20
21
22
23
24
25
26
27
28 PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
29 JURUSAN AKUAKULTUR
30 FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
31 UNIVERSITAS TADULAKO
32 2019
33 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN KAKAP
34 PUTIH (Lates calcarifer) DENGAN FREKUENSI PEMBERIAN
35 DAN DOSIS PAKAN BERBEDA
36
37
38
39
40 SKRIPSI PENELITIAN
41
42
43 Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melakukan
44 Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Akuakultur
45 Jurusan Akuakultur Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61 Oleh
62
63 FIRMAN
64 O 271 15 064
65
66
67
68
69 PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
70 JURUSAN AKUAKULTUR
71 FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
72 UNIVERSITAS TADULAKO
73 2019
ii
74 HALAMAN PENGESAHAN
82 Jurusan : Akuakultur
84 Tanggal Seminar :
85
86 Palu, Januari 2020
87
88
89 Menyetujui,
90 Pembimbing Utama
91
92
iii
105 PERNYATAAN
107 1. Karya ilmiah (skripsi) ini adalah asli dan pelumpernah diajukan untuk
110 2. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian penulis sendiri,
112 3. Karya ilmiah ini tidak terdapat katya atau pendapat yang telah ditulis atau
113 dipublikasikan oleh orang lain, kecuali secara tertulisdengan jelas tercantum
114 sebagai acuan dalam naskah disebutkan nama pengarang yang ditulis pada daftar
115 pustaka.
116 4. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
117 terdapat penyimpanan dan tidak kebenaran dalam pernyataan ini, maka penulis
118 bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
119 diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
123
124 Firman
125 O 271 15 064
iv
126 RINGKASAN
127 Firman O 271 15 064, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Kakap
128 Putih (Lates calcarifer) dengan Frekuensi Pemberian dan Dosis Pakan Berbeda.
129 Dr. Ir. H. Samliok Ndobe, M. Si (2019).
130
131 Ikan kakap putih (Lates. calcarifer) adalah salah satu komoditas yang
132 memiliki prospek cerah untuk dapat dikembangkan hal ini karena banyaknya jumlah
133 permintaan ikan kakap putih (L. calcarifer) baik pasar lokal maupun internasional
134 mengakibatkan meningkatnya produksi ikan kakap putih di Indonesia. Produksi ikan
135 kakap putih di sektor pembenihan dan pembesaran terus dikembangkan untuk
136 memenuhi kebutuhan pasar. Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan ekspor
137 maupun konsumsi dalam negeri, sebagian besar masih didominasi oleh hasil
138 tangkapan. Sehubungan dengan adanya permintaan yang cukup tinggi yang mana
139 tidak dapat dipenuhi dengan penangkapan dari alam, maka pembudidaya/pengusaha
140 (investor) di beberapa daerah perairan Indonesia telah melakukan pemeliharaan ikan
141 kakap putih (L. calcarifer) dalam keramba jaring apung dan tambak payau/laut.
142 Budidaya tersebut tidak lepas dari waktu pemberian pakan dan jumlah pakan yang
143 dibutuhkan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
144 pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kakap putih (Lates calcarifer) dengan
145 frekuensi pemberian dan dosis pakan berbeda.
146 Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2019 sampai Agustus 2019.
147 Penelitian bertenpat di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Desa
148 Mappakalompo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
149 Selatan. Penelitian ini didesain dalam rancangan acak lengkap (RAL) pola Faktorial
150 yang terdiri atas dua faktor yaitu frekuensi pemberian yang terdiri dari 3 taraf (F2, F3
151 dan F4) dan dosis pakan berbeda yang terdiri dari 3 taraf (D5%, D10% dan D15%),
152 dengan demikian terdapat 9 kombinasi dengan masing-masing 3 kali ulangan.
153 Hasil analisis ragam (ANOVA) berdasarkan perlakuan yang diberikan,
154 menunjukkan bahwa faktor frekuensi pemberian dan dosis pakan berbeda
155 berpengaruh (P<0,01) terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan pertumbuhan panjang
156 mutlak benih ikan kakap putih. Selanjutnya faktor interaksi antara frekuensi
157 pemberian dan dosis pakan berbeda menunjukkan pengaruh (P<0,05) terhadap
158 pertumbuhan bobot mutlak dengan nilai interaksi sebesar 3,826 dan pertumbuhan
159 panjang mutlak dengan nilai interaksi sebesar 3,070 pada benih ikan kakap putih.
160 Nilai interaksi menunjukan bahwa kemampuan kombinasi faktor frekuensi pemberian
161 dan dosis pakan berbeda mempengaruhi pertumbuhan bobot dan pertumbuhan
162 panjang mutlak benih ikan kakap putih selama 30 hari pemeliharaan dengan rata-rata
163 pertumbuhan bobot mutlak 3,150 g dan pertumbuhan panjang mutlak 3.587 cm.
164
165 Kata Kunci: Benih Ikan Kakap Putih, Frekuensi, Dosis Pakan dan Pertumbuhan.
v
166 UCAPAN TERIMA KASIH
167 Puji dan syukur atas lindungan ALLAH SWT, atas segala nikmat dan
169 Hidup Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dengan Frekuensi Pemberian dan
170 Dosis Pakan Berbeda, di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar”
172 Penyusunan skripsi tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Melalui
173 kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat dan penghargaan penulis mengucapkan
175 1. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan cinta, doa serta dukungan
178 seluruh dosen yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis selama proses
179 perkuliahan serta seluruh staf yang telah banyak membantu selama proses
181 3. Dr. Ir. H. Samliok Ndobe, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah
184 4. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai Program Studi Akuakultur Fakultas
185 Peternakan dan Perikanan atas ilmu pengetahuan dan dedikasi yang telah
vi
186 diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi
187 penelitian.
190 Penulis menyadari bahwa dalam skripsi masih banyak kekurangan baik dalam
191 segi penulisan maupun materi yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
192 sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari segenap pembaca
193 guna membantu dalam penyempurnaan penulisan skripsi selanjutnya dengan segala
194 kerendahan hati semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita. Amiin ya
196
198
199 Penulis
200
201
202
203
204
205
206
207
vii
208 DAFTAR ISI
209 Halaman
210 HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
211 HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
212 HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
213 HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN..................................................... iv
214 RINGKASAN.................................................................................................... v
215 UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................. vi
216 DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
217 DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
218 DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
219 DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii
220
221 BAB 1. PENDAHULUAN
222 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
223 1.2 Tujuan dan Kegunaan.................................................................... 4
224 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
225 2.1 Biologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)................................. 5
226 II.1.1 Klasifikasi ikan kakap putih (L. calcarifer)....................... 5
227 II.1.2 Morfologi ikan kakap putih (L. calcarifer)........................ 5
228 II.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Kakap Putih (L. calcarifer)............. 6
229 II.3 Pakan dan Kebiasaan Makan (L. calcarifer)................................. 7
230 II.4 Pertumbuhan.................................................................................. 8
231 II.5 Frekuensi Pemberian Pakan........................................................... 9
232 II.6 Kualitas Air.................................................................................... 10
233 II.7 Hipotesis........................................................................................ 11
234 BAB 3. MATERI DAN METODE PENELITIAN
235 3.1 Waktu dan Tempat...................................................................... 12
236 3.2 Oranisme Uji............................................................................... 12
237 3.3 Alat dan Bahan............................................................................ 12
238 3.4 Prosedur Penelitian...................................................................... 13
239 3.4.1 Persiapan wadah.............................................................. 13
240 3.4.2 Pemberian pakan organisme uji....................................... 13
241 3.5 Rancangan Penelitian................................................................. 14
242 3.6 Variabel Penelitian...................................................................... 14
243 3.6.1 Laju pertumbuhan relatif................................................. 15
244 3.6.2 Pertumbuhan laju relatif.................................................. 15
245 3.6.3 Kelangsungan hidup........................................................ 15
viii
246 3.6.4 Kualitas air....................................................................... 15
247 3.7 Analisis Data............................................................................... 16
248 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
249 4.1 Pertumbuhan Bobot mutlak......................................................... 17
250 4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak..................................................... 20
251 4.3 Kelangsungan Hidup................................................................... 24
252 4.4 Kualitas Air.................................................................................. 26
253 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
254 5.1 Kesimpuala.................................................................................... 29
255 5.2 Saran.............................................................................................. 29
256
257 DAFTAR PUSTAKA
258 LAMPIRAN
259 RIWAYAT PENULIS
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
ix
277 DAFTAR TABEL
285
286
287
288
x
289 DAFTAR GAMBAR
316
317
318
319
320
321
xi
322 DAFTAR LAMPIRAN
341
342
343
xii
1
346 Budidaya air laut adalah salah satu dari teknik pemanfaatan kawasan pantai dan
347 laut untuk memproduksi berbagai komoditas perikanan khususnya ikan kakap putih
349 ekonomi di masa mendatang (Akmal, 2011). Menurut Pridona, dkk. (2018), ikan
350 kakap putih (L. calcarifer) atau yang lebih dikenal dengan nama lokal Seabass atau
351 Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, baik
352 untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Menurut
353 Priyono, dkk. (2013), ikan kakap putih (L. calcarifer) adalah salah satu komoditas
355 Banyaknya jumlah permintaan ikan kakap putih (L. calcarifer) baik pasar lokal
357 Indonesia. Produksi ikan kakap putih di sektor pembenihan dan pembesaran terus
358 dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar, namun belum dapat mencukupi
359 kebutuhan pasar bahkan sempat mengalami penurunan ekspor. Penurunan ekspor
360 disebabkan oleh produksi ikan kakap putih (L. calcarifer) baik pembenihan maupun
361 pembesaran sebagian besar berasal dari penangkapan langsung di alam (Ridho,
362 2016).
363 Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun konsumsi dalam
364 negeri, sebagian besar masih didominasi oleh hasil tangkapan. Sehubungan dengan
2
365 adanya permintaan yang cukup tinggi yang mana tidak dapat dipenuhi dengan
367 perairan Indonesia telah melakukan pemeliharaan ikan kakap putih (L. calcarifer)
368 dalam keramba jaring apung dan tambak payau/laut. Kegiatan budidaya ini tentunya
369 sangat tergantung dengan ketersediaan benih secara kontinyu, pada saat ini benih
370 yang dipelihara selain berasal dari alam juga sudah banyak yang berasal dari panti
372 putih (L. calcarifer) sudah banyak dilakukan, karena habitat dan penyebarannya yang
373 sangat luas mulai dari air laut, air payau, sampai air tawar (Rayes, dkk. 2013).
374 Pakan adalah salah satu dari komponen yang penting dalam kegiatan budidaya
375 ikan. Menurut Wardoyo (2015), jumlah ransum harian yang diperlukan oleh ikan
376 kakap putih berkisar antara 5-10% per hari dari bobot tubuhnya, sedangkan
377 berdasarkan SNI (1999), ransum harian yang diperlukan ikan kakap putih adalah
378 10%. Pemberian pakan yang tepat akan berefek pada efisiensi pakan untuk
379 pemeliharaan benih ikan kakap putih. Menurut Perius dalam Yanuar (2017), pakan
380 merupakan sumber materi dan energi untuk menopang kelangsungan hidup dan
381 pertumbuhan ikan, namun di sisi lain pakan merupakan komponen terbesar (50-70%)
382 dari biaya produksi. Menurut Hermawan dkk (2015), biaya pembelian pakan
383 merupakan pengeluaran investasi terbesar dalam biaya produksi, oleh sebab itu untuk
385 diperhatikan tingkat pemberian pakan (feeding rate) yang tepat untuk mendukung
386 pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan yang optimal.
3
387 Berdasarkan hasil penelitian Mulyadi (2010), frekuensi pemberian pakan 5 kali
388 sehari pada ikan selais (Ompok hypothalmus) memberikan hasil terbaik pada
390 sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Murtiningsih dalam Hanief, dkk. (2014),
391 menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan 3-5 kali sehari menghasilkan
392 pertumbuhan terbaik terhadap benih lele sangkuriang (Clarias garipienus) (26,79-
393 34,33% per hari) dibandingkan dengan frekuensi pemberian pakan 1 dan 2 kali
394 sehari). Menurut Anriyono, dkk (2018), pemberian pakan dengan dosis 5% pada ikan
395 kakap putih (L. calcarifer) memiliki laju pertumbuhan bobot mutlak terbaik (31,99 g)
396 dan pertumbuhan panjang mutlak (4,34 cm) dibandingkan dengan dosis pakan 10%
397 dan 15%. Memurut Amalia dkk (2018), pemberian pakan dengan dosis 3% dan
398 frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari menghasilkan bobot rata-rata ikan nila
400 Penelitian dengan kombinasi perlakuan 2 (dua) faktor tersebut, terutama untuk
401 mengetahui interaksi frekuensi dan dosis pemberian pakan berbeda belum pernah
402 dikakukan pada ikan kakap putih (L. calcarifer). Oleh karena itu, maka perlu
403 dilakukan penelitian pengaruh frekuensi dan dosis pemberian pakan yang berbeda
404 terhadap mengetahui pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan kakap putih
406
407
408
4
411 1. Interaksi perlakuan frekuensi pemberian pakan dan dosis pakan yang berbeda
412 terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan kakap putih (L.
413 calcarifer).
414 2. Pengaruh frekuensi pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
415 tingkat kelangsungan hidup benih ikan kakap putih (L. calcarifer).
416 3. Pengaruh dosis pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan tingkat
418 Kegunaannya, diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam kegiatan
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
5
433 Ikan kakap putih merupakan salah satu spesies dari genus Lates yang memiliki
434 nilai ekonomis tinggi. Menurut Razi (2013), klasifikasi ikan kakap putih (L.
435 calcarifer) adalah sebagai berikut: Fillum : Chordata, Sub Fillum : Vertebrata, Kelas :
439 Ikan kakap putih memiliki badan memajang, gepeng, batang sirip ekor lebar,
440 kepala lancip dengan bagian atas cekung dan cembung didepan sirip punggung.
441 Mulut lebar, gigi halus dan bagian bawah preoporculum berduri kuat. Operkulum
442 mempunyai duri kecil, cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi. Sirip punggung
443 berjari- jari keras 7–9 dan 10–11 jari jari lemah. Sirip dada pendek dan membulat.
444 Sirip punggung dan sirip dubur mempunyai lapisan bersisik. Sirip dubur bullat,
445 berjari keras 3 dan berjari lemah 7–8. Sirip ekor bulat. Sisik bertipe sisir besar. Tubuh
446 berwarna dua tingkatan yaitu kecoklatan dengan bagian sisik dan perut berwarna
447 keperakan untuk ikan yang hidup dilaut dan coklat keemasan pada ikan yang ada
448 dilingkungan tawar. Ikan dewasa berwarna kehijauan atau keabu – abuan pada bagian
6
449 atas dan keperakan (Razi, 2013). Bentuk ikan kakap putih (L. Calcarifer) adalah
451
452 Gambar 1-1. Morfologi ikan kakap putih (Lates calcarifer)
453
454 Keistimewaan ikan ini adalah merupakan jenis ikan euryhaline dan katadromus,
455 untuk mempertahankan kelestarian populasinya ikan jantan yang telah berbobot 2–2,5
456 kg dapat berubah kelamin menjadi betina (hermaprodit protandri) dan hanya sekitar
457 50% dari populasinya tetap berkelamin jantan (Mustahal dalam Putri, 2018).
458 2.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
459 Ikan kakap putih selama kurang lebih 2-3 tahun hidup diperairan tawar seperti
460 sungai dan danau yang berhubungan dengan laut dengan ukuran 3–5 kg. Ikan dewasa
461 yang berumur 3–4 tahun beruaya kemuara sungai, danau atau laguna yang
462 mempunyai salinitas 30–32 ppm, permil untuk pematangan kelamin, kemudian
463 memijah (Grey dalam Razi, 2013). Pergerakan kearea pemijahan biasanya terjadi
464 pada akhir musim panas dan pemijahan terjadi pada awal musim penghujan.
465 Pemijahan pada musim penghujan terjadi karena salinitas dan suhu merupakan salah
466 satu faktor penting yang mempengaruhi siklus pemijahan. Bila musim hujan
467 terlambat kemungkinan musim pemijahan juga terlambat. Biasanya ikan kakap putih
7
468 memijah pada permulaan bulan gelap atau bulan penuh mulai pukul enam sore
469 sampai delapan malam bersamaan dengan datangnya air pasang (Razi, 2013). Ikan
470 kakap putih (L. calcarifer) adalah ikan yang bersifat katadrom yang terdistribusi
471 secara luas di wilayah Pasifik Indo Barat dari Teluk Persia, dan seluruh negara-negara
472 Asia Tenggara ke Australia. Ikan kakap putih merupakan ikan yang mempunyai
473 toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam (euryhaline) (Tarwiyah dalam
474 Yaqin, 2018). Ikan kakap putih (L. calcarifer) memiliki kisaran toleransi fisiologis
475 yang cukup luas, serta pertumbuhannya yang cukup cepat sehingga siap dipanen
476 dengan ukuran 350 g sampai 3 kg alam waktu 6-24 bulan (FAO dalam Yaqin, 2018).
478 Ikan kakap putih (L. calcarifer) adalah ikan yang tinggal di habitat air laut,
479 tawar, payau, muara dan perairan pesisir. Menurut Utojo dalam Yaqin (2018), ikan
480 kakap putih (L. calcarifer) yang belum terdomestikasi di alam memiliki sifat predator
481 karnivora, yang dominan memakan ikan yang lebih kecil dan kelompok udang-
483 serta berbagai jenis plankton namun utamanya adalah urochordata. Umumnya ikan
484 kakap putih (L. calcarifer) yang berukuran besar baik panjang maupun tinggi
485 tubuhnya, memangsa jenis-jenis ikan maupun invertebrata berukuran lebih kecil dari
486 pada ukuran bukaan mulutnya yang berada didekat permukaan di sekitar perairan
487 karang. Jenis kakap putih ini biasanya menempati daerah perairan pantai berkarang
488 hingga kedalaman 100 meter (Batara dalam Putri, 2018). Fahmawati dalam Yaqin
8
489 (2018), ikan kakap putih (L. calcarifer) yang telah terdomestikasi, akan diberikan
490 pakan berupa pelet atau pakan buatan. Jenis pelet yang diberikan ialah pelet
491 tenggelam. Menurut Jaya, dkk (2013), pakan yang akan diberikan pada benih ikan
492 kakap putih selama pemeliharaan harus disesuai dengan kebutuhan benih ikan yang
493 dipelihara, baik dari segi jumlah, waktu, syarat fisik (ukuran dan bentuk) serta
494 kandungan nutrisi, agar pemberian pakan buatan berupa pelet ini tepat sesuai dengan
495 kebutuhan dan memiliki kualitas nutrisi yang baik untuk hidup benih ikan kakap
499 ikan dalam suatu periode. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh perubahan jaringan
500 akibat pembelahan sel secara mitosis dan pembesaran sel sehingga terjadi
501 pertambahan sel, urat daging, dan tulang yang merupakan bagian terbesar dalam
502 tubuh ikan yang menyebabkan pertambahan bobot ikan (Effendie dalam Yaqin
503 2018). Hal ini terjadi masuknya energi dan asam amino (protein) kedalam tubuh yang
504 berasal dari makanan. Senyawa yang berasal dari makanan tersebut akan digunakan
505 tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan produksi organ seksual dan menngganti
506 sel-sel yang tidak terpakai (Effendie dalam Jumiati, 2017). Kelangsungan hidup
507 merupakan jumlah dari berbagai umur dan dapat diartikan pula sebagai jumlah ikan
508 yang hidup sampai saat masa akhir pemeliharaan (Effendi dalam Minggu, 2017).
509
9
512 pertumbuhan, maka perlu diperhatikan frekuensi pemberian pakan yang tepat untuk
513 pertumbuhan yang optimal. Menurut Hanief dkk (2014), pemberian pakan pada waktu
514 yang tepat berkaitan dengan frekuensi pemberian pakan yaitu beberapa kali pakan
515 yang akan diberikan dalam satu hari pada organisme yang dibudidayakan. Menurut
516 Zainuddin dalam Rihardi, dkk (2013), frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari
517 dengan rentang waktu 12 jam menghasilkan pertambahan bobot terbaik pada juvenile
518 ikan kakap (L. calcarifer). Menurut Subandiyono dan Hastuti dalam Hanief dkk
519 (2014), pembudidaya ikan yang ingin memaksimalkan konsumsi pakan, pertumbuhan
520 dan efisiensi pemberian pakan harus memperhatikan nafsu makan dan tingkat
522 perbedaan dalam hal tersebut dan secara umum pengosongan perut akan merangsang
523 nafsu makan sehingga interval optimum untuk waktu pemberian pakan adalah sesuai
525 Pemberian pakan dengan (feeding rate) yang tepat akan menghasilkan
526 pertumbuhan yang optimal. Jikan pakan yang diberikan terlalu sediki, maka ikan akan
527 tumbuh lambat dan terjadi persaingan. Jika pakan yang diberikan terlalu banyak,
528 maka tidak akan efisien dan mengotori lingkungan hidup (Hermawan, dkk 2015).
529 Hasil penelitian Asma, dkk dalam Jumiati (2017), jumlah pakan harian yang
530 diperlukan oleh ikan secara umum berkisar antara 5-10% per hari dari bobot
10
531 tubuhnya. Dosis pakan 10% memberikan pertumbuhan mutlak yang lebih tinggi.
532 Kondisi tersebut disebabkan oleh kemampuan ikan dalam mengkonsumsi pakan,
533 semakin banyak pakan yang diberikan maka peluang ikan untuk mendapat makan
534 semakin besar sehingga berpengaruh pada pertumbuhannya. Menurut Sunarto dan
535 Sabariah dalam Haryanto dkk (2014), budidaya ikan dengan pemberian makanan
536 dalam jumlah yang cukup dan berkualitas serta tidak berlebihan merupakan faktor
537 yang sangat menentukan, dimana berkaitan langsung dengan jumlah atau dosis pakan
538 yang diberikan pada ikan, agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal
539 dengan dosis pakan yang optimal. Menurut Sahwan dalam Haryanto dkk (2014),
540 setiap jenis ikan memiliki dosis pakan yang berbeda, misalnya ikan bandeng (Chanos
541 chanos) dosisnya 5-10%, ikan nila (Oreochromis nilotica) 3-7%, Kakap (Lates
542 calcaliver) 5-10%, Udang windu (Panaeus monodon) 4-10%, Lele dumbo (Clarias
543 gariepinus) 5-10% dan gurami (Osphreonemus gouramy) sebesar 5- 7% dari berat
546 Air merupakan media yang sangat penting bagi kehidupan ikan yang
547 bergantung pada kualitas air. Kualitas air adalah salah saru dari faktor yang sangat
548 mendukung dari keberhasilan suatu usaha budidaya (Sahputra, dkk., 2017). Menurut
549 Hanuddin, dkk (2018), faktor kimia dan fisika merupakan parameter pendukung yang
550 meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak dan salinitas. Salah satu dari faktor yang
551 mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan adalah kualitas
11
552 air, dimana ikan kakap putih (L. calcarifer) memiliki kemampuan bertoleransi
553 terhadap salinitas yang sangat tinggi, yaitu ikan kakap putih dapat hidup pada kisaran
554 salinitas 0-33 ppm (Sudjiharno dalam Jaya, dkk, 2013). Ikan kakap putih (L.
555 calcarifer) merupakan ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap
556 kadar garam (euryhaline) dan merupakan ikan katadromous (dibesarkan di air tawar
557 dan kawin di laut) serta termasuk kedalam ikan karnivora (Febianto dalam Ridho,
558 2016).
559 Berdasarkan SNI dalam Anriyono, dkk (2018), kisaran nilai pH untuk budidaya
560 ikan kakap putih yaitu 7,0-8,5. Suhu optimal bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan
561 kakap putih (L. calcarifer) adalah 260C-320C sedangkan untuk oksigen terlarut ikan
562 kakap putih (L. calcarifer) dewasa membutuhkan oksigen terlarut ≥ 4 ppm.
564 1. Adanya Interaksi antara frekuensi pemberian pakan dengan dosis pakan berbeda
568 3. Dosis pakan berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan kakap putih (L.
569 calcarifer).
570
571
12
572
579 Benih ikan kakap putih (L. calcarifer) yang digunakan pada penelitian ini
580 adalah benih ikan kakap putih (L. calcarifer) yang ukuran 2-3 cm sebanyak 405 ekor.
582 Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tertera pada Tabel 3-1.
586
587
13
588
589 Bahan utama yang akan digunakan pada saat penelitian tertera pada Tabel 3-2.
594 Wadah yang digunakan adalah baskom. Baskom tersebut ditempatkan di dalam
595 ruangan pembesaran BPBAP Takalar. Jumlah baskom yang digunakan untuk
596 penelitian ini berjumlah 27 buah, yakni untuk 9 perlakuan dan 3 ulangan dengan
597 dilengkapi aerasi sebagai suplai oksigen dengan padat penebaran 15 ekor/10 liter air
600 Pakan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan
601 komersial bentuk pellet merek grouper, pakan tersebut bersifat terapung berwarna
603 Selama penelitian ikan uji di beri pakan dengan dosis pakan yang berbeda, yaitu 5%,
604 10%, dan 15% dari bobot biomassa ikan. Kualitas air juga dijaga dengan cara
606
14
607
609 Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial
610 dengan 2 faktor, yaitu faktor frekuensi pemberian pakan (F) yang terdiri atas 3 taraf
611 (F= 2 kali, F= 3 kali dan 4 kali), dan faktor pakan dosis pemberian pakan komersial
612 (D) yang terdiri atas 3 taraf yaitu 5%, 10% dan 15% yang masing-masing diulangi
613 sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 27 satuan unit percobaan. Adapun kombinasi
626 Menurut Effendie dalam Mulyadi., dkk (2010), pertumbuhan bobot mutlak ikan
628 Wm = Wt - Wo
629 Dimana:
635 Menurut Karlyssa., dkk (2013), pertumbuhan panjang mutlak ikan dihitung
637 Pm = L t - L o
638 Dimana:
644 Menurut Nugroho dalam Karlyssa (2013), kelangsungan hidup (KH) dapat
Nt
646 SR= 100 %
No
647 Dimana:
653 Kualitas air yang akan diamati selama penelitian tertera pada Tabel 3 sebagai
654 berikut:
658 Faktor frekuensi pemberian pakan terdiri atas 3 taraf perlakuan, demikian pula
659 dengan faktor dosis pakan dengan ulangan sebanyak 3 kali, sehingga analisis varians
660 faktorial dengan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial
663 Dimana:
664 Yijk = Hasil pengamatan individu yang menerima perlakuan ke-i dan
665 ulangan ke-j
666 µ = Rata-rata umum perlakuan
667 αi = Pengaruh perlakuan frekuensi pada perlakuan ke-i
668 βi = Pengaruh perlakuan dosis pada perlakuan ke-j
669 (αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan ke-i dan ke-j
670 εijk = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ke-j pada satuan percobaan ke-k
671
672 Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA (analysis of variance) dengan
673 menggunakan program satatistik minitab versi 16. Jika terdapat perbandingan nyata
674 dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ), yaitu untuk mengetahui perbedaan
676
677
680 Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian pertumbuhan bobot mutlak ikan
681 kakap putih (L. calcarifer) dengan frekuensi pemberian dan dosis pakan berbeda
2.5 2.1913
1.8987 1.912
2 1.718
1.514 1.534
1.5
0.5
0
F2D5 F2D10 F2D15 F3D5 F3D10 F3D15 F4D5 F4D10 F4D15
Perlakuan
683
684 Gambar. 4-2. Pertumbuhan bobot mutlak ikan kakap putih pada kombinasi perlakuan
685 faktor frekuensi (F) dan dosis pakan komersial (D)
686
687 Hasil Anova menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata antara perlakuan
688 frekuensi pemberian pakan dengan dosis pakan yang berbeda yang menunjukkan
689 pengaruh (P<0,05) terhadap pertumbuhan bobot mutlak ikan kakap putih. Nilai
18
691 frekuensi pemberian dan dosis pakan berbeda mempengaruhi pertumbuhan bobot
692 ikan kakap putih selama 30 hari pemeliharaan dengan rata-rata pertumbuhan bobot
693 mutlak sebesar (3,150 g). Menurut Davis dkk, dalam Kaligis (2015), nilai interaksi
695 pertumbuhan.
696 Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan F4D10 tidak berbeda
697 nyata (P>0,05) dengan kombinasi perlakuan F3D10, F4D15 dan F2D15 tetapi
698 berbeda nyata (P>0,05) dengan kombinasi perlakuan F3D15, F2D10, F4D5, F3D5
699 dan F2D5. Kombinasi perlakuan F3D15 dan F2D10 tidak berbeda nyata (P>0,05)
700 dengan kombinasi perlakuan F2D15, F4D5, F3D5 dan F2D5, tetapi berbeda naya
701 (P>0,05) dengan kombinasi perlakuan F4D10, F3D10 dan F4D15. Selanjutnya
702 kombinasi perlakuan F2D15 tidak berbeda nyata (P>0,05) dan juga tidak berbeda
704 Pertumbuhan bobot yang berbeda pada benih ikan kakap putih dikarenakan
705 frekuensi pemberian dan dosis pakan yang berbeda. Faktor frekuensi pemberian dan
706 dosis pakan berbeda merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bobot.
707 Pertumbuhan bobot benih ikan kakap putih tertinggi terjadi pada perlakuan F4D10
710 tingkat konsumsi pakan benih ikan kakap putih, hal ini disebabkan karena frekuensi
711 pemberian pakan pada perlakuan tersebut lebih banyak. Kondisi tersebut terjadi
19
712 karena waktu pemberian pada perlakuan tersebut sesuai dengan laju pengosongan isi
713 lambung ikan, pada saat lambung ikan mulai kosong maka ikan akan segera
714 merespon pakan yang diberikan. Menurut Rihardi, I., dkk (2013), frekuensi
715 pemberian pakan berhubungan erat dengan kapasitas lambung. Semakin kecil
716 kapasitas lambung maka pemberian pakan lebih sering dilakukan, maka akan
717 meningkatkan nafsu makan karena pada saat pemberian pakan dilakukan lambung
718 dalam keadaan kosong. Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
719 Hanief, M., A., R., dkk, (2014), frekuensi pemberian pakan empat kali sehari
720 menghasilkan laju pertumbuhan relatif ikan tawes 6,26-6,38% per hari.
721 Pertumbuhan bobot yang diperoleh pada penelitian ini mengalami perbedaan.
722 Penyebab hal ini diduga karena dosis pakan yang berbeda sehingga tidak sama.
723 Menurut Wardoyo, dkk (2015) dalam Anriyono (2018), jumlah pakan harian yang
724 diperlukan oleh ikan kakap putih berkisar antara 5-10% dari bobot tubuhnya per hari.
725 Pemberian pakan komersial dengan dosis 10% mampu dimanfaatkan, jumlah
726 pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan dilihat dari jumlah pakan dan juga lebih
728 pertumbuhan bobot ikan kakap putih. Kondisi tersebut disebabkan oleh kemampuan
729 ikan dalam mengkonsumsi pakan, semakin banyak pakan yang diberikan maka
730 peluang ikan untuk mendapatkan makanan semakin besar. Hal ini sejalan dengan
731 penelitian Marsoni, S., W., dkk (2015), tingkat pemberian pakan yang optimum
732 adalah 10% karena pada tingkat pemberian pakan tersebut terjadi pertumbuhan, baik
733 pada bobot badan dan panjang total yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian
20
734 lainnya yang dilakukan oleh Ningrum (2012) menyatakan, ikan nila memiliki laju
737 mutlak ikan kakap putih dengan pemberian pakan 5% lebih besar pada frekuensi
738 empat kali, dibandingkan dengan frekuensi dua dan tiga kali, pertumbuhan bobot
739 mutlak ikan kakap putih dengan pemberian pakan 10% lebih besar pada frekuensi
740 empat kali, dibandingkan dengan frekuensi dua dan tiga kali dan pertumbuhan bobot
741 mutlak ikan kakap putih dengan pemberian pakan 15% lebih besar pada frekuensi
742 empat kali, dibandingkan dengan frekuensi dua dan tiga kali. Peningkatan dan
743 penurunan nilai pertumbuhan bobot mutlak ikan kakap putih terjadi seiring dengan
744 frekuensi pemberian dan jumlah dosis pakan yang diberikan pada media masing-
745 masing perlakuan. Hal tersebut disebabkan pemanfaatan energi yang berasal dari
746 pakan oleh ikan kakap putih berbeda-beda, dan jumlah pakan yang dikonsumsi
748 bobot mutlak menjadi efektif. Hal ini didukung pernyataan Hanief, M., A., R., dkk,
749 (2014), pemberian pakan pada waktu yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan
750 ikan karena dapat memaksimalkan efisiensi pemanfaatan pakan, laju pertumbuhan
754 ikan kakap putih (L. calcarifer) dengan frekuensi pemberian dan dosis pakan berbeda
2
1.5
1
0.5
0
F2D5 F2D10 F2D15 F3D5 F3D10 F3D15 F4D5 F4D10 F4D15
Perlakuan
756
757 Gambar 4-3. Pertumbuhan panjang mutlak ikan kakap putih pada kombinasi
758 perlakuan faktor frekuensi (F) dan dosis pakan komersial (D)
759
760 Hasil Anova menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata antara perlakuan
761 frekuensi pemberian pakan dengan dosis pakan yang berbeda yang menunjukkan
762 pengaruh (P<0,05) terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan kakap putih. Nilai
764 frekuensi pemberian dan dosis pakan berbeda mempengaruhi pertumbuhan panjang
765 ikan kakap putih selama 30 hari pemeliharaan dengan rata-rata pertumbuhan panjang
766 mutlak sebesar (3.587 cm). Menurut Davis dkk, dalam Kaligis (2015), nilai interaksi
22
768 pertumbuhan.
770 pemberian sangat berpengaruh (P<0,01), dan faktor dosis pakan berbeda berpengaruh
771 (P<0,05). Selanjutnya, faktor interaksi antara frekuensi pemberian dan dosis pakan
773 mutlak ikan kakap putih. Hasil uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) pada taraf (0,01),
774 menunjukkan kombinasi perlakuan F2D15 tidak beda nyata (P<0,01) dengan F2D10,
775 F3D5, F3D10, F3D15, F4D5, F4D10 dan F4D15, namun berbeda (P<0,01) dengan
776 F2D5.
777 Pertumbuhan panjang yang berbeda pada benih ikan kakap putih dikarenakan
778 frekuensi pemberian dan dosis pakan yang berbeda. Faktor frekuensi pemberian dan
779 dosis pakan berbeda merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan panjang.
780 Pertumbuhan panjang benih ikan kakap putih tertinggi terjadi pada perlakuan F4D10
781 (3,587 cm) dan terendah pada perlakuan F2D5 (2,413 cm).
783 benih ikan kakap putih, hal ini disebabkan karena frekuensi pemberian pakan pada
784 perlakuan tersebut lebih banyak. Kondisi tersebut terjadi karena waktu pemberian
785 pada perlakuan tersebut sesuai dengan laju pengosongan isi lambung ikan, pada saat
786 lambung ikan mulai kosong maka ikan akan segera merespon pakan yang diberikan.
787 Menurut Rihardi, I., dkk (2013), frekuensi pemberian pakan berhubungan erat dengan
788 kapasitas lambung. Semakin kecil kapasitas lambung maka pemberian pakan lebih
23
789 sering dilakukan, maka akan meningkatkan nafsu makan karena pada saat pemberian
790 pakan dilakukan lambung dalam keadaan kosong. Hal ini sejalan dengan penelitian
791 lain yang dilakukan oleh Hanief, M., A., R., dkk, (2014), frekuensi pemberian pakan
792 empat kali sehari menghasilkan laju pertumbuhan relatif ikan tawes 6,26-6,38% per
793 hari.
794 Pertumbuhan panjang yang diperoleh pada penelitian ini mengalami perbedaan.
795 Penyebab hal ini diduga karena dosis pakan yang berbeda sehingga tidak sama.
796 Menurut Wardoyo, dkk (2015) dalam Anriyono (2018), jumlah pakan harian yang
797 diperlukan oleh ikan kakap putih berkisar antara 5-10% dari bobot tubuhnya per hari.
798 Pemberian pakan komersial dengan dosis 10% mampu memanfaatkan jumlah
799 pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan dilihat dari jumlah pakan dan juga lebih
801 pertumbuhan bobot ikan kakap putih. Kondisi tersebut disebabkan oleh kemampuan
802 ikan dalam mengkonsumsi pakan, semakin banyak pakan yang diberikan maka
803 peluang ikan untuk mendapatkan makanan semakin besar. Hal ini sejalan dengan
804 penelitian Marsoni, S., W., dkk (2015), tingkat pemberian pakan yang optimum
805 adalah 10% karena pada tingkat pemberian pakan tersebut terjadi pertumbuhan, baik
806 pada bobot badan dan panjang total yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang
807 dilakukan oleh Anriyono, dkk., (2018) menyatakan, ikan kakap putih memiliki nilai
808 pertumbuhan panjang mutlak tertinggi (4,32 cm) pada pemberian pakan 10%.
810 panjang mutlak ikan kakap putih dengan pemberian pakan 5% lebih besar pada
24
811 frekuensi empat kali, dibandingkan dengan frekuensi dua dan tiga kali, pertumbuhan
812 panjang mutlak ikan kakap putih dengan pemberian pakan 10% lebih besar pada
813 frekuensi empat kali, dibandingkan dengan frekuensi dua dan tiga kali dan
814 pertumbuhan panjang mutlak ikan kakap putih dengan pemberian pakan 15% lebih
815 besar pada frekuensi tiga kali, dibandingkan dengan frekuensi dua dan empat kali.
816 Peningkatan dan penurunan nilai pertumbuhan panjang mutlak ikan kakap putih
817 terjadi seiring dengan frekuensi pemberian dan jumlah dosis pakan yang diberikan
818 pada media masing-masing perlakuan. Hal tersebut disebabkan pemanfaatan energi
819 yang berasal dari pakan oleh ikan kakap putih berbeda-beda, dan jumlah pakan yang
821 pertumbuhan panjang mutlak menjadi efektif. Hal ini didukung pernyataan Hanief,
822 M., A., R., dkk, (2014), pemberian pakan pada waktu yang tepat akan meningkatkan
823 pertumbuhan ikan karena dapat memaksimalkan efisiensi pemanfaatan pakan, laju
826 Nilai rata-rata kelangsungan hidup ikan kakap putih (L. calcarifer) dengan
827 frekuensi pemberian dan dosis pakan komersial yang berbeda selama penelitian,
829
830
831
25
832
833
834
Perlakuan
835
836 Gambar 4-4. Kelangsungan hidup ikan kakap putih (L. calcarifer) pada masing-
837 masing perlakuan.
838
839 Hasil penelitian (Gambar 4-4) menunjukkan bahwa rata-rata kelangsungan
840 hidup benih ikan kakap putih (L. calcarifer) tertinggi terdapat pada F4D10 sebesar
841 88,88% dan terendah pada F2D5 sebesar 62,22%. Terjadinya perbedaan
842 kelangsungan hidup benih ikan kakap putih diakibatkan oleh perbedaan perlakuan
843 dalam penelitian, yaitu frekuensi pemberian dan dosis pakan yang berbeda. Namun,
844 kematian ikan juga terjadi diduga disebabkan oleh adanya penyakit yang sudah
845 menjangkiti tubuh ikan sebelum perlakuan, gejala penyakit tersebut belum terlihat
846 pada awal masa pemeliharaan, namun pada awal minggu ketiga masa pemeliharaan
26
847 tanda-tanda penurunan kesehatan ikan mulai muncul, seperti nafsu makan berkurang,
848 gerakan renang melemah serta memisahkan diri dari kelompoknya. Berdasarkan hasil
849 pengamatan, benih ikan kakap putih (L. calcarifer) yang mati selama pemeliharaan
850 berciri-ciri antara lain, sisik terkelupas, perut keras jika diraba, mata menonjol dan
851 tubuh ikan berjamur. Menurut effendi (1979) dalam Hanief, M., A., R., dkk, (2014),
852 faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelansungan hidup adalah abiotik dan
853 biotik antara lain kompotitor, kepadatan, populsi, umur dan kemampuan organisme
856 Kisaran nilai kualitas air pada media pemeliharaan ikan kakap putih dengan
857 kombinasi faktor frekuensi pemberian dan dosis pakan yang berbeda terlihat pada
859 Tabel 4-4. Kisaran nilai kualitas air pada masing-masing perlakuan
Kombinasi Kisaran Kualitas Air
Perlakuan DO (ppm) pH Suhu (oC) Amoniak (mg/l)
F2 D5 5,0-6, 3 7,2-7,3 26,3-28,5 0,001-0,003
F2 D10 5,3-6, 3 7,2-7,3 27,2-29,2 0,001-0,005
F2 D15 5,6-6, 1 7,3-7,4 27,1-29,2 0,001-0,006
F3 D5 6,1-6, 4 7,3-7,4 26,1-29,3 0,001-0,003
F3 D10 5,0-6, 1 7,2-7,3 26,3-28,3 0,001-0,006
F3 D15 5,6-6, 2 7,2-7,3 26,2-29,4 0,001-0,003
F4 D5 6,0-6, 4 7,2-7,3 27,1-29,2 0,001-0,003
F4 D10 6,7-6, 2 7,2-7,3 27,3-29,3 0,001-0,003
F4 D15 5,0-6, 1 7,2-7,3 26,5-28,1 0,001-0,006
860
861 Suhu media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara 26,1-29,4 0C pada
862 setiap kombinasi perlakuan. Kisaran suhu tersebut masih ideal untuk pertumbuhan
27
863 ikan kakap putih (L. calcarifer). Hal ini didukung oleh Nurmasyitah, dkk, (2018),
864 suhu optimal untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar antara 27-30 0C. Suhu air
865 berpengaruh terhadap nafsu makan dan proses metabolisme ikan. suhu yang rendah
866 menyebabkan proses pencernaan makanan pada ikan berlansung lambat, sedangkan
867 suhu tinggi proses pencernaan berlansung lebih cepat. Menurut Jaya, dkk, (2013)
868 suhu air mempunyai peranan sangat penting dalam pengaturan aktifitas,
870 Derajat keasaman (pH) selama penelitian berkisar antara 7,2-7,4 pada setiap
871 kombinasi perlakuan. Kisaran pH relatif stabil dan berada pada kisaran yang optimal
872 dan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan ikan kakap putih. Menurut Soetomo
873 (1997) dalam Rayes,R., D, dkk, (2013), kisaran nilai pH optimal untuk budidaya ikan
875 Oksigen terlarut (DO) selama penelitian berkisar antara 5,0-6,4 ppm. Kisaran
876 oksigen terlarut tersebut efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan
877 hidup ikan kakap putih. Hal ini didukung oleh Mayunar (1991), kandungan oksigen
878 yang baik untuk budidaya ikan kakap putih diatas 5 mg/l.
879 Amoniak selama penelitian pada setiap kombinasi perlakuan memiliki hasil
880 nilai yang berbeda namun beberapa dari perlakuan memiliki nilai yang sama.
881 Perlakuan awal amoniak cukup rendah yaitu 0,001 mg/l pada semua perlakuan,
882 sedangkan pada pengukuran akhir terjadi peningkatan pada setiap perlakuan yaitu
883 0,003-0,006 mg/l. peningkatan amoniak disebabkan oleh sisa pakan yang berlebihan
884 dan hasil buangan metabolismebenih ikan kakap putih. Menurut Darmono (1991)
28
885 dalam Minggu, Y., (2017), amoniak sisa buangan hasil katabolisme protein dari ikan
886 dan sisa pakan yang terbuang dalam air. Amoniak selama penelitian berkisar antara
887 0,001-0,006 mg/l. Kisaran tersebut masih tergolong baik sehingga tidak
889 Sudjiharno (1999), kisaran amoniak untuk budidaya ikan kakap putih sebaiknya
891 Parameter kualitas air merupakan faktor pendukung dalam proses pemeliharaan
892 larva ikan kakap putih (L. calcariver). Parameter kualitas air disesuaikan dengan
893 keadaan alam sehingga biota yang dipelihara tidak mengalami stress yang berakibat
894 pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota tersebut. Pada penelitian ini
895 parameter kualitas air seperti pH, suhu, DO dan amoniak selama pemeliharan keadan
897
898
899
900
901
902
29
903
906 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat diambil
907 kesimpulan bahwa frekuensi pemberian dan dosis pakan berbeda memberikan
908 pengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan kakap putih (L. calcarifer). Interaksi
909 antara frekuensi pemberian empat kali dengan dosis pakan komersial 10%
910 berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan kakap putih (L. calcarifer).
912 sebesar 3,150 g/ekor dan pertumbuhan panjang mutlak sebesar 3,587 cm/ekor.
914 Perlu penelitian lanjutan mengenai pengaruh frekuensi pemberian dan dosis
915 pakan berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan kakap putih (L. calcarifer).
917 pembudidaya.
918
919
920
30
921
923 Akmal, S, G., 2011. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates
924 calcarifer) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Lampung.
925 Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya
926 Program Diploma Institut Pertanian Bogor.
927
928 Amalia, R., Amrullah dan Suriati. 2018. Manajemen Pemberian Pakan pada
929 Pembesaran Ikan Nila (Oreochomis niloticus). Prosiding. Sinergitas
930 Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1.
931
932 Anriyono, Irawan, H., Putra, W., K., A., 2018. Pertumbuhan Benih Ikan Kakap Putih
933 (Lates Calcarifer) dengan Pemberian Dosis Pakan yang Berbeda. Program
934 Studi Budidaya Perairan, FIKP UMRAH, anriyono26@gmail.com.
935
936 Hanief, M, A, R., Subantiyono dan Pinandoyo, 2014. Pengaruh Frekuensi Pemberian
937 Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Tawes (Puntius
938 javanicus). Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol. 3.
939 No.4. Hal: 67-74.
940
941 Hanuddin, Hurmasyitah dan Defira, C. N., 2018. Pengaruh Pemberian Pakan Alami
942 yang Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Kakap Putih
943 (Lates calcarifer). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah.
944 Vol. 3. No. 1. Hal: 56-65.
945
946 Haryanto, P., Pinandoyo, Ariyati, R., W., 2014. Pengaruh Dosis Pemberian Pakan
947 Buatan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Juvenil Kerapu Macan
948 (Epinephelus fuscoguttatus). Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan
949 Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl.
950 Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah http://ejournal-
951 s1.undip.ac.id/index.php/jamt. Journal of Aquaculture Management and
952 Technolog. Vol. 3. No. 4. Hal: 56-66.
953
954 Hermawan, Y., Rosmawati dan Mulyana, 2015. Pertumbuhan dan Kelangsungan
955 Hidup Benih Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) yang Diberi Pakan dengan
956 Feeding Rate Berbeda. Jurnal Mina Sains. Vol. 1. No. 1.
957
31
958 Jaya, B., Agustriani, F., dan Isnaini, 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat
959 Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) dengan
960 Pemberian Pakan yang Berbeda. Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA
961 Universitas Sriwijaya, Inderalaya, Indonesia. Email:berry_sfc@yahoo.com
962 Maspari Journal. Vol. 5. No. 1. Hal: 56-63.
963
964 Jumiati. 2017. Pengaruh Salinitas dan Dosis Pakan Komersial yang Berbeda
965 Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah (orechromis sp.). Skripsi. Fakultas
966 Peternakan dan Perikanan. Universitas Tadulako. Palu.
967
968 Kaligis, E. 2015. Respons Pertumbuhan Udang Vanname (Litopenaeus Vannamei) di
969 Media Bersalinitas Rendah dengan Pemberian Pakan Protein dan Kalsium
970 Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7(1): 225-234.
971
972 Karlyssa, F, J., Irwanmay., dan Leidonald, R, 2013. Pengaruh Padat Penebaran
973 Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Nila Gesit
974 (Oreochromis niloticus). Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
975 Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
976
977 Marson, S., W., Koniyo, Y., dan Mulis. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan Otohime
978 dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sidat di Balai Benih
979 Ikan Kota Gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 2.
980 Hal. 78-83.
981
982 Mayunar. 1991. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva Ikan Kaka Putih (Lates
983 calcarifer). Oseana, Vololume XVI. No. 4.
984
985 Minggu, Y, 2017. Pengaruh suhu dan salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan
986 post larva udang windu (Penaues monodon). Skripsi. Fakultas Peternakan dan
987 Perikanan. Universitas Tadulako. Palu.
988
989 Mulyadi, M. T. Usman dan Suryani, 2010. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan
990 yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Selais
991 (Ompok hypothalmus). Berkala Perikanan Terubuk., 38(2) 21-40.
992
993 Noviana, P., Subandiyono dan Pinandoyo, 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik
994 dalam Pakan Buatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pakan dan Pertumbuhan
995 Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management
996 and Technology. Vol. 3. No. 4. Hal: 183-190.
997
998 Nurmasyitah, Defira, C., N., dan Hasanuddin. 2018. Pengaruh Pemberian Pakan
999 Alami yang Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan
32
1000 Kakap Putih (Lates calcarifer). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
1001 Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 1: 56-65.
1002
1003 Pridona, R., Rusliadi, dan Tang, U., 2018. Pengaruh Penambahan Squalene pada
1004 Artemia sp. dengan Dosis yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan
1005 Kelulushidupan Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer). Jurusan Budidaya
1006 Perairan FAPERIKA Universitas Riau.
1007
1008 Priyono, A., Selamet, B., Aslianti, T., Setiadharma, T., Setyadi I., Permana, G., dan
1009 Setiawibawa, G. N., 2013. Pembesaran Kakap Putih, seabass (Lates
1010 calcarifer) di Tambak dengan Pemberian Pakan Pelet Kandungan Protein
1011 Berbeda untuk Calon Induk Melalui Seleksi Pertumbuhan. Balai Besar
1012 Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Bali.
1013
1014 Putri, D., F., 2018. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Kadar Protein Berbeda
1015 terhadap Pertumbuhan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang Dipelihara di
1016 Bak Terkontro. Skripsi. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian
1017 Universitas Lampung Bandar Lampung.
1018
1019 Ramadhani Bebbi Viana, 2010. Manajemen Pemeliharaan Benih Ikan Kerapu Macan
1020 (Epinephelus fuscoguttatus) di Balai Budidaya Air Payau Situbondo Provinsi
1021 Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.
1022 Probolinggo, Jawa Timur. PKL. Hal: 1.
1023
1024 Rayes, R. D., Sutresna, W., Diniarti, N., dan Supii, A. I., 2013. Pengaruh Perubahan
1025 Salinitas terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Kakap Putih (Lates
1026 calcarifer Bloch). Jurnal Kelautan. Vol. 6. No. 1. Hal: 1907-9931.
1027
1028 Razi, F., 2013. Penanganan Hama dan Penyakit pada Ikan Kakap Putih. Badan
1029 Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan. Pusat
1030 Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.
1031
1032 Ridho, R., dan Patriono, E., 2016. Aspek Reproduksi Ikan Kakap Putih (Lates
1033 calcarifer Block) di Perairan Terusan dalam Kawasan Taman Nasional
1034 Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin. Jurnal penelitian saing. Vol. 18. NO.
1035 1. Hal. 1.
1036
1037 Rihardi, I., Amir, S., dan Abidin, Z., 2013. Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax
1038 quadricarinatus) pada Pemberian Pakan dengan Frekuensi yang Berbeda.
1039 Jurnal Perikanan Unram, Volume 1 No. 2.
1040
1041 Sahputra, I., Khlil, M., dan Zulfikar, 2017. Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda
1042 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Kakap Putih
33
1068
1069
1070
1071
1072
1073
1074
1075
1076
1077
34
1078
1079
1080
1081
1082
1083
1084
1085
1086
1087
1088
1089
1090
LAMPIRAN
1091
1092
1093
1094
1095
1096
1097
1098
1099
1100
1101
1102
1103
1104
1105
35
1106
1107
1108
1109
1110 Lampiran 1. Desain Penempatan Unit Percobaan.
1111
1112
F4D51
F2D103 F2D153 F3D52 F4D152 F3D51 F4D52 F2D151 F2D52
1113
1114 Keterangan :
1115
1116 1. F2D5 = Frekuensi pemberian pakan 2 kali dengan dosis 5%
1117 2. F2D10 = Frekuensi pemberian pakan 2 kali dengan dosis 10%
1118 3. F2D15 = Frekuensi pemberian pakan 2 kali dengan dosis 15%
1119 4. F3D5 = Frekuensi pemberian pakan 3 kali dengan dosis 5%
1120 5. F3D10 = Frekuensi pemberian pakan 3 kali dengan dosis 10%
1121 6. F3D15 = Frekuensi pemberian pakan 3 kali dengan dosis 15%
1122 7. F4D5 = Frekuensi pemberian pakan 4 kali dengan dosis 5%
1123 8. F4D10 = Frekuensi pemberian pakan 4 kali dengan dosis 10%
1124 9. F4D15 = Frekuensi pemberian pakan 4 kali dengan dosis 15%
1125
1126
1127 1: Ulangan ke-1
1128 2: Ulangan ke-2
1129 3: Ulangan ke 3
1130
1131
1132
36
1133
1134
1135
1136 Lampiran 2. Nilai penganatan bobot mutlak (g)
1137
Pengukuran hari ke-
Perlakuan Ulangan
0 7 14 21 30
1 0,54 0,606 1,364 1,606 1,952
D5 2 0,55 0,57 1,64 1,532 1,972
3 0,614 1,03 1,872 2,096 2,106
1 0,582 1,168 1,74 1,766 1,942
F2
D10 2 0,596 1,126 1,702 2,326 2,608
3 0,48 0,848 1,46 2,192 2,804
1 0,612 0,93 1,722 2,448 2,67
D15 2 0,654 1,074 1,626 2,42 2,876
3 0,686 0,924 1,904 2,124 2,98
1 0,67 0,848 1,52 2,242 2,648
D5 2 0,648 0,844 1,396 1,592 1,814
3 0,594 0,692 1,722 1,686 2,052
1 0,632 1,232 1,746 2,216 2,832
F3
D10 2 0,612 1,134 1,882 2,346 2,562
3 0,594 1,094 1,486 2,05 3,204
1 0,648 1,176 1,364 1,682 2,868
D15 2 0,564 1,058 1,494 1,776 2,62
3 0,612 0,876 1,868 1,814 2,072
1 0,516 0,618 1,388 1,524 2,234
D5 2 0,564 0,786 1,624 1,832 1,946
3 0,688 1,174 1,402 1,832 2,742
1 0,728 1,05 1,612 2,156 3,204
F4
D10 2 0,63 1,216 1,642 2,124 2,868
3 0,622 1,336 1,772 2,062 3,358
1 0,594 1,088 1,672 2,34 3,294
D15 2 0,708 0,93 2,1 2,232 2,9
3 0,566 0,93 1,718 2,072 3,098
1138
1139
1140
1141
1142
1143
37
1144
1145
1146 Lampiran 3. Nilai pertumbuhan bobot mutlak (g)
1147
Pengukuran hari ke-
Perlakuan Ulangan
1 2 3 4 Jumlah
1 0,066 0,758 0,242 0,346 1,412
D5 2 0,02 1,07 0,108 0,44 1,638
3 0,416 0,842 0,224 0,01 1,492
1 0,586 0,572 0,026 0,176 1,360
F2
D10 2 0,53 0,576 0,624 0,282 2,012
3 0,368 0,612 0,732 0,612 2,324
1 0,318 0,792 0,726 0,222 2,058
D15 2 0,42 0,552 0,794 0,456 2,222
3 0,238 0,98 0,22 0,856 2,294
1 0,178 0,672 0,722 0,406 1,978
D5 2 0,196 0,552 0,196 0,222 1,166
3 0,098 1,03 -0,036 0,366 1,458
1 0,6 0,514 1,47 0,616 3,200
F3
D10 2 0,522 0,748 1,464 0,216 2,950
3 0,5 0,392 0,564 1,154 2,610
1 0,528 0,188 0,318 1,186 2,220
D15 2 0,494 0,436 0,282 0,844 2,056
3 0,264 0,992 -0,054 0,258 1,460
1 0,102 0,77 0,136 0,71 1,718
D5 2 0,222 0,838 0,208 0,114 1,382
3 0,486 0,228 0,43 0,91 2,054
1 0,322 0,562 1,544 1,048 3,476
F4
D10 2 0,586 0,426 0,482 1,744 3,238
3 0,714 0,436 0,29 1,296 2,736
1 0,494 0,584 0,668 0,954 2,700
D15 2 0,222 1,17 1,132 0,668 3,192
3 0,364 0,788 0,354 1,026 2,532
1148
1149
1150
1151
1152
1153
1154
38
1155
1156 Lampiran 4. Tabulasi data, uji keaditifan model, uji kesamaan ragam, uji
1157 kehormalan data pertumbuhan bobot mutlak.
1158
1159 Data tabulasi nilai pertumbuhan bobot mutlak (g)
Perlakua Ulangan
Rataan Jumlah
n 1 2 3
F2D5 1,412 1,638 1,492 1,514 4,542
F2D10 1,360 2,012 2,324 1,899 5,696
F2D15 2,058 2,222 2,294 2,191 6,574
F3D5 1,978 1,166 1,458 1,534 4,602
F3D10 3,200 2,950 2,610 2,920 8,760
F3D15 2,220 2,056 1,460 1,912 5,736
F4D5 1,718 1,382 2,054 1,718 5,154
F4D10 3,476 3,238 2,736 3,150 9,450
F4D15 2,700 3,192 2,532 2,808 8,424
Jumlah 20,122 19,856 18,960 19,646
Rata-rata 2,236 2,206 2,107 6,549
1160
1161
1162 Pengujian keaditifan model untuk pertumbuhan bobot mutlak
Perlakuan Ulangan
Juamlah Rata-rata
Faktor F Faktor D 1 2 3
D5 1,412 1,638 1,492 4,542 1,514
F2 D10 1,360 2,012 2,324 5,696 1,899
D15 2,058 2,222 2,294 6,574 2,191
Jumlah 4,830 5,872 6,110 16,812
Rata-rata 1,610 1,957 2,037 1,868
D5 1,978 1,166 1,458 4,602 1,534
F3 D10 3,200 2,950 2,610 8,760 2,920
D15 2,220 2,056 1,460 5,736 1,912
Jumlah 7,398 6,172 5,528 19,098
Rata-rata 2,466 2,057 1,843 2,122
D5 1,718 1,382 2,054 5,154 1,718
F4 D10 3,476 3,238 2,736 9,450 3,150
D15 2,700 3,192 2,532 8,424 2,808
Jumlah 7,894 7,812 7,322 23,028
Rata-rata 2,631 2,604 2,441 2,559
Jumlah Total 20,122 19,856 18,960 58,938
Raaan 2,236 2,206 2,107 2,183
39
Faktor D
Faktor F Jumlah Rata-rata
5 10 15
2 1,514 1,899 2,191 5,604 1,868
3 1,534 2,920 1,912 6,366 2,122
4 1,718 3,150 2,808 7,676 2,559
Jumlah 4,766 7,969 6,911 19,646
Rata-rata 1,589 2,656 2,304 2,183
1163
1164 Lampiran 5. Nilai interaksi dan analisis ragam pertumbuhan bobot mutlak
1165
1166 Nilai interaksi antara perlakuan fakror F dan faktor D terhadap pertumbuhan bobot
1167 mutlak
Faktor D
Faktor F Jumlah Rata-rata
D5 D10 D15
F2 4,5420 5,6960 6,5740 16,8120 5,6040
F3 4,6020 8,7600 5,7360 19,0980 6,3660
F4 5,1540 9,4500 8,4240 23,0280 7,6760
14,298 23,906 20,734
Jumlah 0 0 0 58,9380
Rata-rata 4,7660 7,9687 6,9113 6,5487
1168
1169 Analisis ragam pertumbuhan mutlak
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01
Faktor F 2 2,19664 1,09832 9,327 ** 3,37 5,53
Faktor D 2 5,32583 2,66291 22,614 ** 3,37 5,53
Faktor F*D 4 1,80221 0,45055 3,826 * 2,74 4,14
Galat 18 2,11958 0,11775
Total 26 11,44426
1170 Keterangan : * = Berpengaruh (P<0,05)
1171 ** = Berpengaruh (P<0,01)
1172
1173
1174
1175
1176
1177
1178
1179
1180
1181
1182
40
1190
1191 General Linear Model: Hasil versus Faktor A, Faktor B
1192
1193 Factor Type Levels Values
1194 Faktor A fixed 3 F2, F3, F4
1195 Faktor B fixed 3 D10, D15, D5
1196
1197 Analysis of Variance for Hasil, using Adjusted SS for Tests
1198
1199 Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
1200 Faktor A 2 0.9904 0.9904 0.4952 4.20 0.028
1201 Faktor B 2 0.9362 0.9362 0.4681 3.97 0.034
1202 Error 22 2.5927 2.5927 0.1178
1203 Total 26 4.5193
1204
1205 S = 0.343292 R-Sq = 42.63% R-Sq(adj) = 32.20%
1206
1207 Unusual Observations for Hasil
1208
1209 Obs Hasil Fit SE Fit Residual St Resid
1210 2 2.00000 2.72148 0.14773 -0.72148 -2.33 R
1211
1212 R denotes an observation with a large standardized residual.
41
1269
1270 Test for Equal Variances: Hasil versus Faktor A, Faktor B
1271
1272 Pengujian kesamaan ragam untuk pertumbuhan bobot mutlak (g)
1273
1274
1275
1276
1277
1278
1279
1280
1281
1282
1283
1284
1285
1286
1287
1288
1289
1290
1291
1292
1293
1294
43
1295
1296 Interaction Plot for Hasil
1297
1298 Test for Equal Variances: Hasil versus Faktor A, Faktor B
1299
1300
1301 Lampiran 6. Hasil uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 0,01
1302 ————— 11/10/2019 9:59:04 AM ————————————————————
1303
1304 Welcome to Minitab, press F1 for help.
1305
1306 One-way ANOVA: Hasil versus Faktor
1307
1308 Source DF SS MS F P
1309 Faktor 8 2.9781 0.3723 4.35 0.005
1310 Error 18 1.5412 0.0856
1311 Total 26 4.5193
1312
1313 S = 0.2926 R-Sq = 65.90% R-Sq(adj) = 50.74%
1314
1315 Individual 95% CIs For Mean Based on
1316 Pooled StDev
1317 Level N Mean StDev ---------+---------+---------+---------+
1318 F2D10 3 3.1533 0.3802 (------*------)
1319 F2D15 3 3.3133 0.3009 (------*------)
1320 F2D5 3 2.4133 0.5077 (------*------)
1321 F3D10 3 3.5633 0.2113 (------*------)
1322 F3D15 3 3.1967 0.1739 (------*------)
1323 F3D5 3 3.0733 0.3765 (------*-------)
1324 F4D10 3 3.5867 0.2101 (------*------)
1325 F4D15 3 3.2133 0.0702 (------*------)
44
1435
1436
1437
46
1440
1441
1442
1443
1462 Lampiran 10. Nilai interaksi dan analisis ragam pertumbuhan panjang mutlak
1463
1464 Nilai interaksi antara perlakuan fakror F dan faktor D terhadap pertumbuhan panjang
1465 mutlak
1466
Faktor D
Faktor F Jumlah Rata-rata
D5 D10 D15
F2 7,24 9,46 9,94 26,640 8,880
F3 9,22 10,69 9,59 29,500 9,833
F4 10,36 10,76 9,64 30,760 10,253
Jumlah 26,820 30,910 29,170 86,900
Rata-rata 8,940 10,303 9,723 9,656
1467
1480
1481
1482 General Linear Model: Hasil versus Faktor (F), Faktor (D)
1483
1484 Factor Type Levels Values
1485 Faktor (F) fixed 3 F2, F3, F4
1486 Faktor (D) fixed 3 D10, D15, D5
1487
1488 Analysis of Variance for Hasil, using Adjusted SS for Tests
1489
1490 Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
1491 Faktor (F) 2 2.1966 2.1966 1.0983 6.16 0.008
1492 Faktor (D) 2 5.3258 5.3258 2.6629 14.94 0.000
1493 Error 22 3.9218 3.9218 0.1783
1494 Total 26 11.4443
1495
1496 S = 0.422212 R-Sq = 65.73% R-Sq(adj) = 59.50%
1497
1498 Unusual Observations for Hasil
1499
1500 Obs Hasil Fit SE Fit Residual St Resid
1501 4 1.36000 2.34133 0.18169 -0.98133 -2.57 R
1502 18 1.46000 2.24289 0.18169 -0.78289 -2.05 R
1503
1504 R denotes an observation with a large standardized residual.
1505
1506
1507 General Linear Model: Hasil versus Faktor (F), Faktor (D)
1508
1509 Pengujian kesamaan ragam untuk pertumbuhan panjang mutlak (cm)
1510
51
1511
1512
1513 Factor Type Levels Values
1514 Faktor (F) fixed 3 F2, F3, F4
1515 Faktor (D) fixed 3 D10, D15, D5
1516
1517 Analysis of Variance for Hasil, using Adjusted SS for Tests
1518
1519 Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
1520 Faktor (F) 2 2.1966 2.1966 1.0983 9.33 0.002
1521 Faktor (D) 2 5.3258 5.3258 2.6629 22.61 0.000
1522 Faktor (F)*Faktor (D) 4 1.8022 1.8022 0.4506 3.83 0.020
1523 Error 18 2.1196 2.1196 0.1178
1524 Total 26 11.4443
1525
1526 S = 0.343154 R-Sq = 81.48% R-Sq(adj) = 73.25%
1527
1528 Test for Equal Variances: Hasil versus Faktor (F), Faktor (D)
1529
1530 95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations
1531
1532 Faktor Faktor
1533 (F) (D) N Lower StDev Upper
1534 F2 D10 3 0.202747 0.491892 9.32650
1535 F2 D15 3 0.049854 0.120952 2.29330
1536 F2 D5 3 0.047234 0.114595 2.17277
1537 F3 D10 3 0.122064 0.296142 5.61499
1538 F3 D15 3 0.164847 0.399940 7.58305
1539 F3 D5 3 0.169529 0.411300 7.79845
1540 F4 D10 3 0.155708 0.377767 7.16265
1541 F4 D15 3 0.141377 0.342999 6.50342
1542 F4 D5 3 0.138492 0.336000 6.37072
1543
1544 Bartlett's Test (Normal Distribution)
52
1553
1554 Lampiran 11. Hasil uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 0,01
1555 ————— 11/10/2019 9:49:59 AM ————————————————————
1556
1557 Welcome to Minitab, press F1 for help.
1558
1559 One-way ANOVA: Hasil versus Faktor (F)
1560
1561 Source DF SS MS F P
1562 Faktor (F) 8 9.325 1.166 9.90 0.000
1563 Error 18 2.120 0.118
1564 Total 26 11.444
1565
1566 S = 0.3432 R-Sq = 81.48% R-Sq(adj) = 73.25%
1567
1568 Individual 95% CIs For Mean Based on
1569 Pooled StDev
1570 Level N Mean StDev ----+---------+---------+---------+-----
1571 F2D10 3 1.8987 0.4919 (-----*-----)
53
1688
1689 Faktor (F) = F4D15 subtracted from:
1690
1691 Faktor
1692 (F) Lower Center Upper -------+---------+---------+---------+--
1693 F4D5 -2.0727 -1.0900 -0.1073 (------*-----)
1694 -------+---------+---------+---------+--
1695 -1.5 0.0 1.5 3.0
1696
1697 Tabel Nilai rata-rata pertumbuhan bobot mutlak ikan kakap putih pada kombinasi
1698 perlakuan faktor frekuensi (F) dan dosis pakan komersial (D)
Kombinasi Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Bobot Mutlak (g/ekor)
F2 D5 1, 5140 c
F2 D10 1, 8987 bc
F2 D15 2, 1913 abc
F3 D5 1, 5340 c
F3 D10 2, 9200 a
F3 D15 1, 9120 bc
F4 D5 1, 7180 c
F4 D10 3, 1500 a
F4 D15 2, 8080 ab
1699 Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata.
1700 Tabel Nilai rata-rata pertumbuhan panjang mutlak ikan kakap putih pada kombinasi
1701 perlakuan faktor frekuensi (F) dan dosis pakan komersial (D)
Kombinasi Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm/ekor)
F2 D5 2.4133 b
F2 D10 3.1533 ab
F2 D15 3.3133 a
F3 D5 3.0733 ab
F3 D10 3.5633 a
F3 D15 3.1967 ab
F4 D5 3.4533 a
F4 D10 3.5867 a
F4 D15 3.2133 ab
1702 Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata.
56
1703 Tabel Kelangsungan hidup ikan kakap putih (L. calcarifer) pada masing-masing
1704 perlakuan.
Kombinasi Perlakuan Rata-rata (%)
F2 D5 62,22
F2 D10 77,77
F2 D15 84,44
F3 D5 82,22
F3 D10 77,77
F3 D15 82,22
F4 D5 82,22
F4 D10 88,88
F4 D15 86,66
1705
1706 Lampiran 12. Data kelangsungan hidup benih ikan kakap putih
Kelansungan Hidup
Kombinasi Perlakuan Ulangan Nilai SR (%)
Awal Akhir
1 15 10 66,66666667
F2D5 2 15 10 66,66666667
3 15 8 53,33333333
Jumlah 186,6666667
Rata-rata 62,22222222
1 15 12 80
F2D10 2 15 11 73,33333333
3 15 12 80
Jumlah 233,3333333
Rata-rata 77,77777778
1 15 13 86,66666667
F2D15 2 15 12 80
3 15 13 86,66666667
Jumlah 253,3333333
Rata-rata 84,44444444
F3D5 1 15 13 86,66666667
57
2 15 12 80
3 15 12 80
Jumlah 246,6666667
Rata-rata 82,22222222
1 15 12 80
F3D10 2 15 11 73,33333333
3 15 12 80
Jumlah 233,3333333
Rata-rata 77,77777778
1707
1 15 12 80
F3D15 2 15 13 86,66666667
3 15 12 80
Jumlah 246,6666667
Rata-rata 82,22222222
1 15 12 80
F4D5 2 15 13 86,66666667
3 15 12 80
Jumlah 246,6666667
Rata-rata 82,22222222
1 15 13 86,66666667
F4D10 2 15 14 93,33333333
3 15 13 86,66666667
Jumlah 266,6666667
Rata-rata 88,88888889
1 15 12 80
F4D15 2 15 14 93,33333333
3 15 13 86,66666667
Jumlah 260
Rata-rata 86,66666667
1709
1710
1711
1712
58
1714
1715 Gambar 1. Proses penimbangan benih ikan kakap putih
1716
1717 Gambar 2. Wadah penelitian Gambar 3. Proses pengukuran
1718
1719 Gambar 4. Proses pengukuran DO Gambar 5. Pakan benih ikan
1720
1721
59
1723 pada tahun 2009, ditahun yang sama penulis melanjutkan kependidikan menengah
1724 yaitu SMP Negeri 2 Banggai dan tamat tahun 2012. Kemudian melanjutkan di SMA
1725 Negeri 1 Banggai dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis masuk
1726 dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Akuakultur, Jurusan Akuakultur,