Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN

I. KONSEP DASAR EVALUASI PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN

Supervisi pendidikan (supervisi akademik) adalah bantuan atau pelayanan kepada guru-
guru agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik dan berkualitas.
Fungsi dasar supervisi meningkatkan atau memperbaiki situasi belajar bagi murid, demikian
pendapat tokoh dibidang supervisi pendidikan Kimbal Wiles, (1967) sementara itu H.P
Adams dan Frank G. Dicky dalam bukunya yang berjudul “ Basic principles of Supervision”
menjelaskan secara eksplisit bahwa “ Supervisi merupakan program berencana untuk
memperbaiki pengajaran”. Jelaslah sekarang bahwa supervisi merupakan aktivitas yang
terprogram, berencana, dan berlangsung kontinyu. Oleh sebab itu akvitas supervisi
pendidikan harus dievaluasi, sebab supervisi pendidikan beraktivitas secara terprogram,
evaluasi program supervisi pendidikan tersebut harus dilaksanakan secara kontinyu
terprogram dan mengunakan prinsip komperhensip, obyektif, operatif dan kontinyu.
Bab ini akan menguraikan landasan pijak secara konsepsional tentang evaluasi program
supervisi pendidikan. Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian evaluasi program
supervisi pendidikan, latar belakang perlunya evaluasi program supervisi pendidikan, tujuan
evaluasi program supervisi pendidikan, prinsip prinsip evaluasi program supervisi
pendidikan, dan proses evaluasi program supervisi pendidikan. Memahami bab ini berarti
memiliki landasan konsepsional untuk memahami evaluasi program supervisi pendidikan
secara umum.

Pengertian Evaluasi Program Supervisi Pendidikan


Evaluasi program supervisi pendidikan adalah pemberian estimasi terhadap pelaksanaan
supervisi pendidikan untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam rangka mencapai
tujuan supervisi pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam evaluasi program superrvisi
pendidikan untuk perbaikan pengajaran melibatkan penentuan perubahan yang terjadi pada
periode tertentu, perubahan yang diharapkan dari semua personel dalam supervisi dan dalam
perbaikan program melibatkan kepala sekolah (supervisor), guru, dan murid. Supervisor dan
guru bekerjasama untuk membawa perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Lebih dari
pada itu semua yang harus dipertimbangkan sebagai ruang lingkup supervisi pendidikan
adalah meliputi rencana perbaikan, organisasi perencanaan, tujuan yang akan dicapai, teknik-
teknik pencapaian tujuan, dan perubahan-perubahan yang dilakukan di bidang kurikulurn dan
bimbingan.
Dalam hubungannya dengan pengertian evaluasi program supervisi pendidikan ini,
Thomas H. Briggs dan Joseph Justman mengemukakan arti evaluasi sebagai berikut :
Evaluation is the systematic effort to ascertain the extent to which the objectives of his
program of supervision are being attained. (Thomas. H. Briggs and Joseph Justman, 1954,
halaman 235). Harus diingat bahwa supervisor pendidikan dalam mengadakan evaluasi
program supervisi pendidikan harus mencakup bidang luas dalam arti bahwa seluruh situasi
yang disupervisi, termasuk supervisor sendiri juga harus dievaluasi.
Evaluasi program supervisi pendidikan tidak berarti mengevaluasi suatu rencangan
program supervisi pendidikan dalam arti rencana. Evaluasi program supervisi pendidikan
berusaha menentukan sampai seberapa jauh tujuan supervisi pendidikan yang telah tercapai.
Oleh sebab itu bukan saja programnya yang dievaluasi tetapi juga proses pelaksanaan dan
hasil supervisi pendidikan. Bahkan ruang lingkup evaluasi supervisi pendidikan menyangkut

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1


semua komponen yang terkait dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Komponen tersebut
meliputi aspek personel, aspek material, dan aspek operasional dalam supervisi pendidikan.
Sebagaimana aktivitas pendidikan yang menentukan hasilnya dalam jangka panjang,
supervisi pendidikan juga demikian, hasil yang dicapai dalam pelaksanaan supervisi
pendidikan terutama yang berkenaan dengan manusia baru dapat dilihat dalam jangka
panjang. Sedangkan hasil supervisi pendidikan yang dapat diketahui dengan cepat hanya
penampakan hasil sementara. Dan hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi kita dalam
mengevaluasi program supervisi pendidikan, mengingat ruang lingkup yang akan dievaluasi
dalam supervisi pendidikan sangat luas, dimana selain guru dan staf sekolah, programpun
merupakan sasaran evaluasi program supervisi pendidikan. Hal ini sangat sesuai dengan apa
yang dikatakan Elsbree dkk. Dalam buku “ Elementary School Administration and
supervision ". yaitu :
An important characteristic of modern supervision is its emphasis on evolution,
including evaluation of the teacher and the school program. (Elsbree, Mc Nally, and Wyne,
1967, halaman 166)
Dengan demikian berdasarkan penjelasan Elsbree dkk, di atas maka ciri utama supervisi
pendidikan yang modern adalah adanya penekanan pada evaluasi, termasuk evaluasi terhadap
keberhasilan guru, dan keberhasilan program sekolah.

Latar Belakang Diperlukannya Evaluasi Program Supervisi Pendidikan


Salah satu fungsi supervisi pendidikan adalah untuk menilai segala aspek yang terjadi
dalam proses pendidikan. Lebih penting lagi evaluasi terhadap guru tidak dapat dipisahkan
dengan evaluasi terhadap murid, sarana dan prasarana, masyarakat sekolah, kepemimpinan-
nya, dan aspek administrasinya.
Hubungan antara guru dengan supervisor sering dianggap sebagai suatu yang berbahaya
apabila keduanya salah dalam melakukan penilaian. Hal ini benar apabila pertanyaan
pertanyaan yang digunakan, dalam mengevaluasi mengorek kesalahan-kesalahan saja dan
bersifat inspektif. Cara ini biasa digunakan oleh supervisor konvensional yang diwarisi
dengan cara-cara lama dalam supervisi yang biasanya lebih bersifat inspektif dan korektif.
Supervisi modern lebih mengedepankan pendekatan manusiawi dalam melaksanakan
evaluasi program supervisi pendidikan sehingga benar-benar dapat mencapai tujuan evaluasi
program supervisi pendidikan. Tujuannya adalah untuk mendalami kebutuhan guru secara
individual, membantu mereka secara individual pula, mendalami kebutuhan personal lain
(staf non guru), meneliti sistem pengelolaan yang digunakan, dan meneliti sarana dan
prasarana sekolah. Hasil dari pendalaman dan penelitian terhadap seluruh aspek tersebut
sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau mengadakan
perbaikan dikemudian hari. Dengan demikian supervisor benar-benar membantu menanggapi
peningkatan usaha sekolah secara menyeluruh.
Begitu pula guru-guru baru bekerja sangat perlu untuk disupervisi untuk mengantar
mereka memasuki suasana kerja yang baru. Lebih-lebih guru yang berusia muda dan guru
yang digolongkan kelompok usia tua sering kali berimplikasi pada persinggungan nilai yang
berbeda. Dengan memperoleh supervisi, guru-guru baru tersebut dapat menyesuaikan diri
dengan situasi barunya mereka tidak merasa asing tetapi merasa diterima oleh kelompok guru
lainnya. Semua situasi tersebut di atas memerlukan adanya pelaksanaan program supervisi
pendidikan yang mantap dan terarah. Untuk melaksanakan program supervisi pendidikan
yang mantap perlu adanya evaluasi yang baik, yaitu dengan berpegang teguh kepada prinsip-
prinsip obyektif, kooperatif, integral, dan kontinyu.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 2


Tujuan Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
Setiap kegiatan yang berprogram pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai,
begitu pula evaluasi program supervisi. pendidikan. Menurut Chester T. Mc Nerney tujuan
evaluasi program supervisi pendidikan sebagai berikut : “The purpose of any program of
evaluation is to discover the needs of the individuals being evaluated and then design
learning experiences that will satisfy these needs”. (Chester T. Mc Nerney,, 19 51, halaman
77 ).
Secara umum dapat diartikan bahwa tujuan program evaluasi adalah meneliti atau
menemukan kebutuhan kebutuhan setiap individu yang dinilai dan kemudian digunakan
untuk merencanakan pengalaman belajar yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap
individu tersebut. William H. Burton dan Leo J. Brueckner menjelaskan bahwa keefektifan
supervisi pendidikan dapat dinilai dengan cara mengukur atau mendeskripsikan perubahan-
perubahan atau perbaikan-perbaikan yang terjadi dalam keseluruhan program pendidikan.
(William H. Burton and Lea J. Bruechkner, 1955, halaman 656) .
Tujuan evaluasi program supervisi yang digambarkan melalui keseluruhan program
pendidikan ini dapat digunakan untuk melihat perubahan-perubahan dan perbaikan di bidang
Pertumbuhan dan perkembangan siswa dalam mencapai tujuan.
Perbaikan di bidang kurikulum.
Perbaikan praktik mengajar.
Perbaikan kualitas dan pendayagunaan materi pengajaran dan alat bantu mengajar.
Perkembangan personal, dan profesional guru secara umum.
Perbaikan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Pada prinsipnya evaluasi program supervisi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
usaha pelaksanaan program pendidikan secara menyeluruh, baik personel, material, maupun
operasionalnya. Dengan evaluasi program supervisi, supervisor dapat :
Mengetahui sejauh mana pelaksanaan supervisi disekolah mencapai kemajuan.
Memberikan pertimbangan demi perkembangan pendidikan di masa yang akan datang.
Memperbaiki praktik-praktik pembinaan personel sekolah.
Memberikan dorongan peningkatan proses belajar mengajar di sekolah.
Mengetahui sejauh mana partisipasi orang tua dan masyarakat di sekolah terhadap
pelaksanaan program pendidikan.
Memberikan pertimbangan dan saran atas peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana
sekolah.
Membina para personel sekolah dalam mengelola kurikulum sekolah.

Prinsip-prinsip Evaluasi Program Supervisi Pendidikan


Evaluasi program supervisi pendidikan harus dilaksanakan. dengan berpedoman teguh,
pada prinsip prinsip tertentu agar dapat menghasilkan suatu penilaian yang benar-benar
bermanfaat bagi penyusunan program supervisi pendidikan berikutnya dan benar-benar
bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan, di sekolah pada umumnya. Sebagaimana
prinsip-prinsip evaluasi pada umumnya, evaluasi program supervisi pendidikan memiliki
prinsip-prinsip seperti berikut:

1. Komprehensif.
Bahwa evaluasi program supervisipendidikan harus mencakup bidang sasaran yang luas
atau menyeluruh, baik aspek personalnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya.
Evaluasi Jangan hanya ditujukan pada salah satu aspek saja. Misalnya aspek personalnya,
jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga murid, karyawan dan kepala sekolahnya.
Begitu pula untuk aspek material dan operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara
menyeluruh.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 3


2. Komparatif.
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan
harus dilaksanakan secara bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam aktivitas
supervisi pendidikan. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam
mengajar, harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan,
dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak dalam evaluasi program supervisi
pendidikan ini diharapkan kita dapat mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi.

3. Kontinyu.
Evaluasi program supervisi pendidikan hendaknya dilakukan secara terus-menerus
selama proses pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah
dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting
dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas keberhasilan yang telah dicapai
dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berhasil diusahakan untuk ditingkatkan,
sedangkan aktivitas yang gagal dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan.

4. Obyektif.
Dalam mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan harus menilai sesuai dengan
kenyataan yang ada. Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan
sampai mengatakan yang hijau itu. kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh,
apabila seorang guru itu sukses dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini sukses, dan
sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil dalam mengajar, maka katakanlah bahwa
guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai keobyektifan dalam evaluasi perlu adanya data dan
atau fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah untuk kemudian diambil suatu
kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat dikumpulkan maka makin obyektiflah
evaluasi yang dilakukan.

5. Berdasarkan Kriteria yang Valid


Selain perlu adanya data dan fakta, juga perIu adanya kriteria-kriteria tertentu. Kriteria
yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Kriteria ini digunakan agar memiliki standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas
supervisi pendidikan. Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti kriteria yang
dibuat harus mempertimbangkan hakekat substansi supervisi pendidikan.
Kriteria dalam evaluasi program supervisi pendidikan ada dua, yaitu pertama, kriteria
objetive yang berkenaan dengan patokan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan inilah yang
dijadikan kriteria keberhasilan pelaksanaan
program supervisi pendidikan. Kedua, kriteria metodis yang berkaitan dengan patokan
teknik penganalisaan hasil evaluasi: misalnya dengan menggunakan prosentase, interval,
kuantitatif, atau perhitungan matematis lainnya.

6. Fungsional.
Hasil evaluasi program supervisi pendidikan tidak hanya dimaksudkan untuk membuat
laporan kepada atasan yang kemudian di “peti es” kan. Hasil evaluasi program supervisi
pendidikan berarti fungsional apabila dapat digunakan untuk memperbaiki situasi yang ada
pada saat itu. Dengan demikian evaluasi program supervisi pendidikan benar-benar memiliki
nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan langsungnya adalah
dapatnya hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang dievaluasi, sedangkan kegunaan
tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan
lainnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 4


7. Diagnostik.
Evaluasi program supervisi pendidikan hendaknya mampu mengidentifikasi kekurangan-
kekurangan atau kelemahan-kelemahan apa yang dievaluasi sehingga dapat memperbaikinya.
Oleh sebab itu setiap hasil evaluasi program supervisi pendidikan harus didokumentasikan.
Bahan-bahan dokumentasi hasil evaluasi inilah yang dapat dijadikan dasar penemuan
kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang kemudian harus diusahakan jalan
pemecahannya.

Pentingnya Evaluasi Program Supervisi Pendidikan


Keefektifan dan kesuksesan pelaksanaan program supervisi pendidikan perlu sekali
untuk diketahui sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengadakan
perbaikan atas segala pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh supervisor. Perlunya
pengembangan evaluasi program supervisi dan kepemimpinan dikarenakan beberapa
landasan sebagai berikut:
1. Perlunya penerapan dan pemeliharaan berbagai pelayanan sesuai dengan fungsi
supervisi pendidikan.
2. Perlunya penilaian terhadap pelayanan yang telah diberikan kepada para
anggota/staf
3. Perlunya perencanaan perbaikan personil supervisi, prosedur supervisi, dan
pelayanan supervisi.
4. Perlunya untuk pencarian, latihan, dan seleksi kepala sekolah dan supervisor agar
mencapai kualifikasi ketrampiIan dan kemampuan tertentu.
Sebagaimana guru dan murid-murid dapat menarik keuntungan baik secara langsung
maupun tidak langsung atas evaluasi terhadap pertumbuhan guru dan murid, begitu pula
supervisor dan administrator dapat mengambil keuntungan dari evaluasi terhadap
pekerjaannya sendiri sebagai pemimpin pendidikan. Permasalahan yang muncul adalah
bagaimana membuat evaluasi itu menjadi valid, reliable, dan obyektif. Valid menunjukkan
ketepatan sasaran yang memang harus dievaluasi. Relieble menunjukkan ketepatan instrumen
evaluasi jika diberlakukan kepada obyek yang sama atau berbeda dalam waktu yang berbeda
dengan kondisi yang relatif sama. Sedangkan obyektif menunjukkan kerealistisan evaluasi
yang mendasarkan diri pada kenyataan yang ada.

Proses Evaluasi Program Supervisi Pendidikan


Dalam proses evaluasi di bidang supervisi pendidikan seorang supervisor dapat
mempertimbangkan untuk melakukan sendiri (single - process) atau bersama-sama dengan
stafnya (cooperative process). Mengingat bahwa supervisi pendidikan bukan tanggung jawab
pribadi supervisor, melainkan merupakan karya dan tanggung jawab bersama, maka evaluasi
sebagai bagian yang esensial untuk menilai keberhasilan program supervisi pendidikan
haruslah dilakukan secara kooperatif dengan berlandaskan pada prinsip prinsip supervisi
pendidikan haruslah dilakukan secara kooperatif dengan berlandaskan pada prinsip prinsip
pendidikan yang demokratis dimana seluruh staf dan pihak-pihak yang berkepentingan
diikutsertakan atau wakil-wakilnya yang representative dan dikerahkan untuk proses evaluasi
dalam suatu wadah "musyawarah”.
Proses evaluasi program supervisi pendidikan pada dasarnya berupa prosedur, tahapan-
tahapan, atau langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh supervisor dalam mengevaluasi
keberhasilan program supervisi pendidikan. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh
meliputi merumuskan tujuan evaluasi menyeleksi alat-alat evaluasi, menyusun alat evaluasi,
menerapkan alat evaluasi, mengolah hasil-hasil evaluasi, menyimpulkan hasil evaluasi, dan
sebagai langkah terakhir adalah follow up. Lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan langkah-
langkah tersebut satu persatu.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 5


1. Merumuskan tujuan evaluasi.
Supervisor dalam wadah tersebut pertama-tama harus menentukan bersama apa yang
hendak dicapai dalam program evaluasinya. Dalam proses yang bersifat kooperatif
dibutuhkan waktu untuk mencapai kesepakatan tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang
merupakan pedoman dan arahan dalam menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Untuk
mempermudah proses perumusan tujuan sebaiknya terlebih dahulu diadakan survey atau
penelitian sebagai usaha menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan evaluasional suatu situasi,
misalnya dengan cara:
a. metode analisa: menganalisis tujuan-tujuan umum pendidikan dan supervisi
pendidikan yang telah dituangkan dalam program supervisi pendidikan. Metode ini
digunakan untuk menganalisa kebutuhan-kebutuhan untuk mengevaluasi.
b. Metode angket: mengumpulkan pendapat-pendapat secara tertulis dari pihak-pihak
yang bersangkutan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka
menentukan kebutuhan-kebutuhan.
c. metode wawancara: menanyakan langsung secara lisan pendapat-pendapat dari pihak-
pihak yang bersangkutan mengenai kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Sehubungan dengan adanya penelitian atau survey ini kiranya perlu ada panitia khusus
atau panitia survey. Panitia ini tidak cukup hanya menyusun suatu daftar mengenai tujuan –
tujuan pokok yang hendak dicapai dalam program evaluasi supervisi pendidikan, tetapi
hendaknya tujuan –tujuan itu dirinci dan dirumuskan secara definitif agar lebih jelas sasaran
evaluasinya.

2. Penyeleksi alat-alat evaluasi


Sebenarnya alat-alat evaluasi pendidikan sangat banyak baik alat-alat yang dapat
dikelompokkan didalam teknik tes maupun teknik non tes. Tetapi tidak semua alat-alat
yang secara formal telah disusun secara terstandar dalam evaluasi pendidikan itu sesuai
dan dapat digunakan untuk setiap tujuan evaluasi program supervisi pendidikan. Oleh
sebab itu supervisor pendidikan bersama-sama stafnya perlu mengadakan pilihan atau
menyeleksi alat-alat yang sekiranya lebih cepat dan lebih baik untuk digunakan dalam
situasi tertentu.

3. Menyusun alat evaluasi


Bagi beberapa tujuan program evaluasi supervisi pendidikan alat-alat formal seperti tes,
skala penilaian atau bentuk-bentuk lainnya yang tidak sesuai walaupun telah disusun secara
terstandar. Apalagi di Indonesia alat-alat semacam itu masih sangat terbatas dan kebanyakan
masih merupakan terjemahan dari berbagai evaluasi asing.
Jika terjadi yang demikian itu supervisor pendidikan bersama stafnya harus menyusun
sendiri alat-alat evaluasi yang dibutuhkan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut,
supervisor perlu memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang betuk-bentuk tes sehingga
dapat membantu staf dan atau menyusun sendiri alat-alat evaluasi yang dibutuhkan.
Dalam proses penyusunan alat-alat evaluasi ini panitia atau penyusun hendaknya
mengajak pula pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyumbangkan ide-ide bagi
perumusan item-item (pernyataan-pernyataan/pertanyaan-pertanyaan) yang diperlukan.
Misalnya tiap guru diberi kesempatan menyatakan beberapa aspek mengenai
“kepemimpinan” jika hendak mengevaluasi tentang efektifitas kepemimpinan kepala sekolah,
atau mengenai “perasaan kelompok” jika hendak mengevalusi tentang ketrampilan-
ketrampilan ketua dalam memimpin rapat dan sebagainya.
Jika semua sumbangan pikiran itu telah diterima, harus dituangkan dalam suatu bentuk
tertentu dan diperbanyak untuk disampaikan kembali kepada guru-guru untuk dikoreksi atau

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 6


diperbaiki. Hasil terakhir setelah disempurnakan, dirumuskan dalam bentuk yang permanen
dapatlah digunakan sebagai alat evaluasi yang disusun sendiri.

4. Menerapkan alat-alat evaluasi


Alat-alat evaluasi yang telah disusun sendiri untuk menilai suatu situasi diterapkan yaitu
disebarkan kepada pihak –pihak yang bersangkutan ( sample) untuk dijawab. Semua
lembaran dikumpulkan atau dikembalikan kepada panitia secara bebas tanpa membading-
bandingkan jawaban seseorang dengan seseorang yang lain. Untuk menghindari saling
terpengaruh opini orang lain maka perlu ditandaskan bahwa pada saat memberikan jawaban/
pertimbangan supaya lepas dari pendapat orang lain.

5. Mengolah hasil-hasil evaluasi


Hasil-hasil yang diperoleh dalam evaluasi perlu diolah menurut tata cara tertentu.Dalam
hal ini kiranya perlu dibentuk suatu sub panitia khusus untuk menganalisis hasl-hasil yang
diperoleh. Adapun tata cara pengolahan biasanya meliputi kegiatan yang dimulai dari
kegiatan pemeriksaan berkas kemudian, diseleksi, diklasifikasi, dan mungkin saja perlu pula
perhitungan-perhitungan statistik seperti menghitung prosentase, men-tabulasi, dan
seterusnya. Hasil Pengolahan tersebut perlu diiterprestasikan guna memperoleh kesimpulan-
kesimpulan tertentu mengenai “sampai dimana terwujudnya tujuan” supervisi pendidikan
yang telah ditetapkan.

6. Menyimpulkan hasil-hasil Evaluasi


Tidaklah mudah mengintrepretasikan dan menyimpulkan hasil-hasil suatu kegiatan
evaluasi . Suatu sub panitia khusus dapat melakukan fungsi ini dengan baik dan efektif
apabila terpilih dari mereka yang cukup ahli untuk mengadakan analisis terhadap hasil-hasil
dan implikasi-implikasinya bagi tindakan. Supervisor dapat memanfaatkan hasil-hasil
evaluasi ini semaksimal mungkin.

7. Follow Up Evaluasi
Agar evaluasi terhadap program supervisi pendidikan bermanfaat perlu sekali dipikirkan
oleh supervisor akan tindak lanjutnya. Biasanya tindak lanjut atau follow up dari hasil-hasil
evaluasi yang diperoleh perlu sekali mendapat supervisi yang seksama dan kontinyu dari
supervisor dalam rangka pengembangan program supervisinya.

II. EVALUASI DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN

Hakekat Evaluasi
Dewasa ini banyak diakui bahwa kemajuan dan perbaikan dalam pendidikan tergantung
pada pengukuran hasil aktivitas pendidikan dan evaluasi terhadap pengukuran itu berdasar
atas kreteria atau standar tertentu. Kedua faktor tersebut yaitu pengukuran dan penilaian
memiliki interdepensi. Pengukuran berusaha menetapkan jumlah hasil pendidikan sedangkan
penilaian berusaha menetapkan harganya secara kualitatif. Begitu pula dalam supervisi
pendidikan, pengukuran dan penilaian digunakan untuk menentukan keberhasilan aktivitas
supervisi pendidikan dalam hal ini merupakan program perbaikan. Pengukuran menyangkut
penentuan jumlah perubahan yang diharapkan dalam belajar mengajar sedangkan penilaian
berkenaan dengan penentuan harga terhadap perubahan-perubahan atau hasil-hasil yang
dicapai.
Dalam merancang program evaluasi program supervisi pendidikan, supervisor harus
mempertimbangkan tiga faktor, yaitu ruang lingkup evaluasi, metode evaluasi, dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 7


penggunaan hasil evaluasi. Marilah kita bahas secara singkat faktor-faktor tersebut dengan
harapan sehingga dapat memahami secara jelas mengenai ruang lingkup yang harus
dievaluasi, metode yang dapat digunakan, dan penggunaan dari hasil evaluasi yang telah
dilaksanakan.

1. Ruang lingkup evaluasi


Ruang lingkup yang dimaksudkan disini adalah aspek-aspek apa saja yang akan
dievaluasi. Dalam mengevaluasi program supervisi pendidikan aspek-aspeknya bisa
mencakup aspek murid, guru, fasilitas dan sebagainya. Evaluasi terhadap masing-masing
aspek tersebut harus lengkap. Dikatakan evaluasi yang lengkap apabila menyangkut segala
aspek yang lengkap dan menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat dan sekolah yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan murid dan guru. Sebagai contoh jika akan mengevaluasi
pertumbuhan pendidikan murid, harus menilai kehidupan rumah tangganya, kehidupan
masyarakatnya, kehidupan sekolahnya, peralatan di sekolahnya, dan reaksinya terhadap guru.
Begitu pula jika akan mengevaluasi perkembangan guru, perlu menilai kedisiplinan guru.
Kemampuan guru mengelola kelas, status sosial ekonominya, dan sebagainya. Semakin
lengkap aspek-aspek yang dievaluasi akan semakin banyak pula informasi yang diperoleh
dari hasil evaluasi tersebut dan selanjutnya akan semakin tepat pula dalam mengambil
kesimpulan.

2. Metode Evaluasi
Memang secara tradisional skala penilaian sering digunakan sebagai instrumen atau alat
untuk menilai guru dan murid. Tetapi sebenarnya dalam evaluasi supervisi pendidikan yang
modern metode tradisional tetap digunakan tetapi juga dilengkapi dengan metode-metode
lain, yang dengan demikian hasil evaluasi yang dapat diperoleh dengan tes dapat dipadukan
dengan hasil evaluasi yang diperoleh dari metode-metode lain dengan harapan memperoleh
hasil yang maksimal. Metode-metode yang juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
supervisi pendidikan adalah catatan anekdot, catatan pertumbuhan, daftar cek, inventory,
interview. Kesemuanya dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek fisik, sosial,
emosional, status, dan pertumbuhan mental.

3. Penggunaan hasil evaluasi


Manfaat evaluasi supervisi pendidikan banyak sekali khususnya pelaksanaan supervisi
pendidikan yang harus menyusun program supervisi pendidikan. Dengan pelaksanaan
evaluasi supervisi pendidikan ini dapat memperoleh, informasi tentang kebutuhan-kebutuhan
pada diri yang dinilai, kemudian dapat dijadikan dasar merancang pengalaman-pengalaman
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Hasil evaluasi juga dapat digunakan untuk
menentukan sampai seberapa jauh tujuan-tujuan telah dicapai tujuan berikutnya. Bahkan dari
itu melalui evaluasi ini dapat juga diketahui kekuatan-kekuatan dan digunakan kelemahan-
kelemahan setiap individu. Dengan informasi ini guru dan supervisor dapat secara obyektif
merancang pengalaman belajar berikutnya.

Dasar-dasar Evaluasi
Keberhasilan supervisi pendidikan dapat dievaluasi dengan mengukur perubahan-
perubahan dan perbaikan-perbaikan yang ada pada periode waktu tertentu dalam keseluruhan
program pendidikan. William H.Burton dan Leo J Bruekner menyebutkan bidang-bidang
yang akan diubah dalam, evaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan sebagai
berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
2. Perbaikan kurikulum.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 8


3. Perbaikan praktik pengajaran, termasuk perkembangan pribadi guru.
4. Perbaikan atau peningkatan kualitas dan pemberdayagunaan kualitas materi pelajaran
dan alat bantu belajar mengajar.
5. Perbaikan hubungan sekolah dengan masyarakat.( William H.Burton dan Leo J
Bruekner, 1966,)

Selain dari perubahan-perubahan seperti diatas sebagai dasar evaluasi bisa juga
memperhatikan hal-hal lain, misalnya hasil kepemimpinan yang dicapai oleh mereka yang
bertanggung jawab atas perbaikan belajar mengajar, pengukuran terhadap tujuan-tujuan
program supervisi yang telah dicapai, aktifitas-aktifitas supervisor sehari-hari.
Untuk memperoleh data evaluasi yang lengkap perlu digali berbagai informasi. Informasi
ini bisa datang dari staf sekolah dan dokumen-dokumen yang ada disekolah.Banyak metode
yang dapat digunakan untuk mengali data ini, anatara lain dengan wawancara, observasi,
angket, dokumen bidang studi. Kelengkapan yang akan dijadikan dasar pengambilan
kesimpulan sangat penting. Makin lengkap data yang kita peroleh makin mendekati ketepatan
dalam mengambil kesimpulan.
Selain mempertimbangkan metode-metode yang akan digunakan untuk memperoleh data
yang lengkap, perlu kirannya juga mempertimbangkan pendekatan-pendekatan apa yang akan
ditempuh dalam mengevaluasi supervisi pendidikan. Pada dasarnya ada dua pendekatan yang
dapat digunakan oleh supervisi dalam mengevaluasi supervisi pendidikan, yaitu pendekatam
berdasarkan kriteria dan pendekatan yang berdasarkan norma.

1. Pendekatan evaluasi berdasarkan kriteria


Evaluasi yang menggunakan pendekatan ini mendasarkan diri pada ukuran mutlak.
Istilah lain pendekatan ini adalah “Criterion Reverence Evaluation Approach”. Pendekatan
ini menjelaskan bahwa sebelum supervisor mengadakan evaluasi ia telah menentukan
patokan atau kriteria sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan supervisi pendidikan. Patokan
ini telah dipegang teguh sebelumnya sehingga penentuan keberhasilan pelaksanaan program
supervisi pendidikan didasarkan pada patokan atau kriteria ini.
Sebagai contoh supervisor menetapkan bahwa hasil evaluasi nanti, apabila seseorang
telah mencapai skor 65 ke atas, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan supervisinya
berhasil, sedangkan apabila mencapai skor 64 ke bawah, maka dapat dikatakan Bahwa
pelaksanaan supervisinya tidak berhasil. Contoh lain misalnya supervisor membuat kelas
interval dengan skor-skor hasil evaluasinya seperti berikut ini.
a. Skor 00 - 20 adalah sangat kurang
b. Skor 21 - 40 adalah kurang
c. Skor 41 - 60 adalah cukup
d. Skor 61 - 80 adalah baik
e. Skor 81 - 100 adalah sangat baik
Begitulah seterusnya Supervisor bisa membuat bersama stafnya tentang kriteria yang
akan digunakan dalam mengevaluasi supervisi pendidikan. Tetapi yang perlu diingat oleh
supervisor adalah bahwa patokan atau kriteria telah dibuat sebelumnya terus dipegang teguh
secara murni sebab ciri itulah yang berhasil pada pendekatan evaluasi berdasarkan kriteria.

2. Pendekatan evaluasi berdasarkan norma.


Pendekatan ini disebut juga “Norm reference Evaluation Approch”. Pendekatan
menggunakan ukuran yang relatif. Hasil nilai yang diperoleh untuk aktivitas tertentu berasal
dari pengolahan skor-skor dengan norma tertentu. Pendekatan ini digunakan apabila menilai
lebih dari satu supervisor, sehingga dapat membandingkan hasil evaluasi seseorang dengan
hasil evaluasi orang lain. Dari sini dapat diketahui kedudukan seseorang dalam keseluruhan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 9


teman lainnya. Nilai seseorang belum dapat diketahui sebelum dicari rata-rata skor
kelompok, kemudian skor masing-masing orang dibandingkan dengan skor rata-rata itu.
Biasanya skor rata-rata ini digunakan untuk menentukan nilai sedang atau batas nilai
keberhasilan seperti nilai 6 dalam skala 1 – 100.
Sebagai contoh adalah sebuah evaluasi yang skor maksimalnya 50. Berarti apabila
berhasil mutlak akan mendapatkan skor 50. setelah dikumpulkan hasil penilainnya
diketemukan hasil tertinggi dan hasil terendah 20, semua skor yang diperoleh ini sesuai
dengan jumlah yang di nilai di jumlahkan yang kemudian di bagi jumlah responden yang
dinilai. Hasil pembagian tersebut adalah 23. Berarti responden yang mendapatkan skor 25
akan memperoleh nilai 6, sedangkan untuk nilai responden lainnya tinggal menyesuaikannya,
misalnya dengan membaca skala interval seperti berikut:
a. Skor 39 - 42 akan mendapatkan nilai 10
b. Skor 35 - 38 akan mendapatkan nilai 9
c. Skor 31 - 34 akan mendapatkan nilai 8
d. Skor 27 - 30 akan mendapatkan nilai 7
e. Skor 23 - 26 akan mendapatkan nilai 6
f. Skor 19 - 22 akan mendapatkan nilai 5
g. begitulah seterusnya

Contoh di atas adalah jalan termudah. Namun sebenarnya pendekatan norma dalam
penilaian dapat dilakukan melalui nilai-nilai baris skor-skor mentah, dapat melihat ranking,
Kemudian dicari mean atau rata-rata hitung serta standar deviasinya. Setelah ini ditentukan
skor standar sehingga dari skor standar ini dipindahkan ke nilai, yang menggambarkan
kualitas.
Selanjutnya ditinjau dari cara menggambarkan hasilnya ada dua cara, yaitu bisa berupa
penilaian kuantitatif dan Penilaian Kualitatif. Dengan cara penilaian kuantitatif, cara
penilaian ini hasilnya di wujudkan dalam bentuk angka-angka hasil penilaian ini sudah
menggambarkan kualitas dari apa yang telah di nilai. Jadi bukan lagi berupa skor mentah
yang baru menggambarkan hasil pengukuran yang menunjukkan frekuensi atau jumlah.
Sedangkan dengan cara penilaian ini hasilnya di wujudkan dalam bentuk pernyataan dengan
kata-kata. Misalnya: Baik, cukup kurang sangat kurang dan sebagainya. Biasanya cara
penilaian kualitatif ini akan lebih obyektif apabila didasarkan atas pengolahan data yang
berupa angka juga Sebab tidak mudah begitu saja mengatakan baik apabila tidak didasari
oleh data tertentu. Begitu pula kreteria “Baik” itu harus jelas mengapa dikatakan demikian.

Kriteria Evaluasi Program Supervisi Pendidikan


Program evaluasi harus didasarkan atas kriteria sebagai arahan untuk menentukan daya
yang harus dikumpulkan dan sebagai dasar untuk menginterpretasi data. Dalam
mengembangkan kriteria ini perhatian harus difokuskan pada faktor-faktor primer dan
ultimat, jadi bukan faktor-faktor sekunder. Hal ini dimaksudkan agar hasil evaluasi dapat
mencapai keobyektifan yang tinggi. Kriteria bisa didasarkan atas kesuksesan pengalaman
sekolah lain sebagai penentu. Hal ini dapat dilakukan dengan studi program supervisi,
penemuan-penemuan penelitian, opini para guru staf, murid-murid dan pelengkapan fisik
yang ada di masing-masing sekolah.
Secara umum evaluasi supervisi pendidikan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Harus mengukur tujuan yang ingin dicapai


Apabila tujuan supervisi pendidikan adalah demi peningkatan atau perbaikan proses
belajar mengajar, maka evaluasi program supervisi pendidikan pun harus diarahkan untuk
menilai apakah program supervisi pendidikan itu sudah mencapai tujuan atau belum.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 10


Disamping itu evaluasi supervisi pendidikan juga harus diorientasikan pada tujuan evaluasi
itu sendiri. Tujuan evaluasi itu sendiri dapat berupa identifikasi atau inventarisasi pembinaan
dan pengembangan sebagai umpan balik dan sebagai pengecekan.

2. Obyektif
Obyektif pada pembahasan ini berarti sesuai dengan kenyataan yang dilaksanakan oleh
program supervisi pendidikan. Apabila program supervisi pendidikan baik hasilnya, maka
katakanlah baik, dan apabila kurang berhasil katakanlah kurang berhasil. Keberanian
mengungkapkan adanya itulah yang menjamin keobyektifan evaluasi. Tentu saja perlu
adanya kelengkapan data dan pelibatan semua pihak dalam evaluasi. Antara penilai dan pihak
yang dinilai harus ada saling keterbukaan.

3. Lebih didasarkan atas observasi daripada hasil interpretasi.


Interpretasi adalah aktivitas memanda dan memberikan opini kepada suatu obyek. Hal ini
akan mengandung subyektifan penilai. Interpretasi dapat digunakan untuk menganalisa hasil
observasi yang berupa data.

4. Mengukur proses dan hasil


Kegiatan supervisi pendidikan selalu berproses. Hasil yang dicapai adalah terwujud dari
proses yang berlangsung sebelumnya. Hal ini sesuai dengan prinsip kontinyu dalam evaluasi
supervisi pendidikan pendidikan . Oleh sebab itu evaluasi tidak hanya dilakukan setelah hasil
supervisi pendidikan terwujud, tetapi selama proses supervisi dilakukan harus diadakan
penilaian.

5. Dilaksanakan dengan penuh kerjasama


Dalam efektivitas evaluasi supervisi pendidikan, supervisor tidak perlu berada sendiri.
Untuk menilai kegiatan atau aktivitas supervisi ia dapat bekerja sama dengan guru-guru dan
bahkan dapat juga bersama dengan murid-murid dalam porsi kecil, atau mungkin perlu juga
bekerja sama dengan supervisor lainnya. Oleh sebab itu evaluasi supervisor sendiri, tetapi
juga bekerja sama dengan orang lain. Dengan demikian data dapat diperoleh lebih lengkap
karena datang dari banyak sumber.
Suatu program evaluasi harus didasarkan pada kriteria yang merupakan petunjuk dalam
menentukan data apa yang akan dinilai dan sebagai dasar dalam mencari/menginterpretasikan
data. Dalam hal ini perhatian harus difokuskan pada masalah primer bukan pada daya yang
sekunder. Dasar pemuatan kriteria tersebut dapat didasarkan pada pengalaman-pengalaman
sekolah lain dalam rangka pelaksaaan program supervisi (supervisory program), penemuan-
penemuan studi riset, pendapat-pendapat para ahli didik, dan potensi khusus dari staf, siswa
dan perlengkapan fisik sekolah.

III. EVALUASI KEBERHASILAN GURU DALAM KONTEKS EVALUASI


PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN

Pengertian
Disadari bahwa betapa pentingnya evaluasi bagi suatu pekerjaan yang nantinya berfungsi
untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan maka dapat dikatakan bahwa tidak hanya siswa yang harus
dievaluasi, melainkan semua aspek dalam Program Supervisi Pendidikan juga mutlak
dievaluasi. Adapun aspek itu yakni: aspek personel, material, dan operasional, dan sosial.
Salah satu aspek personel ini adalah guru.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 11


Tujuan Evaluasi Keberhasilan Guru
1. Meningkatkan perhatian guru pada pengembangan profesinya.
2. Memberi kesempatan guru-guru menumbuhkan kemampuannya dan diharapkan
guru itu dapat secara kontinyu berusaha mencapai standar maksimal.
3. Membantu guru bekerja sama secara horizontal dan vertical.
4. Membantu guru dalam self corection dan kritik diri sehingga guru itu dapat
mengikuti kebaikan dan kelemahan dirinya.

Dengan demikian dapat diketahui betapa pentingnya evaluasi keberhasilan guru, selain
untuk mengetahui keberhasilan program supervisi pendidikan, juga penting bagi kepala
sekolah, guru, serta siswa.

Prinsip-prinsip dalam Evaluasi Keberhasilan Guru


Ada tujuh prinsip dalam evaluasi keberhasilan guru dalam konteks evaluasi program
supervisi pendidikan, yaitu komprehensif, kooperatif, kriteria yang valid, bersifat diagnostik,
kontinyu, obyektif, dan fungsional.
1. Dengan komprehensif, dalam evaluasi ini harus komprehensif atau menyeluruh
yakni mencakup aspek personal, professional serta sosialnya.
2. Dengan kooperatif, Kepala sekolah melibatkan semua personal dalam evaluasi ini
3. Dengan mengunakan kriteria yang Valid, sebelum evaluasi diadakan, kepala sekolah
harus menentukan dulu kreteria bagi guru yang berhasil. Lalu pada saat pelaksanaan
maka kita gunakan kreteria yang telah ada.

Dengan bersifat diagnostik, setelah evaluasi dapat diketahui kebaikan dan kelemahan
guru. Dan dari data yang ada kepala
1. sekolah harus dapat menemukan atau mendiagnosa sumber masalah.
2. Dengan kontinyu, evaluasi dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus.
3. Dengan obyektif, dalam menafsirkan hasil evaluasi harus didasarkan pada kenyataan
atau apa adanya. Bila baik dikatakan baik dan buruk dikatakan buruk.
4. Dengan fungsional, hasil evaluasi dapat digunakan untuk membina pertumbuhan
jabatan guru.

Aspek-aspek Yang Dinilai


Adapun aspek yang dinilai dalam evaluasi keberhasilan guru ini meliputi: aspek personal
guru, aspek Profesioanal guru, aspek Sosial guru. Untuk memudahkan evaluator maka ketiga
aspek itu masih dapat dijabarkan lagi sebagai berikut:
1. Aspek personal, meliputi:
a. Penampilan sehari-hari
b. Cara berbicara dan berinisiatif
c. Keseimbangan emosi
d. Keramah tamahan
2. Aspek Profesional
a. Perencanaan mengajar
b. Pada saat kegiatan belajar mengajar
c. Evaluasi pembelajaran
3. Evaluasi sosial
a. Hubungan dengan kepala sekolah baik
b. Hubungan dengan guru lain baik
c. Hubungan dengan petugas TU baik
d. Hubungan dengan petugas lainnya baik

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 12


e. Hubungan dengan murid baik
f. Hubungan dengan orang tua murid baik
g. Hubungan dengan masyarakat baik
Rincian diatas masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kemampuan supervisor

Indikator Keberhasilan Guru


Pada zaman dahulu atau tradisional penilaian terhadap pekerjaan guru bertalian
penghargaan terhadap personil. Pada umumnya bermacam-macam rumusan sudah
mengutamakan kreteria yang telah dikelompokkan menjadi:
1. Proses
Pada prinsipnya proses adalah membahas tentang evaluasi guru dan faktor-faktornya :
a. bagaimana guru merancang situasi belajar
b. berbagai macam interaksi guru dan siswa
c. analisis tingkah laku
2. Kerakteristik guru
Meliputi aspek IQ kepribadian dan atribut personal lainnya.
Dari dua nomor di atas seiring perkembangan zaman muncullah unsur yang nomor tiga.
3. Produk
Keberhasilan guru dapat dilihat perubahan tingkah laku siswa. Pada masa ini mereka
beranggapan bahwa evaluasi merupakan kegiatan akhir dari suatu proses mengajar.
Kriteria hasil pekerjaan guru menjadi salah satu ukuran pekerjaan guru yang lebih
mengutamakan jumlah dan keefektifan. Indikator keberhasilan guru dapat dikemukakan
sebagai berikut:

a. Silabus
Guru mampu menyusun silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi
dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian

1. Menyusun Rencana Program Pembelajaran


Seorang guru harus merencanakan pembelajaran untuk mempermudah PBM sehingga
lebih bermakna. Kemudian dituntut juga untuk lebih mempertimbangkan dari pelajaran
yang diberikan pada anak. Selain itu harus memiliki tujuan pembelajaran yakni memben-
tuk kepribadian anak didik dengan memberikan sejumlah materi pelajaran. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam merencanakan pelajaran, antara lain siswa sebagai orang
yang terlibat dalam situasi pembelajaran, waktu digunakan dalam pembelajaran, urutan
materi yang dibahas, rangkaian perkembangan proses berpikir dan ketrampilan yang
akan dikembangkan pada siswa, Alat peraga yang digunakan, penilaian pelajaran yang
diberikan.

2. Proses Belajar Mengajar


Keberhasilan guru dapat juga diketahui dengan melihat bagaimana sikap dan tindakan
guru dalam PBM. Adapun program PBM ini dapat dibagi menjadi:
a. Proses Belajar Mengajar Pada Umumnya
1) Apakah guru menyajikan materi pelajaran. Artinya siswa
dapat menerima penjelasan guru atau dengan kata lain apakah materi yang
diajarkan bias dipahami dengan baik maka ia dapat diketegorikan sebagai guru

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 13


yang berhasil.
2) Apakah guru mengunakan metode yang bervariasi
diketahui betapa pentingnya penggunaan metode yang bervariasi, karena hal ini
bisa mengatasi kejenuhan pada siswa dalam kegiatan belajar mengajar
3) Apakah guru mampu mengintegrasikan pengalaman
belajar dalam keberhasilannya dapat dilihat dengan seberapa jauh siswa dapat
mengikuti pembelajaran yang telah dirancang guru. Siswa dapat mengikutinya
dengan baik maka ia dapat dikategorikan guru yang berhasil.
4) Apakah guru mampu mengunakan alat bantu belajar.
b. Ketrampilan Khusus mengajar
1) Apakah: guru mampu membuka pelajaran. Disini dapat diketahui guru mampu
membuka pelajaran dengan baik atau tidak. Karena membuka pelajaran yang
baik dan benar adalah usaha guru dalam menciptakan situasi balajar yang
optimal.
2) Apakah guru atau menutup pelajaran dengan baik. Pada akhir pelajaran guru
yang berhasil dapat menutup pelajaran dengan menyimpulkan yang telah
diterangkan atau memberikan tugas-tugas sebagai langkah tindak lanjut.
3) Apakah guru mampu mengajukan pertanyaan dengan tepat. Pertanyaan dari
guru hendaknya tidak membingungkan atau menimbulkan beberapa alternatif
jawaban. Dan sebaiknya pertanyaan mengacu pada materi.
4) Apakah guru mampu memotivasi siswa. Seorang guru hendaknya dapat
mengusahakan rasa antusias siswa, sehingga mereka merasa terdorong untuk
mengikuti pelajaran.
5) Apakah guru mampu menilai siswa
6) Apakah guru mampu memberikan umpan balik dan keterampilan-keterampilan
lainnya
c. Pengelolaan Kelas
1) Apakah guru memelihara kedisiplinan. Disini guru memberi contoh disiplin
serta dapat bertingkah laku yang mencerminkan sebagai guru yang
bertanggungjawab.
2) Apakah guru memperhatikan keluhan siswa. Sedapat mungkin keluhan siswa
diperhatikan dan bersama-sama dengan siswa mencari pemecahannya.
3) Apakah guru menghargai pertanyaan siswa. Guru yang berhasil akan
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memperhatikan pertanyaan
itu.
4) Apakah guru memelihara lingkungan fisik. Guru diharapkan untuk menetralisir
suasana kegiatan belajar mengajar di kelas.
5) Apakah guru menghargai pendapat murid
6) Apakah guru menciptakan suasana kelas yang kondusif.
d. Evaluasi Hasil Belajar Siswa
1) Apakah guru mengadakan evaluasi. Guru yang dapat dikategarikan berhasil
adalah bila pada setiap satuan waktu tertentu adalah bila pada satuan waktu
tertentu mengadakankan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana materi telah
dikuasai Siswa.
2) Apakah guru mengolah hasil evaluasi. Evaluasi yang telah dilaksnakan harus
segera dikoreksi dan diolah menjadi nilai-nilai.
3) Apakah guru mengadakan follow Up. Setelah diolah akan diketahui tingkat
penguasaan siswa, sehingga dapat melihat langkah-langkah apa yang dilakukan
guru melihat hasil evaluasi ini.
e. Pendayagunaan Sumber

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 14


Hal ini berkaitan dengan ketrampilan atau kemampuan guru di dalam mengunakan
sumber-sumber yang baik disekolah maupun yang ada di lingkungan masyarakat.
Sumber belajar bagi siswa di sekolah lebih baik guru tidak mengunakan satu buku
saja, tapi melatih siswa untuk mendayagunakan sumber atau buku yang tersedia di
perpustakaan. Di samping itu lingkungan masyarakat masih banyak yang dapat
didayagunakan sebagai sumber belajar. Misalnya: museum, kebun raya, kebun
binatang, dan lain-lain.
a. Pekerjaan Siswa
Seorang guru harus memberikan pekerjaan untuk dikerjakan siswa di rumah. Yang
kemudian dikumpulkan, dikoreksi dan dikembalikan pada siswa dan dibahas
kembali soal yang tidak dapat dikerjakan siswa dengan baik.
b. Perpustakaan Kelas
Keberhasilan guru juga dapat ditentukan bagaimana ia dapat mendayagunakan
perpustakaan yang ada didalam kelas.

Langkah-langkah Evaluasi Keberhasilan Guru


1. Merumuskan Tujuan, yaitu untuk mengevaluasi aspek guru, yakni mengenai:
aspek personal, aspek professional, sspek social
2. Teknik dan Alat yang Digunakan. Teknik tes dan non tes, adapun non tes dapat
terbagi lagi dalam bentuk teknik observasi dengan slat penilaiannya berupa catatan
anekdot, skala penilaian, cek list, kamera dan tape recorder, teknik wawancara,
teknik angket
3. Menyusun Alat Evaluasi

SELF EVALUATION CHECK LIST


Guru : ………… tanggal: …………..
Evaluator : …………
Sekolah : …………
No ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
1. Aspek Personal
a. Penampilan sehari-hari
1. Kelihatan sehat
2. Berpenampilan menarik
3. Ekspresinya baik
4. Berpakaian rapi
5. Berpakaian bersih
6. Bersifat humoris
b. Cara berbicara dan berinisiatif
a. Percakapan mudah
didengar
b. Berbicara dengan
mengunakan gramatik yang benar
c. Mampu mengemukakan
ide/usul
d. Selalu berinisiatif
c. Keseimbangan emosi
1. Berpikir sebelum bertindak
2. Menerima kritik yang baik
3. Tidak mudah tersinggung
4. Memiliki ketenangan sikap

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 15


No ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
d. keramah tamahan
1. Sopan sikapnya
2. 2. Tidak sombong
3. Menghormati orang lain

Aspek professional
a. Perencanaan mengajar
1. Selalu membuat perencanaan mengajar
2. Mampu merumuskan tujuan
3. Mampu menyusun materi
4. Mampu menyusun KBM
5. Mampu memilih alat bantu mengajar
6. Mampu memilih metode dan sumber
belajar
7. Mampu menyusun alat penilaian
b. Pada saat kegiatan belajar mengajar
1. Mampu menyajikan materi belajar
mengajar
2. Mampu mengunakan alat bantu mengajar
3. Mampu mengunakan metode
4. Mampu mengintegrasikan pengalaman
siswa
5. Mampu membuka pelajaran dengan baik
6. Mampu menutup pelajaran dengan baik
7. Mampu mengajukan pertanyaan
8. Mampu memotivasi siswa
9. Menghargai pertanyaan dan pendapat
3. siswa
10. Memelihara lingkungan fisik kelas
11. Menciptakan suasana kelas yang konduktif
12. Selalu mengadakan evaluasi akhir
pelajaran
13. Mampu mengolah hasil evaluasi
14. Mampu mengadakan tindak lanjut dari
evaluasi

Aspek Sosial
1. Hubungan dengan kepala sekolah baik
2. Hubungan dengan guru lain baik
3. Hubungan dengan petugas TU baik
4. Hubungan dengan petugas lainnya baik
5. Hubungan dengan murid baik
6. Hubungan dengan orang tua murid baik
7. Hubungan dengan masyarakat baik

1. Menerapkan Alat Evaluasi


Alat evaluasi yang telah disusun, kemudian dibagikan kepada guru-guru. Caranya adalah
masing-masing guru memberikan tanda cek pada tempat yang disediakan sesuai dengan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 16


sikap secara mengajarnya saat ini. Bila benar maka kolom YA diberi tanda chek (V), dan
bila tidak sesuai beri tanda check pada kolom TIDAK.

2. Mengolah Hasil Evaluasi


Sebelum mengadakan evaluasi kita harus menentukan kriteria yang akan kita pakai,
misalnya:
0 - 40 % kurang berhasil
41 - 70 % cukup berhasil
71 - 100 % berhasil
Standar di atas yang akan kita gunakan sebagai kriteria. Instrumen diatas terdiri dari 37
item, tiap item diberi nilai untuk jawaban “YA” nilainya ……. Sedangkan untuk jawaban
“tidak” nilainya 0. Jadi item keseluruhan adalah ……. Misalnya dalam satu penilaian
guru X mengisi kolom “YA” sebanyak 25 item dan tidak sebanyak 12 item, maka ia akan
mendapat skor sbb:
X : item “ya” x nilai
= 25 x 1
= 25
Untuk mencari prosentase
X : skor mentah x 100 %
Skor ideal
= 25 x 100 %
37
= 67,5 %

3. Menyimpulkan Hasil Evaluasi


Dari hasil yang diperoleh, kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Kesimpulan:
67,5% termasuk dalam katergori Cukup Berhasil

4. Follow up
Setelah diketahui hasil evaluasi, kepala sekolah dapat melakukan tindakan-tindakan
untuk peningkatan profesi mengajar masing -masing guru.
Untuk guru yang kurang berhasil dapat diberikan :
a. Pengarahan pengarahan individual atau kelompok.
b. Saling mengunjungi kelas untuk saling belajar di antara guru.
c. Mengadakan diskusi diskusi tentang hasil evakuai.
d. Hasilnya dapat dipakai sebagai acuan dalam menyusun program supervisi
pendidikan pada periode yang akan datang.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 17


IV. EVALUASI KEBERHASILAN KEPALA SEKOLAH DALAM KONTEKS
EVALUASI PROGRAM SUPERVISI

Pengertian Evaluasi Keberhasilan Kepala Sekolah


Evaluasi keberhasilan kepala sekolah adalah pemberian estimasi (penafsiran) terhadap
keberhasilan yang dicapai oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya
sebagai administrator dan supervisor. keberhasilan kepala sekolah merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting dan merupakan salah satu indikator yang diketahui dalam
rangka memberikan estimasi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan.

Tujuan Evaluasi Keberhasilan Kepala Sekolah


Dalam melaksanakan setiap kegiatan pasti ada tujuan yang ingin dicapai, demikian pula
diadakannya evaluasi terhadap keberhasilan kepala sekolah tentu memiliki tujuan tertentu.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan Evaluasi Program Supervisi Pendidikan ini,
tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan yang ditimbulkan
oleh supervisi pendidikan yang telah dilakukan. Apakah dengan adanya program supervisi
pendidikan tersebut kepala sekolah semakin berhasil melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
kepala sekolah, atau semakin disiplin, atau moral kerjanya semakin tinggi, dan sebagainya.
Di samping dengan adanya itu tujuan yang diharapkan evaluasi keberhasilan kepala
sekolah dicapai sekolah adalah sebagai berikut:
1. Menarik perhatian kepala sekolah pada pengembangan jabatan sebagai pimpinan
pembelajaran. Evaluasi merupakan bagian yang pengembangan jabatan sekolah.
2. Memberikan kesempatan kepada kepala sekolah dalam menumbuhkan
kompetensinya. Evaluasi yang dilakukan secara kontinyu dan obyektif mernberikan
kesempatan kepada kepala sekolah yang bersangkutan untuk mengetahui
kemampuannya sehingga diharapkan kepala sekolah yang bersangkutan dapat secara
kontinyu bersama mencapai standart yang maksimal.
3. Membantu usaha kepala sekolah dalam mengadakan kerja sama yang baik secara
horizontal maupun vertikal.
4. Membantu kepala sekoIah mengadakan Self Corection dan kritik diri sehingga
kepala sekolah, itu dapat mengetahui kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan
dirinya.
Dengan demikian evaluasi keberhasilan kepala sekolah amatlah penting. Dalam rangka
mengetahui keberhasilan program supervisi pendidikan juga penting bagi guru-guru dan
murid-murid. Manfaat evaluasi keberhasilan kepala sekolah adalah dapat mengetahui
pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor.

Pentingnya Evaluasi Keberhasilan Kepala Sekolah


Evaluasi terhadap keberhasilan kepala sekolah mutlak dilaksanakan karena bisa dilihat
sejauh mana keberhasilan pelaksanaan tugas seorang kepala sekolah, baik sebagai
administrator maupun supervisor. Evaluasi keberhasilan kepala sekolah dilaksanakan secara
kontinyu sesuai dengan prinsip awal sebelumnya. Jika pelaksanaan tugas kepala sekolah
tanpa ada kegiatan evaluasi maka hanya akan berjalan terus tanpa ada berhentinya tidak ada
terminal untuk perbaikan untuk pelaksanaan tugas kepala sekolah penyempurnaan
peningkatan profesional. Dari uraian di atas jelas bahwa evaluasi keberhasilan kepala sekolah
mutlak diperlukan memberikan estimasi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 18


Ruang Lingkup Evaluasi Keberhasilan Kepala Sekolah
Secara global atau garis besarnya untuk melaksanakan tugasnya seorang pimpinan
sekolah. Seorang kepala sekolah harus memiliki 3 kemampuan. Pertama seorang kepala
sekolah harus memiliki kepribadian yang baik, kedua harus memiliki kemampuan di bidang
profesinya, ketiga seorang kepala sekolah harus mengadakan hubungan sosial (Human
Relation Ship).
Kepala sekolah sebagai administrator memegang peranan yang menentukan dalam
mensukseskan program supervisi pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Ia merupakan
penentu bagi kelancaran atau kemacetan perwujudan program supervisi di sekolah yang
dipimpinnya. Evaluasi terhadap keberhasilan kepala sekolah mengenai segi-segi personalitas,
profesional, dan sosial. Masing-masing aspek tersebut di atas dapat dirinci lagi sehingga
dapat merekam segala kepala sekolah. Rincian tersebut antara lain:
1. Aspek Personal
a. Penampilan sehari-hari
1) Apakah dia kelihatan sehat
2) Apakah penampilannya menarik
3) Bagaimanakah ekspresinya
4) Apakah selalu berpakaian rapi
5) Apakah berpakaian bersih
6) Apakah humoris.
b. Cara Berbicara dan Berinisiatif
1) Apakah percakapannya mudah didengar
2) Apakah bicara dengan gramatikan yang benar.
3) Apakah mampu mengemukakan ide.
4) Apakah selalu berinisiatif.
c. Keseimbangan Emosi
1) Apakah selalu bertindak.
2) Apakah memepertimbangkan bila akan menerima kritik.
3) Apakah mudah tersinggung.
4) Apakah dia perasa.
5) Apakah memiliki ketenangan sikap.
d. Keramah-tamahan
1) Apakah menunjukkan sikap sombong.
2) Apakah ramah tamah.
3) Apakah menghormati orang lain.
2. Aspek Sosial
a. Bagaimana hubungan dengan tata usaha, kepala sekolah dengan guru, kepala
sekolah dengan petugas
b. Bagaimana hubungan dengan murid, hubungan dengan orang tua murid
c. Bagaimana hubungan kepala sekolah dengan masyarakat
d. Bagaimana hubungan kepala sekolah dengan orang lain
e. Bagaimana hubungan kepala sekolah dengan atasan (pemilik sekolah).
3. Aspek Profesional
a. Sebagai Supervisor
b. Sebagai Administrator

Teknik Penilaian Keberhasilan Kepala Sekolah

1. Teknik Evaluasi yang diterapkan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 19


Ada beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan dalam evaluasi keberhasilan kepala
sekolah, antara lain:
a. Teknik observasi
b. Teknik wawancara
c. Teknik angket
Dari ketiga teknik tersebut menggunakan teknik angket.
Teknik angket dalam evaluasi keberhasilan kepala sekolah dapat bersifat langsung yaitu
diberikan secara langsung kepada kepala sekolah yang dievaluasi, maupun tidak langsung
yaitu diberikan kepada orang lain yang dianggap mengetahui sepenuhnya tentang kepala
sekolah yang akan dievakuasi, misalnya pemilik sekolah, guru guru, staf non guru, dan
sebagainya.

2. Instrumen Penilaian
Check List
NO
ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
.
1. Aspek personal
a. Penampilan sehari-hari
1) Apakah Anda kelihatan sehat V
2) Apakah Anda berpenampilan menarik. V
3) Apakah Anda berpakaian rapi. V
4) Apakah Anda berpakaian bersih. V
5) Apakah Anda bersifat humoris. V
b. Cara berbicara dan berinisiatif.
1) Apakah pembicaraan Anda mudah didengar. V
2) Apakah Anda berbicara dengan gramatikal
V
yang benar.
3) Apakah Anda selalu berinisiatif. V
c. Keseimbangan emosi
1) Apakah Anda selalu memper -timbangkan
V
bila akan bertindak.
2) Apakah Anda bisa menerima kritik dengan
V
baik.
3) Apakah Anda tidak mudah tersinggung. V
4) Apakah Anda selalu tenang dalam setiap si-
V
tuasi.
d. Sikap ramah-tamah
1) Apakah Anda selalu bersikap sopan. V
2) Apakah Anda menghormati orang lain. V
3) Apakah Anda tidak sombong. V
2. Aspek Profesional I
a. Sebagai supervisor
1) Apakah Anda selalu membantu guru dalam
V
proses belajar mengajar.
2) Apakah Anda selalu membantu guru yang
V
menghadapi problema.
b. Sebagai Administrator
1) Apakah Anda mampu menyusun jadwal V
pelajaran pertahun.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 20


NO ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
.
2) Apakah Anda menguasai GBBP untuk tiap
V
bidang studi.
3) Apakah Anda mampu menyusun program
V
sekolah untuk satu tahun.
4) Apakah Anda mampu merencanakan
V
pembagian tugas-tugas guru/staf.
5) Apakah Anda mampu mengusulkan formasi
V
pengangkatan guru.
6) Apakah Anda mampu mengusulkan kenaikan
V
pangkat anggota staf.
7) Apakah Anda menyelenggarakan urusan
V
pemberhentian staf sekolah.
8) Apakah Anda meneliti dan mencatat hadir
V
tidaknya siswa
9) Apakah Anda mampu merencanakan
V
penerimaan murid baru
10) Apakah Anda mampu meng atur mutasi
V
murid
11) Apakah Anda mampu mengatur laporan
V
kemajuan belajar murid
12) Apakah Anda mampu mengatur organisasi
V
murid.
13) Apakah Anda mampu mengatur masalah
V
disiplin siswa
14) Apakah Anda mampu mengelola sarana dan
V
prasarana sekolah.
15) Apakah Anda mampu mengelola keuangan
V
sekolah.
16) Apakah anda mampu mengatur pameran se-
V
kolah
17) Apakah Anda mampu mengatur penerbitan
V
buletin sekolah.
3. Aspek Sosial
1. Apakah hubungan Anda dengan pemilik
V
sekolah baik.
2. Apakah hubungan Anda dengan guru-guru
V
baik.
3. Apakah hubungan Anda dengan petugas TU
V
baik.
4. Apakah hubungan Anda dengan petugas BP
V
baik.
5. Apakah hubungan Anda dengan pesuruh
V
baik.
6. Apakah hubungan Anda dengan murid-murid
V
baik.
7. Apakah .hubungan Anda dengan orang tua
V
murid masyarakat baik

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 21


3. Mengolah Hasil Evaluasi
Terlebih dahulu ditentukan kriterianya untuk bisa menentukan apakah kepala sekolah
tersebut berhasil dengan predikat baik sekali, baik, atau hanya cukup. Untuk menentukan
tingkat keberhasilan kepala sekolah kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
Skor 81 - 100 adalah baik sekali
Skor 61 - 80 adalah Baik
Skor 41 - 60 adalah Cukup
Skor 21 - 40 adalah Kurang
Skor 00 - 20 adalah kurang sekali

Pada instrumen di atas ada 50 item yang harus dijawab oleh kepala sekolah. Setiap item
tersebut diberi skor 2 apabila dijawab Ya dan diberi skor 0 apabila dijawab tidak, jadi skor
maksimal (apabi13 dijawab ya semua) adalah 100. Dari instrumen di atas, kepala sekolah
menjawabnya sebanyak 40 sedang yang dijawab tidak sebanyak 10 item. Dengan demikian
skor yang dicapai kepala sekolah tersebut 40 x 2 = 80. Berdasarkan kriteria di atas, berarti
tingkat keberhasilan kepala sekolah tersebut adalah baik. Cara pengolahan ini hanya bisa
diketahui tingkat keberhasilan kepala sekolah secara keseluruhan, tetapi belum bisa
mengetahui keberhasilan masing-masing aspek.

Follow Up
Hasil instrumen yang diperoleh diolah menjadi nilai untuk mengetahui tingkat
keberhasilan seorang kepala sekolah. Instrumen itu dapat dijadikan patokan untuk mengukur
dan memperbaiki kekurangannya. Jadi yang telah baik ditingkatkan dan yang kurang baik
diperbaiki menurut dasar kriteria supervisi yang baik. Akhirnya tindak lanjut ini berupa:
1. Kepala Sekolah mengadakan pertemuan secara berkelompok atau perorangan untuk
membicarakan tentang hasil evaluasi. Terutama hambatan-hambatan yang dihadapi
guru dalam melaksanakan tugasnya.
2. Dalam usahanya, kepala sekolah harus memperhatikan hasil evaluasi yang lalu
untuk lebih meningkatkan program supervisi pendidikan selanjutnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 22


Daftar Rujukan

Adams, H. P. dan Dicky, F.G. 1959. Basic Principles of Supervision, New York : American
Book Company.
Briggs, Thomas H. and Joseph Justman, 1954. Improving Instruction Through Supervision,
New York: The Nac Milland Company.
Burton, William H. and Lee J. Brueckner, 1959. Supervision, New York : Appleton Century-
Croft, Inc.
Elsbree, Willand S. , Harold J. Mc. Nally and Richard Wyne, 1967. Elementary School
Administration and Supervision, Third Edition, New York American Book Company.
Kimball Wiles, John T. Lovell, 1983, Supervisor for Better Schools, Disadur oleh J.F.
Tahalele Prof. Malang: Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran Proyek
Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi IKIP Malang.
Lucia, William H. and John D. Mc. Neil, 1969. Supervision A Synthesis of Thought and
Action, Second Edition, New York : Mc. Graw Hill Book Company.
Me Nerney, Ch. T., 1951. Education Supervision. New Mc. Graw Hill Book Company.
Soetopo, Hendayat dan Wasty Soetanto. 1983. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
Jakarta: Bina Aksara.
Soetopo, Hendyat. Jilid I. 1992. Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Malang: Proyek
Operasi dan Perawatan Fasilitas IKIP MALANG.
Soetopo, Hendyat. Jilid II. 1992. Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Malang: Proyek
Operasi dan Perawatan Fasilitas IKIP MALANG.
Soetopo, Henyat dan Wasty Soemanto, 1982. Pengantar Operasional Administrasi
Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Wiles, Kimball, 1967. Supervision of Better Schools, Third Edition, New York: Prentice Hall
Inc., Englewood Cliffs

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 23

Anda mungkin juga menyukai