Anda di halaman 1dari 19

1.

Estimasi heritabilitas
Ada tiga metode untuk mengestimasi heritabilitas: metode
regresi tetua anak, metode pola satu arah, dan metode
rancangan tersarang (nested design)
1.1 Metode regresi tetua anak
Metode ini membutuhkan data dua generasi, harus ada data
tetua dan data anak. Contoh: bila akan mengestimasi
heritabilitas bobot sapih pada sapi perah, harus ada data bobot
sapih dari sejumlah pejantan yang ada dalam suatu kelompok
dan bobot sapih dari keturunan pejantan-pejantan tersebut.
Metode ini digunakan pada ternak unipara (beranak satu ekor
dalam satu kelahiran). Pola reproduksinya: pada suatu populasi
setiap pejantan mengawini sejumlah induk, dan dari setiap induk
melahirkan satu anak.
Rumus untuk menghitung heritabilitas adalah sebagai berikut:
xy
h2 = 2b = 2
-----
x2

Nilai b adalah regresi anak terhadap tetuanya, didapat dari:

cov xy xy
b = --------- = -----
2 x x2
xy XY (((X)(Y))/N)
cov xy = ------- = -----------------------------
N1 N-1

x2 X2 - (X)2
2
x = ------- = -----------------
N-1 N-1
N = jumlah pasangan tetua-anak

(X)(Y)
xy = XY - -------------
N

(X)2
x2 = X2 - ------- dan
N

(Y)2
y2 = Y2 - -------
N
Contoh penghitungan estimasi heritabilitas untuk sifat
bobot badan umur satu tahun pada sapi jawa.

Tabel 4.2. Bobot badan tetua dan anak sapi jawa


umur satu tahun
No Bobot badan umur satu tahun (kg)
. Tetua (X) Anak (Y) XY X2
1 145 156 22620 21025
2 136 166 22576 18496
3 139 159 22101 19321
4 138 164 22632 19044
5 143 154 22022 20449
6 150 169 25350 22500
7 149 168 25032 22201
8 152 156 23712 23104
9 160 141 22560 25600
10 145 159 23055 21025
11 158 168 26544 24964
12 153 168 25704 23409
13 132 148 19536 17424
14 140 151 21140 19600
15 156 172 26832 24336
16 147 166 24402 21609
17 163 164 26732 26569
18 160 154 24640 25600
2666 2883 427190 396276
(Sumber: Kurnianto, 2010)

N = 18; X = 2666; Y = 2883; XY = 427190; X2 = 396276

(2666)2
2
x = 396276 - -------- = 1411,78
18
(2666)(2883)
xy = 427190 - ----------------- = 185,57
18
xy 185,57
Koefisien regresi (b) = ------ = ----------- = 0,13
x2 1411,78

Heritabilitas (h2) = 2b = 2(0,13) = 0,26

1.2 Metode pola satu arah


Seperti pada metode regresi tetua-anak, metode pola satu
arah juga digunakan pada unipara. Berdasarkan jumlah anak per
pejantan metode ini dibedakan menjadi dua yaitu desain
seimbang dan desain tak seimbang.

b.1.Desain seimbang
Pada metode ini heritabilitas dihitung dengan menggunakan
analisis ragam pola satu arah. Heritabilitas diestimasi dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
4S2
2
h = ------------
S2 + W2

S2 = (KTS KTW)/k

W2 = KTW

KTS = kuadrat tengah antar pejantan;


KTW = kuadrat tengah antar anak dalam pejantan
k = koefisien jumlah anak per pejantan, besarnya sama dengan
ni
Tabel 4.3. Analisis ragam penghitungan
heritabilitas
Kuadrat
Kuadrat
Sumber Derajat Jumlah tengah
tengah
keragaman bebas (db) kuadrat (JK) harapan
(KT)
(KTH)
2
Faktor FK = (Y..) /n.
1
koreksi (FK)
Antar JKS = KTS =
2
pejantan Yi . JKS/dbS W2 +
S-1
(S) ---- - FK k1 S2
i ni
Antar anak n. - S
dalam JKw = KTW =
pejantan Y2 W2
(W) i. JKW/dbW
Yik2 -----
i i i ni
Keterangan:
S = jumlah pejantan
ni = jumlah anak dari pejantan ke-i
n. = jumlah total anak
Yik = data individual dari pengukuran pada individu ke k
keturunan pejantan ke-i.
Yi. = jumlah nilai data dari pejantan ke-i
Y.. = jumlah total nilai dari seluruh data

Contoh
Contoh penghitungan heritabilitas bobot lahir pada sapi
potong dengan menggunakan metode pola satu arah.
Pada suatu peternakan sapi potong, enam pejantan dikawinkan
dengan sepuluh betina . Data bobot lahir dari anak-anaknya
disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Bobot sapih sapi potong dari enam tetua jantan
dan sepuluh
tetua betina
No.
Pejantan
Urut
Anak I II III IV V VI
1 32.1 33.9 32.8 32.0 32.9 33.0
2 33.5 31.8 32.0 33.5 29.2 32.0
3 32.8 32.2 31.7 33.1 32.0 31.4
4 31.9 32.4 31.0 32.9 33.8 30.8
5 32.8 32.5 29.8 31.6 31.2 30.2
6 34.0 31.8 32.9 32.9 31.4 31.2
7 33.5 31.2 31.0 31.8 30.8 30.1
8 32.7 32.9 32.0 33.8 31.8 29.9
9 31.1 33.9 32.2 32.0 32.2 32.6
10 32.8 32.1 31.9 32.1 32.3 33.1
Yi. 327.2 324.2 317.3 325.7 317.6 315.2

(Sumber: Kurnianto, 2010)

Y.. = 32,1 + 33,9 + .. + 32,6 + 33,1 = 1926,8


n. = 6 x 10 = 60; ni = k1 = 10

Yik2= 61943.88
i i
Menghitung Jumlah Kuadrat
Faktor Koreksi (FK) = (Y..)2/n. = (1926,8)/60 = 61875.97
Yi.2
Jumlah kuadrat antar pejantan (JKS) =
---- - FK
i ni
= ((327,2)2/10 + +
(315,2)2/10) - 61875.97
= 61890.4 - 61875.97 =
14,43

Yi.2
Jumlah kuadrat antar anak dalam pejantan (JKw) = Yik2 -----
i i
i ni

= 61943.88 -
61890.4 = 53,48

Kuadrat tengah antar pejantan (KTS) = JKS/dbS = (14,43)/5 =


2,86

Kuadrat tengah antar anak dalam pejantan (KTW) = JKW/dbW


= (53,48)/54 =
0,99
Analisis ragam hasil perhitungan :
Tabel 4.5. Analisis ragam hasil penghitungan data
dari Contoh 4.1.
Kuadra Kuadrat
Derajat
Sumber Jumlah kuadrat t tengah
bebas (d
keragaman (JK) tengah harapan
b)
(KT) (KTH)
Faktor 61875.97
1
koreksi (FK)
Antar JKS =14,43 KTS = W2 +
61=5
pejantan (S) 2,86 k1 S2
Antar anak
dalam JKw = 53,48 KTW = W2
60 6 =
pejantan 0,99
54
(W)

Penghitungan ragam:
W2 = KTW = 0,99
S2 = (KTS - KTW)/k = (2,86 0,99)/10 = 0,187
Nilai estimasi heritabilitas (h2) = 4 S2 / (S2 + W2) = 4(0,187)/
(0,187 + 0,99)
= 0,748/1,777 = 0,635 atau 0,64
Nilai h2 untuk bobot sapih sapi potong 0,64 ; termasuk
heritabilitas yang tinggi.
b.2. Desain tak seimbang
Pada desain seimbang asumsinya adalah tiap perkawinan
antara pejantan dengan induk menghasilkan anak (anak satu).
Pada kenyataannya belum tentu di tiap perkawinan
menghasilkan anak. Pada kondisi yang demikian untuk
mengestimasi besarnya heritabilitas digunakan desain tak
seimbang. Metode ini pada dasarnya mirip dengan desain
seimbang, bedanya pada metode ini k1 tidak sama dengan ni.
Untuk menghitung k1 digunakan rumus sebagai berikut:
1 ni2
k1 = ------ (n. - ----
S-1 n.

1.3. Metode rancangan tersarang


Metode ini dapat digunakan untuk ternak multipara seperti
ayam, babi, kelinci. Pada metode ini ada beberapa pejantan.
Setiap pejantan mengawini beberapa betina. Dari hasil
perkawinan dihasilkan beberapa anak.

c.1. Desain seimbang


Nilai heritabilitas untuk suatu sifat dipilah untuk induk dan
untuk pejantan.
Rumus yang digunakan untuk mencari heritabilitas adalah
sebagai berikut:

hS2 = 4S2/
( S2 + D2 + W2)
hD2 = 4D2/
( S2 + D2 + W2)

W2 = KTW
D2 = (KTD KTW)/k1
S2 = (KTS (KTW + k2) D2)/k3
k1 = k2 = koefisien jumlah anak per induk; besarnya sama
dengan nij
k3 = koefisien jumlah anak per pejantan; besarnya sama
dengan ni.
Tabel 4.6. Analisis ragam penghitungan nilai heritabilitas
dengan metode
rancangan tersarang
Sumber Derajat Jumlah kuadrat (JK) Kuadra Kuadr
keragam bebas ( t at
an db) tengah tenga
(KT) h
harap
an
(KTH)
Faktor
koreksi 1 FK = (Y)2/n..
(FK)
Antar JKS = W2 +
KTS =
pejantan Yi..2 k 2 D 2
S-1 JKS/dbS
(S) ---- - FK +
i ni. k2 S2
Antar JKD =
induk Yi..2
KTD =
dalam W2 +
D-S
pejantan Yij.2 ----- k 1 D 2
JKD/dbD
(D) i j i ni.

Antar
anak JKw =
dalam Yij.2 KTW =
n.. - S 2
induk Yijk -----
W2
(W) i j k i j nij JKW/dbW

Keterangan:
S = jumlah pejantan
D = jumlah induk
nij = jumlah anak dari induk ke-j
ni. = jumlah total anak dari pejantan ke-i
n.. = jumlah total anak
Yijk = data individual dari pengukuran pada individu ke-k, hasil
keturunan dari
induk ke-j, yang dikawini oleh pejantan ke-i.
Yij. = jumlah nilai data dari induk ke-j yang dikawini oleh pejantan
ke-i
Yi.. = jumlah nilai data dari pejantan ke-i
Y... = jumlah total nilai dari seluruh data

Contoh Soal
Pada suatu pusat penelitian ternak akan diestimasi heritabilitas
bobot telur. Dalam penelitian tersebut diambil sampel lima ekor
pejantan. Masing-masing pejantan dikawinkan dengan tiga ekor
induk. Dari hasil perkawinan masing-masing induk menghasilkan
telur tetas. Dalam penelitian tersebut dari masing-masing induk
diambil lima butir secara acak. Telur-telur tersebut ditimbang.
Data bobot telur disajikan dalam Tabel 4.7. Berdasarkan data
bobot telur tersebut harap dihitung heritabilitas dari bobot telur.
Tabel 4.7. Data pejantan, induk, dan bobot telur
Pjtn Indu
Bobot telur dalam gram
. k Yij. Yi..
(i) (j) (k)
62,
1 61,6 62,0 62,3 61,0 310,0
2
62,
I 2 61,9 62,7 63,1 62,4 312,2
1
62,
3 62,1 61,9 61,8 62,6 311,0
6
933,2
62,
4 62,6 62,3 61,1 61,6 310,3
7
62,
II 5 62,1 62,5 61,8 61,8 310,4
1
60,
6 61,8 62,4 62,6 61,7 309,4
9
930,1
60,
7 60,3 61,8 61,5 61,6 306,0
8
60,
III 8 61,5 61,9 62,2 62,5 308,6
5
60,
9 62,8 63,2 61,8 61,4 310,1
9
924,7
62,
10 63,2 62,9 62,7 63,1 314,2
3
62,
IV 11 62,4 61,2 62,1 62,0 310,5
8
63,
12 62,8 61,9 62,6 62,8 313,2
1
937,9

(Sumber: Kurnianto, 2010)

Y = 3725,9
S=4
D = 12
nij = 5
ni. = 15
n.. = 60
k1 = k2 = 5
k3 = 15
Yijk2 = 231398,27
i j k
Penghitungan Jumlah Kuadrat:
Faktor koreksi (FK) = (Y)2/n.. = (3725,9)2/60 = 231372,18
Yi..2
Jumlah kuadrat antar pejantan (JKS) =
---- - FK
ni.
i
= ((933,2) /15 + (930,1) /15 + (924,7)2/15 +
2 2

(937,9)2/15) - 231372,18
= 231378,32 231372,18 = 6,14
Yij.2
2
Y
i..
Jumlah kuadrat antar induk dalam pejantan (JKD) = ---- - ----
i j nij i
ni.

= ((310,0)2/5 + (312,2)2/5 +
2
+ (313,2) /5) - 231378,32
= 231382,11 - 231378,32 = 3,79

Yi.2
Jumlah kuadrat antar anak dalam induk (JKw) = Yijk2 -----
i j k i j ni

= 231398,27
231382,11 = 16,16

Penghitungan Kuadrat Tengah:


Kuadrat tengah antar pejantan (KTS) = JKS/dbS = 6,14/(4-1) =
0,788
Kuadrat tengah antar induk dalam pejantan (KTD) = JKD/dbD
= 3,79/(12-4)
= 0,47
Kuadrat tengah antar anak dalam induk (KTW) = JKW/dbW
= 16,16/(60 12)
= 0,34

Tabel 4.8. Analisis ragam hasil penghitungan data dari


Contoh 4.2
Kuadrat
Sumber Derajat Kuadrat
Jumlah tengah
keragama bebas (d tengah
kuadrat (JK) harapan
n b) (KT)
(KTH)
Faktor
FK =
koreksi 1
231372,18
(FK)
Antar KTS = W2 +
pejantan 4 1 = 3 JKS = 6,14 2,05 k 2 D 2 +
(S) k3 S2
Antar 12 4 = JKD = 3,79 KTD = W2 + k1 D2
induk
dalam
8 0,47
pejantan
(D)
Antar
anak 60 12 KTW =
JKw = 6,16 W2
dalam = 48 0,34
induk (W)

Penghitungan ragam:
W2 = KTW = 0,34
D2 = (KTD KTW)/k1 = (0,47 0,34)/5 = 0,026
S2 = (KTS (KTW + k2 D2)/k3 = (2,05 (0,34 + (5(0,026)))/15 =
0,105
Nilai heritabilitas :
hS2= 4 S2 / (S2 + D2 + W2)
= 4(0,105)/(0,105 + 0,026 + 0,34) = 0,89
hD2= 4 D2 / (S2 + D2 + W2)
= 4(0,026)/(0,105 + 0,026 + 0,34) = 0,22

c.2. Desain tak seimbang


Kondisi penelitian seperti di atas pada umumnya sulit untuk
didapat. Jarang bisa didapat masing-masing pejantan mengawini
betina dengan jumlah yang sama. Begitu pula sulit mendapatkan
sejumlah betina dengan jumlah yang sama. Untuk
mengantisipasi hal tersebut untuk mengestimasi nilai
heritabilitas telah disediakan metode desain tak seimbang.
Desain tak seimbang pada dasarnya sama dengan desain
seimbang. Perbedaannya terletak pada penghitungan koefisien-
koefisien (k1, k2, dan k3). Rumus-rumus untuk menghitung
koefisien-koefisien adalah sebagai berikut:
nij2
j
k1 = (n.. ------ ) dbD
i ni.

nij2 nij2
j i j
k2 = (------ ------ ) dbS
i ni. n..
ni.2
j
k3 = (n.. ------ ) dbS
n..
Agar metode desain tak seimbang ini lebih dapat dipahami
berikut disajikan contoh penghitungannya. Pada Tabel 4.9
disajikan data pejantan, jumlah induk yang dikawini dan jumlah
anak per induk. Berdasarkan data pada tabel tersebut diestimasi
besarnya nilai heritabilitas.

Tabel 4.9. Data pejantan, jumlah induk yang


dikawini dan
jumlah anak per induk
Jumlah
Jumlah anak Jumlah anak
Pejanta induk yang
per induk per pejantan
n dikawini
( nij) ( ni.)
pejantan
I 4 3, 6, 5, 8 22
II 6 5, 7, 4, 7, 6, 8 37
III 5 7, 5, 2, 4, 5 23
IV 3 8, 4, 6 18
V 5 2, 5, 1, 5, 4 17
VI 4 3, 7, 2, 8 20

(Sumber: Kurnianto, 2010)

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui:


n.. = jumlah anak semua = 137
S = jumlah pejantan =6
D = jumlah induk = 27
dbS = derajat bebas antar pejantan = 6-1 = 5
dbD = derajat bebas antar induk dalam pejantan = 27-6 =
21
Dari data yang ada selanjutnya dapat dihitung ketiga koefisien
tersebut.
nij2
j
k1 = (n.. ------ ) dbD
i ni.

32 + 62 + 52 + 82 32 + 72 + 22 + 82
= (137 ((-------------------- ) + . + (---------------------)))/21 =
4,87
22 20

nij2 nij2
j i j
k2 = (------ ------ ) dbS
i ni. n..
32 + 62 + 52 + 82 + .. + 22 + 82
= ((34,64 - ------------------------------------------------))/5 = 5,75
137

ni.2
j
k3 = (n.. ------ ) dbS
n..
222 + 372 + 232 + 182 + 172 + 202
= ((137 - ------------------------------------------))/15 = 22,44
137
Ketiga nilai k hasil penghitungan dimasukkan ke dalam rumus-
rumus penghitungan Jumlah Kuadrat (JK), Kuadrat tengah (KT),
analisis ragam, dan penghitungan ragam. Dari ragam yang
didapat dilakukan estimasi heritabilitas.

2. Korelasi Genetik
Ternak memiliki beberapa sifat yang bernilai ekonomis.
Sifat-sifat tersebut ada yang saling berhubungan atau
berkorelasi, ada pula yang tidak saling berhubungan. Korelasi
antar sifat atau korelasi fenotipe dapat disebabkan oleh faktor
genetik, faktor lingkungan atau keduanya. Bentuk hubungan
antar sifat-sifat tersebut ada yang positif, adapula yang
negatif. Pada bentuk hubungan yang positif, bila suatu sifat
ditingkatkan penampilannya lewat seleksi, sifat yang lain juga
akan meningkat pula penampilannya. Contoh: seleksi untuk
meningkatkan penambahan bobot badan per hari pada sapi,
akan meningkatkan pula efesiensi pakan. Pada bentuk hubungan
yang negative, peningkatan penampilan suatu sifat akan
menurunkan penampilan sifat yang lain. Contoh: seleksi untuk
meningkatkan produksi susu akan berakibat menurunkan kadar
lemak susu. Selain bentuk hubungan, ada pula tingkat keeratan
hubungan. Ada tiga tingkat keeratan hubungan: rendah, sedang,
dan tinggi.
Ripitabilitas
Parameter ketiga sesudah korelasi genetik adalah
ripitabilitas, yang menggambarkan adanya tingkat hubungan
antar ukuran suatu sifat pada individu ternak yang sama yang
diukur lebih dari satu kali pada waktu yang berbeda. Contoh:
hubungan antara besar liter pada kelahiran pertama dengan
kelahiran berikutnya, hubungan antara rata-rata banyaknya
produksi susu pada suatu masa laktasi dengan masa-masa
laktasi berikutnya, hubungan antara rata-rata banyaknya
produksi wol pada pencukuran pertama dengan pada
pencukuran-pencukuran berikutnya.
Pada produksi susu, efek gen-gen yang mempengaruhi produksi
susu pada seekor sapi perah pada laktasi pertama diasumsikan
akan mempengaruhi produksi susu pada laktasi berikutnya.
Seperti halnya heritabilitas, ripitabilitas juga didefinisikan
sebagai rasio dari komponen ragam. Tetapi rasio tersebut
tergantung pada keragaman lingkungan. Ada dua pengaruh
lingkungan (E): pengaruh lingkungan permanen (PE) dan
pengaruh lingkungan temporer (TE) . Contoh: pemberian pakan
yang berkualitas jelek pada calon sapi perah akan berpengaruh
pada pertumbuhan jaringan pembuat air susu. Ini akan
berpengaruh permanen pada produksi air susu. Sedangkan
gangguan sesaat pada waktu sapi diperah susunya sehingga
produksinya sedikit adalah pengaruh lingkungan yang temporer.
Begitu gangguan tersebut tidak ada pada pemerahan berikutnya
produksi susu akan kembali seperti semula.
Dalam bahasa matematika: E = PE + TE
Keragaman lingkungan juga dibagi dua:
2E = 2PE + 2TE
Sehingga : P = 2G + 2PE + 2TE
2

Ripitabilitas (r) adalah rasio:


2G + 2PE
r = -----------------------------
2G + 2PE + 2TE

Ripitabilitas berguna untuk memprediksi produksi ternak


untuk masa produksi mendatang. Contoh: produksi susu pada
masa-masa laktasi mendatang dapat diprediksi dengan memiliki
catatan rata-rata produksi (record) susu pada masa laktasi
pertama dan catatan rata-rata produksi pada masa laktasi
berikutnya

Tabel 4.12. Nilai ripitabilitas pada beberapa spesies


ternak

Ripitabilita
Spesies
Sifat ternak s
ternak
(%)
Sapi potong Berat lahir 20 30
Berat sapih 30 50

Sapi perah Produksi susu 40 60


Persen lemak susu 50 75
Jarak beranak 5 10
Service per conception 5 10

Kambing Produksi susu 40 70


perah
Persen lemak susu 60 -80

Kerbau perah Produksi susu 35 50


Jarak beranak 0 10

Domba Jumlah anak sepelahiran 30 40


Jumlah anak saat sapih 6 10
Bobot lahir 30 -40
Laju kenaikan bobot badan hingga 35 40
disapih
Bobot wool 30 50
Kehalusan, panjang serat, keriting 50 80

Babi Jumlah anak sepelahiran 10 15


Jumlah dan bobot anak saat sapih 5 15

Unggas Produksi telur (ayam yang sama 60 80


dalam periode telur yang berurutan)
Kualitas telur (pada hari yang
berbeda, dalam periode telur yang
sama)
Bobot telur 80 -90
Bentuk telur 80 90
Ketebalan kerabang 60 80

(Sumber: Warwick, dkk., 1984)

4.5.1. Estimasi Ripitabilitas


Metode pengestimasian ripitabilitas berdasarkan banyaknya kali
pencatatan, ada yang dua kali pencatatan, ada pula yang tiga
kali pencatatan. Untuk yang dua kali pencatatan untuk
mengestimasi ripitabilitas digunakan korelasi antar kelas
(interclass correlation), sedangkan yang tiga kali pencatatan
digunakan korelasi dalam kelas (intraclass correlation).

a. Korelasi antar kelas


Pada metode ini nilai ripitabilitas dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

XY ((X)(Y)) / n
r

= -----------------------------------------------
(X2 ((X)2 / n)(Y2 ((Y)2 /
n))

Keterangan:
r = ripitabilitas
X = nilai suatu sifat pada pengukuran pertama
Y = nilai suatu sifat pada pengukuran kedua
n = jumlah individu yang diukur sifatnya

Contoh penghitungan estimasi ripitabilitas:


Pada suatu kelompok ternak, setiap anggota kelompok
memiliki dua catatan, masing-masing catatan dilakukan pada
waktu yang berbeda. Pada Tabel 4.13 ada catatan data tentang
produksi susu dari 18 ekor sapi perah pada masa laktasi pertama
dan laktasi kedua.

Tabel 4.13. Produksi susu dari 18 induk sapi perah pada laktasi I
dan laktasi II
Produksi susu (liter)
Lakta
Induk Laktas
si I XY X2 Y2
i II (Y)
(X)
1705280 1332250 2182758
1 3650 4672
0 0 4
1663266 1231308 2246760
2 3509 4740
0 1 0
2146857 1762320 2615299
3 4198 5114
2 4 6
3785322 3340840 4288940
4 5780 6549
0 0 1
2001370 1588819 2521044
5 3986 5021
6 6 1
4360340 4755481 3998032
6 6896 6323
8 6 9
4223168 3648160 4888806
7 6040 6992
0 0 4
2455481 2093977 2879395
8 4576 5366
6 6 6
2113671 2464129 1813056
9 4964 4258
2 6 4
3387650 2880468 3984134
10 5367 6312
4 9 4
3607473 3677209 3539060
11 6064 5949
6 6 1
12 6642 6384 4240252 4411616 4075545
8 4 6
2878669 3275272 2530090
13 5723 5030
0 9 0
3993760 3443342 4632163
14 5868 6806
8 4 6
2047737 2182758 1921068
15 4672 4383
6 4 9
3037302 2480040 3719780
16 4980 6099
0 0 1
2996113 2336755 3841520
17 4834 6198
2 6 4
1869760 2126132 1644302
18 4611 4055
5 1 5
Jumla 9236 10025 5251347 4903088 5732175
h 0 1 73 32 91

(Sumber: Kurnianto, 2010)

X = 92360; Y = 100251; XY = 525134773;


X2 = 490308832; Y2 = 573217591
XY ((X)(Y)) / n
r=

-----------------------------------------------
(X2 ((X)2 / n)(Y2 ((Y)2 / n))

525134773 ((92360)( 100251)) / 18


=
--------------------------------------------------------------------
(490308832 (92360)2/18)( 573217591 (100251)2/18)

= 0,687
Nilai r = 0,687 artinya tagam produksi susu dari induk-induk sapi
perah disebabkan oleh perbedaan antar individu induk-induk
tersebut.

b. Korelasi dalam kelas

Untuk sifat yang diukur lebih dari dua kali pada tiap individu
ternak digunakan analisis ragam. Pada metode ini untuk
mengestimasi ripitabilitas digunakan rumus sebagai berikut:
r = b2 /
(b2 + w2)

Keterangan:
r = nilai ripitabilitas
b2 = ragam antar individu
w2 = ragam antar fenotipe dalam individu
Analisis ragam untuk mengestimasi nilai ripitabilitas digunakan
tabel analisis ragam.

Tabel 4.14. Analisis ragam untuk mengestimasi nilai


ripitabilitas
Kuadrat
Kuadrat
Sumber Derajat Jumlah tengah
tengah
keragaman bebas (db) kuadrat (JK) harapan
(KT)
(KTH)
Faktor FK = (Y..)2/m.
1
koreksi (FK)
Antar JKb = KTb =
individu (b) Yi.2 JKb/dbb W2 +
n-1
---- - FK k1 b2
i mi
Pengukuran
dalam JKw = KTW =
2
individu Yi. W2
n (m. 1)
(W) Yij2 ----- JKW/dbW
ij ij i mi

Keterangan:
n = jumlah individu yang diamati
mi = jumlah data fenotipe dari indnvidu ke i
m. = jumlah total data fenotipe dari seluruh individu yang
diamati
k1 = jumlah data catatan per individu

Untuk memudahkan pemahaman disajikan contoh soal berikut:


Dari hasil estimasi nilai ripitabilitas dengan dua catatan laktasi
pada perusahaan sapi perah, seorang peneliti belum puas. Dia
ingin meyakinkan bahwa estimasi yang telah dilakukan lebih
mendekati kebenaran. Untuk itu dia melakukan satu kali lagi
dengan cara melaksanakan pengamatan hasil produksi susu
pada masa laktasi ketiga. Hasil catatan produksi pada tiga masa
laktasi disajikan pada Tabel 4.16. Bantulah peneliti tersebut
untuk mengestimasi besar nilai ripitabilitas.
Tabel 4.15. Produksi susu dari 18 induk sapi perah pada
laktasi I, II dan II
Produksi susu (liter)
Induk Lakta Lakta Lakta Y
(ni) si I si II si III atau Y2 (Y)2/mi
(Y1) (Y2) (Y3) Yi.
1 3650 4672 4536 12858 55725380 55109388
2 3509 4740 4399 12648 54131882 53323968
79053333.
3 4198 5114 6088 15400 80839944
3
11600040 11569230
4 5780 6549 6301 18630
2 0
62773576.
5 3986 5021 4716 13723 63339293
3
13510375 13488448
6 6896 6323 6897 20116
4 5
13012576 12965242
7 6040 6992 6690 19722
4 8
8 4576 5366 5412 15354 79023476 78581772
9 4964 4258 4824 14046 66042836 65763372
11547268 11435482
10 5367 6312 6843 18522
2 8
11442569 11425606
11 6064 5949 6501 18514
8 5
13278570 13264090
12 6642 6384 6922 19948
4 1
93532000.
13 5723 5030 5998 16751 94029633
3
13403046 13297357
14 5868 6806 7299 19973
1 6
60759000.
15 4672 4383 4446 13501 60805189
3
10557140 10419413
16 4980 6099 6601 17680
2 3
10906213 10689882
17 4834 6198 6876 17908
6 1
18 4611 4055 4348 13014 56609450 56454732
Jumla 10025 10569 29830 17031250 16908986
92360
h 1 7 8 86 81

(Sumber: Kurnianto, 2010)

m. = 54; Y.. = 298308; Yij2 = 1703125086


Yi.2
---- = 1690898681
i mi

Tabel 4. 16. Analisis ragam penghitungan ripitabilitas


dengan metode korelasi
dalam kelas
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Kuadrat
keragama bebas (d kuadrat tengah tengah
harapan
n b) (JK) (KT)
(KTH)
Faktor FK =
koreksi (298306)2/
(FK) 54
1
=
164791968
3
Antar JKb = KTb =
individu (((12858)2 42978999 W2 +
(b) +(12648)2 /17 = k1 b2
++ 2528176,
18 1= (13014)2)/ 4
17 3)
164791968
3=
42978999

Pengukur
an dalam JKw = KTW = W2 =
individu 170312508 12226205 KTW =
(W) 18 (3 1) 6 /36 = 339622,
= 36 169089868 339622,4 4
1=
12226205

b2 = (KTb KTw)/k1 = (2528176,4 - 339622,4) / 3 = 729518


r = b2 / (b2 + W2) = 729518 / (729518 + 339622,4) = 0,682
Hasil penghitungan estimasi ripitabilitas produksi susu ( r) sama
dengan 0,682. Bandingkan dengan hasil estimasi ripitabilitas
dengan menggunakan dua catatan!
Penghitungan estimasi ripitabilitas di atas dilakukan bilamana
jumlah pengukuran frekuensi pengukuran per individu sama
banyak (desain seimbang). Dalam hal ini koefisien k1 = n. Namun
bilamana jumlah pengukuran frekuensi pengukuran per individu
tidak sama banyak (desain tak seimbang), maka k1 dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1 mi2
k1 = ------- (m. - ------- )
n1 m.

Anda mungkin juga menyukai