DISUSUN OLEH :
NAMA : NURLIANI
NIM : 2110247798
MATA KULIAH : METODELOGI PENELITIAN
KELAS : ADM 26B PASCA SARJANA UNIVERSITAS RIAU
DOSEN : Dr. H. GIMIN., M.Pd
JUDUL :
VARIABEL X :
SUPERVISI
KONSEP :
Supervisi berasal dari bahasa inggris, yaitu supervision (Siagian, 1989: 57), yang
terdiri dari dua kata, yaitu: super dan vision. Super artinya lebih atau atas, sedangkan vision,
artinya melihat atau meninjau, maka secara etimologi supervisi diartikan sebagai melihat dari
atas terhadap pelaksanaan dan hasil kegiatan bawahan. Istilah supervisi bukanlah istilahbaru
dalam dunia pendidikan. Wiles dan Bondi (1986: 10) memberikan pengertian yang lebih
dinamis, dengan menyatakan bahwa: “supervision is a general ledearship fuction that
coordinates and manages those school activities concerred with learning”. Artinya bahwa
supervisi adalah fungsi kepemimpinan umum yang mengkoordinasi dan mengatur aktivitas-
aktivitas sekolah yang menitikberatkan pada pembelajaran.
Pengertian supervisi menurut Ratal Wirjasantosa (1984: 1), adalah suatu usaha atau
kegiatan pembinaan yang direncakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah atau
lembaga pendidikan lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien.
Sebagai pedoman, Amentembun (1981: 5) merumuskan pengertian supervisi bahwa supervisi
pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan. Pembinaan yang
dimaksud berupa bimbingan dan tuntunan kearah perbaikan situasi pendidikan (termasuk
pengajaran) pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar.
Untuk mengetahui apakah suatu pelaksanaan itu berjrjalan lancar sesuai rencana yang
telah digariskan, mengetahui apakah segala sesuatu dijalankan sesuai dengan instruksinya,
mengetahui kelemahankelemahan dan kesulitankesulitan dalam bekerja, dan mencari jalan
keluar, bilamana terdapat kesulitankesulitan dan diusahakan pemecahannya (Ibnu Syamsi,
1998:110).
KARATERISTIK :
FUNGSI :
a. Fungsi meningkatkan mutu pembelajaran yang tertuju pada aspek akademik yang
terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan, bimbingan dan arahan
kepada siswa. Fokus yang menjadi perhatian utama supervisor adalah bagaimana
perilaku siswa yang belajar, dengan bantuan atau tanpa bantuan guru.
b. Fungsi memicu unsur yaitu berfungsi sebagai alat penggerak terjadinya perubahan
yang tertuju pada unsur-unsur yang terkait dengan atau bahkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.
c. Fungsi membina dan memimpin, yaitu pelaksanaan supervisi pendidikan diarahkan
kepada guru dan tenaga tata usaha. Sasaran utama adalah guru sehingga apabila guru
sudah meningkat maka akan ada dampaknya bagi siswa.
3. Sahertian dan Mateheru mengutip pendapat Swearingen tentang fungsi supervisi, yang
oleh mereka disebutkan antara lain:
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas pengalaman guru.
d. Menstimulasikan usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus.
f. Menganalisa situasi belajar mengajar.
g. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf.
h. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan
mengajar guru-guru.
4. Oteng Sutisna mengemukakan beberapa fungsi supervisi:
a. Sebagai penggerak perubahan.
b. Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran.
c. Sebagai keterampilan dalam hubungan manusia.
d. Sebagai kepemimpinan kooperatif.
ANALISIS/HIPOTESA :
Variabel supervise berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini dibuktikan
bahwa setiap guru akan bertanggung jawab atas tugas dalam kegiatan proses belajar mengajar
di Madrasah Aliyah Negeri 1 Indragiri Hulu.
VARIABEL Y:
KINERJA GURU
KONSEP :
KARATERISTIK :
FUNGSI :
Salah satu penilaian kinerja dapat dilihat dari Kualitas hasil kerja seorang guru BK. Hal
pertama yang dinilai adalah bagaimana kualitas yang dihasilkan guru sesuai dengan
harapan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gomes 2003 dalam Fajar Nur’aini (2017:46)
yaitu Kualitas kerja yang dicapai oleh individu berdasarkan standar yang ditetapkanoleh
suatu organisasi.
Selain itu Heri (2019:38) mengatakan indikator kinerja dipakai untuk aktivitas yang hanya
dapat ditetapkan secara kualitatif perilaku yang dapat diamati.Sedangkan Geraldino A.
Sayd dkk (2016:265) bahwa kualitas kinerja organisasi dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan, kemampuan, motivasi, peran dan kinerja tim seperti keeratan tim,
kepemimpinan, kekompakan tim. Sedangkan Mangkunegara 2011 dalam Nur Endah
Pratiwi (2017:49) menyatakan bahwa dimensi dan indikator kinerja adalah: Dimensi
kualitas kerja diukur dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan hasil kerja.
Dengan demikian Kinerja guru dapat diukur dari kegiatan seorang guru dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan yang bermutu, menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran, melakukan perbaikan tindak lanjut pembelajaran dengan
memanfaatkan hasil evaluasi, dan melaksanakan pengembangan keprofesian berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhannya.
b) Mengukur Kuantitas Hasil Kerja
Untuk penilaian kinerja dilihat dari kuantitas hasil kerja menurut Gomes 2003 dalam Fajar
Nur’aini DF (2017:46) yaitu kuantitas kerja dapat dilihat dari jumlah waktu, unit, nominal
atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu periode tertentu. Sedangkan Mangkunegara
2011 dalam Nur Endah Pratiwi (2017:49) menyatakan bahwa dimensi kuantitas kerja
diukur dengan menggunakan indikator waktu dalam bekerja, dan pencapaian target dalam
bekerja.
Sedangkan Hery (2019:38) mengatakan bahwa Pengukuran kinerja berdasarkan hasil yang
dapat dikuantitatifkan.
c) Mempunyai Inisiatif
Inisiatif menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah Suatu daya cipta atau kemampuan
seseorang untuk menciptakan sesuatu. Sedangkan menurut Mardiyanto 2008 dalam blog
pengertian inisiatif menurut para ahli adalah Kemampuan seorang dalam menghasilkan
sesutau yang baru atau menghasilkan pemecahan suatu masalah. Dalam hal ini Inisiatif
dapat diukur dari semangat atau melaksanakan tugas-tugas baru sekaligus memperbesar
tanggung jawabnya menurut Fajar Nuraini (2017:46). Sedangkan menurut Mangkunegara
2011 dalam Nur Endah Pratiwi (2017:49) Dimensi Inisiatif dengan menggunakan dua
indikator yaitu Kreatifitas dan bekerja untuk lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja dapat dilihat dari Kreatifitas dan
semangat guru dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.
d) Membina Kerjasama yang baik sesame TIM
Menurut Mangkunegara 2011 dalam Nur Endah Pratiwi (2017:49) Kerjasama yang baik
dapat diukur dengan melihat Jalinan kerja sama dengan rekan kerja dan Kekompakan
dengan rekan kerja. Sedangkan menurut Fajar Nuraini (2017:41) Kerjasama dapat
mempengaruhi efektifitas sebuah organisasi dimana dapat dilihat sejauhmana hubungan
interpersonal seseorang dalam bekerjasama dengan rekan dalam Tim.
ANALISIS/HIPOTESA :
Dari uraian yang sudah dijabarkan dapat diartikan bahwa kinerja guru merupakan
sebuah hasil kerja yang dicapai oleh guru dengan melaksanakan program yang dibuat untuk
mencapai sasaran yang diinginkan dengan penuh tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Madjid, 2016. Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen dan
Motivasi Kerja. Yogyakarta: Samudra Biru. Hlm 2.
Abd. Mukhid, 2009, Self-Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya
terhadap Pendidikan) Jurnal Pendidikan Islam (Print ISSN1907-672X;Online ISSN
2442-5494 DOI: http://doi.org/10.19105/tjpi).
Agustian, Ary Ginanjar,, 2003. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power. Jakarta: Arga.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ating somantri dan Sambas Ali, 2006, Aplikasi Statistik dalam Penelitian, Pustaka Setia,
Bandung.
Daeng Ayub Natuna. 2016. Kontribusi Akuntabilitas Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Terhadap Penerapan Nilai Kewirausahaan di SMA Negeri Tambang, Kabupaten
Kampar. Indragiri Hulu: Pascasarjana Universitas Riau.
Elin Karlina, 2014, Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Persepsi Iklim Organisasi
Terhadap Kinerja Guru, Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. I No. 2, Universitas
Indraprasta PGRI, Jakarta Selatan.
Fadiarni Widyaning Putri, 2015, Pengaruh Efikasi Diri, Lingkungan Kerja Dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas I
Tanjung Emas Semarang, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang
Feist, Jess dan Feist, Gregory. 2010. Teori Kepribadian. Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika
hlm.213-215
Ferry Adji Nugroho, 2014. Persepsi Siswa Terhadap Kinerja Guru Bimbingan dan konseling
yang Bersertifikasi Pendidik, Psikopedagogia, 3(2). Hlm 99. Yogyakarta.
Gandung Satriyono & Pamadya Vitasmoro, 2018, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
Kinerja Guru Di Smp Negeri 4 Kediri, Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri Vol. 3. No.
1,
Ghenghesh, Pauline. 2013. “Job Satisfaction and Motivation”. Journal of Education, Society
& Behavioral Science. 3 (4): 456-466
Goleman, D, 2001, Emotional Intelligense Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih bahasa:
Alex Tri K.W, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hair, Jr., J.F.; Black, W.; Babin, B.; Anderson, R.; and Tatham, R. 2010. “Multivariate Data
Analysis”. 7th ed. Uppersaddle river, New Jersey: PearsonPrentice Hall
Hanik Rosidah, 2016, Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pada Siswa Kelas V Semester Gasal Di Mi
Ianatusshibyan Mangkangkulon Semarang Tahun Ajaran 2015/2016, Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Hanung Sudibyo., 2018, Faktor yang mempengaruhi kinerja guru bimbingan dan konseling
dalam publikasi ilmiah di SMP kabupaten Pekalongan, Prosiding Seminar Nasional BK
2018, Manajemen kependidikan Pasca Sarjana UNS, Semarang.
Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Gaung Persada Press (GP Press): Jakarta.
M. Iqbal Hasan. 2010. Pokok-Pokok Materi statistic 2 (Statistik Inferensif). Bumi Aksar,
Jakarta.
Mangkunegara, Prabu, Anwar, 2007, Evaluasi Kinerja SDM, PT. Refika Aditama, Bandung.
Mardiyoko, T. dkk. (2013). Kontribusi Kompetensi Profesional Guru dan Kreativitas Guru
Terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran Di SMP Negeri Kota Salatiga. Teknologi
Pendidikan. Vol 1, No. 1, h. 83-92
Mariana Kristiyanti. 2012. Peran Indikator Kinerja Dalam Mengukur Kinerja Manajemen.
Majalah Ilmiah Informatika. 3(3).
Markonah Siti dan Sunarto. 2016. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Terhadap Kinerja
Guru Dimediasi Komitmen Organisasional (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Jakenan
Kabupaten Pati). Jurnal Ilmiah Pasca Sarjana, Universitas Stikubank Semarang.
Riduwan dan Sunarto. 2016. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial,
Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Salangka, Rian dan Lucky Dotulong. Pengaruh Self efficacy, Self esteem dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Pln (persero) Wilayah
Suluttenggo. Jurnal Vol. 3 No. 3 (Manado: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Sam Ratulangi, 2015).
Santoso Singgih 2012 Panduan Lengkap SPSS Versi 20. PT Elex Media Komputindo:
Jakarta.
Sulistyorini, 2001, Hubungan Antara Manajerial Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi
Dengan Kinerja Guru, Jurnal IlmumPendidikan, Th 28 no.1 Januari 2001
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Viviana Mayasari dan Dyah Perwita, 2017, Analisa Pengaruh Work Family Conflict, Self
Efficacy, Dan Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru (Studi Pada Sma Di Kabupaten
Banyumas), Prosiding Seminar nasional dan Call for Papers “Penegmbangan sumber
daya Pedesaan dan kearifan local berkelanjuya VII” 17, Purwekerto.