Anda di halaman 1dari 19

ISSN 0853 - 5884

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA


Volume 21 Nomor 2 Juni 2015
Nomor Akreditasi: 455/AU2/P2MI/LIPI/08/2012
(Periode: Agustus 2012 - Agustus 2015)

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan,


baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian
sumber daya, penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasi
lingkungan, dan pengkayaan stok ikan.

Terbit pertama kali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitan


Jurnal ini tiga kali dalam setahun pada
bulan April, Agustus, dan Desember.
Tahun 2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu pada
bulan MARET, JUNI, SEPTEMBER, dan DESEMBER.

Ketua Redaksi:
Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-P4KSI)

Anggota:
Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-P4KSI)
Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Ekologi Ikan-IPB)
Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-IPB)
Prof. Dr. Ali Suman (Teknologi Penangkapan Ikan-BPPL)
Dr. Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si. (Teknologi Kapasitas Penangkapan Ikan-IPB)

Bebestari untuk Nomor ini:


Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-P4KSI)
Prof. Dr. Ir. Sam Wouthuyzen, M.Sc. (Oseanografi Perikanan-LIPI)
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-IPB)
Dr. Ir. Sudarto, M.Si. (Genetika Akuakultur-BP2BIH)
Drs. Bambang Sumiono, M.Si. (Biologi Perikanan-P4KSI)

Redaksi Pelaksana:
Dra. Endang Sriyati
Darwanto, S.Sos.

Sekretariat :
Ofan Bosman, S.Pi

Alamat Redaksi/Penerbit:
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
Gedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430
Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929
Website : http://p4ksi.litbang.kkp.go.id
Email: drprpt2009@gmail.com

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
Konservasi Sumber Daya Ikan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
KATA PENGANTAR

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2015 memasuki Volume ke-21. Pencetakan jurnal
ini dibiayai oleh Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan tahun anggaran
2015. Semua naskah yang terbit telah melalui proses evaluasi oleh Dewan Redaksi dan editing oleh Redaksi
Pelaksana.

Penerbitan kedua di Volume 21 Nomor 2 tahun 2015 menampilkan delapan artikel hasil penelitian perikanan
di perairan Indonesia. Kedelapan artikel tersebut mengulas tentang: Penentuan status stok sumberdaya
rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) dengan metode spawning potential ratio di perairan sekitar
Belitung; Stok dan kondisi habitat daerah asuhan beberapa jenis krustasea di Segara Anakan; Sebaran hasil
tangkapan madidihang (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) di Samudera Hindia Bagian Timur; Status
pemanfaatan ikan di Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara Barat; Dinamika ekologi Laut Sulawesi (WPP 716)
sebagai daya dukung terhadap perikanan malalugis (Decapterus macarellus Cuvier, 1833); Sebaran larva ikan
dan kaitannya dengan kondisi oseanografi Laut Sulawesi; Kelimpahan stok ikan arwana Papua (Scleropages
jardinii Saville-Kent, 1892) di sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Papua; Perbedaan hasil tangkapan bagan
apung yang menggunakan lampu merkuri dengan Lampu LED.

Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumber
daya perikanan di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti dari
lingkup dan luar Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan.

Redaksi

i
ISSN 0853 - 5884

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA


Volume 21 Nomor 2 Juni 2015

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………................................... i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..…………………….. iii

KUMPULAN ABSTRAK ....................................................................................................... v-vii

LEMBAR RALAT VOLUME 21 NOMOR 1 MARET 2015.......................................................... viii

Penentuan Status Stok Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) dengan Metode
Spawning Potential Ratio di Perairan sekitar Belitung
Oleh: Tri Ernawati, Duranta Kembaren dan Karsono Wagiyo.................................................................................... 63-70

Stok dan Kondisi Habitat Daerah Asuhan Beberapa Jenis Krustasea di Segara Anakan
Oleh: Karsono Wagiyo dan Khairul Amri........................................................................................................................ 71-78

Sebaran Hasil Tangkapan Madidihang (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) di Samudera Hindia
Bagian Timur
Oleh: Arief Wujdi, Ririk Kartika Sulistyaningsih dan Fathur Rochman...................................................................... 79-86
Status Pemanfaatan Ikan di Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara Barat
Oleh: Didik Santoso, Mulyono S. Baskoro, Domu Simbolon, Yopi Novita dan Mustaruddin................................
87-94
Dinamika Ekologi Laut Sulawesi (WPP 716) Sebagai Daya Dukung terhadap Perikanan Malalugis
(Decapterus macarellus Cuvier, 1833)
95-102
Oleh: Puji Rahmadi dan Reny Puspasari......................................................................................................................

Sebaran Larva Ikan dan Kaitannya dengan Kondisi Oseanografi Laut Sulawesi
Oleh: Khairul Amri, Atiah Al Mutoharoh dan Dwi Ernaningsih....................................................................................
103-114
Kelimpahan Stok Ikan Arwana Papua (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) di Sungai Kumbe,
Kabupaten Merauke, Papua
Oleh: Agus Arifin Sentosa, Arip Rahman dan Hendra Satria......................................................................................
115-122
Perbedaan Hasil Tangkapan Bagan Apung yang Menggunakan Lampu Merkuri dengan Lampu LED
Oleh: Muhammad Sulaiman, Mulyono S. Baskoro, Am Azbas Taurusman, Sugeng Hari Wisudo, dan
Roza Yusfiandayani.......................................................................................................................................................... 123-130

iii
JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
Vol. 21 No.2 Juni 2015

KUMPULAN ABSTRAK
PENENTUAN STATUS STOK SUMBERDAYA menurun seiring dengan penurunan kualitas habitat.
RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) Fenomena ini dapat diungkap dengan penelitian stok
DENGAN METODE SPAWNING POTENTIAL RATIO krutasea dan kondisi habitatnya, untuk mengetahui;
DI PERAIRAN SEKITAR BELITUNG kelimpahan, laju tangkap, komposisi dan hubungannya
dengan kondisi habitat. Penelitian dilakukan pada tahun
2013 dengan sampling pada area dan musim yang
Tri Ernawati
berbeda. Hasil penelitian mendapatkan kelimpahan
JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, Hal.63-70.
krustasea di Area Timur (6.865 ekor/104m3) lebih tinggi
e-mail: erna.sarwono@gmail.com
dari Area Tengah (1.023 ekor/104m 3) dan Area Barat
(441 ekor/104m3), Musim Timur (4.378 ekor/104m3) lebih
ABSTRAK
tinggi dari Musim Peralihan II (1.174 ekor/104m3). Laju
tangkap krustasea di Area Timur (1.910 gr/jam) lebih
Sumber daya rajungan (Portunus pelagicus
tinggi dari Area Tengah (1.104 gr/jam) dan Area Barat
Linnaeus, 1758) di perairan sekitar Belitung
(389 gr/jam), Musim Timur (1.222 gr/jam) lebih tinggi
dieksploitasi terus menerus dilakukan sebagai sumber
dari Musim Peralihan II (1.046 gr/jam). Prosentase
mata pencaharian. Pemanfaatan intensif sumber daya
krustasea di Area Barat (71,50 %) lebih tinggi dari Area
rajungan dapat menurunkan ketersediaan stok
Tengah (67,66 %) dan Area Timur (50,68 %), Musim
rajungan di perairan. Indikasi tangkap berlebih
Timur (56,84 %) lebih rendah dari Musim Peralihan II
(overfishing) terhadap pemanfaatan sumber daya
(69,72 %). Kelimpahan larva udang di Area Tengah
rajungan sudah mulai terlihat dari penurunan hasil
(70.313 ekor/103m3) lebih tinggi dari Area Barat (13.357
tangkapan dan ukuran individu. Tulisan ini bertujuan
ekor/103m3) dan Area Timur (18.400 ekor/103m3), Musim
mengetahui kondisi dan status stok sumber daya
Peralihan I (56.861 ekor/103m3) lebih tinggi dari Musim
rajungan berdasarkan pada hasil penelitian yang
Timur (11.186 ekor/10 3m 3). Kondisi perairan antar
dilakukan dari Februari sampai dengan November 2014
wilayah dan musim menunjukan kualitas yang berbeda.
di perairan sekitar Pulau Belitung. Metode yang
Oksigen dan karbondioksida terlarut lebih baik di Area
digunakan untuk penentuan status stok rajungan
Timur dibandingkan Area Barat dan Area Tengah.
dengan menggunakan pendekatan metode Spawning
Kecerahan, salinitas dan kecepatan arus di Area Timur
Potential Ratio (SPR). Hasil penelitian menunjukkan
lebih tinggi dibandingkan area lainnya. Musim Peralihan
bahwa status stok sumber daya rajungan di perairan
I memiliki kandungan oksigen dan pH lebih baik dari
sekitar Belitung mengalami penurunan yang
Musim Timur, salinitas dan kecepatan arus lebih rendah
ditunjukkan dengan hasil SPR 5% atau telah mengalami
dari Musim Timur. Larva udang lebih menyukai tutupan
heavily exploited. Indikasi penurunan populasi juga
mangrove tinggi sedangkan juvenil lebih menyukai jenis
ditunjukkan dengan nilai rata-rata ukuran lebar karapas
mangrove Rhizopora spp.
(CW) rajungan yang tertangkap (CW 50) sebesar 93 mm,
dibawah ukuran lebar karapas rata-rata pertama kali
KATAKUNCI: Krustasea, kelimpahan, laju tangkap,
matang gonad (CW m) sebesar 118,9 mm. Upaya
pemulihan stok dapat dilakukan dengan cara kondisi habitat, Segara Anakan
meningkatkan SPR pada level 10% dan 20% sebagai
batas dan target pengelolaan untuk keberlanjutan SEBARAN HASIL TANGKAPAN MADIDIHANG
sumber daya rajungan atau pada rata-rata ukuran lebar (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) DI
karapas (CW) rajungan yang tertangkap adalah 12 cm. SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

KATAKUNCI: Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, Arief Wujdi


1758), status stok, SPR, perairan JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, Hal.79-86.
Belitung e-mail:arief_wujdi@yahoo.com

STOK DAN KONDISI HABITAT DAERAH ASUHAN ABSTRAK


BEBERAPA JENIS KRUSTASEA DI SEGARA
ANAKAN Ikan Madidihang (Thunnus albacares) merupakan
salah satu komoditas penting bagi industri perikanan di
Indonesia dimana hasil tangkapannya merupakan yang
Karsono Wagiyo
tertinggi dibandingkan jenis tuna lainnya. Saat ini,
JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, Hal.71-78.
kondisi stok madidihang berada dalam kondisi yang
e-mail: k_gio@yahoo.co.id
baik. Namun, untuk menjaga kelangsungan
pemanfaatan stok ikan tuna, diperlukan upaya
ABSTRAK
pengelolaan sumber daya tuna. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui distribusi laju tangkap madidihang
Di Cilacap, produksi krustasea menambah nilai
di Samudera Hindia Bagian Timur. Pengumpulan data
sebesar US$ 12 juta/tahun. Produksi krustasea

v
dilakukan oleh pemantau ilmiah pada kapal rawai tuna DINAMIKA EKOLOGI LAUT SULAWESI (WPP 716)
komersial yang berbasis di Benoa, Pelabuhanratu dan SEBAGAI DAYADUKUNG TERHADAP PERIKANAN
Bungus dari Agustus 2005 sampai Desember 2013; MALALUGIS (Decapterus macarellus)
serta program monitoring pendaratan tuna yang
berbasis di Benoa tahun 2010-2013. Hasil penelitian Puji Rahmadi
menunjukkan bahwa laju pancing bervariasi secara JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, 95-102.
bulanan dan tahunan. Rata-rata bulanan laju pancing e-mail: puji.rahmadi@gmail.com
tertinggi terjadi pada Mei (0,17 ekor/100 pancing) dan
terendah pada Februari (0,01 ekor/100 pancing), ABSTRAK
sedangkan rata-rata laju pancing tahunan tertinggi pada
2006 (0,11 ekor/100 pancing) dan terendah pada 2011 Ikan Malalugis adalah ikan pelagis kecil yang
(0,06 ekor/100 pancing). Rata-rata laju pancing tahunan merupakan hasil tangkapan utama nelayan di perairan
cenderung mengalami penurunan sebesar 29,48%/ Laut Sulawesi. Pada tahun 2012 dilaporkan bahwa
tahun. Ikan madidihang tertangkap oleh rawai tuna perikanan pelagis kecil menjadi salah satu hasil
Indonesia tersebar dari 0°-34° LS dan 76°-134° BT. perikanan yang penting, dan hasil tangkapan yang
Sebaran spasial laju pancing tertinggi berada di sekitar dominan dari perikanan pelagis kecil tersebut adalah
Kepulauan Mentawai dan selatan Jawa Timur hingga ikan malalugis biru (Decapterus macarellus). Jenis ikan
Nusa Tenggara. malalugis memiliki sifat bermigrasi dan membentuk
gerombolan kecil yang mana sangat dipengaruhi oleh
KATAKUNCI: Madidihang, distribusi, laju pancing, kondisi lingkungannya. Tipe arus pasut di Teluk Manado
Samudera Hindia Bagian Timur (Laut Sulawesi) merupakan arus pasut bolak balik
(reversing current). Banyaknya arus yang begitu aktif
STATUS PEMANFAATAN IKAN DI SELAT ALAS merupakan salah satu faktor yang mendukung habitat
PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ikan malalugis. Diduga kekhasan sifat distribusi arus
di daerah Laut Sulawesi ini yang membuat kelimpahan
Didik Santoso ikan malalugis relatif tinggi di perairan Sulawesi Utara
JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, Hal.87-94. dibandingkan dengan daerah perairan lainnya di
e-mail: didiksantoso91@gmail.com Indonesia. Kelimpahan ikan malalugis yang tinggi
mendorong ikan ini menjadi komoditas penting dalam
ABSTRAK sektor perikanan di Laut Sulawesi. Meski demikian pada
tahun 2012 dilaporkan bahwa tingkat produksi ikan
Upaya untuk pengelolaan perikanan tangkap yang malalugis mengalami penurunan. Hal ini diduga karena
berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih terlalu tingginya tingkat eksploitasi atau diakibatkan oleh
keunggulan komparatif dan kompetitif adalah dengan adanya perubahan dalam kondisi ekosistem ikan
menentukan status pemanfaaatan ikan, khususnya ikan tersebut di Laut Sulawesi. Oleh karena itu studi ini
yang bernilai ekonomi penting sebagai tahap awal. dilakukan untuk mengkaji tingkat daya dukung
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan status lingkungan terhadap keberlangsungan sumberdaya
pemanfaatan ikan khususnya ikan-ikan yang bernilai perikanan malalugis di wilayah perairan Laut Sulawesi.
ekonomi penting di Selat Alas Propinsi NTB. Metode
yang digunakan untuk menentukan tingkat pemanfaatan KATAKUNCI: Laut Sulawesi, malalugis, ekosistem,
adalah dengan menggunakan potensi maksimum daya dukung
lestari dari Schaefer. Penelitian dilakukan di desa-desa
nelayan di sekitar Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara SEBARAN LARVAIKAN DAN KAITANNYADENGAN
Barat (NTB). Status pemanfaatan cumi-cumi (Loligo KONDISI OSEANOGRAFI LAUT SULAWESI
edulis) adalah sebesar 140,4%, tongkol (Euthynnus
affinis) sebesar 156,6%, dan kerapu (Ephinephelus sp)
Khairul Amri
sebesar 197,2% tergolong status over exploited.
JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, 103-114.
Sedangkan ikan cakalang (Katsuwanus pelamis) 72,6%,
e-mail: kh_amri@yahoo.com
dan kakap merah (Lutjanus campechanus) sebesar
65,7% berada dalam status moderately exploited.
ABSTRAK
KATAKUNCI: Status pemanfaatan, ikan, Over
Laut Sulawesi diketahui sebagai daerah
exploited, Persamaan Schaefer model,
penangkapan ikan yang potensial sekaligus diduga
Selat Alas, Propinsi NTB
sebagai lokasi pemijahan. Berbagai jenis larva ikan
pelagis maupun demersal ditemukan di perairan ini.
Kelimpahan dan sebaran larva ikan di suatu perairan

vi
sangat dipengaruhi oleh kondisi oseanografi seperti PERBEDAAN HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG
temperatur, salinitas dan sejumlah parameter lainnya YANG MENGGUNAKAN LAMPU MERKURI
termasuk ketersediaan pakan. Untuk mengetahui DENGAN LAMPU LED
pengaruh parameter oseanografi terhadap kelimpahan
dan sebaran spasial larva ikan di Laut Sulawesi, telah Muhammad Sulaiman
dilakukan penelitian menggunakan kapal riset KR JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, 123-130.
Baruna Jaya VII pada Oktober 2012. Parameter e-mail: dgcule1@gmail.com
oseanografi yaitu temperatur dan salinitas diukur
menggunakan iCTD dan sampling larva menggunakan ABSTRAK
bonggo net pada 18 stasiun pengukuran. Analisa
hubungan kondisi oseanografi dengan sebaran larva Teknik penangkapan ikan dengan alat tangkap
dilakukan secara deskriptif dan pemetaan sebarannya bagan di Indonesia khususnya di Kabupaten Barru
dilakukan secara spasial. Hasil menunjukan keterkaitan umumnya masih menggunakan lampu merkuri yang
sejumlah parameter oseanografi dengan kelimpahan mana membutuhkan energi listrik yang cukup besar.
dan sebaran spasial larva ikan. Sebaran larva famili Salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan
Scombroidae dominan berada pada perairan energi listrik yang besar ini dapat digunakan jenis lampu
bersalinitas tinggi karena merupakan jenis ikan hemat energi seperti lampu Light Emitting Diode (LED).
oseanik. Larva ikan demersal banyak ditemukan di Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perairan sekitar Kep.Sangihe Talaud. Kelimpahan larva perbedaan jenis ikan yang dominan tertangkap,
tertinggi ditemukan di perairan bagian utara dan barat komposisi jenis, dan berat ikan tertangkap antara bagan
lokasi penelitian dimana kelimpahan plankton tinggi yang menggunakan lampu merkuri dengan lampu LED.
ditemukan. Penelitian dilakukan di perairan Kabupaten Barru-Selat
Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasi pengamatan
KATAKUNCI: Laut Sulawesi, kondisi oseanografi, terletak pada posisi 4°22’48,7"-4°33’47,8"LS sampai
kelimpahan dan distribusi, larva ikan dengan 119°25’05,0"- 119°33’42,7"BT. Pengamatan
lapang/uji coba penangkapan dilakukan pada periode
KELIMPAHAN STOK IKAN ARWANA PAPUA Oktober-Nopember 2012 dan April-Mei 2013 (sebanyak
(Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) DI 50 (Trip penangkapan). Hasil penelitian menunjukkan
SUNGAI KUMBE, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA bahwa komposisi hasil tangkapan bagan yang
menggunakan lampu merkuri dan lampu LED
Agus Arifin Sentosa didominasi oleh ikan teri hitam, teri putih, kembung lelaki,
JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, 115-122. tembang, cumi-cumi, dan peperek, masing-masing
e-mail: agusarifinsentosa7@gmail.com sebanyak 90% dan 83%. Dengan komposisi jenis hasil
tangkapan yang demikian ini menunjukkan bahwa
ABSTRAK lampu LED dapat digunakan sebagai alat bantu
penangkapan ikan karena mampu memikat jenis ikan
Sungai Kumbe merupakan salah satu habitat utama target dan cenderung hasil tangkapannya sama dengan
ikan arwana Papua (Scleropages jardinii Saville-Kent, menggunakan lampu merkuri yang digunakan nelayan
1892) di Kabupaten Merauke. Penelitian ini bertujuan bagan. Terdapat perbedaan berat hasil tangkapan bagan
untuk mengkaji kelimpahan ikan arwana Papua di yang menggunakan lampu merkuri dari pada yang
Sungai Kumbe, Merauke. Pengambilan data dilakukan menggunakan lampu LED, namun dari nilai hasil
pada Februari – Maret dan November-Desember 2013 tangkapan tampak tidak berbeda. Berat per jenis hasil
dengan metode survei melalui percobaan penangkapan tangkapan yang dominan tertangkap dengan lampu LED
serta wawancara langsung dengan nelayan dan sebanyak17,49 kg/watt sedangkan lampu merkuri
pengumpul anakan arwana. Kelimpahan dihitung sebanyak 4,89 kg/watt. Hasil ini menunjukkan bahwa
dengan membagi jumlah induk atau anakan arwana bagan dengan lampu LED mendapatkan tangkapan
dengan luas area tercakup. Hasil menunjukkan bahwa lebih banyak dibandingkan dengan bagan lampu
rata-rata kelimpahan induk dan anakan ikan arwana merkuri.
Papua di Sungai Kumbe sebanyak 1 ekor induk/ha dan
58 ekor anakan/ha. Total anakan yang dapat KATAKUNCI: Bagan, hasil tangkapan, perbedaan
dimanfaatkan dari perairan Sungai Kumbe agar populasi lampu merkuri, LED
ikan arwana Papua terjaga kelestariannya sebanyak 321
– 6.419 ekor anakan.

KATAKUNCI: Arwana Papua, Scleropages jardinii,


kelimpahan, Sungai Kumbe, Merauke

vii
RALAT VOLUME 21 NOMOR 1 MARET 2015
NO PENULISAN AWAL PERBAIKAN HALAMAN
1. Tabel 4. Keragaman genetik ikan Satuan dalam kolom tabel ada 50
sidat di perairan Indonesia yang kurang jelas.

Tabel 4. Keragaman genetik ikan sidat di perairan Indonesia


Table 4. Genetic diversity of tropical eel in Indonesian waters
P Tajima's D
Species/subspecies n Nhp h 
test
16 0.937
A. marmorata 92 45 0.861 
 -1.9511*
A. interioris 13 4 12 0.974  0.541  -0.8798
A. n. nebulosa 7 4 6 0.953  0.302  -1.6226*
A. b. pacifica 18 4 12 0.935 ± 0.048 1.012  -2.2838**
A. b. bicolor 66 8 46 0.931 ± 0.026 1.060  -1.8541*
A. celebesensis 14 4 10 0.923  0.544  -0.4112
A. borneensis 3 1 3 1.000  0.128  n.d.
Total 213 134 6.653  0.307 4.448  0.010 -
Average - - 0.950 0.044 0.635  0.001 -
Tabel 4. Keragaman genetik ikan sidat di perairan Indonesia
Table 4. Genetic diversity of tropical eel in Indonesian waters

Species/subspecies n P Nhp h  Tajima's D test


A. marmorata 92 16 45 0.937  0.861  -1.9511*
A. interioris 13 4 12 0.974  0.541  -0.8798
A. n. nebulosa 7 4 6 0.953  0.302  -1.6226*
A. b. pacifica 18 4 12 0.935 ± 0.048 1.012  -2.2838**
A. b. bicolor 66 8 46 0.931 ± 0.026 1.060  -1.8541*
A. celebesensis 14 4 10 0.923  0.544  -0.4112
A. borneensis 3 1 3 1.000  0.128  n.d.
Total 213 134 6.653  0.307 4.448  0.010 -
Average - - 0.950 0.044 0.635  0.001 -

viii
Dinamika Ekologi Laut… terhadap Perikanan Malalugis (Decapterus macarellus) (P. Rahmadi & R. Puspasari)

DINAMIKA EKOLOGI LAUT SULAWESI (WPP 716) SEBAGAI DAYA DUKUNG


TERHADAP PERIKANAN MALALUGIS (Decapterus macarellus Cuvier, 1833)

THE ECOLOGICAL CONDITION OF SULAWESI COAST (FMA 716)


IN ITS CAPABILITY TO SUPPORT THE FISHERIES OF MALALUGIS (Decapterus
macarellus Cuvier, 1833)
Puji Rahmadi dan Reny Puspasari
Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI)
Teregistrasi I tanggal: 18 Juni 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 01 Juni 2015;
Disetujui terbit tanggal: 05 Juni 2015

ABSTRAK

Ikan Malalugis adalah ikan pelagis kecil yang merupakan hasil tangkapan utama nelayan di
perairan Laut Sulawesi. Pada tahun 2012 dilaporkan bahwa perikanan pelagis kecil menjadi
salah satu hasil perikanan yang penting, dan hasil tangkapan yang dominan dari perikanan pelagis
kecil tersebut adalah ikan malalugis biru (Decapterus macarellus). Jenis ikan malalugis memiliki
sifat bermigrasi dan membentuk gerombolan kecil yang mana sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya. Tipe arus pasut di Teluk Manado (Laut Sulawesi) merupakan arus pasut bolak
balik (reversing current). Banyaknya arus yang begitu aktif merupakan salah satu faktor yang
mendukung habitat ikan malalugis. Diduga kekhasan sifat distribusi arus di daerah laut Sulawesi
ini yang membuat kelimpahan ikan malalugis relatif tinggi di perairan Sulawesi Utara dibandingkan
dengan daerah perairan lainnya di Indonesia. Kelimpahan ikan malalugis yang tinggi mendorong
ikan ini menjadi komoditas penting dalam sektor perikanan di Laut Sulawesi. Meski demikian
pada tahun 2012 dilaporkan bahwa tingkat produksi ikan malalugis mengalami penurunan. Hal
ini diduga karena terlalu tingginya tingkat eksploitasi atau diakibatkan oleh adanya perubahan
dalam kondisi ekosistem ikan tersebut di Laut Sulawesi. Oleh karena itu studi ini dilakukan untuk
mengkaji tingkat daya dukung lingkungan terhadap keberlangsungan sumberdaya perikanan
malalugis di wilayah perairan Laut Sulawesi.

KATA KUNCI: Laut Sulawesi, malalugis, ekosistem, daya dukung

ABSTRACT

Malalugis fish is a small pelagic fish that constitute the main catch of fishermen in the waters of North
Celebes Sea. In 2012 it was reported that small pelagic fishery became one of the important fishery products
and it was dominated by the species of Malalugis (Decapterus macarellus). This species has a typical
behavior which was highly mobility and forming fish schooling and strongly influenced by environmental
conditions. The type of tidal current in North Sulawesi coast is reversing current. This kind of current could
make a very active current in the water which is suitable for the habitat of Malalugis. This distinctiveness of
current was considered as a trigger for relatively high abundance of Malalugis in this area compared to its
abundance in other water body of Indonesian territory. In 2012, total catch of this species has been reported
to be decreased; this may caused by either high level of exploitation nor changing on its habitat or even both.
This study was conducted to investigate the capability of ecosystem and habitat of Malalugis to support its
sustainability.

KEYWORDS: North Sulawesi Coast, malalugis, ecosystem, carrying capacity


PENDAHULUAN bagian utara. Di sebelah timur dibatasi oleh rantai
kepulauan Sangihe, dan di sebelah barat berbatasan
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) 716 langsung dengan perairan Tarakan (Kalimantan Utara).
meliputi wilayah perairan Laut Sulawesi dan perairan Perairan laut ini berbentuk basin besar, dan
sebelah utara Pulau Halmahera yang tercakup dalam kedalamnya mencapai 6.200 m. Memanjang 420 mil
wilayah administrasi 5 provinsi yaitu: Kalimantan (675 km) utara-selatan dengan 520 mil (837 km) timur-
Utara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, barat dan wilayah permukaan totalnya 110.000 mil
dan Maluku Utara. Sedangkan untuk Laut Sulawesi persegi (280.000 km persegi). Arus laut yang kuat,
sendiri membentang disebelah utara provinsi Sulawesi parit samudera yang dalam dan gunung laut yang
Utara dan dibatasi oleh Samudera Pasifik dan tinggi, bergabung dengan pulau vulkanik,
kepulauan Sulu, Laut Sulu dan Kepulauan Filipina di mengakibatkan terbentuknya ciri oseanografis yang
___________________
Korespondensi penulis:
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan; e-mail: puji.rahmadi@gmail.com
Jln. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara-14430 95
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.2 Juni 2015: 95-102

kompleks. (http://www.eafm-indonesia.net/) Laut bergerak cepat di sepanjang tepian karang dekat


Sulawesi terletak di subequatorial dan zona equatorial dengan tubir laut dalam, makanan utama mereka
(latitude 1o – 14oN), mendapatkan pengaruh iklim adalah zooplankton (Smith-Vaniz, 1995). Ikan ini
tropis monsoon yang menghasilkan curah hujan biasanya ditangkap nelayan sebagai umpan untuk
tahunan melebihi 1000 mm di beberapa daerah menangkap ikan tuna, meski demikian karena jumlah
(berkisar antara 500 mm - > 5000 mm per tahun) dan tangkapan ikan malalugis lebih dari cukup untuk
rata-rata suhu minimum > 20oC. Terdapat sekitar 8 digunakan sebagai umpan, ikan ini juga menjadi ikan
sungai besar (www.seputarSulut.com) dan lebih dari konsumsi khususnya di daerah perairan Laut
79 sungai sedang dan kecil (http://Sulutiptek.com) Sulawesi. Pada tahun 2012, di perairan Laut Sulawesi
yang bermuara ke Laut Sulawesi. dilaporkan bahwa perikanan pelagis kecil menjadi
salah satu jenis perikanan yang penting, dan hasil
Laut Sulawesi menerima masukan masa air tangkapan yang dominan dari perikanan pelagis kecil
oseanik permukaan dari arus ekuatorial utara, arus tersebut adalah ikan malalugis biru (Decapterus
ini masuk ke wilayah Laut Sulawesi dari arah timur macarellus) (BPPL, 2012). Kelimpahan ikan malalugis
laut ekuator melalui koridor Sangihe dan Talaud, yang tinggi mendorong ikan ini menjadi komoditas
sementara aliran arus bawah permukaan mengalir penting dalam sektor perikanan di Laut Sulawesi.
dengan arah yang berlawanan. Arus permukaan Meski demikian pada tahun 2012 dilaporkan bahwa
mengalir ke selatan melalui Selat Makasar dan antara tingkat produksi ikan ini mengalami penurunan (BPPL,
Sulawesi dan Morotai-Halmera, kondisi ini 2012). Hal ini diduga karena terlalu tingginya tingkat
berpengaruh terhadap aliran masa air dari Pasifik ke eksploitasi atau adanya perubahan dalam kondisi
Samudera Indonesia. Arus lokal dihasilkan dari ekosistemnya (Magurran, 1988). Studi ini mengkaji
“eddies” yang komplek (pusaran masa air) dan arus tingkat daya dukung lingk ungan terhadap
berlawanan, (De Vantier et. al., 2004). Arus permukaan keberlangsungan sumberdaya perikanan malalugis di
Teluk Manado dipengaruhi pasang surut. Tipe arus wilayah perairan Laut Sulawesi yangtermasuk
pasut di Teluk Manado merupakan arus pasut bolak kedalam WPP 716.
balik (reversing curent) (Royke, 2009).
BAHAN DAN METODE
Ikan malalugis adalah ikan pelagis yang
merupakan mangsa dari ikan – ikan yang lebih besar Penelitian ini mengkaji kondisi habitat dan ekologi
(pelagis besar). Ikan ini kadang-kadang terlihat di dari periran Laut Sulawesi, khususnya Wilayah
permukaan perairan, akan tetapi umumnya jenis Pengelolaan Perikanan (WPP) 716 (Gambar 1) dalam
spesies ini menempati relung antara 40 – 200 m kemampuannya untuk mendukung keberlangsungan
kedalaman laut. Biasanya terlihat bergerombol dan perikanan malalugis.

Gambar. 1. Posisi geografis Laut Sulawesi (eafm-indonesia.net accessed on April 14, 2015).
Figure 1. Geographical position on North Sulawesi Coast (eafm-indonesia.net).

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tersebut. Analisa terhadap data dilakukan secara
metode, antara lain; desk study, sampling di lapangan deskriptif, karena penelitian ini tidak melakukan
yang dilakukan sebanyak 2 kali selama tahun 2013, pengujian terhadap sebuah hipotesis akan tetapi
wawancara dengan narasumber dan kegiatan Focus menggambarkan dan menginterpretasikan kondisi
Group Discussion (FGD) untuk pengumpulan yang ada di daerah kajian (Sukmadinata, 2006). Data
pendapat dari ahli dan pelaku kegiatan perikanan yang diperoleh dari lapangan maupun dari FGD

96
Dinamika Ekologi Laut… terhadap Perikanan Malalugis (Decapterus macarellus) (P. Rahmadi & R. Puspasari)

kemudian dianalisis bersama dengan data yang dengan pencemaran lingkungan pesisir dan laut di
bersumber pada laporan pemerintah, data statistik, wilayah Laut Sulawesi, terdapat beberapa parameter
dan laporan penelitian terdahulu. kualitas air yang melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan oleh Kep. Men. LH Nomor 51 Tahun 2004
Metode yang digunakan untuk mengukur indikator tentang Baku Mutu Air Laut, yaitu parameter nitrat,
ekologi dilakukan berdasarkan masing – masing jenis nitrit, tembaga dan besi. Pengaruh besarnya
indikator yang diukur. Sebagai contoh, kualitas air, konsentrasi tersebut dapat dilihat dengan keberadaan/
kondisinya ditentukan berdasarkan standard baku tekanan yang ada terutama banyaknya aktifitas
mutu Kep. Men. LH Nomor 51 Tahun 2004 tentang kegiatan industri, kegiatan domestik, pelabuhan,
Baku Mutu Air Laut. Sedangkan untuk mengetahui pertanian dan outlet di beberapa sungai.
keanekaragaman lamun, mangrove dan karang diukur
berdasarkan indeks shanon-weaner (Magguran, 1988). Berdasarkan penelitian tentang penangkapan ikan
Dengan rumus sebagai berikut; pelagis di perairan Gorontalo Utara, dilaporkan bahwa
ikan malalugis (Decapterus macarellus) pernah
H' =  s  pi  lnpi  tertangkap menggunakan bagan di daerah perairan
i=1
pantai. Lebih lanjut, pada daerah perairan dangkal
Untuk mengetahui tingkat dominansi atau luas yang terdapat banyak tutupan terumbu karang juga
tutupan dari masing – masing spesies (lamun, tertangkap ikan malalugis yang sudah matang gonad
mangrove dan karang ) diukur dengan Indeks Nilai penuh (BPPL, 2012).
Penting (INP) dari Mueller – Dombois & Ellenberg
(1974), yang mengacu pada nilai kerapatan relative Indikator Status Padang Lamun
(KR), frekuensi relative (FR), dan doninansi relative
(DR) untuk setiap spesies. Dari 58 jenis lamun di dunia, 12 jenis di antaranya
ditemukan di perairan Indonesia (Kuo & Comb, 1989;
HASIL DAN BAHASAN Hartog, 1970; Azkab, 2009). Dari 12 jenis spesies
HASIL yang terdapat di Indonesia, 7 diantaranya ditemukan
di perairan pantai Sulawesi Utara (FPI-Unsrat, 1999).
Kajian data diulas berdasarkan beberapa indikator Pada tahun 2012, luas padang lamun di Provinsi
kesehatan suatu perairan laut yang diperkirakan Sulawesi Utara tercatat sekitar 942.259 Ha yang
berpengaruh terhadap perikanan malalugis. Indikator tersebar di 12 Kabupaten/Kota dengan luas terbesar
didefinisikan sebagai variabel, pointers atau nilai indek berada di Kabupaten Minahasa Selatan sekitar
dari suatu fenomena (Garcia, 2003) yang secara 939.590 Ha, terkecil berada di Kota Manado hanya
umum telah digunakan untuk menggambarkan dan 45 Ha. Luas tutupan rata-rata lamun berkisar antara
melaporkan kondisi suatu ekologi (Spellerberg, 2005). 41,53 – 50,63 % (BLH Prov. Sulawesi Utara, 2012).
Indikator biasanya dipilih untuk mendapatkan Estimasi luasan dan kerusakan padang lamun di
informasi yang memadai yang mencakup komponen Provinsi Sulawesi Utara disajikan pada Tabel 1.
dan atribut suatu ekosistem. Pada kajian ini enam
indikator dipilih untuk mewakili dalam penggambaran Indikator Status Mangrove
kondisi ekologi dari habitat ikan malalugis, antara lain:
Hutan mangrove yang termasuk dalam kawasan
Kualitas Perairan lindung di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data
Bapedalda Sulsel sekitar 26.000 hektar pada tahun
Kondisi fisik perairan Laut Sulawesi relatif stabil, 2010. Luasan tersebut telah banyak berkurang pada
suhu permukaan tercatat pada kisaran 280 – 31,10C. tahun 2012, berdasarkan laporan dari BLH Prov.
Salinitas perairan lapisan permukaan bervariasi Sulawesi Utara menjadi 15.816,43 Ha yang tersebar
menurut musim, salinitas permukaan Samudera di 13 Kabupaten/kota dengan total luas presentasi
Pasifik pada umumnya berkisar antara 31,5 ‰ – 34,5 tutupan lahan ±49,07%. Tingkat kerapatan dan
‰ (Tomascik et al., 1997), akan tetapi salinitas di perairan tutupan dari hutan mangrove di perairan Laut Sulawesi
Laut Sulawesi tercatat antara 29,2 ‰ – 32,5 ‰. ini tergolong dalam tingkat rendah (<50%). Data luas
tutupan hutan mangrove pada masing-masing daerah
Berdasarkan data Badan Pengelolaan Lingkungan di Laut Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 2.
Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Sulut (2012) terkait

97
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.2 Juni 2015: 95-102

Tabel 1. Estimasi luasan dan kerusakan padang lamun di Provinsi Sulawesi Utara
Table 1. Estimation of seagrass area and damaged in North Sulawesi Province
Luas/Aarea Luas Area Kerusakan
No. Kabupaten / Kota (Regency)
(Ha) Area of damaged (Ha)
1. Kota Manado 45 -
2. Kota Bitung - -
3. Kabupaten Minahasa 120 -
4. Kabupaten Minahasa Selatan 939.590 -
5. Kabupaten Minahasa Utara - -
6. Kabupaten Minahasa Tenggara 900 0.5
7. Kabupaten Kepulauan Sangihe - -
8. Kabupaten Kepulauan Talaud - -
9. Kabupaten Kepulauan Sitaro 107 82.00
10. Kabupaten Bolaang Mongondow 175.55 -
11. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 356 125.00
12. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur 115 -
13. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 850 50.00
Total 942.259 257.00
Sumber: SLHD Prov. Sulut 2012, Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut, 2012.
Sources: SLHD Sulut Prov. 2012, BLH of Sulut Prov. 2012.

Tabel 2. Luas hutan mangrove di Provinsi Sulawesi Utara


Table 2. Mangrove forest area in North Sulawesi
Persentase
Luas/Area Tutupan
No. Kabupaten / Kota (Regency)
(Ha) /Percentage of
Covered (%)
1. Kota Manado 135 66.67
2. Kota Bitung 11 -
3. Kabupaten Minahasa - -
4. Kabupaten Minahasa Selatan 940 75
5. Kabupaten Minahasa Utara 302.30 61.66
6. Kabupaten Minahasa Tenggara 482 44.81
7. Kabupaten Kepulauan Sangihe 269.05 95.30
8. Kabupaten Kepulauan Talaud 859 86.03
9. Kabupaten Kepulauan Sitaro 823 55.41
10. Kabupaten Bolaang Mongondow 644.08 37.36
11. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 1,290 59.30
12. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur 1,500 55
13. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2,561 99.57
Total 15,816.43 49.07
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara (2012).
Sources : BLH of Sulut Province (2012).

Indikator Status Terumbu Karang tingkat kerusakan terumbu karang di perairan Laut
Sulawesi diperkirakan mencapai 50% dari total tutupan
Tutupan terumbu karang di perairan Sulawesi karang di daerah tersebut (Dinas Kelautan dan
Utara, khususnya di Laut Sulawesi mencapai luasan Perikanan Prov. Sulawesi Utara, 2012). Luas tutupan
2.433.067Ha (47,8%) yang tersebar di 12 kabupaten/ dan kondisi terumbu karang dapat dilihat pada Tabel
kota. Meski demikian, yang menjadi perhatian adalah 3 dibawah ini.

98
Dinamika Ekologi Laut… terhadap Perikanan Malalugis (Decapterus macarellus) (P. Rahmadi & R. Puspasari)

Tabel 3. Luas tutupan dan kondisi terumbu karang di Sulawesi Utara tahun 2012
Table 3. Percent cover and the condition of coral reef in North Sulawesi in 2012

No. Kabupaten/Kota (Regency) Luas Persentase Luas Terumbu Karang (%)


(di pesisir) Area Percentage of Covered (%)
(Ha) Sangat Baik Sedang Rusak
Baik
Excellent Good Enough Damaged
1. Kota Manado 215 - 41.86 23.26 34.88
2. Kota Bitung 10.70 - - - -
3. Kab. Minahasa 360 - - - -
4. Kab. Minahasa Selatan 1,349.6 - 0.06 0.01 0.04
5. Kab. Minahasa Utara - - - - -
6. Kab. Minahasa Tenggara 75 - 26.67 46.67 26.67
7. Kab. Kepulauan Sangihe 146.96 - - - -
8. Kab. Kepulauan Talaud 4,008.9 0.35 55.08 36.72 18.36
9. Kab. Kepulauan Sitaro 528 - - - -
10. Kab. Bolaang Mongondow 920.958 - - - -
11. Kab. Bolaang Mongondow Utara 154.68 - - - -
12. Kab. Bolaang Mong. Timur 1.28 - - - -
13. Kab. Bolaang Mong. Selatan 1.18 - - - -

Total 2433.07
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara (2012).
Sources: BLH of Sulut Province (2012).

a. Habitat Khusus untuk Keberlangsungan b. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Kondisi


Target Spesies Habitat

Laut Sulawesi terletak di pusat bio-diversitas tropis, Pendapat narasumber pada FGD menyatakan
hal ini membuat wilayah Laut Sulawesi kaya akan adanya kerusakan terumbu karang yang sebagian
keanekaragaman hayati dimana ditemukan lebih dari besar diakibatkan adanya perubahan iklim. Habitat
500 spesies karang, 2.500 spesies ikan laut, habitat terkena dampak perubahan iklim ditunjukkan dengan
spesies penyu laut (green, hawksbill, olive ridley, adanya kerusakan tutupan karang yang sudah
loggerhead dan leatherback) dan beberapa habitat mencapai 50 % dari total tutupan karang (DKP Prov.
mamalia air laut diantaranya adalah paus pembunuh Sulawesi Utara, 2012). Kondisi terumbu karang yang
(sperm whale) dan dugong (BLH Prov. Sulawesi Utara, rusak mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi dan
2012). kemampuan daya dukung lingkungan terhadap biota
yang bersimbiosis didalamnya. Di perairan Laut
Hasil penelitian Manu (2005) melaporkan bahkan Sulawesi telah dilaporkan memiliki dominansi juvenile
pengamatan terhadap kelimpahan genus juvenile ikan untuk jenis ikan malalugis (Manu, 2005), oleh karena
di daerah Likupang di dominasi 7 jenis ikan, antara itu, penurunan kemampuan daya dukung lingkungan
lain: Decapterus spp., Stolephorus spp., Sardinella diprediksi akan mempengaruhi keberlangsungan jenis
sp., Apogon sp., Lutjanus sp., Chanos sp., dan ikan malalugis.
Terapon sp. Diantara ketujuh jenis ikan juvenile
Decapterus spp. adalah yang dominan ditemukan BAHASAN
dengan jumlah mencapai 21% dari total sampel. Hal Kualitas Perairan
ini mendukung dugaan bahwa habitat pemijahan dan
habitat asuhan ikan malalugis adalah didaerah Salinitas perairan Laut Sulawesi terukur lebih
perairan dangkal karena Likupang merupakan daerah rendah dari rata – rata salinitas pada Samudera Pasifik
perairan dangkal Laut Sulawesi. Tipe arus pasut di dimungkinkan karena adanya perbedaan lokasi dan
Teluk Manado merupakan arus pasut bolak balik banyaknya volume air tawar baik dari aliran sungai
(reversing curent) (Royke, 2009). Tipe arus tersebut atau air hujan yang masuk ke laut (FPI-Unsrat, 1999).
mengakibatkan banyaknya arus yang begitu aktif, Pada beberapa bagian dari perairan Sulawesi Utara
kondisi ini merupakan salah satu faktor yang telah dikembangkan untuk berbagai jenis kegiatan,
mendukung habitat ikan malalugis (Nontji, 2002). diantaranya kegiatan perikanan, pertambangan, lokasi

99
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.2 Juni 2015: 95-102

pariwisata dan juga Taman Nasional Laut. Untuk pada kegiatan FGD. Dari hasil FGD disimpulkan bahwa
menjaga keberlangsungan kegiatan tersebut, kualitas tingkat keanekaragaman spesies lamun di daerah
air yang baik merupakan syarat mutlak yang harus perairan Laut Sulawesi adalah pada level sedang,
dijaga (FPI-Unsrat, 1999, FGD Balitbang, 2013). Laut dengan pertimbangan terdapat 7 spesies dari 12
Sulawesi yang dikelilingi pulau-pulau dan terumbu spesies yang ada di Indonesia.
karang dangkal saat ini separuh terisolasi,
kemungkinan wilayah itu lebih terisolasi pada jutaan Indikator Status Mangrove
tahun lampau sehingga membuat banyak kelompok
organisme terkurung di lembah tersebut (FPI-Unsrat, Karakteristik fisik pantai di daerah Sulawesi pada
1999). umumnya tidak ideal untuk pertumbuhan mangrove
karena tingkat sedimentasi yang rendah. Penggunaan
Dengan tertangkapnya ikan malalugis yang vegetasi mangrove yang ada di Sulawesi Utara
matang gonad maupun yang berukuran kecil umumnya mengancam keberadaanya, hal ini
mengindikasikan bahwa daerah pesisir khususnya disebabkan oleh aktivitas manusia, termasuk
daerah yang ditutupi terumbu karang merupakan penebangan kayu untuk tujuan kayu perkakas, kayu
habitat dari spesies tersebut selain daerah laut dalam. bakar, pembuatan bahan semi komersial, disamping
Berdasarkan informasi sumber dan catatan pelaku pertambakan (FGD Balitbang KP, 2013). Ekosistem
kegiatan perikanan yang terangkum dalam FGD, di mangrove dapat menjadi sangat produktif, sehingga
daerah Laut Sulawesi tidak pernah dilaporkan adanya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Perlindungan,
peristiwa – peristiwa yang mengindikasikan terjadinya rehabilitasi dan pemantauan hutan mangrove dan
eutrofikasi, namun berdasarkan laporan dari SLHD daerah pantai yang efektif masih kurang. Hal ini
Prov.SulawesiUtaratahun2012yang mengklasifikasikan disebabkan oleh tidak memadainya SDM, peralatan,
pencemaran yang terjadi di daerah pesisir Laut dan biaya. Oleh karena itu hambatan – hambatan
Sulawesi kedalam status tercemar sedang, hal ini tersebut masih terus diupayakan pemecahannya
dapat mengancam kelestarian ikan malalugis dalam rangka memulihkan dan mempertahankan
khususnya terhadap keberlangsungan hidup larva dan sumberdaya ekosistem mangrove yang berkelanjutan
juvenilenya. (FGD Balitbang KP, 2013; DKP Sulut, 2012).

Indikator Status Padang Lamun Indikator Status Terumbu Karang

Padang lamun telah diketahui sebagai salah satu Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi,
ekosistem paling produktif di perairan pesisir atau laut antara lain sebagai pelindung pantai dan habitat biota
dangkal (Thayer et al., 1975). Di perairan Indonesia, termasuk ikan. Laut Sulawesi adalah jantung segitiga
umumnya lamun tumbuh di daerah pasang-surut, terumbu karang yang berbatasan dengan Indonesia,
pantai pesisir dan sekitar pulau-pulau karang (Nienhuis Filipina, dan Malaysia; sebuah wilayah yang terkenal
et al., 1989). memiliki keanekaragaman hayati tinggi, terdapat lebih
dari 27 jenis spesies terumbu karang (FPI-Unsrat,
Tingkat kerapatan dan tutupan padang lamun di 1999). Lebih lanjut Dinas Kelautan dan Perikanan
Laut Sulawesi tergolong dalam tingkat sedang (30 – Provinsi Sulawesi Utara menjelaskan banyak faktor
49,9%). Meskipun tingkat tutupan dan yang menyebabkan terjadinya kerusakan kondisi
keanekaragaman yang masih dapat mendukung untuk terumbu karang di Laut Sulawesi, meski demikian
kegiatan perikanan malalugis, akan tetapi data dari faktor kerusakan karena terkena dampak peningkatan
SLHD Provinsi Sulawesi Utara dan laporan dari BLH suhu air laut yang ditimbulkan akibat pemanasan
Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan adanya global dan kerusakan dari aktifitas penangkapan ikan
kerusakan luas tutupan padang lamun. Kerusakan yang tidak ramah lingkungan masih menjadi kontribusi
padang lamun ini selain disebabkan oleh terjadinya yang utama dalam tingkat kerusakan ini. Faktor lain
fenomena alam juga disebabkan oleh aktifitas manusia yang juga menjadi penyebab rusaknya terumbu
baik dalam kegiatan perikanan maupun rekreasi (FPI- karang di daerah perairan Laut Sulawesi adalah
Unsrat, 1999). Oleh karena itu untuk menjaga pencemaran dan sedimentasi (sampah). Kerusakan
kelestarian perikanan malalugis di perairan Laut ini tidak dapat dibiarkan berlanjut dan membutuhkan
Sulawesi, salah satu diantaranya dapat dilakukan adanya pengelolaan yang bersifat segera, karena
dengan menjaga dan meningkatkan kondisi tutupan berdasarkan beberapa laporan terdahulu menyatakan
padang lamunnya. bahwa terumbu karang merupakan tempat atau
habitat bagi larva dan juvenile ikan malalugis.
Tingkat keanekaragaman species padang lamun
diperoleh berdasarkan beberapa narasumber terkait

100
Dinamika Ekologi Laut… terhadap Perikanan Malalugis (Decapterus macarellus) (P. Rahmadi & R. Puspasari)

Habitat Khusus untuk Keberlangsungan Target - Usaha untuk mencegah kerusakan padang
Spesies lamun dan tutupan terumbu karang agar tidak
terjadi degradasi yang berlanjut dan dapat
Diantara 7 jenis spesies ikan yang tertangkap di menjaga fungsi daya dukung ekosistem
perairan Laut Sulawesi (Likupang), juvenile Decapterus tersebut terhadap ikan– ikan yang bersimbiosis
spp. adalah yang dominan ditemukan. Hal ini didalamnya.
mendukung dugaan bahwa habitat pemijahan dan - Perlu adanya strategi adaptasi kegiatan
habitat asuhan ikan malalugis adalah di daerah perikanan yang sesuai dengan fenomena
perairan dangkal karena Likupang merupakan daerah perubahan iklim agar kelestarian perikanan
perairan dangkal dari Laut Sulawesi. Diduga sifat malalugis dapat terjaga.
distribusi arus yang spesifik di daerah Laut Sulawesi
membuat kelimpahan ikan malalugis relatif tinggi PERSANTUNAN
dibanding daerah perairan lain di Indonesia.
Tulisan ini merupakan salah satu kontribusi dalam
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Kondisi Penelitian EAFM untuk perikanan pelagis kecil di
Habitat perairan Laut Sulawesi Utara tahun 2012/2013 pada
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
Kerusakan ekosistem membutuhkan waktu yang Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI).
sangat lama untuk kembali pulih seperti semula.
Meskipun demikian, apabila kerusakan ekosistem DAFTAR PUSTAKA
disebabkan oleh fenomena alam, hal yang dapat
dilakukan adalah mencegah terjadinya kerusakan Azkab, M. 2009. Lamun (seagrass): Pedoman
yang lebih parah dan diikuti dengan adaptasi kegiatan inventarisasi lamun, Pusat Penelitian Oseanografi,
perikanan terhadap kondisi yang ada. Pemerintah Jakarta. 1: 1-16.
daerah Sulawesi Utara sedang melakukan finalisasi
terhadap rencana zonasi daerah konservasi dan pulau- Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara.
pulau kecil dan membuat RAD (Rencana Aksi Daerah) 2012. Buku Laporan Tahunan Status Lingkungan
perubahan iklim yang dilaksanakan di wilayah Teluk Hidup Daerah tahun 2012. BLH, Sulut. 164 p.
Tomini dalam rangka adaptasi terhadap perubahan
iklim yang terjadi. Hal ini merupakan langkah yang BPPL. 2012. Penelitian perikanan pelagis kecil di
baik dalam pengelolaan perikanan khususnya untuk WPP 712 dan 716. Laporan Tahunan. Balai
menjaga kelangsungan sumberdaya perikanan Penelitian Perikanan Laut (BPPL). 64 p.
malalugis di perairan Sulawesi Utara.
FPI-Universitas Sam Ratulangi Manado. 1999. Survei
KESIMPULAN Kondisi Terumbu Karang, Mangrove dan Rumput
Laut di Daerah Pesisir Pantai Desa Airbuana,
Berdasarkan analisis terhadap beberapa parameter Kahuku, Rumbia, Minanga, Sapa, dan Boyong
yang diasumsikan dapat digunakan untuk mengukur Pante, Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara TE-
kondisi habitat dan ekosistem, meskipun beberapa 99/04-I. Manado, Natural Resources
indikator menunjukkan kondisi yang tidak optimal, Management– USAID. 91 pp.
akan tetapi habitat dan ekosistem ikan malalugis di
Laut Sulawesi Utara secara umum masih dalam Garcia, S. M. 2003. The ecosystem approach to
kondisi yang baik (kondisi sedang cenderung ke baik) fisheries: isus, terminology, principles, institutional
untuk mendukung keberlangsungan perikanan foundations, implementation and outlook, FAO. 65
malalugis. Kondisi ini memerlukan beberapa usaha pp.
untuk mempertahankan dan atau meningkatkan daya
dukung ekosistem terhadap perikanan malalugis; Hartog, C. D., 1970. The seagrasess of the world.
diantaranya; North Holland, Amsterdam, 275 pp.

- Pengelolaan limbah rumah tangga sebelum http://Sulutiptek.com/sungaiminahasa-php.php,


dibuang ke laut agar menurunkan tingkat accessed on sept 15, 2014.
pencemaran di daerah pesisir dan perairan
dangkal yang merupakan habitat dari sebagian http://www.eafm-indonesia.net/, accessed on April 14,
besar juvenil ikan, khususnya juvenile ikan 2015.
malalugis di Sulawesi Utara.

101
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.2 Juni 2015: 95-102

http://www.seputarSulut.com/geografi-sulawesi-utara, Smith-Vaniz, W.F., 1995. Carangidae. Jureles,


accessed on sept 15, 2014 pámpanos, cojinúas, zapateros, cocineros,
casabes, macarelas, chicharros, jorobados,
Kuo, J., & A. McComb., 1989. Seagrass taxonomy, medregales, pez pilota. p. 940-986. In W. Fischer,
structure and development. Biology of seagrasses: F. Krupp, W. Schneider, C. Sommer, K.E.
a treatise on the biology of seagrasses with special Carpenter and V. Niem (eds.) Guia FAO para
reference to the Australian Region: p. 6-73. Identification de Especies para lo Fines de la
Pesca. Pacifico Centro-Oriental. 3 Vols. FAO,
Magurran, A. E., 1988. Ecological Diversity and Its Rome. FAO, 1995. III: p. 1201 – 1813.
Measurement. Springer. 179 pp.
Sukmadinata. 2006. Pengendalian Mutu pendidikan
Manu, G. D. 2005. Distribusi spasial larva ikan di Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan
ekosistem estuari dan laut Teluk Likupang Instrumen). Bandung: Refika Aditama. 47 pp.
Sulawesi utara. Institut Pertanian Bogor, 64 pp.
Thayer, C. W., S. M. Adams & M. L. LaCroix. (1975).
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Standar Structural and functional aspects of a recently
Baku Mutu Air Laut. Kep.Men. LH. No. 51, Tahun established Zostera marina community. In: Cronin.
2004. L. E. (ed.) Estuarine Res. 1. 517-540

Mueller-Dombois, D., & H. Ellenberg. 1974. Aims and Tomascik, T., A.J. Mah., A. Nontji. & M.K. Moosa.
methods of vegetation ecology. 547 pp. 1997. The Ecology of Indonesian Seas, Part I. The
Ecology of Indonesia Series, Volume VII. Periplus
Nienhuis, P., Coosen, J., & Kiswara, W. 1989. Editions, Singapore. 642 pp.
Community structure and biomass distribution of
seagrasses and macrofauna in the Flores Sea, Tomascik, T., A.J. Mah., A. Nontji. & M.K. Moosa,
Indonesia. Neth. J. Sea Res. 23: 197-214. 1997. The Ecology of Indonesian Seas, Part II. The
Ecology of Indonesia Series, Volume VIII. Periplus
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara, Djambatan, Jakarta. Editions, Singapore. 746 pp.
368 pp.

Royke, R. M. (2009) Pengaruh Pasang Surut Pada


Pergerakan Arus Permukaan Di Teluk Manado. J.
Perikan.Kel.Tropis. 3: 15-19.

102
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
Pedoman Bagi Penulis
UMUM

1. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia memuat hasil-hasil penelitian bidang biologi perikanan, teknologi pemanfaatan
sumberdaya ikan, pengkajian potensi dan pemacuan sumberdaya ikan.
2. Naskah yang dikirim asli dan jelas tujuan, bahan yang digunakan, maupun metode yang diterapkan dan belum pernah
dipublikasikan atau dikirimkan untuk dipublikasikan di mana saja.
3. Naskah ditulis/diketik dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak diperkenanka n menggunakan singkatan yang tidak
umum
4. Naskah diketik dengan program MS-Word dalam 2 spasi , margin 4 cm (kiri)-3 cm (atas)- 3 cm (bawah) dan 3 cm (kanan),
kertas A4, font 12-times news roman, jumlah naskah maksimal 15 halaman dan dikirim rangkap 3 beserta soft copynya .
Penulis dapat mengirimkan naskah ke Redaksi Pelaksana Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, Pusat Penelitian Pengelolaan
Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Jl. Pasir Putih No.II Ancol, Jakarta Utara 14430, Telp.: (021) 64700928, Fax .:
(021) 64700929, E-mail: drprpt2009@gmail.com. Website: http://p4ksi.litbang.kkp.go.id.
5. Dewan Redaksi berhak menolak naskah yang dianggap tidak layak untuk diterbitkan.

PENYIAPAN NASKAH

1. Judul : Naskah hendaknya tidak lebih dari 15 kata dan mencerminkan isi naskah, diikuti dengan nama
penulis. Jabatan atau instansi penulis ditulis sebagai catatan kaki di bawah halaman pertama.
2. Abstrak : Dibuat dengan Bahasa Indonesia dan Inggris paling banyak 250 kata, isinya ringkas dan jelas
serta mewakili isi naskah.
3. Kata Kunci : Ditulis dengan Bahasa Indonesia dan Inggris, terdiri atas 4 sampai 6 kata ditulis dibawah abstrak
dan dipilih dengan mengacu pada agrovocs.
4. Pendahuluan : Secara ringkas menguraikan masalah-masalah, tujuan, dan pentingnya penelitian. Jangan
menggunakan sub bab.
5. Bahan dan Metode : Secara jelas dan ringkas menguraikan penelitian dengan rincian secukupnya sehingga
memungkinkan peneliti lain untuk mengulangi penelitian yang terkait.
6. Hasil dan Bahasan : Hasil dan bahasan dipisah, diuraikan secara jelas serta dibahas sesuai dengan topik atau
permasalahan yang terkait dengan judul.
7. Kesimpulan : Disajikan secara ringkas dengan mempertimbangkan judul naskah, maksud, tujuan, serta hasil
penelitian.
8. Persantunan : Memuat judul kegiatan dan dana penelitian yang menjadi sumber penulisan naskah.
9. Daftar Pustaka : Disusun berdasarkan pada abjad tanpa nomor urut dengan urutan sebagai berikut.
Nama pengarang (dengan cara penulisan yang baku), tahun penerbitan, judul artikel, judul buku
atau nama dan nomor jurnal, penerbit dan kota, serta jumlah atau nomor halaman.

Contoh : Sunarno, M. T. D., A. Wibowo, & Subagja. 2007. Identifikasi tiga kelompok ikan belida ( Chitala lopis) di
Sungai Tulang Bawang, Kampar, dan Kapuas dengan pendekatan biometrik. J.Lit.Perikan.Ind.
13 (3). 1-14.
Sadhotomo, B. 2006. Review of environmental features of the Java Sea. Ind.Fish Res J. 12 (2). 129-157.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scintific Publishing
Company. New York. 318 p.
Defeo, O., T. R. Mc Clanahan, & J. C. Castilla. 2007. A brief history of fisheries management with
emphasis on societal participatory roles. In McClanahan T. & J. C. Castilla (eds). Fisheries
Management: Progress toward Sustainability. Blackwell Publishing. Singapore. p. 3-24.
Utomo, A. D., M. T. D. Sunarno, & S. Adjie. 2005. Teknik peningkatan produksi perikanan perairan umum
di rawa banjiran melalui penyediaan suaka perikanan. In Wiadnyana, N. N., E. S. Kartamihardja,
D. I. Hartoto, A. Sarnita, & M. T. D. Sunarno (eds). Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia
Ke-1. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. p. 185-192.
Publikasi yang tak diterbitkan tidak dapat digunakan, kecuali tesis, seperti contoh sebagai berikut:
Wudianto. 2001. Analisis sebaran dan kelimpahan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di
perairan Selat Bali; kaitannya dengan optimasi penangkapan. Disertasi (Tidak Dipublikasikan).
Program Pascasarjana IPB. Bogor. 215 p.

10. Tabel : Disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, dengan judul di bagian atas tabel dan keterangan.
11. Gambar : Skema, diagram alir, dan potret diberi nomor urut dengan angka Arab. Judul dan keterangan
gambar diletakkan di bawah gambar dan disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
12. Foto : Dipilih warna kontras atau foto hitam putih, judul foto ditulis dalam dua Bahasa Indonesia dan
Inggris, dan nomor urut di sebaliknya. Dicetak dalam kertas foto atau dalam bentuk digital.
13. Cetak Lepas (Reprint) : Penulis akan menerima cetak lepas secara cuma-cuma. Bagi tulisan yang disusun oleh lebih dari
seorang penulis, pembagiannya diserahkan pada yang bersangkutan.
JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
Volume 21 Nomor 2 Juni 2015
Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………................................... i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..…………………….. iii

KUMPULAN ABSTRAK ....................................................................................................... v-vii

LEMBAR RALAT VOLUME 21 NOMOR 1 MARET 2015.......................................................... viii

Penentuan Status Stok Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) dengan Metode
Spawning Potential Ratio di Perairan sekitar Belitung
Oleh: Tri Ernawati, Duranta Kembaren dan Karsono Wagiyo.................................................................................... 63-70

Stok dan Kondisi Habitat Daerah Asuhan Beberapa Jenis Krustasea di Segara Anakan
Oleh: Karsono Wagiyo dan Khairul Amri........................................................................................................................ 71-78

Sebaran Hasil Tangkapan Madidihang (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) di Samudera Hindia
Bagian Timur
Oleh: Arief Wujdi, Ririk Kartika Sulistyaningsih dan Fathur Rochman...................................................................... 79-86
Status Pemanfaatan Ikan di Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara Barat
Oleh: Didik Santoso, Mulyono S. Baskoro, Domu Simbolon, Yopi Novita dan Mustaruddin................................
87-94
Dinamika Ekologi Laut Sulawesi (WPP 716) Sebagai Daya Dukung terhadap Perikanan Malalugis
(Decapterus macarellus Cuvier, 1833)
95-102
Oleh: Puji Rahmadi dan Reny Puspasari......................................................................................................................

Sebaran Larva Ikan dan Kaitannya dengan Kondisi Oseanografi Laut Sulawesi
Oleh: Khairul Amri, Atiah Al Mutoharoh dan Dwi Ernaningsih....................................................................................
103-114
Kelimpahan Stok Ikan Arwana Papua (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) di Sungai Kumbe,
Kabupaten Merauke, Papua
Oleh: Agus Arifin Sentosa, Arip Rahman dan Hendra Satria......................................................................................
115-122
Perbedaan Hasil Tangkapan Bagan Apung yang Menggunakan Lampu Merkuri dengan Lampu LED
Oleh: Muhammad Sulaiman, Mulyono S. Baskoro, Am Azbas Taurusman, Sugeng Hari Wisudo, dan
Roza Yusfiandayani.......................................................................................................................................................... 123-130

Gedung Balitbang KP II
Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430
Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929
Website : http://p4ksi.litbang.kkp.go.id
Email: drprpt2009@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai