Oleh:
Tesya Lintang Cahya Gemilang
NIM. L1B016003
2021
SKRIPSI
Oleh:
Tesya Lintang Cahya Gemilang
NIM. L1B016003
Mengetahui
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Jenderal Soedirman
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................................v
I. PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan...............................................................................................................3
1.4. Manfaat.............................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1. Klasifikasi Ikan Nilem..................................................................................4
2.2. Habitat dan Penyebaran.................................................................................5
2.3. Ektoparasit.......................................................................................................6
2.4. Prevalensi dan Intensitas.................................................................................8
III. MATERI DAN METODE.....................................................................................10
3.1. Materi Penelitian...............................................................................................10
3.2. Metode penelitian...............................................................................................10
3.3. Prosedur Penelitian.............................................................................................11
3.4. Waktu dan Tempat.............................................................................................13
3.5. Analisi Data........................................................................................................13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................15
4.1. Hasil....................................................................................................................15
4.2. Pembahasan........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20
ii
DAFTAR TABEL
Tabel..................................................................................................................halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar ............................................................................................................halaman
1. Ikan nilem (Osteochilus vittatus).............................................................................4
2. Jenis – ektopasarit yang ditemukan....................................................................16
iv
KATA PENGANTAR
Penulis
v
I. PENDAHULUAN
dalam industri perikanan budidaya air tawar pada masa yang akan datang
tahun. Berdasarkan data budidaya ikan nilem dari badan pusat statistik.
produksi ikan Nilem pada tahun 2010 sebesar 626.685 ekor naik menjadi
803.465 ekor pada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas,
2014).
lingkungan, seperti kualitas air (sumber irigasi, saluran irigasi, oksigen terlarut,
pH, temperatur), dan faktor – faktor operasional kegiatan budidaya itu sendiri
2013). Keadaan budidaya ikan nilem yang dilakukan baik di balai benih ikan
dan non infeksi. Salah satu penyakit infeksi disebabkan oleh parasit. Parasit
1
endoparasit dan ektoparasit (Schmidt dan Robert, 2000).
(80%), Dactylogyrus sp. (70%), Gyrodactylus sp. (30%), Vorticella sp. (30%), dan
Oodinium sp. (20%) (Wirawan et al, 2018). Ektoparasit yang menginfeksi ikan di
dan Dactylogyrus sp (60%) (Affandi et al, 2019). Dampak negatif pada tubuh
ikan akibat serangan ektoparasit terlihat jelas pada bagian luar tubuh dan
masih belum banyak tersedia. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian
dilakukan baik di Balai Benih Ikan maupun pembenihan rakyat. Kendala yang
merupakan salah satu agen penyakit yang sering menginfeksi ikan Nilem.
2
pencegahannya. Informasi mengenai jenis-jenis ektoparasit yang menginfeksi
ini adalah:
1. Apa jenis – jenis ektoparasit yang menginfeksi ikan nilem di Balai Benih
ikan nilem di Balai Benih Ikan Singasari dan Unit Pembenihan Rakyat
desa Jipang?
1.3. Tujuan
1. Jenis – jenis ektoparasit pada ikan nilem di Balai Benih Ikan Singasari
1.4. Manfaat
nilem.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Ikan nilem mempunyai dua pasang sungut peraba pada sudut – sudut
panjang baku 2,5 –3,0 kali tinggi badan, mulut dapat disembulkan dengan bibir
(Hardjamulia 1979 dalam Wijayanti 2002). Sirip punggung memiliki 3 jari – jari
keras dan 12 – 18 jari – jari lemah. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris, sirip
dubur terdiri dari 3 jari – jari keras dan 5 jari – jari lunak. Sirip perut terdiri dari
oleh 1 jari – jari keras dan 13 –15 jari – jari lemah. Jumlah sisik gurat sisi ada 33
4
– 36 keping serta dapat mempunyai panjang tubuh mencapai 32 cm di alam
bebas (Susanto, 2006). Ikan nilem mempunyai bintik bulat besar pada batang
ekor, batang ekor dikelilingi 16 sisik dan bagian depan sirip punggung
dengan kandungan oksigen terlarut yang cukup 5-7 mg/l (Cholik et al., 2005
dalam Mulyasari, 2010). Suhu yang optimum bagi ikan nilem antara 25-29ºC
Muntilan (2007), untuk kandungan amonia yang disarankan adalah 0,5 ppm.
Ikan nilem akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara 5 –
Ikan nilem merupakan ikan endemik Indonesia yang biasa hidup pada
sungai, danau dan rawa yang terdapat di Pulau Jawa, Sumatera dan
produksi nasional ikan nilem berasal dari Jawa Barat (Cholik et al. 2005 dalam
Mulyasari, 2010).
5
2.3. Ektoparasit
bagian luar tubuh atau di dalam liang liang kulit inang. Ektoparasit disini
berarti adalah organisme yang hidup pada permukaan luar tubuh atau di
dalam liang liang kulit ikan seperti lendir, insang, dan sirip yang berperan
sebagai sumber nutrien dan tempat hidup dan tinggal bagi ektoparasit.
Kualitas air yang buruk, pemberian dan perubahan iklim merupakan faktor
1. Trichodina sp
juga dikelilingi oleh silia dan transparan sehingga mudah diidentifikasi. Bagian
reproduksi 20-29˚C (FAO, 1985). Gejala klinis ikan yang terinfeksi Trichodina sp.
yaitu warna kulit menjadi lebih gelap, nafsu makan menurun, lendir berlebih,
mengalami penurunan berat badan dan adanya nekrosis pada jaringan epitel
6
2. Oodinium sp.
Oodinium sp. berbentuk oval seperti telur dan memiliki alat penetrasi
yang disebut rhizoid. Rhizoid pada Oodinium sp. dapat melekat dalam jaringan
epitel ikan air tawar yang terinfeksi. Organ tersebut mampu mengeluarkan
sekret yang bersifat litik. Sekret tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada
organ yang terinfeksi. Organ insang ikan merupakan organ yang sering
3. Ichthyophthirius multifiliis
oleh silia yang berfungsi untuk pergerakan, pada bagian bagian sitoplasma
4. Dactylogyrus sp
Filamen ikan menonjol keluar dari tutup insang sehingga terjadi kerusakan
berat pada insang. Mukosa insang berwarna gelap dan menutupi insang
sehingga insang tampak seperti lumpur. Cacing ini memiliki panjang tubuh
mencapai 2 mm dan lebar 400 μm pada saat dewasa, terdapat 2 pasang eye spots
pada ujung anterior. Pada ujung posterior terdapat alat penempel yang terdiri
atas dua pasang kait besar (anchors) yang dikelilingi 14 kait lebih kecil disebut
opisthaptor. Mulut terletak dekat ujung anterior tubuh (Reed, et al., 2012 dalam
7
Kumalasari, 2016).
menyerang hospes atau hanya hidup bebas di air sebelum menempel pada
hospes. Waktu telur menjadi dewasa bergantung dari suhu. Suhu yang lebih
5. Gyrodactylus sp.
memiliki tubuh pipih memanjang dan terdapat dua tonjolan pada bagian
Hal ini didukung oleh Riauwaty (2006), bahwa Gyrodactylus sp. umumnya
menyerang epidermis kulit dan jarang ditemukan di insang. Kulit inang yang
terinfeksi Gyrodactylus sp. akan terlihat pucat, serta terdapat bintik merah pada
bagian kulit dan sisik pada kulit mudah terlepas (Hasyimia et al., 2016).
Prevalensi adalah jumlah suatu parasit pada ikan (Irmawati et al., 2013).
lingkungan yang disebabkan oleh zat zat organik tertentu tersebut akan
8
ikan. Intensitas merupakan nilai suatu tingkatan atau ukuran parasit yang
9
III. MATERI DAN METODE
Ikan nilem ini didapat dari desa Jipang, dan BBI Singasari. Sampel yang
diambil sebanyak 30 ekor untuk setiap tempat. Untuk ukuran ikan nilem yang
3.1.2. Alat
millimeter blok, penggaris, alat tulis, gunting dan pipet. Alat untuk mengukur
3.1.3. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air dari kolam
pada 2 tempat. Tempat pengambilan sampel yaitu desa Jipang, dan BBI
10
3.3.1. Persiapan
Jipang, dan BBI Singasari Kabupaten Banyumas. Persiapan alat dan bahan
jaring. Benih ikan nilem yang telah diambil dari kolam dilakukan penyortiran
menurut ukuran. Ikan nilem dikemas dengan cara diletakan pada plastik yang
sebelumnya telah diisi air kolam dan diberi oksigen. Ikan nilem yang telah
bagian luar ikan nilem. Pada permukaan tubuh dan insang diamati ada atau
tidak adanya parasit secara makro. Jika ada maka ambil dan diletakan dalam
disiapkan objek glass. Mukus diambil dengan cara dikerik menggunakan cover
glass bedah, cover glass atau alat lainnya. Sedangkan untuk pemeriksaan
insang, sampel insang diambil bagian kiri dan dilakukan dengan cara
digunting. Sampel mukus dan insang diletakan pada kaca preparat yang
11
ditutup menggunakan cover glass. Selanjutnya preparat yang berisi sampel
mukus dan insang diamati dibawah mikroskop untuk dilihat dan dihitung
ektoparasit
pengamatan dengan gambar parasit yang ada pada buku identifikasi Kabata
Intensitas ( ekor
ind
)= jumlah
jumlah satu jenis ektoparasit yang ditemukan
ikan yang terinfeksi satu jenis ektoparasit
pengambilan sampel. Parameter yang diukur adalah temperatur, pH, dan DO.
1. Temperatur
2. pH
yang ada pada kotak kertas pH tersebut dan dicatat dengan angka pada
12
kombinasi warna mana yang paling cocok.
3. DO
ujung batang DO meter ke dalam air sampel. Hasil dipastikan stabil dengan
melihat angka yang muncul di alat tidak berubah beberapa saat. Setelah
muncul hasil dicatat dan probe dicuci dengan cara dibilas menggunakan
akuades.
Jenderal Soedirman.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu jenis ektoparasit, serta
nilai prevalensi dan intensitas dari ektoparasit. Data mengenai jenis - jenis
ektoparasit yang ditemukan disajikan dalam bentuk gambar serta tabel. Data
hasil rerata antar lingkungan. Penentu kategori prevalensi dan intensitas secara
13
kategori sebagai berikut:
Tabel 1. Kategori prevalensi serangan parasit ikan.
No Kategori Infeksi Prevalensi
1 Selalu 99-100%
2 Hampir selalu 90-98%
3 Biasanya 70-89%
4 Sering kali 50-69%
5 Umumnya 30-49%
6 Sering 10-29%
7 Kadang – kadang 1-9%
8 Jarang <0.1-1%
9 Sangat jarang 0.01-0.1%
10 Hampir tidak ada <0.01%
Sumber : (Williams dan bunkley Williams., 1996 dalam Riko et al., 2012).
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Jenis – jenis ektoparasit pada ikan Nilem yang dibudidayakan di BBI
Singasari dan Desa Jipang
Hasil penelitian mengenai ektoparasit yang dibudidayakan pada 2
tempat berbeda yaitu BBI Singasari dan desa Jipang ditemukan 4 jenis parasit
yaitu Trichodina sp, Oodinium sp. Ichthyophthirius multifiliis, dan Monogenea
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Jenis – jenis ektoparasit yang ditemukan pada ikan nilem yang di
budidayakan di BBI Singasari dan Desa Jipang.
b
b
A B
a
a
b b
C D
Gambar 2. Jenis – ektopasarit yang ditemukan
15
(A) Trichodina sp a. Cilia b. Dentikel, (B) Oodinium sp a. Flagel b. sitoplasma,
(C) Ichthyophthirius sp a. Macronucleus b. micronucleus, (D) Monogenea
a. Eye spots b. Kait.
4.1.2. Nilai Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada ikan Nilem di BBI
Singasari dan Desa Jipang
Hasil penelitan ektoparasit yang dibudidayakan pada 2 tempat
pemeliharan yaitu BBI Singasari dan Desa Jipang dapat dilihat intensitas dan
prevalensi di tabel 5. dan tabel 6.
Tabel 4. Rata – rata Intesitas Ektoparasit pada Ikan nilem di BBI Singasari dan
Desa Jipang.
Nilai intensitas (ind/ekor)
Oodinium sp - 4 - - - -
Ichthyophthirius sp - 2 - - 1,71 -
Tabel 5. Prevalensi Ektoparasit pada ikan nilem di BBI Singasari dan Desa
Jipang
Trichodina sp 55 35 45 95
Oodinium sp - 10 - -
Ichthyophthirius sp - 20 - 35
Monogenea - 5 70 75
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat persamaan antara beberapa jenis
16
ektoparasit yang ditemukan pada kedua tempat yaitu pada jenis Trichodina sp.
dan Monogenea. Namun terdapat perbedaan jenis ektoparasit yang di
temukan pada ikan nilem di Desa Jipang yaitu jenis Oodinium sp diduga ikan
nilem pada desa Jipang sedang stress. Parasit jenis Oodinium sp merupakan
parasit yang hidup berkoloni dan menyebabkan velvet disease pada ikan. Ikan
yang dipilih oleh parasit Oodinium sp, yaitu ikan yang imunitas sedang
menurun dan ikan yang stress (Salam,2017). dan Ichthyophthirius sp. diduga
karena suhu kolam desa Jipang lebih mendukung untuk Ichthyophthirius sp.
hidup yaitu sebesar 27,5 ˚C, suhu optimum untuk Ichthyophthirius sp hidup
ialah 26-28 ˚C, semakin rendah suhu semakin lama waktu dalam proses
berkembangbiak Ichthyophthirius sp (Esti, 2015).
adanya perbedaan yang ditemukan ini diduga karena kondisi
lingkungan seperti yang ada di lokasi BBI Singasari dasar kontruksi kolam
beton sedangkan Desa Jipang tanah sehingga saat pemeliharaan banyak
penumpukan bahan organik seperti sisa-sisa pakan hal ini yang berpengaruh
dalam infeksi ektoparasit lebih banyak di desa jipang. tempat pemeliharaan
yang banyak mengandung sisa – sisa pakan dan terjadi penumpukan bahan
organik sehingga akan berpengaruh terhadap keberadaan ektoparasit
(Wulandari, 2014).
Intensitas menunjukkan seberapa banyak ektoparasit menyerang
(Pujiastuti dan Setiati, 2015). Berdasarkan hasil tabel 5. Nilai intensitas jenis
jenis ektoparasit yang tertinggi Desa Jipang di permukaan tubuh dan insang
yaitu parasit Oodinium sp dan Trichodina sp sebesar 4 ind/ekor dan 100,2
ind/ekor dapat dikategorikan “ringan” dan “sangat berat” berdasarkan pusat
karantina ikan, 2015 (tabel 2). Ferghany (2013) menemukan Oodinium sp pada
ikan nilem di desa Beji tingkat intensitas sebesar 1,17 ind/ekor dengan kategori
serangan “sehat” hal ini diduga imunitas ikan terjaga, karena ektoparasit jenis
ini memiliki kemampuan menyesuaikan diri untu berkembangbiak kurang
cepat, sehingga ektoparasit ini tidak dapat menginfeksi ikan dengan mudah
(Herowati, 2018).
Sedangkan nilai intensitas tertinggi di BBI Singasari di permukaan
tubuh maupun insang yaitu Trichodina sp. sebesar 1,27 ind/ekor dan 8
17
ind/ekor dengan kategori “ringan” berdasarkan pusat karantina ikan, 2015
(tabel 2). Rokhmani et al (2020) juga mendapakan Trichodina sp pada ikan nilem
di kabupaten banyumas dengan tingkat intensitas sebesar 48,1 ind/ekor
dengan kategori tingkat serangan “sedang”. Tinggi nilai intensitas Trichodina sp
diduga karena kondisi lingkungan budidaya yang sesuai dengan kelangsungan
hidup Trichodina sp. Hal tersebut dikarenakan parasit Trichodina sp mempunyai
penyebaran yang luas, dan dapat berkembang biak secara cepat (Riko et al.,
2012).
Banyaknya Trichodina sp yang menyerang insang diduga karena
Trichodina sp ini memakan sel darah merah dan sel epitel insang. Pada insang
terdapat banyak sel darah merah dibanding pada bagian kulit. Lamella
merupakan tempat pertukaran darah atau cairan (Smith dan Roberts, 2010
dalam Lestari, 2011).
Berdasarkan hasil uji statistika, nilai intensitas pada kedua tempat
pemeliharaan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata kecuali pada parasit
Trichodina sp. di Desa Jipang yang menginfeksi insang adanya perbedaan
signifikan. Perbedaan yang signifikan ini diduga karena kolam yang
digunakan pada Desa Jipang mengingat kolam pada Desa Jipang
menggunakan kolam tanah, kontruksi kolam berpengaruh terhadap kualitas
air tersebut, seperti rendahnya kandungan ongksigen di kolam pemeliharaan.
kandungan oksigen serta yang bersifat racun yang diakibatkan endapan sisa
pakan karena sedikitnya pergantian air di kolam kemungkinan sebagai
penyebab parahnya serangan parasit Trichodina sp. kualitas air, volume air dan
alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit (Irianto,2015).
18
kualitas air yang menurun maka parasit Trichodina sp ini akan berkembang
dengan cepat.
Sedangkan nilai prevalensi yang paling tinggi pada BBI singasari adalah
Monogenea sebesar 70 % dengan kategori “sedang”. Putri et al (2016)
menemukan monogenea pada ikan mas yang dibudidayakan di desa Ngrajek
Magelang sebesar 66,66% dengan ketegori infeksi “sangat sering”. Tingginya
prevalensi monogenea diduga karena insang merupakan organ yang
mengandung banyak nutrisi yang didapat melalui penyaringan makanan
berupa partikel dan mengikat oksigen sehingga paling rentan dijadikan tempat
hidup parasit. Monogenea mengambil makanan pada inang menggunakan
jangkar dan alat penghisap pada ophistaptor terdapat kait jangkar dan alat hisap
yang akan menyebabkan kerusakan insang (Syukran et al., 2017).
5.1. Kesimpulan
yang paling tinggi pada desa Jipang terdapat pada insang adalah
19
prevalensi yang paling tinggi pada BBI singasari adalah Monogenea
5.2. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, S. Risamasu, Fonny, J. L. Dan Jasmanindar, Yudiana. 2019. Studi
prevalensi dan intensitasektoparasit pada beberapa jenis ikan air tawar
dibalai benih ikan sentral (BBIS) Noekele, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Aquatik. Vol 2(2):81-88
Klinger, R. dan R.F. Floyd. 2013. Indroduction to Freshwater Fish Parasites. The
institude of Food and Agricultural Sciences (IFAS), University of Florida.
CIR716.
Ningsih, Fildia. Rahman, Mijani. Dan Rahman abdur. 2013. Analisis Kesesuaian
Kualitas Air Kolam Berdasarkan Parameter pH, DO, Amoniak,
Karbondioksida, dan Alkalinitas di Balai Benih dan Induk Ikan Air
Tawar (BBI-IAT) Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Fish
Scientiae. Vol 4(6):102-113
Pouder, D.B., E. W. Curtis & R.P.E. Yanong. 2011. Common Freshwater Fish
Parasites Pictorial Guide: Motile Ciliates. The Institute of Food and
Agricultural Sciences (IFAS), University of Florida. FA-108.
Pudjiastuti, N., 2015. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Konsumsi di
Balai Benih Ikan Siwarak. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
21
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Cetakan I. Bina Cipta,
Jakarta.
Sarjito, Prayitno, S.B., dan Haditomo, A.H.C. 2013. Buku Pengantar Parasit dan
Penyakit Ikan. UPT UNDIP Press, Semarang.
Schmidt, G.D. and Roberts, L.S. 2000. Foundations of Parasitogy. 7th Edition Mc
Graw. Hill Higher Education. Singapore.
22