Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA /PEMECAHAN MASALAH

2.1 Supervisi
2.1.1 Hakikat Supervisi
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran Glickman, et al. 2007 dalam Kemendikbud 2017:12. Untuk
melaksanakan supervisi akademik, dibutuhkan perencanaan yang baik. Pengertian
perencanaan supervisi akademik adalah suatu proses untuk menentukan kegiatan
melalui urutan langkah dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki
dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Purwanto (2014:76 ) supervisi adalah “segala bantuan dari para
pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru- guru
dan personil sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan – tujuan pendidikan”. Atau
dengan kata lain, supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif.
Sagala (2012: 88) berpendapat bahwa: supervisi adalah memberikan
perhatian khusus untuk memperbaiki pengajaran sehingga tercipta kualitas
layanan belajar yang baik, konsep supervisi adalah memberi tekanan pada proses
pembentukan dan pengembangan profesional dengan maksud memberi respon
terhadap pengertian utama serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan
tugasnya.
Pembentukan profesional guru dimaksudkan untuk menunjang pembaharuan
pendidikan serta untuk memerangi kemerosotan pendidikan. pembaharuan ini
terutama harus dimulai dengan cara memperbaiki kualitas mengajar guru di kelas.
Dengan perbaikan dan penyempurnaan kualitas mengajar guru diharapkan
siswa dapat belajar dengan baik, sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat
tercapai secara maksimal. Meskipun supervisi sering diterjemahkan mengawas,

5
namun memiliki arti khusus yaitu membantu dan turut serta dalam usaha-usaha
perbaikan dan meningkatkan mutu.
Pendapat lain tentang supervisi disampaikan oleh Gordon & Ross Gordon
dalam (Sarfo. & Cudjoe. 2016: 87) sebagai berikut:
supervision as the backbone towards determining the effectiveness of school. A
good supervision involves activities that aid, direct and inform teachers of what
should be done or have been done and not merely finding faults in the teachers
teaching
Supervisi merupakan tulang punggung dalam menentukan efektivitas
sekolah. Sebuah pengawasan yang baik melibatkan kegiatan yang langsung
membantu dan memberikan informasi kepada guru tentang apa yang harus
dilakukan atau telah dilakukan sehingga bukan hanya sekedar menemukan
kesalahan dalam guru mengajar
Seperti telah di jelaskan, kata kunci dari supervisi ialah memberikan layanan
dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan
dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru
di kelas. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk
mengembangkan potensi kualitas guru
Tujuan supervisi akademik dalam konteks pengawasan proses pembelajaran
adalah untuk mengetahui: (1) kompetensi guru dalam membuat persiapan atau
perencanaan pembelajaran; (2) ketepatan dalam memilih pendekatan, model,
metode, dan teknik pembelajaran sesuai dengan bahan ajar yang akan
disampaikan kepada siswa; (3) kompetensi guru sebagai tenaga profesional dalam
melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas; (4) kompetensi guru dalam
mengembangkan intrumen penilaian dalam; (5) melaksanakan evaluasi, baik
evaluasi selama proses pembelajaran atau evaluasi hasil belajar; (6) kemampuan
guru dalam memberikan tindak lanjut pembelajaran kepada siswa; dan (7)
kelengkapan administrasi pembelajaran yang diperlukan dalam rangka
melaksanakan tugasnya sebagai seorang tenaga profesional dibidang pendidikan.
Supervisi akademik memiliki manfaat antara lain sebagai berikut.

6
1) Guru yang disupervisi akan mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
membuat perencanaan pembelajaran.
2) Guru yang bersangkutan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas
3) Guru yang bersangkutan akan mengetahui kelebihan dan kekurangannya
dalam merencanakan dan mengembangkan instrumen penilaian
pembelajaran.
4) Sebagai bahan refleksi guru untuk menambah dan meningkatkan wawasan
serta pengetahuan.
Langkah yang harus ditempuh pengawas sekolah dalam melakukan
pembinaan kemampuan profesional guru melalui supervisi akademik, yaitu;
menciptakan hubungan yang harmonis dengan guru yang akan dibinanya,
melakukan analisis kebutuhan pembinaan, menentukan strategi pelaksanaan
pembinaan, menilai keberhasilan pelaksanaan pembinaan, dan melakukan revisi
program pembinaan

2.1.2 Supervisi Teknik ATM PLUS


Supervisi ATM PLUS adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu guru dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan
efisien. Agar kemampuan guru berkembang secara optimal dan mampu membuat
persiapan atau perencanaan pembelajaran yang HOTS. Membantu guru dalam
memilih pendekatan, model, metode, dan teknik pembelajaran sesuai dengan
tuntutan kompetensi dasar yang disyaratkan oleh standar isi pada Kurikulum 2013
Langkah-langkah bimbingan supervisi teknik ATM PLUS sebagai
berikut:
1) Amati
Pada prinsipnya setiap orang tertarik dengan hal yang baru, oleh karena itu
tumbuhkan minat guru untuk melakukan sesuatu yang baru. Tunjukkan manfaat
membuat rencana pembelajaran yang baik bagi guru itu sendiri dan dampak bagi
peserta didik.

7
Tampilkan berbagai contoh RPP yang baru dan ideal, motivasi guru agar
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan nyata. yaitu faktual, analitis, sistematis, dan objektif. Hal ini
sejalan dengan Filsafat pengetahuan konstruktivis yang beranggapan bahwa
pengetahuan itu adalah konstruksi manusia itu sendiri (Battencourt, dalam
Suparno, 1997:11).
2) Telaah
Pada tahap ini guru dipicu untuk mendiskusikan, menilai model yang telah
diamati. Tunjukkan bahwa guru merupakan mitra belajar yang aktif sebagai
tempat bertanya, merangsang pemikiran, dan menciptakan persoalan. Guru
diarahkan untuk menganalisis baik secara individu maupun kelompok mengolah
informasi, mengevaluasi dan menyusunnya sedemikian rupa atau mentransformasi
ke dalam bentuk yang lebih umum atau konseptual. Hal ini sejalan dengan Bruner
(dalam Dahar, 1988:122) bahwa proses pemerolehan infomasi baru adalah proses
di mana peserta didik memperoleh pengetahuan baru sebagai pengganti atau
penyempurnaan pengetahuan sebelumnya.
3) Modifikasi
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh
guru. Guru diberikan tugas secarta sukarela berinovasi, berkreasi merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang berbeda dengan kegiatan sehari-hari.
Berikan kata-kata kunci, konsep, model, sintaks, strategi, untuk mudah diingat
dan dipahami. Guru diberi kebebasan memberikan nama terhadap model
pembelajaran yang dilakukan.
Tunjukkan kepada guru bahwa guru sebagai agen perubahan dalam
pembelajaran, oleh karena itu guru harus selalu tampil prima, menarik, dan
menyenangkan. Motto guru yang perlu dijadikan renungan adalah; “jadilah
guru yang disenangi ketika ada, dirindukan ketika tidak ada, dan dikenang
setelah tiada”.

8
4) Publikasikan
Sediakan kesempatan kepada guru untuk menunjukkan sesuatu yang telah
diperoleh dalam proses pembimbingan. Guru yang sudah siap melaksanakan
rancangan pembelajaran memberitahukan kepada pengawas untuk hadir
menyaksikan pelaksanaan pembelajaran
Tunjukkan bahwa pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi
kognitif melalui kegiatan-kegiatan aplikatif. Seseorang akan membentuk skema,
kategori, konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.
Proses pembentukan ini berjalan terus menerus, berubah setiap kali mengadakan
reorganisasi karena ada pemahaman yang baru.
5) Ulangi
Untuk memberikan perbaikan-perbaikan terhadap rancangan
pembelajaran, guru diminta secara mandiri melakukan pengulangan dan perbaikan
berdasarkan catatan teman sejawat, dan atau saran dari pengawas sekolah pada
saat melakukan demonstrasi. Pengawas juga mengingatkan guru agar
memperhatikan hasil revisi dan selalu tampil prima di depan kelas.
Pengawas terus memotivasi guru agar selalu melakukan perbaikan, dan
pengulangan-pengulangan agar model pembelajran yang dirancang guru menjadi
lebih baik dan siap untuk disebarkan. Pemberian motivasi sangat dibutuhkan oleh
guru. Motivasi itu sendiri merupakan alat yang bisa membangkitkan semangat
peserta didik dalam kurun waktu tertentu Hal ini sejalan dengan pendapat Yustisia
(2012:127) bahwa proses pembelajaran akan berjalan lancar bila disertai dengan
motivasi yang kuat.
6) Sebarkan
Siapkan tempat, media, untuk menampilkan karya terbaik guru pada setiap
kesempatan, terutama pada kegiatan MGMP. Tumbuhkan semboyan rela berbagi
iklas memberi. Melalui kegiatan ini diharapkan pengalaman-pengalaman terbaik
guru pada suatu tempat dapat dibaca, ditiru, dan dijadikan model oleh guru lain
pada tempat yang berbeda. Hal ini sejalan dengan pembelajaran Cooperative
Learning, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

9
peserta didik untuk saling memberi dan menerima terbukti cukup efektif (Lie
2002:33).

2.2 Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang menekankan pada
proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui
kegiatan yang memberikan pengalaman belajar yang bervariasi, mengembangkan
sikap ilmiah, mendorong ekosistem sekolah berbasis aktivitas ilmiah, menantang,
dan memotivasi dengan beberapa kegiatan berikut
1. Mencermati objek pengamatan untuk mendapatkan gambaran/ide besar dari
objek pengamatan, komponen, dan keterkaitan antarkomponen objek yang
diamati untuk menumbuhkan sikap ketelitian dan kecermatan;
2. Penumbuhan rasa ingin tahu dengan mempertanyakan sesuatu dari objek yang
diamati. Kemudian ditindaklanjuti dengan menyusun pertanyaan yang tepat;
3. Melengkapi informasi yang diperlukan untuk menjawab keinginantahuan
dan/atau melakukan tugas yang diberikan melalui berbagai cara;
4. Mengonstruk pengetahuan berdasarkan informasi diperoleh; dan
5. Menyaji pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui berbagai cara,
Kemendikbud 2017:5
Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang
menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi
pembelajaran melalui kegiatan yang memberikan pengalaman belajar yang
bervariasi, mengembangkan sikap ilmiah, mendorong ekosistem sekolah berbasis
aktivitas ilmiah, menantang, dan memotivasi dengan beberapa kegiatan berikut;

10
No Kegiatan yang
Deskripsi Kegiatan dan Bentuk Hasil Belajar
dilakukan
1 Mengamati dilakukan antara lain dengan membaca,
mendengar, atau mengamati fenomena (melibatkan
Mengamati
pemanfaatan panca indera) Tumbuhnya ketelitian, kedisiplinan
(Observing)
(berkaitan dengan pemanfaatan waktu), dan kesabaran siswa
dalam melihat suatu konteks.
2 Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi atau kerja
kelompok untuk membangun pengetahuan faktual, konseptual,
Menanya prosedural tentang suatu hukum maupun teori hingga berfikir
(Questioning) metakognitif Berkembangnya kreatifitas, rasa ingin tahu, dan
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membangun
critical minds.
3 Mengumpulkan informasi dilakukan melalui membaca,
mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh
informasi, mengolah data, dan menyajikan hasilnya dalam
Mengumpulkan bentuk tulisan, lisan, atau gambar.
informasi/men coba Meningkatkan keingintahuan siswa dalam mengembangkan
(Experimenting) kreativitas dan keterampilan berkomunikasi, mengembangkan
sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
4 Mengasosiasi dilakukan melalui berbagai aktivitas, antara lain;
menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori,
menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
Mengasosiasi
lainnya dan menemukan pola dari keterkaitan informasi
(Associating)
tersebut, kemampuan menerapkan prosedur dan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras.
5 Mengomunikasikan dilakukan dalam bentuk kegiatan publikasi
(menyampaikan hasil konseptualisasi) tentang pengetahuan,
keterampilan, dan penerapannya dalam bentuk lisan, tulisan,
Mengomunikasikan gambar/sketsa, diagram, atau grafik.
(Communicating) Tumbuhnya sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas,
dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan
benar.
Sumber Kemendikbud 2017:9-10
Dalam implementasinya kegiatan pembelajaran tersebut di atas harus
dikembangkan menjadi pengalaman-pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran
tersebut bukan rangkaian kegiatan yang semuanya harus dilaksanakan setiap
pertemuan. Guru dapat memfokuskan kegiatan mana yang akan dibelajarkan,
sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai siswa. Penerapan pembelajaran
dengan pendekatan keilmuan tersebut harus selalu dikontekstualisasikan dengan
kompetensi, muatan, dan konteks pembelajaran, sehingga menghasilkan model-
model pembelajaran yang lebih kaya dan bervariasi (customized models).

11
Model Penyingkapan (Discovery learning), (2) Model Penemuan (Inquiry
learning), (3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
(4) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), dan model
pembelajaran lain yang telah lama dikenal dan digunakan oleh guru seperti
Jigsaw, TPS (Think Pair Share), GI (Group Investigation), NHT (Number Head
Together), Picture and Pigture, TSTS (Two Stay and Two Stray), dan lain-lain
yang bukan berbasis ceramah atau hafalan.
Guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dengan pendekatan
berbasis keilmuan dalam rangka mengembangkan tiga ranah kompetensi yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mengamati
(untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan
(dan merumuskan hipotesis), mengumpulkan data/informasi dengan berbagai
teknik, mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan dan mungkin juga temuan
lain yang di luar rumusan masalah untuk memperoleh pengetahuan keterampilan
dan sikap. Langkah-langkah tersebut dilanjutkan dengan kegiatan mencipta. Jika
dicermati dengan pendekatan pembelajaran di atas, guru wajib merancang
pembelajaran yang dapat mengaktualisasikan tuntutan pembelajaran tersebut.
Langkah yang dilakukan guru adalah membuat perencanaan pembelajaran
yang berbasis saintifik dengan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi, kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan perolehan hasil belajar, melatih
peserta didik dalam mengkonunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya
ilmiah, serta mengembangkan karakter peserta didik. Maka guru harus
mengembangkan model pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan peserta
didik sesuai tuntutan kurikulum. Model pembelajaran tersebut antara lain ; (1)
pembelajaran berbsis penemuan, (2) pembelajaran berbasis masalah, (3)
pembelajaran berbasis projek, dan (4) pembelajaran kooperatif.
Sejalan dengan Kemendikbud 2017:15 model pembelajaran K13 seperti:
(1) Model Penyingkapan (Discovery learning), (2) Model Penemuan (Inquiry

12
learning), (3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
(4) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), dan model
pembelajaran lain yang telah lama dikenal dan digunakan oleh guru seperti
Jigsaw, TPS (Think Pair Share), GI (Group Investigation), NHT (Number Head
Together), Picture and Pigture, TSTS (Two Stay and Two Stray), dan lain-lain
yang bukan berbasis ceramah atau hafalan.

2.2.1 Karakteristik Pendekatan Saintifik


Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintas perolehan turut serta
mempengaruhi kerakteristik standar proses,maka diperlukan pendekatan ilmiah
(sceintific) dan perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning), Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontektual baik individual maupun kelompok, disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya pembelajaran
siswa aktif mengamati,menanya,mencoba,menalar,menyajikan (5M), adapun
kegiatan guru adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan guru dalam membimbing siswa mengamati adalah sebagai berikut :
a. Menunjukan fenomena alama.Menunjukan fenomina alam/sosial/objek
untuk diamati.
b. Memberi kesempatan untuk mengamati.
c. Membimbing siswa fokos pada data pengamatan yang relevan dengan
tujuan pembelajaran
d. Mendorong siswa mendiskripsikan hasil pengamatan
e. Memberikan penguatan terhadap hasil deskripsi siswa./sosial/objek untuk
diamati siswa.
2. Kegiatan guru dalam membimbing siswa menanya adalah sebagai berikut :
a. Mendorong siswa bertanya berdasarkan hasil pengamatan.
b. Memberikan waktunya yang cukup bagi siswa untuk bertanya.

13
c. Menilai/memberikan pujian bagi siswa yang bertanya berdasarkan
frekuensi dan kwalitas pertanyaan
d. Menulis pertanyaan siswa yang relevan dengan tujuan pembelajaran
dipapan tulis sebagai rumusan yang akan di pecahkan
e. Memperjelas/memberikan penguatan pertanyaan siswa.
3. Kegiatan guru dalam membimbing siswa mencoba adalah sebagai berikut
Menunjukan kepada siswa cara mencoba/mendemontrasi/mensitimulasi/alat/
bahan/objek.
a. Memfasilitasi alat/ bahan/ objek bagi siswa untuk mencoba/
mendemontrasikan/ memanipulasikan /mensimulasi
b. Memfasilitasi siswa mengamati hasil coba/demontrasi/manipulasi
/simulasi.
c. Memfasilitasi siswa merekam data
d. Memfasilitasi siswa untuk mengolah data menjadi informasi
4. Kegiatan guru dalam membimbing siswa menalar adalah sebagai berikut :
a. Membimbing siswa membuat kategorisasi.
b. Membimbing siswa membuat asosiasi/hubungan sebab akibat.
5. Kegiatan guru dalam membimbing siswa menalar adalah sebagai berikut :
a. Mendorong siswa untuk menyajikan data hasil uji
coba/demontrasi/simulasi secara tertulis.
b. Memfasilisasi media bagi siswa untuk presentasi.
c. Mendorong siswa untuk menjelaskan secara lisan asosiasi /hubungan
kausal/makna/manfaat dari data hasil ujicoba.

2.2 Model Pembelajaran Pendekatan Saintifik


Cara menentukan sebuah model pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran akan berbeda untuk setiap mata pelajaran, karena
menyesuaikan dengan karakteristik materi pada masing-masing mata pelajaran.
Secara umum, hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan model
pembelajaran yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

14
1) Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik pasangan KD pada KI 1
dan/atau KD pada KI 2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan
kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan pada pasangan KD pada KI
3 dan/atau KD pada KI 4 untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan
dan/atau keterampilan.
2) Kesesuaian model pembelajaran dengan Indikator Pencapaian
Kompetensi/IPK yang dikembangkan dari KD.
3) Kesesuaian model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang spesifik
dalam mengembangkan potensi dan kompetensi, misalnya untuk
mengembangkan interaksi sosial, atau mengolah informasi.
4) Kesesuian model pembelajaran dengan karakteristik dan modalitas siswa, dan
sarana pendukung belajar lainnya karena bukan hanya karakter siswa yang
berbeda tetapi kemampuan siswa dapat berpengaruh terhadap kebermanfaatan
penggunaan model pembelajaran.
5) Penggunaan model pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan yang akan
digunakan, misalkan menyesuaikan dengan pendekatan berbasis keilmuan
yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan
mengamati/menanya/mengumpulkan data/mengasosiasi/mengomunikasikan,
ataupun dengan menyesuaikan pendekatan berbasis genre yang bertujuan
mengoptimalkan kompetensi berbahasa siswa, dan lain-lain.
6) Kesesuaian dengan tuntutan dimensi pengetahuan, misalnya untuk
mendorong kemampuan siswa menghasilkan karya kontekstual maka
disarankan menggunakan model Project Based Learning, menyingkap
sesuatu konsep yang belum mengemuka menggunakan Discoveri Learning,
menemukan sesuatu konsep secara sistematis menggunakan Inquiry
Learning, melatihkan keterampilan menyelesaikan masalah menggunakan
Problem Based Learning, melatih kerjasama menggunakan Cooperatif
Learning, dan lain-lain.
7) Kesesuaian penilaian hasil belajar dengan model pembelajaran dan/atau
metode pembelajaran. Kemendikbud 2017:32

15
Berikut adalah beberapa sintaks kegiatan pembelajaran pada pendekatan
berbasis keilmuan.
2.2.1. Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan
Model penemuan merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya. Siswa dilatih dapat mengumpulkan informasi tambahan, membuat
hipotesis dan mengujinya. Peran guru selain sebagai pengarah dan pembimbing,
juga dapat menjadi sumber informasi data yang diperlukan.
Siswa dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja para
ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar melalui
penemuan ini di antaranya Bruner, yang merupakan pelopor pembelajaran
penemuan. Pembelajaran penemuan merupakan suatu model pengajaran yang
menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari
suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan
suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui
penemuan pribadi. Tokoh lain adalah Richard Suchman yang mengembangkan
suatu pendekatan yang disebut pelatihan inkuiri.
Sintakss belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-
langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan
sesuatu yang dapat dicermati dalam tabel 2.1 berikut.

16
Tabel 2.2 Sintakss Model Belajar Melalui Penemuan
Tahap Tingkah Laku Pengajar

Tahap 1 Pengajar menyajikan kejadian-kejadian atau


Observasi menemukan fenomena yang memungkinkan siswa menemukan
masalah masalah.
Pengajar membimbing siswa merumuskan masalah
Tahap 2
penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang
Merumuskan masalah
disajikannya.
Pengajar membimbing siswa untuk mengajukan
Tahap 3
hipotesis terhadap masalah yang telah
Mengajukan hipotesis
dirumuskannya.
Tahap 4 Pengajar membimbing siswa untuk merencanakan
Merencanakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat
pemecahan masalah dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur
(melalui eksperimen atau kerja yang tepat.
cara lain)
Tahap 5 Selama siswa bekerja pengajar membimbing dan
Melaksanakan memfasilitasi.
eksperimen (atau cara
pemecahan masalah yang
lain)
Tahap 6 Pengajar membantu siswa melakukan pengamatan
Melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu
dan pengumpulan data mengumpulkan dan mengorganisasi data.
Tahap 7 Pengajar membantu siswa menganalisis data supaya
Menganalisis data menemukan suatu konsep
Tahap 8 Pengajar membimbing siswa mengambil kesimpulan
menyimpulkan atau berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep
menemukan yang ingin ditanamkan.
Pembelajaran model penemuan ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyingkap atau mencari tahu tentang suatu permasalahan atau sesuatu
yang sebenarnya ada namun belum mengemuka dan menemukan solusinya
berdasarkan hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri,
sehingga siswa memiliki pengetahuan baru yang dapat digunakannya dalam
memecahkan persoalan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, atau permasalahan
yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya.

17
Permasalahan yang diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa”
atau bukan sekedar “latihan” yang diberikan setelah conoth-contoh soal disajikan
oleh guru. Permasalahan dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.
Fokusnya adalah bagaimana siswa mengidentifikasi isu pembelajaran dan
selanjutnya mencarikan alternatif-alternatif penyelesaian. Pada pembelajaran ini
melatih siswa terampil menyelesaikan masalah. Oleh karenanya pembelajarannya
selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan kontekstual.
Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks daripada dua model
yang telah diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah
memunyai ciri umum, yaitu menyajikan kepada siswa masalah yang autentik dan
bermakna yang akan memberikan kemudahan kepada para siswa untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga memunyai beberapa ciri khusus yaitu
adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar
disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan
memamerkan produk tersebut serta adanya kerja sama. Sebagai contoh masalah
autentik adalah ”bagaimanakah musikalisasi puisi yang bernilai pasar”. Apabila
pemecahan terhadap masalah itu ditemukan, akan didapatkan keuntungan secara
ekonomis. Masalah seperti ”bagaimanakah unsure intrinsik puisi era reformasi”
merupakan masalah akademis yang apabila ditemukan jawabannya belum dapat
memberikan manfaat praktis secara langsung.
Landasan teoretik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah
adalah gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya,
Piaget yang berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu pada anak akan
memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dala otak mereka
tentang lingkungan yang mereka hayati, Vygotsky yang merupakan tokoh dalam
pengembangan konsep konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut
dalam model pengajaran berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga memunyai sintakss tertentu
yang merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 2.3 berikut adalah sintakss model
pengajaran berdasarkan masalah dan tingkah laku pengajar pada setiap tahap
sintaks.

18
Tabel 2.3. Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Pengajar
Tahap 1 Pengajar menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
Orientasi siswa kepada yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat
masalah pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 Pengajar membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi siswa mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
untuk belajar dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Pengajar mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
penyelidikan individual untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
maupun kelompok masalah.
Pengajar membantu siswa dalam merencanakan dan
Tahap 4
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
Mengembangkan dan
dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
menyajikan hasil karya
dengan temannya.
Tahap 5 Pengajar membantu siswa untuk melakukan refleksi
Menganalisis dan atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
mengevaluasi proses proses-proses yang digunakan.
pemecahan masalah
Kemendikbud 2017:16

2.2.3 Model Berbasis Proyek (Project- Based Learning/PjBL)


Model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
dapat digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki, melatih
berbagai keterampilan berpikir, sikap, dan keterampilan konkret. Sedangkan pada
permasalahan kompleks, diperlukan pembelajaran melalui investigasi, kolaborasi
dan eksperimen dalam membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam pembelajaran. Alur Kegiatan pembelajaran dalam PJBL
sebagai berikut.
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah
awal agar siswa mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul
dari fenomena yang ada.
2) Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan
yang ada, disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.

19
3) Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan
sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang
tersedia dan sesuai dengan target.
4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring
terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Siswa mengevaluasi proyek
yang sedang dikerjakan.
5) Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber.
6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi
kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran
yang sama atau mata pelajaran lain Kemendikbud 2017:17.

2.3 Perencanaan Pembelajaran


Dilihat dari terminologinya perencanaan pembelajaran terdiri atas dua kata,
kata perencanaan dan kata pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana
yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan, dengan demikian proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan
tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap,
kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut (Sanjaya, 2013:24).
Kaufman (1972) dalam Sanjaya (2013: 24) memandang bahwa perencanaan
itu adalah suatu proses untuk menetapkan “kemana harus pergi” dan bagaimana
untuk pergi ke “tempat” itu dengan cara yang paling efektif dan efesien.
Menetapkan “kemana harus pergi” mengandung pengertian sama dengan
merumuskan tujuan dan sasaran yang akan diituju; sedangkan merumuskan
“bagaimana agar sampai ke tempat itu” berarti menyusun langkah-langkah yang
dianggap efektif dalam rangka pencapaian tujuan.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan
siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan
dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri

20
siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk
mencapai tujuan belajar tertentu (Sanjaya, 2013:26). Sebagai suatu proses
kerjasama pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau
kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, dengan demikian kesadaran
dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses
pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar.
Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh
aliran psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari
kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat
berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar,
audio dan lain sebagainya, sehingga semuanya itu mendorong perubahan peranan
guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar
menjadi guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Gagne (1992), dalam Sanjaya
(2013:27) yang menyatakan bahwa “instruction is a set of event that effect
learners in such a way that learning is facilitated”. Oleh karena itu menurut
Gagne, mengajar atau “teaching” merupakan bagian dari pembelajaran, dimana
peran guru lebih ditekankan pada merancang atau mengaransemen berbagai
sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa
dalam mempelajari sesuatu. Lebih lengkap Gagne menyatakan:
Why do we speak of instruction rather than teaching? it is because we wish
to describe all of the events that may have a direct effect on the learning of the
human being, not just those set in motion by individual who is a teacher.
Instruction may include event that are generated by a page of print, by a picture,
by a television program, or by combination of physical object, among other
things, of course, a teacher may play an essential role in the arrangement of any
of these event

21
Dari kedua makna tentang konsep perencanaan dan konsep pembelajaran,
Sanjaya selanjutnya menyimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah
proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan
tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan
yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan
memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. hasil akhir dari proses
pengambilan keputusan tersebut adalah tersusunnya dokumen yang berisi tentang
hal-hal di atas, sehingga selanjutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai
acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Sudjana, dkk (2012: 34) menyatakan bahwa “perencanaan pembelajaran
adalah rancangan tentang apa yang akan dikerjakan guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan kata lain perencanaan pembelajaran adalah proyeksi atau
perkiraan kegiatan yang akan dilaksanakan guru pada saat guru membelajarkan
peserta didiknya”.
Selanjutnya Sanjaya (2013: 59-62) memaparkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang satu sama
lain saling berkaitan, dengan demikian maka merencanakan pelaksanaan
pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan.
Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran minimal ada 5 komponen pokok, yaitu
komponen tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode, media dan sumber
pembelajaran serta komponen penilaian.
a. Tujuan Pembelajaran
Dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai oleh
siswa. melalui rumusan tujuan guru dapat memproyeksikan apa yang harus
dicapai oleh siswa setelah berakhir suatu proses pembelajaran. Dalam perumusan
tujuan pembelajaran tugas guru adalah menjabarkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SK/KD) menjadi indikator hasil belajar. Indikator hasil belajar
itu sendiri adalah pernyataan perilaku yang memiliki dua syarat utama, yakni
bersifat observable dan berorientasi pada hasil belajar.

22
b. Materi/isi
Materi/isi pelajaran berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai
oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi pelajaran harus digali dari
berbagai sumber belajar sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai. Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi pelajaran yang harus
dikuasai siswa bisa berbeda antar daerah. Hal ini dikarenakan setiap daerah
memiliki karakteristik yang tidak sama.
c. Strategi dan Metode Pembelajaran
Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu; sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi. Dengan demikian strategi dan metode itu tidak
dapat dipisahkan. Strategi dan metode pembelajaran harus dirancang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang berhubungan dengan bidang
kognitif berbeda strategi dan metodenya dengan tujuan dalam bidang afektif dan
psikomotorik. Demikian juga materi yang diajarkan berupa data dan fakta harus
berbeda strategi dan metode yang digunakan dalam mengajarkan konsep atau
prinsip. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi dan metode
pembelajaran adalah bahwa startegi dan metode itu harus dapat mendorong siswa
untuk beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya. Bahwa proses pembelajaran
harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan
ruang yang cukup untuk pengembangan prakarsa, kreativitas sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
d. Media dan Sumber Belajar
Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran, sedangkan sumber belajar adalah
segala sesuatu yang mengandung pesan harus dipelajari sesua dengan materi
pelajaran.
Penentuan media dan sumber belajar harus disesuaikan dengan karakterstik
peserta didik dan karakteristik daerah. suatu media dan sumber belajar yang
digunakan tidak mungkin cocok untuk semua siswa.

23
e. Penilaian
Penilaan dalam KTSP diarahkan bukan hanya sekedar untuk mengukur
keberhasilan setiap siswa dalam pencapaian hasil belajar, tetapi juga untuk
mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap
siswa. Oleh karena itu, dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran setiap guru
tidak hanya menentukan tes sebagai alat penilaian akan tetapi juga menggunakan
nontes dalam bentuk tugas, wawancara dan lain sebagainya.

2.4. Hakikat Bimbingan.


Bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai tujuan.
Menurut Crow & Crow (Prayitno, 2004: 94) bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seseorang, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih
dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,
membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri. Menurut Crow &
Crow tersebut layanan bimbingan yang diberikan pada individu atau sekumpulan
individu berguna untuk menghindari dan mengatasi masalah dalam kehidupannya
secara mandiri.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah salah satu bentuk proses pemberian bantuan kepada guru secara individu
atau kelompok dalam memecahkan masalah pembelajaran, sehingga guru dapat
mengoptimal potensi diri, dan keterampilan dalam mengatasi setiap permasalahan
baik di dalam merencanakan pembelajaran, maupun dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas. Pada akhirnya guru percaya diri dan dapat tampil prima di
depan kelas.
Dalam memberikan bantuan pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
teknik wawancara atau dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi
sampai individu tersebut dapat memecahkan masalahnya dengan kemampuannya

24
sendiri, sehingga yang dibimbing tetap dalam keadaan aktif, memupuk
kesanggupannya di dalam memecahkan setiap masalah yang mungkin akan
dihadapi dalam kehidupannya.
Untuk dapat menjalankan pembimbingan dengan sebaik, pembimbing
perlu memiliki syarat-syarat yaitu: (1) harus memiliki pengetahuan yang luas,
baik segi teori maupun segi praktik. (2) memiliki kemantapan atau kesetabilan
psikisnya, terutama dalam segi emosi. (3) harus memiliki kecintaan terhadap
pekerjaannya dan terhadap individu atau kelompok yang dihadapinya. (4)
mempunyai inisiatif yang baik sehingga dapat diharapkan usaha bimbingannya
berkembang kearah keadaan yang lebih baik. (5) memiliki sifat yang supel,
ramah, sopan, sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan
secukupnya kepada yang dibimbingnya, sehingga dapat termotivasi dalam dirinya
secara internal maupun eksternal dalam menyelesaikan permasalahan sehingga
berani mempertanggungjawabkan segala resiko yang muncul.
Tujuan pembimbingan ditekankan pada belajar bagaimana belajar
(learning how to learn). Hal ini ditekankan pada menciptakan pemahaman baru,
yang menuntut.aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong
untuk berpikir dan berpikir ulang apa yang sedang dan telah dipelajarinya. Hasil
pembelajaran lebih ditekankan pada proses perolehan ilmu, baik berupa
keterampilan berpikir maupun strategi berpikir. Berikut ini juga diuraikan
beberapa peranan bimbingan
1) Pembimbing Sebagai Fasilitator
Pembimbing sebagai pengarah untuk mencapai tujuan, keinginan, dan
kebutuhan yang dibimbing. Pengarah memberikan tugas, menentukan
persyaratan, dan mengevaluasi. Seorang fasilitator memberikan bantuan
dalam belajar mandiri, dalam menentukan tujuan sendiri, serta memberikan
umpan balik terhadap penilaian diri.
2) Pembimbing Sebagai Pemberi Tantangan
Tantangan dapat memberikan kesempatan untuk memperoleh kepercayaan
terhadap kemampuan untuk berpikir, menganalisa, dan bertindak. Cara
dalam memberikan tantangan yang termudah adalah memberikan

25
pertanyaan. Semakin baik dan terarah pertanyaan semakin memberi peluang
untuk membangun suatu pengetahuan baru. Dengan bertanya dapat melatih
peningkatan kemampuan dalam memberikan penjelasan suatu masalah atau
fenomena yang tengah dihadapi.
3) Pembimbing Lebih Mengutamakan Proses dari pada Hasil
Pembimbingan tidak sekedar memberikan informasi faktual semata namun
lebih bermanfaat bila yang dibimbing memahami proses dan bagaimana
menerapkan pengetahuan pada pengalaman yang selalu berubah. Dalam
proses pencarian pengetahuan baru pembimbing mempunyai kesempatan
untuk memperhatikan dan membimbing sikap dan perilaku
4) Pembimbing Menciptakan Suasana Demokratis
Suasana pembimbingan menunjang tumbuhnya harga diri, merasa aman dan
berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusannya.
Tidak terjadi suasana yang menghambat kreativitas, yang berakibat takut
mendapat kritikan, takut gagal, takut membuat kesalahan, takut tidak
disenangi, atau takut tidak memenuhi harapan.
Pembimbing perlu menghargai kreativitas, bersikap terbuka terhadap
gagasan-gagasan baru, menghargai adanya perbedaan pendapat.
Pembimbing mengupayakan dapat menghargai yang kreatif, penuh ide, dan
terbuka.

26

Anda mungkin juga menyukai