Anda di halaman 1dari 4

A.

Masyarakat Kerajaan Siak


Kesultanan Siak Sri Indrapura (abad ke 18) Siak Sri Indrapura adalah sebuah
kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah dan Pusat
penyebaran Islam di Sumatra timur, pusatnya di desa Buantan, kemudian pindah ke
Siak Sri Indrapura (sekitar 90 km ketimur laut Pekanbaru), Wilayah kekuasaan Siak
meliputi Siak asli, bukit batu, Merbau, Tebing tinggi, Bangko, Tanah putih dan pulau
Bengkalis (Kabupaten Bengkalis), Tapung kiri dan Tapung tangan (Kampar)
Pekanbaru dan sekitarnya, Istana bekas tempat tinggal dan pusat ke Sultanan di kota
Siak Sri Indrapura sampai sekarang masih berdiri megah di pinggir sampai Siak dan
Mempura salah satu objek pariwisata di daerah Riau
Kalau kita tinjau kembali Sejarah Berdirinya Siak secara etimologi terdapat
beberapa pendapat tentang asal usul kata “Siak” ada yang beranggapan bahwa “Siak”
berarti orang penunggu masjid (gharim) dan juga berarti orang yang tahu tentang
seluk beluk agama Islam. Kata “Gharim” tersebut berasal dari bahasa Arab. Pendapat
lain mengatakan bahwa Siak berasal dari bahasa batak, yakni “lasiak” yang artinya
lada. Menurut Cerita rakyat, suat ekspedisi batak pernah datang ke Siak. Daalam
perjalanan mengaliri sungai Siak dan mereka menemui banyak pohon lada di pinggir-
pinggir sungai Siak, yang menurut bahasa mereka namanya pohon lasiak yang
mengatakan bahwa Siak berasal dari kata “Suak” yaitu kampung yang dialiri oleh
anak sungai kecil yang banyak terdapat di sepanjang sungai Siak. Pendapat lain
mengatakan bahwa “Siak” berasal dari kata “Siak-Siak” nama sejenis rumput-
rumputan yang akar dan buahnya dijadikan obat. Kata “Siak” akhirnya diabadikan
pada nama Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada abad ke-18 oleh Raja Kecik, yang
memisahkan diri dari Kesultanan Johor-Riau. Pada saat itu, wilayah ini menjadi pusat
perdagangan dan pemerintahan yang strategis di Pulau Sumatra. Masyarakat Siak Sri
Indrapura berkembang pesat karena posisinya yang menguntungkan sebagai pusat
perdagangan. Ekonomi kerajaan ini didukung oleh perdagangan hasil hutan, seperti
damar, gambir, dan lada. Di bawah pemerintahan Raja Kecik dan penerusnya,
kerajaan ini mengalami masa kemakmuran budaya. Kesenian dan sastra Melayu
berkembang, menciptakan lingkungan yang kaya akan seni dan intelektualitas.
Pada abad ke-19, kerajaan Siak Sri Indrapura mulai berinteraksi dengan
bangsa Eropa, terutama Belanda dan Inggris. Pengaruh Eropa ini memengaruhi
kebijakan ekonomi dan politik kerajaan. Seiring berjalannya waktu, pengaruh Islam
semakin kuat dalam masyarakat Siak Sri Indrapura. Agama Islam tidak hanya menjadi
bagian integral dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga memengaruhi sistem hukum
dan pemerintahan.
Istana Siak berpindah-pindah tempat Istana pertama terletak di daerah
Buantan, Istana yang kedua terletak daerah Mempura, Istana yang Ketiga terletak
didaerah Dimasjid raya Sahabuddin, Istana yang keempat terletak daerah Mempura,
Istana yang ke lima, pada masa Sultan yang Ke 11 bertempat tepi Sungai Depan
Istana sekarang, dan pada masa Sultan Syarif Kasim II Istana terletak pada posisi
sekarang di kota Siak Sri Indrapura.
Begitu juga bahagian Propinsi Negeri Siak, dari Tanjung pematang duku yakni
Tanjung balai mengikut sungai Siak sebelah kanan sampai kesungai lukut dan masuk
kesungai mandau sampai ke Pertalangan dan Sampai ke Batin lima Sakai dan sampai
ke batin Lapan Sakai sehingga bertemu dengan batas Negeri Kota Intan.
Masyarakat di Kerajaan Siak Sri Indrapura pada masa itu terdiri dari berbagai
lapisan sosial.
a. Raja dan Keluarga Kerajaan:
Penguasa kerajaan, yaitu raja beserta keluarganya, merupakan
pemimpin tertinggi dan pusat kekuasaan. Mereka memiliki peran penting
dalam menjaga stabilitas dan keamanan kerajaan.
b. Bangsawan dan Aristokrat:
Kelas bangsawan dan aristokrat diisi oleh golongan yang memiliki
hubungan dekat dengan keluarga kerajaan. Mereka biasanya menduduki
posisi penting dalam pemerintahan, militer, atau kegiatan budaya.
c. Pedagang dan Pengusaha:
Masyarakat Siak juga mencakup pedagang dan pengusaha yang
berperan dalam mengembangkan ekonomi kerajaan. Pelabuhan Siak Sri
Indrapura menjadi pusat perdagangan yang sibuk, menjadikan
perdagangan sebagai salah satu sumber kekayaan utama. Dari segi
ekonomis, dianggap bahwa kalau di Siak diduduki oleh seorang raja akan
memerlukan pembiayaan yang besar, sedangkan perdagangan di Siak dan
sepanjang aliran sungai Siak belum begitu menguntungkan. Timah dan
emas merupakan komoditi utama dari Petapahan
d. Petani dan Nelayan:
Mayoritas penduduk mungkin terdiri dari petani dan nelayan yang
menggantungkan hidup pada pertanian dan perikanan sebagai mata
pencaharian utama.
e. Pendeta dan Ulama:
Tokoh agama seperti pendeta dan ulama memiliki peran penting dalam
membimbing masyarakat dalam aspek keagamaan dan moral.
f. Pekerja dan Artisan:
Masyarakat juga akan mencakup pekerja dan pengrajin yang terlibat
dalam berbagai industri, seperti pembuatan kerajinan tangan, tekstil, dan
lainnya.
Pola hubungan sosial di kerajaan Siak ini mencerminkan struktur masyarakat Melayu
tradisional di mana adat dan norma-norma sosial memainkan peran kunci dalam kehidupan
sehari-hari.

B. Karya sastra masyarakat kerajaan siak


Masyarakat Kerajaan Siak Sri Indrapura menghasilkan karya-karya sastra
yang kaya, termasuk syair-syair dan hikayat. Budaya Melayu berkembang pesat di
bawah perlindungan kerajaan, menciptakan warisan sastra dan seni yang penting.
Masyarakat Kerajaan Siak Sri Indrapura mempersembahkan karya sastra yang
kaya, terutama dalam bentuk syair-syair dan hikayat, yang menjadi bukti kemajuan
budaya Melayu di bawah perlindungan kerajaan. Salah satu contoh karya sastra yang
terkenal dari Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah "Hikayat Siak" atau juga dikenal
sebagai "Hikayat Seri Indrapura."
"Hikayat Siak" adalah sebuah epik sastra Melayu yang mencerminkan sejarah
dan kehidupan di Kerajaan Siak Sri Indrapura. Karya ini menggambarkan peristiwa-
peristiwa penting, kepahlawanan, dan intrik politik di kerajaan tersebut. Selain itu,
hikayat ini juga mencakup nilai-nilai moral dan ajaran Islam yang tercermin dalam
kehidupan masyarakat Siak Sri Indrapura.
Dalam syair-syairnya, masyarakat Siak Sri Indrapura sering kali
mengekspresikan keindahan alam, kehidupan sehari-hari, cinta, dan kebijaksanaan.
Syair-syair ini tidak hanya menjadi sumber hiburan, tetapi juga sarana untuk
menyampaikan nilai-nilai budaya dan spiritual kepada generasi selanjutnya.
Contoh lainnya adalah "Syair Siak," yang menggambarkan keagungan dan
keelokan kerajaan serta peristiwa-peristiwa penting dalam sejarahnya. Melalui karya-
karya sastra semacam ini, masyarakat Siak Sri Indrapura dan masyarat adat Siak Sri
Indrapura mewariskan warisan budaya mereka, menciptakan keterhubungan yang
kuat antara sastra, sejarah, dan identitas budaya masyarakat tersebut.

C. Hubungan antara masyarakat kerajaan Siak Sri Indrapura dan masyarakat


adat
Hubungan antara masyarakat kerajaan Siak Sri Indrapura dan masyarakat adat
di wilayah tersebut melibatkan interaksi yang kompleks antara struktur pemerintahan
kerajaan, norma-norma adat, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Berikut beberapa
aspek yang mencerminkan pola hubungan tersebut:
1. Pengaruh Kepemimpinan Kerajaan.
Masyarakat adat Siak Sri Indrapura terpengaruh oleh kepemimpinan kerajaan.
Kebijakan dan keputusan pemerintahan kerajaan dapat memengaruhi struktur sosial
dan ekonomi masyarakat adat.
2. Pemeliharaan Adat Istana:
Kerajaan Siak Sri Indrapura mungkin memiliki peran dalam pemeliharaan adat
istana dan upacara-upacara keagamaan yang menjadi bagian penting dari budaya
masyarakat adat.
3. Sistem Hukum dan Keadilan:
Sistem hukum dan keadilan kerajaan, yang mungkin dipengaruhi oleh hukum
Islam, dapat memberikan kerangka bagi penyelesaian sengketa di antara masyarakat
adat.
4. Perlindungan dan Pengembangan Budaya:
Kerajaan mungkin turut berperan dalam perlindungan dan pengembangan
warisan budaya masyarakat adat, seperti tradisi, tarian, dan kesenian lokal.
Perdagangan dan ekonomi yang berkembang di bawah pemerintahan kerajaan dapat
memengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat adat, baik sebagai peluang atau
tantangan.
5. Pertemuan Budaya:
Interaksi antara masyarakat kerajaan dan masyarakat adat bisa terwujud dalam
pertemuan budaya, seperti upacara adat yang dihadiri oleh pihak kerajaan dan
masyarakat adat.

Meskipun kerajaan memiliki peran sentral dalam pola hubungan, pentingnya


memahami dan menghormati tradisi serta norma-norma masyarakat adat juga menjadi kunci
untuk menjaga harmoni dan stabilitas dalam wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai