NIM : 141911133057
KELAS : C- AKUAKULTUR
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan kakap (Lutjanus sp.) merupakan salah satu jenis ikan demersal yang
habitatnya pada perairan karang. Ikan kakap memiliki nilai ekonomis serta nilai
gizi yang lengkap (Azkia et al., 2015). Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi menurunkan produksi dan populasi ikan adalah serangan penyakit
yang dapat menurunkan jumlah produksi ikan secara drastis serta dapat
mengganggu pertumbuhan ikan (Yanuar dan Manoppo, 2017). Serangan penyakit
pada ikan dapat disebabkan oleh adanya interaksi antara organisme patogen
dengan inang (ikan) serta dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan utamanya
yaitu kualitas air (Umasugi et al., 2018).
Penyakit pada ikan dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksius dan
non-infeksius. Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh parasit. Parasit
merupakan organisme yang hidup dan mengambil makanan dari organisme lain
yang ditumpanginya untuk berkembang biak (Roza, 2018). Parasit merupakan
salah satu kendala yang sering menimbulkan masalah kerugian dalam peningkatan
usaha, pengembangan usaha dan industri perikanan. Parasit juga dapat dijadikan
sebagai salah satu parameter yang merusak kualitas mutu ikan, karena keberadaan
parasit dapat menyebabkan efek mematikan pada populasi inang. Parasit tidak
hanya merugikan industri perikanan, tetapi juga manusia yang mengonsumsinya
(Hartini et al., 2019).
Salah satu jenis parasit yang merugikan adalah parasit jenis nematoda dari
genus Anisakis. Anisakis merupakan cacing endoparasit yang prevalensinya tinggi
pada spesies ikan laut serta dapat menyebabkan penyakit anisakiasis (Hartini et
al., 2019). Ikan kakap yang bersifat karnivora ataupun omnivora mempunyai
kemungkinan terinfestasi cacing endoparasit lebih besar, sehingga dengan adanya
infestasi Anisakis dalam tubuh ikan dapat mengurangi kualitas dan nilai ekonomis
ikan kakap (Ulkhaq et al., 2019).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
2.1.2 Morfologi
Anisakis sp. pada ikan biasanya ditemukan masih dalam stadium ketiga
atau stadium larva dengan ciri morfologi terdapat kutikula yang keras, tiga bibir
(satu dorsal dan dua bilobeal), gigi menonjol untuk melubangi terdapat pada
ventral mulut. Anisakis sp. mempunyai lubang pencernaan yang sederhana
(esophagus, ventriculus, intestine). esophagus relatif panjang dan disertai oleh
jaringan kelenjar, tidak mempunyai apendiks atau sekum. Larva Anisakis sp.
mempunyai panjang 11,2-34,5 mm dan lebar 0,44-0,55 mm. Berbeda dengan
ukuran cacing dewasa jantan yaitu 38-60 mm dan untuk cacing dewasa betina
yaitu 45-80 mm (Hibur et al., 2016). Rahma et al. (2015) mengemukakan bahwa
morfologi dari larva stadium 3 parasit Anisakis sp. memiliki ciri warna putih, pada
bagian anterior memiliki booring tooth, excretory pore dan pada bagian posterior
terdapat mukron.
3
Gambar 1. Morfologi Anisakis sp. stadium larva. Sumber : Hien et al. (2021).
Keterangan A. Larva utuh; B. Bagian anterior tubuh dengan ventriculus; C.
Bagian anterior dengan booring tooth; D. Bagian posteriordengan mukron.
4
Gambar 2. Siklus hidup Anisakis sp. Sumber : Una-Gorospe et al. (2018).
5
BAB III
PEMBAHASAN
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh parasit Anisakis sp. pada ikan yang
terserang tidak terlalu nampak sehingga masih sulit untuk teridentifikasi gejala
klinisnya, untuk mengetahui ikan terserang parasit Anisakis sp. hal yang dilakukan
adalah melakukan pengamatan sampel acak dan dilakukan pembedahan untuk
mengamati parasit pada saluran pencernaan ikan yang merupakan predileksi
utama parasit tersebut (Hibur et al., 2016). Apabila parasit Anisakis sp.
menginfeksi manusia maka dapat menyebabkan penyakit Anisakiasis dengan
gejala seperti gangguan pada saluran pencernaan, dengan rasa nyeri di bagian
6
perut, mencret, dan kadang-kadang disertai dengan muntah, reaksi alergi,
urtikaria, anafilaksis, sampai gastroenteritis (Buzo-Dominguez et al., 2021).
Menurut Roper dan Jereb (2010) larva Anisakis sp. berbahaya dan dapat
mematikan bagi manusia, namun resiko infeksi dapat diminamilisir dengan
memasak ikan dengan benar atau menggoreng ikan didalam minyak.
Dampak atau kerugian yang diakibatkan oleh parasit Anisakis sp. pada
ikan yang terinfeksi yaitu terhambatnya laju pertumbuhan akibat adanya
persaingan konsumsi nutrisi dengan parasit. Ikan yang terserang parasit pada
umumnya dapat menurunkan nilai ekonomis dari ikan tersebut (Hartini et al.,
2019). Sedangkan pada manusia parasit ini dapaat menyebabkan terjadinya
penyakit anisakiasis yang dapat membahayakan nyawa manusia (Buzo-
Dominguez et al., 2021). Dampak lainnya dapat terjadi pada aspek sosial ekonomi
dimana kehadiran larva Anisakis sp.ini dapat membahayakan kualitas dan
keamanan produk perikanan, yang menyebabkan terjadinya kekhawatiran
7
konsumen sehingga dapat menurunkan penjualan produk perikanan tersebut (Bao
et al., 2019).
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Azkia, L. I., Fitri, A. D. P., and Triarso, I. 2015. Analysis of Catch Per Unit Effort
and Fishing Season Pattern of Red Snapper Resources Landed in
Brondong Archipelagic Fishing Port, Lamongan, East Java. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 4(4) : 1-7.
Bao, M., Pierce, G. J., Strachan, N. J., Pascual, S., González-Muñoz, M., and
Levsen, A. 2019. Human Health, Legislative and Socioeconomic Issues
Caused By The Fish-Borne Zoonotic Parasite Anisakis: Challenges in Risk
Assessment. Trends in Food Science & Technology, 86, 298-310.
Food and Drug Administration. 2012. Bad Bug Book, Foodborne Pathogenic
Microorganisms and Natural Toxins. Second Edition. Anisakis simplex and
related worms, U. S. Department of Health and Human Services. pp. 149-
151.
Gregori, M., Roura, Á., Abollo, E., González, Á. F., and Pascual, S. 2015.
Anisakis simplex complex (Nematoda: Anisakidae) in Zooplankton
Communities From Temperate NE Atlantic Waters. Journal of Natural
History, 49(13-14) : 755-773.
Hibur, O. S., Detha, A. I. R., dan Almet, J. 2016. Tingkat kejadian parasit
Anisakis sp. pada ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan Tongkol
10
(Auxis thazard) yang dijual di tempat penjualan ikan Pasir Panjang Kota
Kupang. Jurnal Kajian Veteriner, 4(2) : 40-51.
Hien, V. H., Dung, B. T., Ngo, H. D., and Doanh, P. N. 2021. First Morphological
and Molecular Identification Of Third-Stage Larvae of Anisakis typica
(Nematoda: Anisakidae) From Marine Fishes In Vietnamese Water.
Journal of Nematology, 53(10) : 1-9.
Roper, C.F.E. and Jereb, P. 2010. Family Enoploteuthidae. In P. Jereb and C.F.E.
Roper, eds. Cephalopods of the world. Anannotated and illustrated
catalogue of species known to date. Volume 2. Myopsid and Oegopsid
Squids. FAO Species Catalogue for Fishery Purposes. No. 4, Vol. 2.
Rome, FAO. pp. 183–200.
Ulkhaq, M. F., Budi, D. S., Kenconojati, H., dan Azha, M. H. 2019. Insidensi dan
Derajat Infeksi Anisakiasis pada Ikan Hasil Tangkapan di Pelabuhan
Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Veteriner,
20(1) : 101-108.
Umasugi, A., Tumbol, R. A., Kreckhoff, R. L., Manoppo, H., Pangemanan, N. P.,
and Ginting, E. L. 2018. The Use of Probiotic Bacteria To Prevent
Streptococcus agalactiae Infection on Nile tilapia, Oreochromis niloticus.
Journal Budidaya Perairan, 6(2) : 39-44.
11
Uña-Gorospe, M., Herrera-Mozo, I., Canals, M. L., Martí-Amengual, G., and
Sanz-Gallen, P. 2018. Occupational Disease Due To Anisakis simplex In
Fish Handlers. International Maritime Health, 69(4) : 264-269.
Yanuar AP, dan Manoppo H. 2017. Respon Kebal Nonspesifik Ikan Mas Yang
Diberi Imunostimulant Ragi Roti Secara Oral. Jurnal Perairan, 5(2) : 1-7.
12
LAMPIRAN
13
14
15
16