Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayahNya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun
Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama
maupun pelaku usaha. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada para
penyusun yang telah mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini
siap untuk digunakan.
i
KATA PENGANTAR
Buku materi pokok penyuluhan ini berjudul Budidaya Kakap Putih (Lates calcarifer
Bloch) merupakan informasi yang memuat tentang pengenalan ikan kakap putih, metode
pembenihan dan pembesaran ditambak serta dikaramba jaring apung (KJA).
Sebagai bahan bacaan yang praktis dilengkapi dengan evaluasi dan latihan,
sehingga di peroleh gambaran metode dan alur kegiatan budidaya kakap putih. Semoga
buku ini dapat bermanfaat dan dapat disempurnakan lebih lanjut dimasa mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian buku ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN............................. i
KATA PENGANTAR. ii
MATERI POKOK 1 1
Mengenal Ikan Kakap Putih (Lates Carcarifer Bloch)
1.1 Uraian Singkat Kakap Putih....... 1
1.2 Taksonomi dan Morfologi...... 2
1.3 Habitat dan Siklus Hidup.... 3
MATERI POKOK 2 5
Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)
2.1 Uraian Singkat Pembenihan Ikan Kakap Putih........................................... 5
2.2 Persyaratan Lokasi ........ 6
2.3 Wadah Produksi telur dan Larva ........ 6
2.4 Pendederan di Tambak. 7
2.6 Persyaratan Induk Kriteria Kuantitatif ........ 8
2.7 Bahan-Bahan Kegiatan Pembenihan. 9
2.8 Cara Kerja Penebaran Benih..................................................................... 11
2.9 Perkembangan Larva. 14
2.10 Pengelolaan Air Pemeliharaan 14
2.11 Pemberian Pakan....... 17
2.12 Panen Juvenil.................. 21
2.13 Penyakit Ikan Kakap Putih dan Penanggulannya......... 23
MATERI POKOK 3
Pembesaran Kakap Putih di Karamba Jaring Apung (KJA)
3.1 Uraian Singkat Karamba Jaring Apung 27
3.2 Pemilihan Lokasi.. 27
iii
3.3 Sarana dan Alat Budidaya .. 28
3.4 Pembuatan Rakit Terapung dan Rakit . 30
3.5 Benih dan Padat Tebar........................................................................................ 32
3.6 Kegiatan Pendederan.......................................................................................... 32
3.7 Kegiatan Pembesaran......................................................................................... 32
3.8 Pakan dan Pemberian Pakan.............................................................................. 33
3.9 Penyakit dan Penanggulannya . 33
MATERI POKOK 4 35
Pembesaran Kakap Putih di Tambak
4.1 Uraian Singkat Pembesaran diTambak............................................................... 35
4.2 Cara Pemeliharaan.............................................................................................. 37
LATIHAN.......... 37
RANGKUMAN. 38
EVALUASI........ 40
UMPAN BALIK................................................................................................................. 41
KUNCI JAWABAN........... 43
ISTILAH-ISTILAH. 45
DAFTAR PUSTAKA........ 47
iv
Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajari daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan teliti karena
dalam skema modul akan nampak kedudukan modul yang sedang Anda pelajari
ini antara modul-modul yang lain.
2. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar untuk
mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan, sehingga diperoleh
hasil yang optimal.
3. Pahami setiap teori dasar yang akan menunjang penguasaan materi dengan
membaca secara teliti. Bilamana terdapat evaluasi maka kerjakan evaluasi
tersebut sebagai sarana latihan.
4. Jawablah soal dengan jawaban yang singkat dan jelas serta kerjakan sesuai
dengan kemampuan Anda setelah mempelajari modul ini.
5. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bila
6. perlu konsultasikan hasil penugasan tersebut kepada guru/instruktur.
7. Catatlah semua kesulitan anda dalam mempelajari modul ini untuk ditanyakan
pada guru/instruktur pada saat tatap muka. Bacalah referensi lain yang ada
hubungan dengan materi modul ini agar Anda mendapatkan pengetahuan
tambahan.
v
Materi Pokok 1
Mengenal Ikan Kakap Putih (Lates Carcarifer Bloch)
1
dalam keluarga Latidae di ordo Perciformes adalah salah satu jenis ikan
catadromous yang bermigrasi dari air tawar ke air laut untuk berkembang
biak. Jenis asli tersebar secara luas di kawasan Indo Pasifik barat, mulai
dari Teluk Persia, sepajang Asia Tenggara sampai ke Papua New Guinea
dan Australia bagian Utara. Dikenal dalam bahasa Thailand sebagai Pla
Krapong (Thai: ), Kakap putih cukup terkenal di masakan Thailand.
Ikan kakap putih diberi nama pada tahun 1790 oleh M.E Bloch, yang
menerima contoh ikan ini dari pedagang Belanda di Eropa dari wilayah perairan
Indo-Pasifik. Taksonomi ikan kakap putih adalah sebagai berikut :
Phillum : Chordata
Klas : Pisces
Subclas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Centropomidae
Genus : Lates
2
Ciri-ciri morfologis antara lain adalah:
a b
Ikan kakap putih secara luas di wilayah tropis dan sub tropis termasuk
Pasifik Barat dan Lautan India, secara geografis terletak antara garis bujur 50E-
160W garis lintang 24N 25S. Ikan kakap putih melakukan migrasi melewati
seluruh perairan bagian utara dari Asia, southward ke Queensland dan menuju
3
ke barat yaitu daerah Timur Afrika ( FAO, 1974). Lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 2.
Ikan kakap putih merupakan jenis ikan euryhaline dan katadromous. Ikan
matang gonad ditemukan dimuara-muara sungai, danau atau laguna dengan
salinitas air antara 10-15 ppt. Larva yang baru menetas (umur 15-20 hari atau
ukuran panjang 0,4 0,7 cm) terdapat sepanjang pantai atau muara sungai,
sedangkan larva yang berukuran 1 cm dapat ditemukan di perairan tawar seperti
sawah dan danau.
rendah jika akan memijah menuju daerah Habitat pemijahan ikan kakap
putih berada pada daerah yang bersalinitas yang berkisar antara 30-32 ppt, telur
yang telah keluar akan menuju pantai dan larva akan hidup di perairan yang
bersalinitas 29-30 ppt, kemudian dengan bertambahnya ukuran larva bermigrasi
ke air payau hingga pada umur dewasa akan hidup diperairan yang bersalinitas
yang bersalinitas antara 30-32 ppt.
4
Materi Pokok 2
Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)
5
bagi terselenggaranya kegiatan budidaya (pembenihan dan pembesaran)
dalam rangka diversifikasi usaha.
d. Sumber air tawar : tersedia atau sumber air payau dengan salinitas
maksimal 5 ppt.
6
c. Wadah pemanenan telur : kantung jaring halus dengan ukuran
mata 300 mikron
7
2.5. Persyaratan Induk Kriteria Kuantitatif
8
2.6. Bahan-bahan Kegiatan Perbenihan
b. Pakan induk : ikan segar dengan kadar protein tinggi dan lemak rendah
a) Produksi telur
2) Pompa air laut : 2 unit dengan kapasitas memompa air laut masing
masing pompa minimal 200% dari total volume bak induk per hari
4) Blower : 2 unit
9
5) Frezer : 1 unit
b) Pendederan di bak
pompa minimal 150 % per hari dari total volume wadah produksi telur
1) Pompa air laut : kapasitas memompa > 30% per hari dari total volume
tambak
10
3) Pengukur kualitas air : termometer, salinometer atau refraktometer, DO
meter, dan kertas lakmus atau pH meter.
Penebaran larva dilakukan dengan dua cara yaitu penebaran telur atau
penebaran larva. Penebaran larva dilakukan beberapa jam setelah telur yang
ditetaskan dalam wadah penetasan sudah terlihat menetas semua. Penebaran
larva ke dalam bak pemeliharaan larva harus segera dilakukan karena kondisi
yang padat di dalam wadah penetasan akan dapat menurunkan kualitas larva
disamping itu juga akan dapat menurunkan kualitas air media. Telur hasil
pemijahan diseleksi; telur yang dibuahi dan berkualitas baik akan mengapung
dipermukaan air. Sebelum diteteskan, telur perlu direndam dalam larutan
Acriflavine 5 ppm selama 1 menit sebagai sebagai desinfektan. telur ditetaskan di
bak penetasan yang sekaligus menjadi bak Pemeliharaan larva dengan padat
penebaran 60.000 - 100.000 butir/m3; kadar garam 28 30 ppt dan suhu air 26
280C. Pada kondisi seperti ini, telur akan menetas dalam waktu 17 - 18 jam
dengan tingkat penetasan telur berkisar 80 90%. Cara yang kedua dalam
penebaran larva adalah penebaran telur secara langsung dalam bak
pemeliharaan larva, teknik ini mempunyai kelemahan yaitu seringkali
menyebabkan air media pemeliharaan larva menjadi keruh dan berbusa
(Sutrisno et al., 1999). Keuntungan lain dari penebaran telur ini adalah
mengurangi stress pada larva yang masih sangat sensitif sehingga mengurangi
kematian. Perkembangan telur dapat dilihat pada Gambar 3.
11
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12
13 14
15 16
1 : Telur terbuahi
12
14 : Telur mulai berkembang menjadi embrio
Pembuahan - 5
2-sel - 35
4-sel - 55
8-sel 1 10
16-sel 1 30
32-sel 1 50
64-sel 2 20
128-sel 3 -
Stadia Blastula 5 2
Stadia Gatrula 7 5
Stadia Neurola 9 10
Stadia Embrionik 11 50
13
2.9. Perkembangan larva
masih mempunyai yolk egg sebagai cadangan makanan sehingga larva belum
membutuhkan pakan tambahan dari luar tubuhnya. Pada saat kakap putih
berumur 3 hari cadangan makanan atau kuning telur sudah terserap habis, mulut
pakan tambahan.
aerasi, suhu, dan salinitas. Salinitas yang baik dalam pemeliharaan berkisar
antara 30-31 ppt, dengan kisaran suhu 26-290C (Kungvankij, 1988). Menurut
metode green water. Alga yang digunakan untuk metode ini adalah
(1988) menambahkan bahwa alga jenis Tetraselmis sp. dan Chlorella spp. juga
dapat ditambahkan pada bak pemeliharaan yang berfungsi sebagai pakan bagi
14
rotifer. Isochrysis saat ini juga mulai digunakan pada media pemeliharaan untuk
2004).
pada efisiensi konsumsi kuning telur, pertumbuhan, tingkat konsumsi pakan, laju
dan tingkat konsumsi pakan larva akan meningkat sejalan dengan peningkatan
suhu.
konsumsi pakan pada suhu 31 0C. Walaupun demikian penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa suhu optimal untuk menghasilkan survival rate larva yang
berperan dalam aktifitas larva memakan pakan yang diberikan. Larva pada stadia
awal memerlukan intensitas cahaya 1000 lux dan fotoperiod lebih dari 10 jam
untuk memburu pakan secara optimal. Sugama et al., (2001) berpendapat bahwa
pada musim hujan intensitas cahaya sangat lemah dan fotoperiod sangat
15
permukaan air di satu tempat yang diakibatkan oleh tersangkutnya larva pada
permukaan air karena sirip punggung dan dada yang mulai tumbuh. Sugama et
al. (2003) selanjutnya mengatakan bahwa untuk mencegah naiknya larva dapat
dipasang diatas bak lampu TL (40 watt) dengan intensitas cahaya minimum 800
lux.
Air yang digunakan harus disaring dengan saringan pasir (sand filter)
pada saat awal penebaran, berlangsung di tangki bervolume 10 ton yang diisi
air sekitar 7 ton, hingga hari ke 7 tidak ada pergantian air, hanya menambahkan
peredup dan makanan rotifer di dalam bak pemeliharaan larva. Jika plankton
sebagai pewarna kurang hijau bisa dibantu dengan pemberian elbaju 1 ppm
selain sebagai antiseptik. Pada hari ke 9-22 air dalam tangki telah mencapai
16
standar perlakuan dan pergantian air pada bak pemeliharaan larva ikan kakap
putih.
penggantian air setiap hari, diusahakan kadar garam dan suhu air berkisar
antara 28 - 30 ppt dan 26280C, banyaknya air yang diganti disesuaikan dengan
umur larva.
80 %
50 %
10 % sampai 20 %
Belum pergantian air
Hari
0 10 20 30 40
Gambar 4. Perlakuan dan pergantian air pada bak pemeliharaan larva ikan kakap putih
(Tarwiyah, 2001 dalam www.ristek.go.id, 2007).
Tiga jenis pakan yang biasa dipakai untuk pemeliharaan larva adalah
rotifer, artemia dan pakan buatan. Ada dua jenis rotifer menurut ukuran yaitu SS
(super smal) dengan ukuran panjang lorica 120-140 m dan S (smal) dengan
17
Cacahan Ikan
Artemia Muda
Naupli Artemia
Rotifer
Chlorella
Hari
0 3 10 20 30 40
Gambar 5. Skema Pemberian Jenis Pakan pada Larva Ikan Kakap Putih (Tarwiyah, 2001 dalam
www.ristek.go.id, 2007).
panduan pemberian pakan pada pemeliharaan larva ikan kakap putih sebagai
berikut.
a. Pemberian Rotifera
Rotifera jenis SS diberikan pada saat mulut larva mulai terbuka yaitu hari
ke-2 setelah menetas dengan kepadatan 5-7 ind/ml. Untuk mengetahui sisa
rotifer di dalam air pemeliharaan dihitung kepadatannya dua kali sehari (pagi dan
Mulai umur 5 hari larva diberi pakan rotifera jenis S dengan kepadatan 8-10
ind/ml, rotifera diberikan hingga umur 20-24 hari (Sugama et al., 2003).
18
Gambar 6. Rotifera (Lavens dan Sorgeloos, 1996).
Rotifera yang diberikan pada larva dapat diperkaya kandungan nutrisinya
lemak (HUFA) tinggi, asam lemak tersebut yaitu eicosapentanoic acid (EPA
20:5n-3 dalam Nannochloropsis sp.) dan decoshexanoic acid (DHA 22:6-3 dalam
Nannochloropsis sp., Isochrysis galbana, atau Tetraselmis sp.) (Pillay dan Kutty,
2005).
Bahan pengkaya lain yang dapat digunakan adalah Selco yang bisa dibeli
dipasaran (Ismi, 2005). Rotifera yang diperkaya dengan protein selco dapat
mencapai kandungan lipid hingga 18 % yang terdiri dari 24,4 mg/g berat kering
EPA, 70,6 mg/g berat kering DHA dan 2,9 mg/g DHA (Lavens dan Sorgeloos,
1996). Walaupun demikian perlu diwaspadai kandungan lipid yang tinggi ini
karena menurut Rimmer et al. (2004) kandungan lipid diatas 15% dapat
19
b. Naupli Artemia
kepadatan 1-3 ind/ml, sebelum diberikan pada larva terlebih dahulu diperkaya
pemberian naupli artemia dilakukan pada pagi, siang dan sore hari.
Pada tiap strain artemia memiliki kandungan yang berbeda, tergantung pada
kondisi dan teknik kulturnya. Tetapi tingkat kandungan nutrisi artemia kurang
1996 dalam Akbar, 2002). Hal yang perlu diperhatikan adalah membuang
artemia yang tidak termakan pada bak pemeliharaan larva, artemia tidak boleh
dibiarkan lebih dari satu hari karena artemia yang tersisa ini akan mengakibatkan
penyakit lordosis dan dapat meningkatkan mortalitas larva (Sugama et al., 2003).
c. Pakan Buatan
mungkin yaitu setelah larva berumur 15-17 hari, agar tidak terjadi kekurangan
nutrisi pada larva yang mengakibatkan syndrom kematian pada usia diatas 25
20
hari atau 25-day syndrome (Sugama et al., 2003). Pakan buatan untuk larva ikan
laut harus dapat merangsang selera makan ikan dan mudah dicerna dan tidak
mudah larut dalam air. Komposisi kandungan nutrisi pakan buatan harus sesuai
Pemberian pakan buatan dilakukan dengan cara menabur sedikit demi sedikit
larva, jumlah yang diberikan perhari disesuaikan dengan kemampuan larva untuk
menetas dengan ukuran 1,5-2 cm dan sudah berenang aktif didekat dinding bak.
Untuk menangkap juvenil cukup dengan menggiring ikan ke sudut bak kemudian
waskom plastik diletakkan didekat dinding bak dan juvenil secara otomatis akan
masuk ke dalam waskom lalu diangkat untuk dipindahkan ke tempat yang telah
dipersiapkan. Cara ini dilakukan berulang kali bersamaan dengan itu air bak
diturunkan secara perlahan, dengan cara ini hampir 90% juvenil tertangkap.
21
menjadi ukuran besar, sedang dan kecil untuk menghindari kanibalisme pada
pemeliharaan lebih lanjut. Kegiatan panen dapat dilihat pada Gambar berikut :
menggunakan pakan yang kurang nilai nutrisinya, maka larva sangat lemah.
22
2.13. Penyakit pada Ikan Kakap putih dan Penanggulangannya
a. Penyakit Patogenik
Parasit yang pernah menyerang larva ikan kakap putih adalah cacing
pipih golongan Trematoda. Larva yang terserang parasit berumur sekitar 18 hari.
Serangannya mencapai 2-3 %. Cacing ini banyak terdapat pada air media
pemeliharaan dan sebagian menempel pada tubuh larva, yaitu pada bagian
spina. Tanda gejala serangan pada larva adalah nafsu makan berkurang, warna
tubuh pucat, gerakan larva lambat dan berenang di permukaan. Karena ukuran
ikan sangat kecil dan ikan mudah stress, perendaman dengan formalin maupun
air tidak dapat dilakukan. Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan
Bakteri yang menyerang larva adalah jenis Vibrio sp. Umumnya bakteri ini
menyerang pada larva berumur sekitar 17 hari. Bakteri ini bersifat patogen pada
larva dan merupakan penyebab kematian yang besar selain penyakit viral. Ikan
yang terserang bakteri vibrio sp tidak menunjukan perubahan secara fisik, namun
pada saat gelap tubuh ikan tampak bercahaya dan larva kehilangan nafsu makan
(Kurniastuty et al., 2004). Penyakit viral yang pada larva kakap putih adalah VNN
(viral nervous necrosis). Virus ini sangat patogenik dan merupakan penyebab
23
kematian larva terbesar. VNN yang menginfeksi larva dapat mengakibatkan
kematian total 100 % dalam tempo yang relatif singkat (1-2 minggu). Ikan yang
et al., 2004).
kaitannya dengan parameter kualitas air. Terjadinya perubahan kualitas air dapat
menyebabkan inang memilki daya tahan tubuh lemah dan patogen berkembang
non patogenik pada larva ikan kakap putih karena faktor lingkungan antara lain
penanganan yang kasar, pemberian pakan yang optimal mutu dan kualitasnya,
24
mencegah penyebaran organisme penyebab penyakit dari bak pemeliharaan ke
pada budidaya ikan laut baik pembesaran maupun pembenihan dapat dilakukan
reaksi biologis terhadap stimulus yang mengganggu, baik secara fisik, internal
mencegah mortalitas pada ikan dapat dilakukan hal- hal sebagai berikut :
25
Tabel 4. Perlakuan untuk mengatasi penyakit bakteri dan parasit pada ikan
kakap putih
26
Materi Pokok 3
Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates Carcarifer Bloch) di Karamba Jaring Apung
Karamba adalah wadah sebagai tempat pembesaran ikan yang biasanya diletakan di
badan air (perairan). Secara umum karamba lebih mudah mengurusnya Produksi per
satuan luas luas lebih tinggi karamba jaring apung. Bagi nelayan lebih dekat hubungannya
dibanding dengan kolam, karena asal muasal karamba adalah melakukan hasil tangkapan
yang kemudian berubah ukuran atau tumbuh. Karamba menjadi populer setelah ikan-ikan
tawar dan laut dapat dibudidayakan.
27
3.3. Sarana dan Alat Budidaya
1. Jaring
Jaring terbuat dari bahan:
Bahan: Jaring PE 210 D/18 dengan ukuran lebar mata 1 ~ 1,25, guna
untuk menjaga jangan sampai ada ikan peliharaan yang lolos keluar.
Ukuran: 3 m x 3 m x 3 m
1 Unit Pembesaran: 6 jaring (4 terpasang dan 2 jaring cadangan)
2. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan.
Bahan: Bambu atau kayu
Ukuran: 8 m x 8 m
3. Pelampung: Pelampung berpfungsi untuk mengapungkan seluruh sarana
budidaya atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan
Jenis: Drum (Volume 120 liter)
Jumlah: 9 buah.
28
Gambar. 8. Unit Karamba dengan rangka dan pemasangan jaring
29
4. Jangkar: Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat
pengaruh angin, gelombang digunakan jangkar.
5. Peralatan pendukung lainya.
30
dan pemindahan ke lokasi budidaya. Rakit dapat dibuat dari bambu atau kayu.
Penggunaan bahan dari kayu akan lebih tahan lama dan biasanya digunakan untuk skala
yang lebih besar. Rakit ini terdiri dari beberapa unit dan dilengkapi dengan lantai dan
rumah jaga.
Ukuran keramba sebaiknya 3x3x3 meter. Bahan yang digunakan adalah jarring poilietelin
No.380 D/9 dan 380 D/13 berukuran mata jaring (mesh size) 1 inci dan 2 inci. Untuk
membuat sebuah keramba dengan ukuran tertentu, ukuran pemotongan ditambah 30%
dari ukuran yang dikehendaki. Untuk panjang jaring 3 meter ditambah 30% (110 m2),
maka panjang pemotongan jaring 410 meter.
Keramba yang sudah siap, segera dipasang pada rakit dengan mengikatkan sudutsudut
keramba ke sudut-sudut bingkai rakit. Disetiap sudut keramba dipasang pemberat dan tali
pemberat. Untuk pemberat, dapat digunakan timah atau adukan semen + pasir dengan
bobot 3 - 4 kg per buah, sedang untuk tali pemberat, digunakan tali berdiameter 1 cm
dengan panjang 4 m. Cara memasang pemberat : tali pemberat diikatkan pada pemberat,
ujung yang lain diikatkan sementara pada bingkai di sudut-sudut keramba. Ujung tali diikat
pemberat dibelitkan pada sudut bawah keramba. Pemberat diturunkan ke perairan sampai
keramba menjadi tegang, kemudian tali pemberat ditarik ke atas, 10 cm dan ujung tali
pemberat diikat kembali pada bingkai rakit di sudut keramba dengan demikian yang
tegang adalah tali pemberat, bukan keramba.
31
3.5. Benih dan padat tebar
Benih Kakap Putih dapat diperoleh dari alam atau dari panti benih. Ukuran panjang 2-3 an
(30-40 hari) atau ukuran besar 25-30 gram/ekor. Benih berenang cepat/gesit sisik
mengkilat tergolong benih yang baik dan sehat. Kepadatan optimal untuk benih berukuran
25-30 gram/ekor adalah 100 ekor/m3. Sedangkan benih berukuran 100-150 gram/ekor.
padat tebarnya adalah 40-50 ekor/m3 KJA.
Pendederan dilakukan setelah benih berumur 30 hari (D-30) dari saat penetasan. Waktu
penebaran benih adalah pagi hari atau sore hari. Padat penebaran antara 80-100 ekor/m3
volume air. Pakan diberi berupa cacahan daging segar halus dengan dosis 100% per hari
dari total berat badan selama bulan pertama. dan pada bulan kedua dosisnya diturunkan
menjadi 75% per hari. Masa pememliharaan pendederan selama 1 - 2 bulan, benih sudah
akan mencapai ukuran gelondong. Pemeliharaan selama satu bulan ukuran panjang 2,5 -
3,5 cm, sedangkan pemeliharaan selama 2 bulan 7,5 - 10 cm. Jaring/hapa yang memiliki
lubang (mata jaring) kecil. Dengan ukuran kurungan pendederan adalah 2x2x2 m3 atau
3x3x3 m3.
32
pembesaran di perairan atau laut diperlukan waktu sekitar 4-5 bulan. Untuk ukuran
konsumsi waktu pemeliharaannya ditambah beberapa bulan dan padat penebarannya
diturunkan menjadi 15 - 20 ekor/m3.Untuk mernacu pertumbuhan. perlu diberi tambahan
pakan cacahan daging ikan rucah segar dengan dosis 5-10% per hari dari total berat
badan ikan.
Ikan rucah, atau pakan buatan yang bergizi tinggi. Ikan rucah bisa diperoleh dari hasil
tangkapan gombang. Ikan rucah bisa diramu dengan bahan pengikat (tepung sagu).
ditambah dengan vitamin, mineral dan protein tambahan, untuk menghasilkan pelet
ikan. Pemberian pakan harus memperhatikan keadaan cuaca. waktu dan ukuran
ikan. Ikan berukuran 50 gram, diberikan 10% dari berat total ikan dalam karamba per hari.
Ikan berukuran 100-300 gram cukup diberi sebanyak 5% dari berat total per hari.
Berukuan di tas 300 gram, diberi 3% per hari dari berat total ikan dalam karamba. Ikan
rucah akan diperoleh nilai tukar pakan 5-71. Artinya untuk menghasilkan berat kakap I kg
diperlukan ikan rucah sebanyak 5-7 kg. Ikan kakap putih pertama kali ditemukan oleh blok
di laut Jepang dan diberi nama Holocentus calcarifer.
Seperti pada umumnya, penyakit pada induk ikan kakap putih juga digolongkan menjadi
dua golongan yaitu penyakit patogenik dan non patogenik. Penyakit patogenik dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, jamur, maupun metazoa. Sedangkan faktor non patogen antara lain lingkungan
perairan, biotoksin, polutan, rendahnya mutu pakan dan akibat penggunaan bahan kimia dalam
33
a. Penyakit Patogenik
Kurniastuty et al., (2004) menyatakan bahwa Penyakit patogenik pada ikan kakap putih
adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen yang terdiri dari parasit, bakteri, jamur
dan virus. Penyakit parasit dapat disebabkan oleh golongan protozoa maupun metazoa.
Berdasarkan letak serangannya parasit digolongkan menjadi dua yaitu endoparasit (menyerang
pada organ dalam tubuh) dan ektoparasit (menyerang bagian luar tubuh). Parasit penyebab
penyakit yang menyerang ikan kakap putih antara lain Monogenia (Heliotrema sp. dan
Trematoda) menyerang insang, Isopoda, Caligus sp. (golongan Crustacea) yang menyerang
pangkal lidah dan insang, Cryptocaryon iritans (golongan Protozoa) yang menyerang kulit dan
Trichodina sp (golongan Protozoa) yang menyerang kulit, insang, dan sirip (Hartono et al., 2001).
Penyakit Viral yang utama pada ikan adalah penyakit yang disebabkan oleh Iridovirus dan
Noda virus. Serangan Noda virus pada induk tidak mematikan, Penyakit oleh Noda virus lebih
dikenal dengan VNN (viral nervous necrosis). Upaya penanggulangan penyakit viral dapat
Menurut Kurniastuty et al., (2004) penyakit non patogenik dapat disebabkan oleh
perubahan lingkungan perairan budidaya maupun pakan. Penyakit oleh lingkungan perairan
budidaya lebih dikenal dengan istilah water quality deseases, sedangkan penyakit karena faktor
34
pakan disebut penyakit nutrisi (nutritional deseases). Penyakit nutrisi sering terjadi pada induk,
Materi Pokok 4
Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates Carcarifer Bloch) di Tambak
35
Kwalitas perairan tambak yang meliputi :
Biologi : ketersediaan plankton dalam tambak
Kimia : kandungan H2S, NH3, tingkat keasaman (pH)
Fisika : pasang surut, salinitas, kekeruhan air dsb.
Ketersediaan benih terkadang menjadi masalah dalam budidaya dalam hal ini saya
mendatangkan benih yang telah diproduksi oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya
Laut (BBRPBL) Gondol Bali, disana saya bisa mendapatkan kwalitas benih yang bagus
dan telah diproduksi oleh para pembudidaya di hatchery skala rumah tangga (HSRT) bisa
kontak ke saya kalau ada rekan rekan yang membutuhkan benih dengan kwalitas super
dengan ukuran disesuaikan oleh permintaan, ikan kakap putih adalah ikan yang
mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam ( Euryhaline ) dan
merupakan ikan katadromous (dibesarkan diair tawar kawin di air laut)sifat sifat inilah
yang menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan dilaut, tambak maupun air
tawar. Ikan kakap putih termasuk dalam famili Centroponidae.
36
4.2. Cara Pemeliharaan
Bibit berukuran 0,8cm terlebih dahulu dibesarkan diwaring yaitu jaring yang sangat halus,
dengan ukuran 2x1m2 dengan padat penebaran 2500 ekor per petakan selama 2 minggu,
pakan yang diberikan berupa pelet yang telah dihaluskan, sampai ukuran 3 cm saya
pindahkan lagi dengan waring yang agak sedikit kasar dengan ukuran jaring 2x1m2 dan
padat penebaran 1000 ekor per petakan jaring pakan yang digunakan mulai dirubah
dengan ukuran pelet yang disesuaikan dengan ukuran ikan itu sendiri, lama pemeliharaan
dalam jaring selama 3minggu dan ikan telah mencapai ukuran 8-10 cm dan siap untuk
ditebar langsung kedalam petakan tambak dengan padat penebaran 5ekor/m2,
memelihara ikan dalam waring terlebih dahulu supaya apabila ditebar langsung kedalam
petakan tambak dia sudah terbiasa diberi pakan di satu titik dimana bekas jaring
pendederan ditempatkan sehingga apabila kita memberikan pakan pada waktunya ikan
sudah menunggu dipermukaan air ,pemberian pakan biasanya dengan memberikan pakan
2x dalam 1 hari berupa pelet ataupun ikan rucah yang telah dipotong potong lama
pemeliharaan sampai ikan siap untuk dipanen selama 5 bulan dari pertama tebar dengan
ukuran benih 0,8cm.
Latihan
Rangkuman
Secara umum pemanfaatan potensi ikan kakap di Indonesia sebagian besar dari hasil
tangkapan Potensi perikanan ikan kakap masih sangat besar, hal ini ditandai dengan data
kenaikan hasil tangkapan dari beberapa daerah yang cukup besar. Daerah tangkapan
yang selama ini menjadi tempat hidup kakap merupakan daerah berkarang. Ikan kakap
putih merupakan jenis ikan euryhaline dan katadromous. Ikan matang gonad ditemukan dimuara-
muara sungai, danau atau laguna dengan salinitas air antara 10-15 ppt.
Persyaratan lokasi sebagai tempat pembenihan ikan kakap putih sebagai berikut: 1).Letak
unit produksi di tepi pantai untuk memudahkan perolehan sumber air laut pantai tidak
terlalu landai dengan kondisi dasar laut yang tidak berlumpur dan mudah dijangkau untuk
memperlancar transportasi. 2). Air laut : harus bersih, tidak tercemar dengan salinitas 28
ppt 35 ppt. 3). Sumber air laut : dapat dipompa minimal 20 jam per hari. dan 4). Sumber
air tawar : tersedia atau sumber air payau dengan salinitas maksimal 5 ppt.
Untuk persyaratan induk hasil penangkapan di alam dan hasil pembesaran benih sebar
yang berasal dari keturunan pertama induk alam, induk dasar atau induk penjenis yang
dilakukan secara selektif. Dengan warna bagian atas abu-abu kehitaman, bagian samping
putih keperakan, cerah dan tidak gelap atau pucat. Bentuk tubuh dengan badan
memanjang, ramping, batang sirip ekor lebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung
dan menjadi cembung di depan sirip punggung, ikan jantan badannya lebih silindris
sedangkan ikan betina lebih lebar, gigi viliform, tidak ada taring, tepi bawah dari
preoperculum terdapat duri yang kuat, pada operculum terdapat duri kecil bergerigi di atas
38
garis lateral dan Secara umum anggota organ tubuh lengkap, tidak cacat, tidak tampak
kelainan bentuk, sehat dan bebas penyakit
Larva berumur 1-2 hari (D.1-D.2) berwarna putih transparan, bersifat planktonis, bergerak
mengikuti arus, sistem penglihatan belum berfungsi, serta masih mempunyai yolk egg sebagai
cadangan makanan sehingga larva belum membutuhkan pakan tambahan dari luar tubuhnya.
Pada saat kakap putih berumur 3 hari cadangan makanan atau kuning telur sudah terserap habis,
mulut dan sistem penglihatan sudah mulai berfungsi sehingga larva membutuhkan pakan
tambahan
Untuk mendapatkan SR yang baik pada kegiatan pembenihan senatiasa sering dilakukan
pengamatan dan manajemen kualitas air dengan baik. Pengolahan air di bak pemeliharaan larva
dilakukan dengan cara penggantian air setiap hari, diusahakan kadar garam dan suhu air
berkisar antara 28 - 30 ppt dan 26280C, banyaknya air yang diganti disesuaikan dengan umur
larva.
Biasanya terdapat tiga jenis pakan yang biasa dipakai untuk pemeliharaan larva adalah rotifer,
artemia dan pakan buatan. Larva lebih suka memakan pakan hidup (rotifer/artemia), sehingga
pemberian pakan buatan dapat dikombinasikan dengan pemberian pakan hidup. Pemberian pakan
buatan dilakukan dengan cara menabur sedikit demi sedikit diatas permukaan air dan ukuranya
disesuaikan dengan ukuran perkembangan larva, jumlah yang diberikan perhari disesuaikan
dengan kemampuan larva untuk memakannya, frekwensi pemberian pakan 4-7 kali/hari.
39
nelayan lebih dekat hubungannya dari tambak Ikan bisa dijual dalam keadaan hidup dan
harga lebih tinggi waktu panen dapat diatur dan ukurannya lebih seragam.
Evaluasi
1. Essay.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar.
40
4) Kegiatan budidaya kakap putih belum ada di indonesia (.)
5) Daerah terumbu karang tidak disukai ikan kakap putih (.)
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang materi
penyuluhan ini. Hitung jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
Keterangan:
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81% keatas (kategori baik), maka disarankan
mengulangi materi.
41
Kunci Jawaban
Latihan
Essay
42
6. Suhu dan oksigen
7. Rotifera, tetraselmis dan clorella sp
8. Pergantian air pada D10 adalah 10 20 %
9. Pakan buatan pada D5 rotifera
10. penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen yang terdiri dari parasit, bakteri, jamur dan
virus
Pilihan B atau S
1. B 6. S
2. B 7. B
3. B 8. S
4. S 9. B
5. S 10. S
43
ISTILAH-ISTILAH
1. Telur ikan kakap putih adalah telur hasil pemijahan induk kakap putih dari alam dan
atau dari hasil pemijahan induk hasil budidaya kelas induk pokok, induk dasar atau
induk penjenis yang sudah dibuahi dengan diameter 0,8 mm - 1,1 mm dan derajat
pembuahan 90%.
2. Benih ikan kakap putih D12 adalah benih ikan yang masih pada fase/tingkatan larva
yang berumur 12 hari sejak telur menetas dan masih mengalami perubahan bentuk
organ tubuh dan warna.
3. Benih ikan kakap putih D30 adalah benih ikan yang sudah secara sempurna
mengalami perubahan bentuk organ tubuh dan warna serta menyerupai ikan muda
atau ikan dewasa dan telah berumur 30 hari sejak telur menetas.
4. Benih ikan kakap putih D60 adalah benih ikan yang telah menyerupai ikan dewasa
yang berumur 60 hari sejak telur menetas.
5. Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk alam dan atau induk hasil
budidaya kelas induk pokok, induk dasar dan atau induk penjenis yang memenuhi
standar mutu kelas benih sebar.
6. Induk alam adalah induk yang berasal dari hasil penangkapan di alam.
7. Induk Pokok (Parent Stock, PS) adalah induk ikan keturunan pertama dari induk
dasar dan atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk pokok.
8. Induk Dasar (Grand Parent Stock, GPS) adalah induk ikan keturunan pertama dari
induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk dasar.
9. Induk Penjenis (Great Grand Parent Stock, GGPS) adalah induk ikan yang
dihasilkan oleh dan dibawah pengawasan penyelenggara pemulia.
10. Pra produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum proses produksi
benih ikan kakap putih kelas benih sebar dilakukan, yang terdiri dari persyaratan
lokasi, sumber air, sarana (wadah, induk pokok, bahan dan peralatan).
44
11. Proses produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangkaian kegiatan
untuk memproduksi benih ikan kakap putih kelas benih sebar.
12. Manipulasi hormonal adalah upaya perangsangan pematangan gonad dan atau
pemijahan induk ikan dengan menggunakan hormon.
13. Manipulasi lingkungan adalah upaya perangsangan pematangan gonad dan atau
pemijahan dengan pengaturan lingkungan air media.
14. Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan pada setiap kilogram induk betina.
15. Pemanenan adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan tahap akhir
proses produksi benih ikan kakap putih kelas benih sebar
45
DAFTAR ACUAN
Akbar, S., P. Hartono dan B. Kurnia. 1999. Nutrisi dan Teknik Pembuatan Pakan Ikan
Kakap Putih dalam Budidaya ikan Kakap Putih (Lates carcarifer, Bloch.) di
Karamba Jaring Apung. Departemen Pertanian. Balai Budidaya Laut Lampung.
Lampung. 65 Halaman
Anomius, 1992. Buletin Budidaya Laut seri 5 & 6. BBL Lampung, Ditjen Perikanan,
Lampung.
Beamount, A.R. dan K. Houare. 1996. Biotecnology and Genetic in Fisheries and
Aquaculture. Amerika. Blackwell. 250 Page
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2005. Kebijakan dan Prioritas Tahun 2006
Pembangunan Perikanan Budidaya. Rapat Kerja Nasional Departemen Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.
Djamali, M. A., Hutomo Burhanuddin dkk, 1986 Sumber daya ikan kakap (Lates calcalifer)
dan Bambangan (Lujtanus spp) di Indonesia. LON LIPI,
Effendi, M.I. 1978. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gufron, M. Dan H. Kordi K. 2007. Budidaya Ikan Kakap Biologi dan Teknik. Dahara Prize.
Semarang. 101 Halaman.
Hardjono, 1987. Biologi dan Budidaya Kakap Putih (Lates calcarifer) INFISH Manual seri
No. 47. Ditjen Perikanan-International Development Research Centre. Jakarta.
46
Hartono, P., T. Tusihadi dan J. Dewi. 2002. Penyakit Viral dalam dalam Pengelolaan
Kesehatan Ikan Budidaya Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya. DKP. Lampung. Halaman 53-63.
Hermawan, A., K. Ari, W. E. Rusyani dan Sapta A.I.M. 2004. Teknik Kultur Pakan Alami
dalam Pembenihan Ikan Kerapu. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung. Bandar Lampung.
Halaman 51.
http://www.gov.aus.edu. 2000. Australia and New Zealand Guidelines for Fresh and
Marine Water Culture dikunjungi pada tanggal 1 Agustus 2007 Jam 11.30 WIB.
Jakarta.
Ismi, S. 2005. Kultur Plankton Untuk Penyediaan Pakan Alami Pada Pembenihan Ikan
Kerapu. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali.
Kurniastuty, T. Tusihadi dan P. Hartono. 2004. Hama dan Penyakit Ikan dalam
Pembenihan Ikan Kerapu. Depertemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung. Bandar Lampung.
Halaman 77-89.
Kungvankij, P. 1988. Guide to Marine Finfish Hatchery Management. Food And Agriculture
Of United Nations. Rome.
Mayunar. 1996. Teknologi dan Prospek Usaha Pembenihan Ikan Kerapu. Oseana. Vol.
XXI. 1996. Jakarta. Halaman 1324.
Mustamin, E. Sutrisno dan H.A. Sarwono. 2004. Pembenihan Ikan Kerapu. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya
Laut Lampung. Lampung. 106 Halaman.
Sugama, K., Tridjoko, B. Slamet, S. Ismi, E. Setiadi dan S. Kawahara. 2001. Petunjuk
Teknis Produksi Benih Ikan Kerapu Bebek. Cromileptes altivelis. Balai Besar Riset
Budidaya laut Gondol - JICA. Bali. 40 Halaman.
Sugama, K., S. Ismi, S. Kawahara and M. Rimmer. 2003. Improvement of Larval Rearing
Technique for Humpback Grouper (Cromileptes altivelis). Aquaculture Asia
Megazine July-September 2003. NACA. Bangkok. Thailand. Page 34 37.
47
Sugama, K., Trijoko, S. Ismi, K. Maha Setiawati. 2004. Effect of Water Temperature on
Growth, Survival and Feeding Rate of Humpback Grouper (Cromileptes altivelis).
In: Advences in Grouper Aquaculture, Editors: M.A. Rimmer, S. McBride and K.C.
Williams. Australian Centre for International Aqricultural Research. Canberra.
Page 55-60.
Tarwiyah. 2001. Pembenihan Kakap Putih (Lates calcariver, Bloch) Skala Rumah Tangga
(HSRT-Hatchery Skala Rumah Tangga) dalam www.ristek.go.id (2007). Jakarta.
48