OLEH :
FIRNANDE (2021512009)
BAB II
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Nama Kegiatan
Kegiatannya adalah magang kampus merdeka dengan topik penyakit ikan khususnya
Metode pengujian bakteri edwardsiella ictaluri di stasiun karantina ikan dan pengendalian
mutu palembang
2. Bentuk Kegiatan
Kajian metode pengujian bakteri edwardsiella ictaluri pada ikan patin (pangasius sp.) di
stasiun karantina ikan dan pengendalian mutu palembang (skipm)
3. Waktu dan Tempat
kegiatan ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai pada tangga 18 September sampai
tanggal 15 Desember 2023 yang bertempat di SKIPM Palembang.
4. Hasil yang diharapkan
Meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam pengetahuan di bidang penyakit ikan
khususnya bakteri edwardsiella ictaluri dengan metode pengujian bakteri pada ikan patin
(pangasius sp.) di skipm palembang
5. Alat dan Bahan
Alat
1. Inokulasi set / disetting set
2. Inkubator
3. Lampu bunsen
4. Peralatan gelas
5. Jarum ose
Bahan
1. Tryptic Soy Agar (TSA)(M.41)
2. Alkohol 70% (B.2)
3. Iodine 2%
Prosedur Kegiatan
1. Preparasi sampel ikan kurang dari 3 cm
Preparasi ini dilakukan untuk spesies ikan yang berukuran dibawah 3 cm. Setelah ikan
mati kemudian ditimbang, permukaan tubuh ikan disterilisasi dengan mencelupkannya
kedalam iodine 2%, keringkan.
Dengan scapel yang terlebih dahulu dipanaskan dengan lampu Bunsen, lalu potong
menjadi 2 bagian yang sama secara vertical. Jepit salah satu hasil potongan dengan pinset
steril, Inokulasikan penampang potongan tersebut ke media TSA agar (plate) sebarkan dengan
jarum ose. Inkubasikan pada incubator suhu 27 °C dan amati koloni pada 24 jam setelah
inokulasi. Koloni dibedakan berdasarkan karakteristik dasar (warna, bentuk, tipe tepian koloni
dan ukuran). Koloni yang tumbuh dominan dimurnikan pada media TSA miring untuk
identifikasi selanjutnya.
2. Preparasi sampel ikan berukuran lebih dari 3 cm
a. Sampel Ikan yang tidak menunjukkan gejala klinis
Preparasi ini dilakukan untuk spesies ikan yang berukuran diatas 3 cm, setelah
dibunuh dan ditimbang, permukaan tubuh ikan disterilisasi dengan mengusapkan iodine 2%
pada permukaan bagian luar, kemudian keringkan dengan scapel yang terlebih dahulu
dipanaskan dengan lampu bunsen, bedah ikan secara aseptis. Ambil ginjal ikan inokulasikan
ke media TSA agar (plate) sebarkan dengan jarum ose.
Inkubasikan pada incubator suhu 27 °C dan amati koloni pada 24 jam setelah
inokulasi. Koloni dibedakan berdasarkan karakteristik dasar (warna, bentuk, tipe tepian koloni
dan ukuran). Koloni yang tumbuh dominan dimurnikan pada media TSA miring untuk
identifikasi selanjutnya.
b. Sampel Ikan yang menunjukkan gejala klinis
Preparasi ini dilakukan untuk spesies ikan yang berukuran diatas 3 cm, setelah
dibunuh dan ditimbang, permukaan tubuh ikan disterilisasi dengan mengusapkan iodine 2 %
pada permukaan bagian luar, kemudian keringkan dengan scapel yang terlebih dahulu
dipanaskan dengan lampu bunsen pada bagian yang menunjukkan gejala klinis, sayat bagian
tersebut dengan menggunakan pisau steril. Tusukkan jarum ose ke bagian yang sudah disayat,
kemudian inokulasikan ke media TSA agar (plate) sebarkan dengan jarum ose. Inkubasikan
pada incubator suhu 27 °C dan amati koloni pada 24 jam setelah inokulasi. Koloni dibedakan
berdasarkan karakteristik dasar (warna, bentuk, tipe tepian koloni dan ukuran). Koloni yang
tumbuh dominan dimurnikan pada media TSA miring untuk identifikasi selanjutnya.
A. Penyimpanan isolat bakteri dalam media semi solid dan tsa miring
SEMI SOLID
1. Media
Media Semi Solid digunakan untuk menyimpan isolat bakteri dalam waktu yang lama.
media solid berwarna putih keruh dalam tabung reaksi.
2. Metoda
Penyimpanan media dilakukan dengan cara menginokulasika bakteri secara aseptis
kedalam media Semi Solid. Penyimpanan dilakukan dengan menggunakan Jarum Ose Steril
kemudian ditusuk pada media solid tegak. Media yang telah diinokulasi selanjutnya
diinkubasi sesuai dengan suhu 27° C.
3. Penyimpanan
Bakteri yang sudah tertanam pada semi solid diinkubasi pada suhu 27°C.
TSA MIRING
1. Media
Media TSA Miring dilakukan untuk menyimpan isolat bakteri dalam waktu 3 (tiga)
hari. Merupakan media padat miring berwarna putih krem dalam tabung reaksi.
2. Metoda
Penyimpanan media dilakukan dengan cara menginokulasika bakteri secara aseptis
kedalam media TSA Miring. Penyimpanan dilakukan dengan menggunakan Jarum Ose Steril
kemudian distreak pada media TSA miring. Media yang telah dinokulasi selanjutnya
diinkubasi sesuai dengan suhu 27 ° C.
3. Penyimpanan
Penyimpanan isolat bakteri pada TSA miring dinkubasi pada suhu 27°C
2. Metode
Teteskan KOH 3 % pada slide glass, ambil isolat murni bakteri dengan menggunakan
jarum ose. Campurkan isolat tersebut dengan KOH 3%. Amati pembentukan lendir yang
terjadi pada saat pencampuran isolate bakteri dengan КОН 3%
3. Pembacaan Hasil
Organisme atau bakteri gram (+) : Tidak terbentuk lendir saat dicampurkan dengan
KOH 3%.
Organisme atau bakteri gram (-) : Berlendir / terbentuk lendir saat dicampur dengan
КОН 3%.
C. Pengujian gram dengan menggunakan pengecatan gram
1. Media
Pengecatan gram merupakan metode pewarnaan gram yang merupakan bentuk dasar
untuk pengujian dan identifikasi bakteri. Pengecatan gram akan membedakan bakteri menjadi
2 kelompok yaitu bakteri gram (+) dan gram (-). Media atau bahan yang digunkan adalah
Gram A ( Larutan cat hucker's cristal violet) (B.19) ; Gram B (Larutan lugol iodine) (B.22);
Gram C (Alkohol 96 %) (B.19); Gram D (Safranin) (B.10).
2. Metode
Buat preparat ulas dari biakan murni bakteri yang akan diuji. Basahi preparat ulas
tersebut dengan Aquades selama 0.5 menit tetesi dengan Gram A 0.5 menit. Cuci preparat
dengan air mengalir kemudian tambakan Gram B selama 0.5 menit. Cuci dengan air mengalir
dan tambahakan Gram C selama 0.5 menit. Bilas preparat dengan air mengalir kemudian
tambahkan Gram D selama 0.5 menit. Setelah itu bilas preparat dan kering anginkan,
selanjutnya amati dibawah mikroskop.
3. Pembacaan Hasil
Organisme atau bakteri gram (t) akan berwarna Ungu
Organisme atau bakteri gram (- akan berwarna Merah.
D. Pengujian oksidase
1. Media
BAB III
HASIL KEGIATAN
Berdasarkan hasil pengujian bakteri yang telah dilakukan selama magang di
Laboratorium Pengujian Bakteri Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan Palembang maka didapatkan hasil sebagai berikut yang disajikan dalam
bentuk tabel 1.2.
Tabel 1.2. Hasil pengujian pada sampel ikan patin
Waktu Nama Organ target Jenis bakteri yang Keterangan
pelaksanaan ikan ditemukan
26-september 2023 Patin Ginjal dan Edwardsiella ictaluri Hama dan
Hati Penyakit Ikan
Hasil pengujian bakteri pada Tabel 1.2, maka dapat diketahui bahwa dari ikan patin
yang diujikan terdapat sampel ikan yang terinfeksi bakteri patogen, yaitu ditemukan jenis
bakteri edwardsiella ictaluri . Jenis bakteri tersebut ditemukan berdasarkan hasil identifikasi
dari buku Bacterial Fish Pathogens Diseases of Farmed and Wild Fish (Austin dan Dawn,
2007).
Proses isolasi bakteri, pada sampel ikan patin dilakukan dengan cara melakukan
Preparasi sampel terlebih dahulu, preparasi ini dilakukan untuk spesies ikan yang berukuran
diatas 3 cm, setelah dibunuh dan ditimbang, permukaan tubuh ikan disterilisasi dengan
mengusapkan iodine 2% pada permukaan bagian luar, kemudian keringkan dengan scapel
yang terlebih dahulu dipanaskan dengan lampu bunsen, bedah ikan secara aseptis. Ambil
organ target seperti ginjal, hati dan otak, dengan menggunakan ose steril kemudian
diinokulasikan ke dalam media TSA (Tryptone Soya Agar) dalam cawan petri dengan cara
digoreskan. TSA merupakan media umum (non selektif) yang dapat digunakan sebagai media
pertumbuhan dengan tujuan mengamati morfologi koloni bakteri, mengembangkan kultur
murni, dan pertumbuhan untuk uji biokimia. TSA juga biasa digunakan untuk perhitungan
jumlah bakteri. Media TSA memiliki keunggulan yaitu dapat digunakan un-tuk menumbuhkan
berbagai macam jenis bakteri dikarenakan nutrisinya yang lebih banyak dibandingkan media
lain.
Jika pada media TSA tidak terdapat Koloni bakteri yang tumbuh setelah diinkubasi,
maka hasil pengujian dikatakan nihil dan pengujian dihentikan sedangkan jika pada media
tumbuh koloni bakteri target setelah diinkubasi, maka hasil pengujian dikatakan positif dan
dilakukan pengujian tahap selanjutnya.
Kultur murni dilakukan pada media TSA miring setelah diketahui bahwa sampel ikan
terjangkit bakteri yang mengarah ke bakteri target, tujuan dari permurnian ini adalah untuk
memisahkan bakteri yang satu dengan yang lainnya sehingga didapatkan koloni yang
seragam (sejenis). Koloni bakteri yang ingin dimurnikan dapat diambil dari koloni yang
memiliki karakteristik koloni bakteri target. selanjutnya akan dilakukan uji dasar dan uji
biokimia untuk mengetahui karakteristik dan sifat-sifat biokimia dari bakteri. Uji dasar terdiri
dari 3 pengujian. yaitu uji gram, uji katalase, dan uji oksidase. Isolat bakteri untuk uji dasar
diambil dari kultur murni dalam TSA miring, sedangkan untuk pengujian biokimia, bakteri
dalam media TSA miring diinokulasikan terlebih dahulu kedalam media TSIA, setelah itu
dari media TSIA baru dilakukan uji biokimia seperti uji gula-gula, uji O/F, uji motilitas dan
indol, uji MIO (ornithin), uji LIA, uji citrate, uji urea, uji MRVP, uji gelatin, dan uji TSA
NaCI 4%.
Berdasarkan hasil pengujian gram, menunjukkan bahwa isolat bakteri dari sampel
ikan patin memiliki sifat gram negatif ditandai dengan timbulnya lendir pada bakteri saat
diberi reagen KOH 3%.
Hasil uji oksidase terhadap isolat dari sampel ikan patin menghasilkan positif yang
berarti bakteri memiliki enzim sitokrom oksidase dibuktikan dengan berubahnya warna kertas
saring yang digoreskan dengan bakteri menjadi warna biru keunguan.
Dari hasil pemeriksaan katalase yang dilakukan, semua isolat pada uji katalase
bernilai positif, ditandai dengan terbentuknya gelembung udara pada saat campuran H202 3%
dengan isolat bakteri.
Hasil pengujian biokimia pada sampel ikan disajikan dalam bentuk tabel 1.3. sebagai
berikut
Tabel 1.3.
No Pengujian Keterangan
1 Motilitas +
2 O/F Oksidatif
3 Citrate +
4 TSA NaCl 4% +
5 Urea +
6 Gelatin -
7 Ornithine +
8 Lysine +
9 Adonitol -
10 Arabinoa -
11 Cellobiosa -
12 Dulcitol -
13 Fruktosa -
14 Galaktosa -
15 Glukosa +
16 Inositol -
17 Laktosa -
18 Maltosa -
19 Mannitol -
20 Mannosa +
21 Melibiosa +
22 Raffinosa -
23 Rhamnosa -
24 Saccarosa -
25 Salicin -
26 Sarbitol -
27 Trehalosa +
28 Xylosa +
Dari pembacaan keseluruhan hasil pengujian pada sampel ikan patin dapat
diidentifikasikan bahwa sampel ikan patin terjangkit bakteri edwardsiella ictaluri. E. ictaluri
dapat menginfeksi inangnya secara akut, subakut, dan kronis (Cunningham et al.,2014).
Hawke et al. 2013 melaporkan bahwa pada bentuk infeksi kronis, setelah bakteri menginfeksi
kantung olfaktorius selanjutnya menyebar ke sepanjang saraf olfaktorius menuju otak,
menyebabkan meningoenchephalitis. Infeksi E. ictaluri secara akut diduga melalui mukosa
usus dan menyebabkan bakteremia. Kedua bentuk serangan penyakit ESC ini dapat
menimbulkan tingkat keparahan yang tinggi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pengujian bakteri yang dilakukan di stasiun karantina ikan dan pengendalian mutu
palembang, maka didapatkan kesimpulan bahwa jenis bakteri patogen yang di dapat dari
pengujian pada sampel ikan patin diskipm palembang yaitu bakteri edwardsiella ictaluri. Dan
juga bakteri ini bersifat sangat patogen pada ikan patin Pangasius sp dengan menimbulkan
kerusakan jaringan pada organ hati, ginjal, dan otak serta menyebabkan ikan mengalami
anemia karena menurunnya nilai hematokrit dan hemoglobin. Infeksi bakteri ini dapat
menyebabkan kematian lebih dari 50% pada ikan patin
Saran
Pada saat melakukan pengujian diharapkan dapat lebih fokus dan teliti agar hasil yang
diperoleh benar (Akurat), dan juga pengujian dilakukan secara steril untuk menghindari
terjadi nya kontaminasi dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto. 2009. Pembenihan dan Pembesaran Patin. Jakarta, Indonesia: Penebar Swadaya.
Soto E, Griffin M, Arauz M, Riofrio A, Martinez A & Cabrejos ME. 2012. Edwardsiella
ictaluri as the causative agent of mortality in cultured Nile tilapia. Journal of Aquatic Animal
Health 24: 81-90.
Purwaningsih, U., Novita, H., Sugiani, D. & Andriyanto, S. 2019. Identifikasi dan
karakterisasi bakteri Edwardsiella ictaluri penyebab penyakit enteric septicemia of catfish
(ESC) pada ikan patin (Pangasius sp.). Journal Riset Akuakultur. 14 (1): 47- 57.
Austin, B., dan Dawn Austin. 2007. Bacterial Fish Pathogens Diseases of Farmed and Wild
Fish. Germany: Praxis Publishing.
Susanti,Wiwik.Dkk.2016.”kajian patogenisitas bakteri edwardsiella ictaluri pada ikan patin
pangasionodon hypophthalmus”,
Azmi.Dkk.2021.”virulensi bakteri edwardsiella ictaluri penyebab penyakit enteric septicemia
of catfish (esc) pada ikan patin (Pangasius pangasius)”,
Indriasari.Dkk.2020.”identifikasi bakteri edwardsiella tarda yang menginfeksi ikan lele
(clarias batrachus) pada beberapa pembudidaya ikan di kecamatan sungai raya kabupaten
kubu raya”,
Cunningham FL, Jack SW, Hardin D, Wills RW. 2014. Risk factors associated with enteric
septicemia of catfish on mississippi commercial catfish farms. Journal of Aquatic Animal
Health 26: 84-90.
Hawke JP, Kent M, Rogge M, Baumgartner W, Wiles J, Shelley J, Savolainen LC, Wagner R,
Murray K, Peterson TS. 2013. Edwardsiellosis caused by Edwardsiella ictaluri in laboratory
populations of zebrafish Danio rerio. Journal of Aquatic Animal Health 25: 171-183.