RESUME
SUPERVISI PENDIDIKAN MATERI-1
Dosen Pengampu:
Dr.Rifma, M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok V
2020
A. KONSEP DASAR SUPERVISI PENDIDIKAN
a. PENGERTIAN
Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis edukatif
di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik terhadap fisik material. Supervisi merupakan
pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar mengajar,
pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan terhadap situasi yang
menyababkannya. (Dadang Suhardan, 2010) Supervisi pendidikan menurut Ametembun
adalah pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan atau peningkatan mutu
pendidikan (Ametembun, 2010).
Supervisi menurut Sahertian telah berkembang dari yang bersifat tradisional
menjadi supervisi yang bersifat ilmiah, sebagai berikut a. Sistematis, artinya
dilaksanakan secara teratur, berencana dan secara kontinu. b. Objek, artinya ada data
yang didapat berdasarkan observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi. c.
Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik
untuk mengadakan umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses
pembelajaran di kelas (Piet Sahertian, 2008).
b. TUJUAN
c. RASIONAL
Alasan rasional mengapa supervisi itu penting adalah untuk perbaikan
pengajaran/pembelajaran. Adapun untuk mendukung proses pembelajaran yang bermutu
ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam sekolah dan lingkungannya
sebagai suatu kesatuan sistem.
Menurut Townsend dan Butterworth, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya
proses pembelajaran yang bermutu, yakni:
Melalui supervisi pengajaran, maka peran guru secara lebih luas, didorong untuk
meningkatkan mutu dan makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara
keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu. Dalam konteks
pengajaran, seorang guru menentukan mulai dari input, proses, dan output. Input pengajaran
adalah segala sesuatu sumber dan bahan ajar yang tersedia untuk berlangsungnya proses
pengajaran. Proses pengajaran merupakan transformasi sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan input sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan
minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Output pengajaran
adalah kinerja guru yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya,
efisiensinya, inovasinya melalui prestasi hasil belajar siswa. Makna positif lain yang dapat
dipetik dari supervisi adalah mengurangi beban guru. Fullan & Stiegerbauer dalam "The
New Meaning of Educational Change" mencatat bahwa setiap tahun banyak guru yang
berurusan dengan banyak problem yang hal itu menjasi sumber stres bagi mereka. Mungkin
tak aneh bila dilaporkan banyak guru mengalami stres dan jenuh. Dengan dukungan
supervisi, maka guru dapat dibantu untuk memecahkan serangkaian problema yang mereka
derita itu. Sehingga dengan demikian mereka dapat terkurangi bebannya.
d. FUNGSI
Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dengan
meningkatkan situasi belajar mengajar. Sehubungan hal tersebut diatas, maka piet A.
Sahertian memberikan 8 fungsi supervisi sebagai berikut:
a. Mengkoordinir semua usaha sekolah.
b. Memperlengkap kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas pengalaman guruguru.
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberi faslitas dan penilaian yang terus-menerus.
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar.
g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
h. Memberikan wawasan yang lebih luas dan terintegerasi dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
B. RUANG LINGKUP
AKADEMIK
Glickman (1981), mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan
upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan
pembelajaran. (Daresh, 1989). Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu
sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,
melainkan membantu guru mengem- bangkan kemampuan profesionalismenya.Meskipun
demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam
mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik
merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya
(Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi
akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemam-puannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih
dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang
perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.
MANAJERIAL
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian
supervisi akademik.
1) Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku
guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi
akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya
ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan
perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi
semua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan
kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar
pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi
akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989).
2) Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemam- puannya harus
didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program
pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi
akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik
merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika
programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru.
3) Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar
bagi murid-muridnya
Acheson and Gall (Pidarta, 1992) menyatakan bahwa supervisi klinis adalah proses membina
guru untuk memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan perilaku mengajar yang
ideal. Sedangkan Sahertian (2000) menyatakan bahwa supervisi klinis adalah memfokuskan
kepada upaya untuk menolong guru-guru agar mengerti inovasi dan mengubah performan mereka
agar cocok dengan inovasi tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang ditujukan
untuk memperbaiki KBM dengan melakukan pembinaan-pembinaan sesuai dengan kekurangan-
kekurangan yang dilakukan oleh guru. Tujuan supervisi klinis adalah memperbaiki perilaku guru dalam
KBM dengan intensif agar peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai. Naegley (1980:198)
mensyaratkan suatu kondisi dalam melakukan supervise klinis, yakni : (1) menciptakan hubungan baik
antara guru dan supervisor (dalam hal ini kepala sekolah), (2) merencanakan aspek perilaku yang akan
diperbaiki pada sub bahasan tertentu, (3) merencanakan strategis observasi, (4) mengobservasi guru
mengajar, (5) menganalisis KBM oleh guru dan supervisor (kepala sekolah) secara terpisah, (6)
merencanakan pertemuan, guru diberi kesempatan menanggapi cara mengajamya sebelum dibahas
secara bersama, dan (7) membuat