Anda di halaman 1dari 12

*Kerajaan Buddha

Sejak awal 1 Masehi, budaya India bercorak Buddha mulai masuk ke Indonesia.
Bersamaan dengan itu, kerajaan yang bercorak Buddha pun mulai berdiri di
Indonesia. Tercatat ada lima kerajaan Buddha di Indonesia, yaitu Kerajaan
Melayu, Kerajaan Kalingga, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan
Bali.
Yuk, kenalan dengan kelimanya!

1.

Kerajaan Melayu

Sejarah kerajaan Melayu diketahui dari berita Tiongkok yang mengabarkan


bahwa ada Kerajaan Melayu atau Malayu di sekitar abad 7 Masehi. Diketahui
awalnya pusat kerajaan ini ada di Minanga. Akan tetapi, pada abad 13 Masehi
pusat kerajaan ini dipindah ke Dharmasraya, lalu dipindah lagi ke Pagaruyung
pada abad 15 Masehi.
Letak kerajaan Melayu diketahui berada di daerah pantai Sumatera bagian timur
atau lebih tepatnya di hulu Sungai Batang Hari, Jambi. Meski begitu catatan
sejarah tidak memuat nama raja yang pertama kali mendirikan Kerajaan Melayu.
Selain itu, corak agamanya juga tidak terlalu jelas diketahui.

Catatan sejarah Kerajaan Melayu yang memuat silsilah kerajaan Melayu baru
dimulai ketika dipimpin Raja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
yang memimpin di tahun 1183 Masehi. Kemudian, kepemimpinan dilanjutkan
oleh Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa tahun 1286 Masehi.
Selanjutnya diteruskan kepada Akarendrawarman tahun 1316 Masehi,
Adityawarman (1347 M) dan Ananggawarman (1375 M).

Nah, peninggalan kerajaan


Melayu adalah prasasti Tanjore
yang sekaligus menjadi sumber
informasi kerajaan. Prasasti yang
dibuat oleh Rajendra Chola I
menyebutkan posisi Kerajaan
Melayu yang berada di atas bukit
dan dilindungi benteng.

2. Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga merupakan kerajaan dengan corak Hindu yang berlokasi di


daerah pesisir utara Jawa Tengah. Letak kerajaan Kalingga diperkirakan di antara
Kabupaten Jepara dan Pekalongan. Kerajaan ini diketahui melalui catatan utusan
China yang berkunjung ke Kalingga di tahun 647 serta 666 Masehi.

Kerajaan Kalingga juga dikenal sebagai Kerajaan Holing didirikan di abad ke 6


Masehi serta sudah runtuh di abad 7 Masehi. Sebagai kerajaan yang berumur
tidak terlalu panjang, peninggalan kerajaan Kalingga terbilang tidak terlalu
banyak.

Prasasti yang berhasil ditemukan dari peninggalan Kerajaan Kalingga adalah


prasasti berbahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang terletak di dekat lembah
Gunung Merbabu. Prasasti ini menjelaskan mengenai mata air jernih yang
disucikan seperti air Sungai Gangga.

Sejarah Kerajaan Kalingga yang paling terkenal adalah ketika dipimpin oleh
seorang ratu yang disebut Ratu Keadilan. Ratu Keadilan yang bernama Ratu
Maharani Shima ini dikenal merupakan ratu yang menegakan hukuman secara
disiplin kepada seluruh rakyat.

Bahkan, Ratu Shima juga tidak


segan-segan untuk
menegakkan hukuman
kepada anaknya sendiri. Ratu
Shima memerintah
dari tahun 674 Masehi sampai
704 Masehi. Setelah Ratu
Shima wafat, Kerajaan
Kalingga dibagi menjadi dua wilayah yakni wilayah utara dan selatan.

Sumber sejarah kerajaan Kalingga meliputi prasasti dan cerita Parahyangan.


Prasasti Sojomerto di Desa Sojomerto, Batang, Jawa Tengah adalah salah satu
sumber sejarah yang berasal dari abad 7 Masehi. Isi prasasti menjelaskan
tentang keluarga Dapunta Salendra.

3. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Buddha di Indonesia berikutnya adalah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan
Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang cukup besar di daerah Sumatera
Selatan, atau kini dikenal sebagai Palembang. Kerajaan ini diperkirakan sudah
berdiri sejak abad 7 Masehi.

Di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang, Kerajaan Sriwijaya berkembang pesat


hingga abad ke-13 masehi. Salah satu bidang yang paling berkembang di
kerajaan ini adalah perdagangan. Hal ini dikarenakan letak Sriwijaya sangat
strategis, yaitu di antara Selat Sunda dan Selat Malaka. Selain itu, Sriwijaya juga
berhasil mengendalikan jalur perdagangan utama India dan China.

Sebagai penguasa jalur perdagangan laut, Kerajaan Sriwijaya dibekali oleh


armada laut yang kuat untuk mengamankan jalur pelayaran yang dikuasai
Kerajaan Sriwijaya.

Nah, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat pengajaran agama Buddha aliran


Mahayana, Hinayana, lho. Alasan mengapa kerajaan Sriwijaya dikatakan sebagai
pusat pembelajaran agama Buddha adalah karena tempat ini menjadi rumah
bagi banyak sarjana Buddha di tanah air maupun berbagai daerah di Asia
Tenggara.

Sebagai rumah bagi banyak sarjana Buddha, Kerajaan Sriwijaya memiliki banyak
pendeta Buddha terkenal. Seorang pendeta Buddha yang terkenal dari kerajaan
Sriwijaya adalah Dharmapala. Dharmapala bahkan pernah menjadi guru pengajar
agama Buddha di Benggala, yakni Perguruan Tinggi Nalanda. Oleh karena itu,
tidak heran jika pusat agama Buddha di Sumatra ada di kerajaan Sriwijaya.
Selain Dharmapala, pendeta Buddha terkenal berikutnya adalah Sakyakirti.
Sakyakirti merupakan guru besar agama Buddha yang menulis buku
Hastadandasastra.

Pada abad ke 13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran baik


dari segi ekonomi, militer, politik. Berikut penyebab kemunduran kerajaan
Sriwijaya adalah:

1) Dilihat dari Faktor Geografi


Sungai Musi dan sungai di sekitarnya menyebabkan pengendapan lumpur di
tepian kota Palembang. Hal ini menyebabkan posisi kerajaan Buddha di
Indonesia semakin jauh dari laut. Posisi Kota Palembang yang semakin jauh dari
laut mengakibatkan kapal dagang ke kota ini semakin berkurang.

2) Dilihat dari Faktor Ekonomi


Kerajaan Sriwijaya mengandalkan sektor pajak terutama pajak pelayaran
perdagangan sebagai salah satu pemasukan kas utama. Ketika posisi Kota
Palembang semakin jauh dari laut, maka kedudukan kerajaan ini sebagai pusat
perdagangan dunia berkurang.

Ditambah lagi Selat Berhala antara Kepulauan Singkep dan Pulau Bangka terbuka
dan digunakan sebagai jalur baru perdagangan internasional.

3) Dilihat dari Faktor Militer


Kerajaan Sriwijaya mengalami banyak serangan militer dari kerajaan-kerajaan
lain di sekitarnya. Beberapa serangan yang mempengaruhi kestabilan Kerajaan
Sriwijaya seperti serangan Raja Dharmawangsa di tahun 990 M yang
menyebabkan kelemahan Sriwijaya.

Kemudian di tahun 1477 Sriwijaya kembali diserang Kerajaan Majapahit dibawah


pimpinan Adityawarman di bawah perintah Patih Gajah Mada.
4) Dilihat dari Faktor Politik
Dilihat dari faktor politik, kelemahan kerajaan Buddha di Indonesia satu ini juga
disebabkan oleh terlepasnya beberapa daerah yang dulunya masuk ke dalam
daerah kekuasaan Sriwijaya.

Kerajaan Singasari yang semakin berkembang menguasai beberapa kerajaan di


sekitar Sriwijaya seperti Kerajaan Pahang, Kerajaan Melayu dan Kalimantan.

Sebagai salah satu


kerajaan Buddha
terbesar di tanah air,
kita bisa menemukan
berbagai peninggalan
kerajaan Sriwijaya
berupa prasasti yang
dibuat di masa raja-
raja Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa. Berikut
daftar prasasti:

 Prasasti Telaga Batu di Telaga Batu, Sabokingking 2 Ilir, Palembang


 Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 684 M
 Prasasti Talang Tuwo berangka tahun 684 M
 Prasasti Karang Berahi di daerah Karang Berahi, Jambi
 Prasasti Ligor berangka tahun 775 M di daerah Ligor, Semenanjung
Malaya
 Prasasti Kota Kapur berangka tahun 686 M di Pulau Bangka

4. Kerajaan Majapahit
Kerajaan bercorak Buddha terbesar di Indonesia adalah Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit pada awalnya dibangun di pinggiran sungai Brantas,
tepatnya di daerah Hutan Terik.

Desa yang berlokasi di tepi Sungai Brantas ini diberi nama Majapahit karena
salah seorang pekerja menemukan buah pahit di daerah tersebut yang diberi
nama buah Maja.

Kerajaan Majapahit disebut-sebut sebagai salah satu kerajaan Buddha terbesar


di Indonesia karena memiliki pengaruh sangat luas dari Pulau Maluku di timur
hingga Pulau Sumatera di barat. Kerajaan ini dibangun oleh Raden Wijaya yang
bergelar Kertajasa Jayawardhana.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan agraris yang sangat mengandalkan hasil


bumi sebagai produk perekonomiannya. Hasil bumi andalan Kerajaan Majapahit
adalah padi dan kacang. Kerajaan Majapahit juga merupakan kerajaan
perdagangan dengan pelabuhan yang berada di daerah pantai utara pulau Jawa.

Kepercayaan yang dianut oleh raja-raja Majapahit adalah Siwadari aliran


Siwasiddhanta. Namun, ibunda Raja Hama Wuruk, yaitu Tribuwana Tunggadewi,
beragama Buddha Mahayana. Sehingga agama resmi Majapahit adalah Siwa dan
Buddha.

Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan raja Hayam


Wuruk, yang diberi julukan Rajasanagara. Hayam Wuruk memerintah dengan
bantuan Mahapatih Gajah Mada dari tahun 1350-1389. Patih Gajah Mada
terkenal dengan sumpahnya yaitu Sumpah Palapa.
Sumpah ini berisi tekad Gajah Mada untuk menyatukan nusantara di bawah
kekuasaan Majapahit. Kerajaan Buddha di Indonesia ini mulai mengalami masa
kemunduran setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk.

Kemunduran Majapahit terjadi akibat perebutan takhta penerus Kerajaan


Majapahit. Akibat perebutan takhta terjadi Perang Paregreg yang terjadi pada
tahun 1405 atau 1406 M.

Peninggalan kerajaan Majapahit sangat beragam mulai dari prasasti hingga kitab
yang digunakan sekaligus sebagai sumber sejarah.

 Prasasti Waringin Pitu menunjukkan sistem birokrasi pemerintahan


Kerajaan Majapahit
 Prasasti Sukamerta
 Prasasti Kudadu menceritakan awal mula pendirian Majapahit oleh Raden
Wijaya
 Kitab Sutasoma
 Kitab Nagarakertagama
 Serat Pararaton atau Kitab Raja-Raja
 Kitab Sundayana mengisahkan Perang Bubat antara Kerajaan Sunda
Pajajaran dan Kerajaan Majapahit

5. Kerajaan Bali
Kerajaan bercorak
Buddha di Indonesia
adalah Kerajaan
Bali. Kerajaan Bali sebenarnya adalah istilah untuk menyebut serangkaian dinasti
kerajaan Hindu Budha di Kepulauan Bali sejak awal abad 10 Masehi hingga awal
abad 20 Masehi.

Salah satu kerajaan di Bali yang terkenal adalah Kerajaan Buleleng yang terletak
di Singaraja. Kerajaan Buleleng berdiri di abad ke 17 Masehi oleh I Gusti Anglurah
Panji Sakti. Kerajaan Buleleng di Bali mengalami masa puncak pada masa dinasti
pendirinya yaitu I Gusti Anglurah Panji Sakti.

Berikut peninggalan kelima kerajaan:


Kerajaan melayu:
prasasti kuburajo
Kerajaan kalingga:
prasasti sojomerto

Kerajaan sriwijaya:
prasasti ligor

Kerajaan majapahit:
Candi tikus
Kerajaan bali:
prasasti blanjong

Berikut kitab suci:


Kerajaan melayu:
kitab sulalatus salatim
Kerajaan majapahit;
kitab pararaton

Anda mungkin juga menyukai