Anda di halaman 1dari 9

SUPERVISI PENDIDIKAN

Oleh : Bhakti Prima Findiga Hermuttaqien, S.Pd., M.Pd.

I. Pengertian Supervisi Pendidikan


Secara etimologis, istilah Supervisi diambil dari perkataan bahasa inggris
supervision artinya pengawasan di bidang pendidikan. Ditinjau sisi morfologisnya,
supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk kata. Supervisi terdiri dari dua kata, yakni super
berarti atas, lebih, visi berarti lihat, titik, awasi. Supervisor atau pengawas dianggap
jabatan yang secara ideal diduduki oleh seseorang yang mempunyai keahlian di bidangnya.
Kelebihan dan keunggulan bukan saja dari segi kedudukan, melainkan pula dari segi skiil
yang dimilikinya.
Pengertian Supervisi menurut para ahli:
a. Menurut Willes (1987), supervisi adalah bantuan untuk mengembangkan situasi belajar
yang lebih baik. Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Willes (1987) sebagai
berikut. “Supervision is assistance in the development of better teaching learning
situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang
baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan
situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, and
environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan
melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian, layanan supervisi tersebut
mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
b. Menurut Neagley dalam Pidarta (1986), menyebutkan bahwa supervisi adalah layanan
kepada guru-guru disekolah yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan
instruksional, belajar, dan kurikulum.
c. Ngalim Purwanto (1987), menyatakan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melaksanakan
pekerjaan mereka secara efektif. Konsep supervisi tidak dapat disamakan dengan
inspeksi. Inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan
supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian
layanan dan kerja sama yang lebih baik di antara guru-guru karena bersifat demokratis.
d. Goldhammer dan Waite dan abdul hadis & nurhayati (2010), menjelaskan supervisi
pendidikan secara umum ialah kegiatan untuk memantau dan mengawasi kinerja
staf/guru disekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
agar mereka dapat bekerja secara profesional dan mutu kinerjanya meningkat.
e. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007).
f. Supervisi akademik merupakan salah satu fungsi mendasar (essential function) dalam
keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman,
et al;2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi
pengembangan profesionalisme guru.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi Pendidikan
adalah kegiatan sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran melalui pemantauan kinerja guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya.

II. Fungsi dan Tujuan Supervisi


A. Fungsi Supervisi
Fungsi utama supervisi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran
serta pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan pembelajaran
(Suhertian, 2000:131). Supervisi bertujuan mengembangkan situasi kegiatan
pembelajaran yang lebih baik ditujukan pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah,
membimbing pengalaman mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran yang
modern, dan membantu guru dalam menilai kemajuan peserta didik. Purwanto
(2003:86-87) mengemukakan fungsi supervisi menyangkut dalam bidang
kepemimpinan, hubungan kemanusiaan, pembinaan proses kelompok, administrasi
personil, dan bidang evaluasi. Sedangkan menurut Arikunto (2006:13) sedikitnya ada
tiga fungsi supervisi yaitu :
1 sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran
2 sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang
terkait dengan pembelajaran.
3 sebagai kegiatan memimpin dan membimbing
B. Tujuan Supervisi
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980;
Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan
umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan
staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam
melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar. Secara operasional
dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu :
a. Meningkatkan mutu kinerja guru
1) Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah
dalam mencapai tujuan tersebut
2) Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan
kebutuhan siswanya.
3) Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim
yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai
satu dengan lainnya.
4) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi
belajar siswa.
5) Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan
alat pengajaran.
6) Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat
membantu guru dalam pengajaran.
7) Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk
reposisi guru.
b. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan
baik
c. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan siswa
d. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai
prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
e. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang
dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang
menunjukkan keberhasilan lulusan.

III. Prinsip-prinsip Supervisi


Adapun prinsip-prinsip positif supervisi menurut Tahalele (1979) adalah:
a. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen.
Sistematis, maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah berikutnya secara
runtut. Objektif maksudnya apa adanya, tidak mencari-cari atau mengarang-
ngarang. Menggunakan instrumen, maksudnya, dalam melaksanakan supervisi
pembelajaran harus ada instrumen pengamatan yang dijadikan sebagai panduan.
b. Kooperatif, artinya terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan guru.
c. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan supervisi, hendaknya mengarah kepada
perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapun perbaikannya.
d. Realistik, sesuai dengan keadaan, tidak terlalu idealistik.
e. Progresif, artinya dilaksanakannya maju selangkah demi selangkah namun tetap
mantap.
f. Inovatif, yang berarti mengikhtiarkan pembaruan dan berusaha menemukan hal-hal
baru dalam supervisi.
g. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru.
h. Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengevaluasi diri
mereka sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya.

IV. Sasaran Supervisi


Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut
adalah peningkatan kemampuan profesional guru (Depdiknas, 1986; 1994 & 1995).
Sasaran Supervisi Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi:
a. Supervisi Akademik, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah
akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu
b. Supervisi Administrasi, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya
pembelajaran.
c. Supervisi Lembaga, Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek
yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudskan untuk meningkatkan nama baik
sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit
Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.

V. Kenapa Supervisi Perlu Dilakukan


Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan
komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus.
Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun
program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih
dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan
berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh
perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas
masyarakat. Karena itu pentingnya melakukan supervise Pendidikan sebagai upaya
peningkatan profesionalisme guru .
Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui
kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan
mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang
menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen
pendidikan yang professional. Supandi (1986:252), menyatakan bahwa ada dua hal yang
mendasari pentingnya supervisi dalam proses pendidikan.
a) Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan
tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi kurikulum.
Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terus-menerus
dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus
berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan
kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak
selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya
informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan
kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan
metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah
belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan
kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan
khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya
pengembangan kurikulum.
b) Pengembangan personel, pegawai atau karyawan senantiasa merupakan upaya yang
terus-menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat dilaksanakan
secara formal dan informal. Pengembangan formal menjadi tanggung jawab
lembaga yang bersangkutan melalui penataran, tugas belajar, loka karya dan
sejenisnya. Sedangkan pengembangan informal merupakan tanggung jawab
pegawai sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan rekan
kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah.
Ada beberapa alasan lain mengapa supervisi perlu dilaksanakan oleh kepala sekolah
dalam rangka membantu guru mengatasi masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran.
Alasan-alasan tersebut terkait dengan empat aspek sebagai berikut :
a) Kualitas Proses Pernbelajaran
Prestasi belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
bersumber dari diri siswa itu sendiri antara lain : kemampuan, sikap, minat motivasi
belajar siswa terhadap mata pelajaran. Faktor eksternal adalah faktor diluar pribadi
siswa seperti kurikulum, sarana belajar, lingkungan belajar dan proses pembelajaran
yang dilaksanakan guru. Faktor proses pembelajaran menjadi faktor terpenting sebab
langsung berhubungan dengan perubahan perilaku siswa. Dalam prakteknya ternyata
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru belum optimal dalam pengertian tidak
membawa hasil yang diinginkan dalam mengubah perilaku siswa. Banyak faktor yang
dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Faktor –faktor tersebut antara
lain: kemampan dan keahlian guru, karakteristik mata pelajaran , saraba dan fasilitas
belajar. Oleh sebab itu supervise klinis dilakukan kepala sekolah perlu memperhatikan
faktor-faktor tersebut agar kualitas proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang
optimal.
b) Profesionalisme Guru
Jabatan guru adalah jabatan fungsional artinya untuk dapat menyandang jabatan
tersebut diperlukan keahlian khusus melalui pendidikan dan pelatihan. Tugas pokok
guru adalah merencanajan dan melaksanakan pembelajaran, menilai proses dan hasil
belajar serta memberikan bimbingan dan pelatihan. Oleh sebaab itu guru perlu
menguasai bidng ilmu yang akan menjadi materi pembelajaran serta menguasai
teknologi atau strategi pembelajaran. Upaya untuk membina dan mengembangkan
keahlian tersebut harus terus dilakukan baik oleh guru itu sendiri maupun oleh pihak
lain yang bertanggung jawab antara lain kepala sekolah, merupakan bagian dari upaya
peningkatan kemampuan profesional guru.
c) Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah tenaga kependidikan berstatus pegawai negeri sipil yang
diangkat dan diberi tugas tanggung jawab dan wewenang oleh pemerintah untuk
melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada sekolah yang
telah ditunjuk. Pengawasan akademik adalah menilai dan membina guru dalam aspek-
aspek pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pengawasan
manajerial adalah menilai dan membina guru dan staf sekolah dalam aspek
pengelolaan administrasi sekolah agar dapat meningkatkan kinerja sekolah. Oleh
sebab itu tanggung jawab kepala sekolah adalah : a) meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan b) meningkatkan mutu hasil belajar siswa
melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Tanggung jawab yang kedua
yakni meningkatkan mutu hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru mengimplikasikan perlunya kepala sekolah melaksanakan
supervisiklinis.
d) Peningkatan Mutu Pendidikan
Pemerintah khususnya departemen pendidikan nasional telah menetapkan visi
pendidikan yakni membentuk insan yang cerdas, kompetitif dan bermartabat dengan
empat pilar strategi yakni olah pikir, olah rasa, olah hati dan olah raga. Peraturan
pemerintah no. 19 tahun 2005 menetapkan adanya delapan standar nasional
pendidikan sebagai rujukan dalam meningkatkan nutu pendidikan nasional. Salah satu
standar yang harus dicapai adalah standar kompetisi lulusan. Standar yang erat
kaitannya dengan standar isi (kurikulum), standar proses (pembelajaran), standar
penilaian dan standar pendidikan dan tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah,
pengawas sekolah ). Dalam pembelajaran tersirat empat standar di atas sebab dalam
proses pembelajaran ada : peserta didik (subyek yang belajar), ada bahan ajar (standar
isi), ada guru (fasilitator belajar) dan ada penilaian (standar penilaian). Oleh sebab itu
kedudukan proses pembelajaran dalam meningkatkan standar mutu pendidikan sangat
penting. Supervise klinis yang memfokuskan pada uapay memperbaiki kualitas proses
pembelajaran menjadi upaya yang sangat berarti untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah.

VI. Teknik-Teknik Supervisi


Teknik supervisi adalah cara-cara yang di gunakan dalam melakukan supervisi.
Ada bermacam-macam teknik yang dapat di gunakan dalam supervisi Pendidikan.
Pemilihan dan Penggunaan suatu teknik supervisi di tentukan oleh tujuan yang hendak
di capai, masalah yang di hadapi, dan Lingkungan yang memungkinkan berlangsungnya
supervisi. Secara garis besar Teknik supervise dapat di bedakan menjadi dua yakni
Individual dan kelompok.
Secara Individual teknik supervisi antara lain Teknik Kunjungan kelas, Teknik
Observasi Kelas, Percakapan Pribadi, Intervisitasi, Penyeleksi berbagai sumber materi
untuk belajar, Menilai diri sendiri, Kurikulum Laboratorium, dan Supervisi yang
memakai pendapat para siswa. Teknik kelompok antara lain Pertemuan Orientasi Bagi
Guru Baru, Panitia Penyelenggara,Rapat Guru, Tukar menukar pengalaman,
Lokakarya,Panel Diskusi, Simposium,Demonstrasi mengajar,Buletin
supervisi,Organisasi profesi,Perjalanan Sekolah,Supervisi Sebaya,Supervisi dengan
pemanfaatan Alat Elektronika, Mengikuti kursusdan Pemanfaatan Nara Sumber

VII. Supervisi Klinis


Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran
melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis
yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Tujuan supervisi klinis yaitu :
a. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan
kualitas proses pembelajaran.
b. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
c. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang
muncul dalam proses pembelajaran
d. Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran
e. Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan
diri secara berkelanjutan.

Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga
tahap berikut:
a. Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah: (1) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana
pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil
belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus
obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan
teknik pelaksanaan obeservasi.
b. Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses
pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal
yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5)
menentukan teknik pelaksanaan observasi.
c. Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan
pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4)
mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil
pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara
langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai
tindak lanjut proses perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2005.Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka cipta
Burhanuddin, Yusak, 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Darwis, Amri, 2009. Panduan praktis pelaksanaan Administrasi dan
Supervisi Pendidikan.Pekanbaru: Suska Press
Hamalik, Oemar, 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Mandar maju
Suhertian, Piet A, 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha nasional

Anda mungkin juga menyukai