(SUKU MELAYU)
DI DAERAH SIAK SRI INDRAPURA
DISUSUN OLEH :
NIM : 1774201004
KELAS : II.4.F
Kerajaan Gasib adalah perpecahan kerajaan Sriwijaya yang masih menganut agama
Hindu atau Budha, yang kesenian dan kebudayaannya berhubungan dengan agama yang
dianutnya. Sisa-sisa dari kebudayaan itu terdapat dimasyarakat Gasib saat ini dan masih
berakulturasi dengan kebudayaan dan kesenian Melayu Siak yang sudah menganut agama
islam. Kerajaan Siak adalah pewaris dari kerajaan Melaka, Johor Riau, maka adat dan budaya
di Kerajaan Siak adalah adat dan budaya bersendikan syariat islam yang disebut adat bersendi
syarak, dan syarak bersendikan kitabullah.Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan sebuah
Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Siak Sri
Inderapura merupakan kerajaan Islam, yang didirikan di Buantan oleh Raja Kecik dari
Pagaruyung bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat dalam
perebutan tahta Johor.
B. Upacara aqiqah,
yaitu memberi nama, cukur rambut dan turun mandi. Upacara ini dilakukan secara
bersamaan, dimana anak yang baru dilahirkan dalam usia tujuh hari atau lebih, diaqiqahkan
dengan menyembelih satu ekor kambing untuk anak perempuan dan dua ekor kambing untuk
anak laki-laki. Bersamaan dengan itu dilakukan kenduri dengan menjemput orang ramai dan
pada saat itu rambut sibayi digunting, ditepung tawari sambil dibacakan puji-pujian kepada
Rasul dan kemudian dibacakan doa selamat dan doa memberi nama. Seterusnya bayi
diturunkan memijak tanah dan dimandikan dan terakhir diayun dibuaian.
1. Merisik,
Pelaksanaan merisik ini dilakukan secara bertahap oleh keluarga pihak laki-laki. Mereka
mengirim utusan kepada pihak keluarga perempuan terutama kedua orang tuanya dengan
maksud menanyakan kepada keluarga perempuan itu apakah anak gadisnya telah dipinang
orang atau sudah mengikat janji dengan seseorang. Seandainya belum, maka kedatangan
mereka untuk menjalin hubungan kekeluargaan. Tahap ini dilakukan oleh orang tua pria
setelah mendapat informasi dari anak bujangnya bahwa ada seorang dara yang telah menjadi
idaman hatinya, maka dilaksanakanlah acara merisik secara diam-diam kepada sang gadis.
Acara merisik ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku dan sopan santun calon manantu
tersebut baik terhadap orang tuanya, keluarganya, dan masyarakat di kampung. Di samping
itu, juga pula di selidiki bagaimana ketekunannya mengurus rumah tangga, pandai atau tidak
tidak bertenun, serta ketaatannya dengan perintah allah. Hal demikian juga tidak lepas dari
penyilidikan orang tua pihak wanita terhadap calon menantunya, apakah pemuda itu
menghormati orang tua, sopan santun serta senang bergaul sesama di kampung, rajin bekerja
dan sifat terpuji lainnya. Seandainya hal yang telah di ingat oleh kedua belah pihak berkenan
maka di lanjutkan upacara berikutnya.
2. Meminang,
Setelah mendapat kepastian dari si gadis maupun keluarganya maka di lakukan acara
meminang dengan terlebih dahulu mengirim utusan orang tua-tua yang bijaksana, pandai
bertutur secara adat melayu serta di iringi tepak sirih sebagai pembuka kata. Upacara
meminang ini dilakukan dengan bahasa pantun dan pepatah petitih sehingga upacara yang di
maksud dapat di sampaikan. Kata berbalas, gayung bersambut, dapat mufakat bila antaran
belanja dilaksanakan.
3. Menghantar Belanja,
Acara hantaran belanja atau yang biasanya dikenal dengan dilakukan beberapa hari sebelum
upacara akad atau sekaligus menjadi satu rangkaian dalam upacara akad nikah. Jika antar
belanja diserahkan pada saat berlangsungnya acara perkawinan, maka antar belanja
diserahkan sebelum upacara akad nikah. Beramai-ramai, beriring-iringan, kerabat calon
pengantin laki-laki membawa antara belanja kepada calon pengantin wanita. Konsep
pemikiran dari upacara antar belanja adalah simbol dari peribahasa-peribahasa seperti rasa
senasib sepenanggungan,rasa seaib dan semalu, yang berat sama dipikul yang ringan sama
dijinjing. Makna dalam upacara antar belanja ini adalah rasa kekeluargaan yang terbangun
antara keluarga pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Oleh karena makna dan
tujuannnya adalah membangun rasa kekeluargaan, maka tidak dibenarkan jumlah diantarkan
menimbulkan masalah yang menyakiti perasaan di antara mereka.
1. Menggantung,
Yaitu memasang kembes (tenda), membuat pelaminan, menghias rumah dan kamar
pengantin.
2. Berinai,
makna dan tujuan dari perhelatan upacara ini adalah untuk menjauhkan diri dari bencana,
membersihkan diri dari hal-hal yang kotor, dan menjaga diri segala hal yang tidak baik. Di
samping itu tujuannya juga untuk memperindah calon pengantin agar terlihat lebih tampak
bercahaya, menarik, dan cerah. Upacara ini merupakan lambang kesiapan pasangan calon
pengantin untuk meninggalkan hidup menyendiri dan kemudian menuju kehidupan rumah
tangga.
3. Berandam,
upacara berandam dilakukan pada sore hari ba'da Ashar yang dipimpin oleh Mak Andam
didampingi oleh orang tua atau keluarga terdekat dari pengantin perempuan. Makna dari
upacara berandam adalah membersihkan fisik (lahiriah) pengantin dengan harapan agar
batinnya juga bersih. Makna simbolisnya adalah sebagai lambang kebersihan diri untuk
menghadapi dan menempuh hidup baru.
4. Akad nikah,
upacara akad nikah merupakan inti dari seluruh rangkaian upacara perkawinan. Sebagaimana
lazimnya dalam adat perkawinan menurut ajaran Islam, upacara akad nikah harus
mengandung pengertian ijab dan qabul. Setelah penyataan ijab dan qabul telah dianggap sah
oleh para saksi, kemudian dibacakan doa /walimatul urusy atau yang dipimpin oleh kadi atau
orang yang telah ditunjuk. Setelah itu, baru kemudian pengantin laki-laki mengucapkan
/taklik/ (janji nikah) yang dilanjutkan dengan penandatanganan Surat Janji Nikah.
Penyerahan mahar oleh pengantin laki-laki baru dilakukan sesudahnya. Dan dilanjutkan
dengan acara tepuk tepung tawar yang hakikatnya adalah pertanda bahwa para tetua
melimpahkan restu dan doa, bahwa marwah pengantin kekal terjaga.
5. Acara Khatam Al-qur'an,
upacara khatam Qur'an sebenarnya bermaksud menunjukkan bahwa pengantin perempuan
sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya tentang bagaimana mempelajari agama Islam
dengan baik. Dengan demikian, sebagai pengantin perempuan dirinya telah dianggap siap
untuk memerankan posisi barunya sebagai istri sekaligus ibu dari anak-anaknya kelak.
Adat istiadat ini berpusat pada siak sri indrapura yang di susun dan di tata oleh
seorang raja dan orang-orang besar kerajaan. Adat istiadat ini merupakan hasil warisan
budaya siak dari upacara adat perkawinan raja-raja yang dulunya sebagai pusat kerajaan
melayu.
Daftar Pustaka :
[1] http://smkbungaraya.blogspot.co.id/
[2] http://kebakaranhutan.mesintetastelur.com/budaya-melayu-siak
[3] O.K Nizami Jamil (2002). Istana Asserayah Hasyimiah Kerajaan Siak. Bappeda
Kabupaten Siak dan Masyarakat Peduli Lingkungan Wisata Siak Sri Indrapura. Hal : 90
[4] Pustaka Tim Penulis Sejarah Kerajaan Siak (2011). Sejarah Kerajaan Siak. Lembaga
Warisan Budaya Melayu Riau. Pekanbaru : 120
[5] Effendy,Tenas dkk (1972). Lintasan Sejarah Kerajaan Siak. Pekanbaru. BPKD Riau. Hal :
95.