai simbol kejayaan masa silam, termasuk Tari Zapin Melayu dan
Tari Olang-olang yang pernah mendapat kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk ditampilkan
pada setiap perayaan di Kesultanan Siak Sri Inderapura. Begitu juga nama Siak masih melekat merujuk
kepada nama sebuah sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu Sungai Siak yang bermuara pada kawasan
timur pulau Sumatera.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Siak Sri Inderapura sampai sekarang tetap diabadikan sebagai nama ibu kota dari Kabupaten Siak,
dan Balai Kerapatan Tinggi yang dibangun tahun. 1886 serta Istana Siak Sri Inderapura yang dibangun
pada tahun 1889, masih tegak berdiri sebagai simbol kejayaan masa silam, termasuk Tari Zapin
Melayu dan Tari Olang-olang yang pernah mendapat kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk
ditampilkan pada setiap perayaan di Kesultanan Slak Sri Inderapura. Begitu juga nama Siak masih
melekat merujuk kepada nama sebuah sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu Sungai Siak yang
bermuara pada kawasan timur pulau Sumatera.

B.Saran

Anda dapat mengkritik dan memberikan saran demi kesempurnaan laporan Ini.

Anda mungkin juga menyukai