Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK DARI KOTORAN SAPI UNTUK

FURNITUR RUMAH TANGGA DALAM USAHA PEMECAHAN MASALAH


SOSIAL DAN EKONOMI

PEMUPUKAN DAN KESUBURAN PERAIRAN

Dosen Pengampu : Qurrota A’yunin, S.Pi, MP.,M.Sc

Disusun Oleh:

Ardian Dio Budi Setyawan 165080507113001

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan ternak merupakan pupuk
kandang. Kotoran hewan ternak yang dapat digunakan sebagai pupuk misalnya,
kotoran ayam, sapi, kerbau, dan kambing. Umumnya, kotoran hewan ternak
tersebut digunakan untuk menyuburkan tanah untuk segala kegiatan pertanian
dalam artian luas. Hal ini dikarenakan kandungan nitrogen pada kotoran hewan
ternak tergolong tinggi yang mana berguna untuk pengembangkan tumbuhan,
baik mikro maupun makro.

Industri peternakan banyak ditemukan ada di Indonesia. Bahkan menteri


pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menuturkan sub sektor peternakan telah
menjadi salah satu sumber pertumbuhan yang tinggi disektor pertanian. Dari
beberapa sector peternakan tersebut, sapi menjadi hewan yang menyumbang
banyak kotoran. Hal ini dikarenakan ukuran hewan yang besar, sering makan,
dan banyak ditemukan di Indonesia. Menurut Milogo et al (2016) kotoran sapi
berlimpah karena banyaknya sapi yang tersedia di wilayah geografis besar di
dunia. Komponen utama kotoran sapi adalah serat tumbuhan (pada dasarnya
terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin), senyawa organik amina, dan
fragmen jaringan usus yang mengandung 80-90% berat air.

Kotoran sapi dapat didaur ulang menjadi material bangunan, yakni


sebagai pengganti batu bata. Selain upaya memecahkan masalah konflik sosial
masyarakat, batu bata kotoran sapi juga dapat menjawab permasalahan
ekonomi yang ada di masyarakat karena mampu menyediakan lapangan kerja
dengan pemanfaatan limbah kotoran sapi secara optimal (Nugroho dan Annur,
2014). Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa limbah kotoran sapi dengan
ditambahkan serbuk kayu dapat dijadikan furnitur rumah tangga. Mengingat di
Negara berkembang, mayoritas masyarakat masih kesusahan mempunyai
furniture dengan harga rendah namun berkualitas.

1.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah menggagas ide pembuatan furnitur


rumah tangga dari bahan baku kotoran sapi. Barang tersebut dinilai dapat
meningkatkan nilai eksistensi masyarakat serta meningkatkan ekonomi
masyarakat.
2. ISI

2.1 Pupuk Organik Padat

Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan
baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara
terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik
tanah. Penanganan pukan padat akan sangat berbeda dengan pukan cair.
Penanganan pukan padat oleh petani umumnya adalah sebagai berikut: kotoran
ternak besar dikumpulkan 1-3 hari sekali pada saat pembersihan kandang dan
dikumpulkan dengan cara ditumpuk di suatu tempat tertentu. Petani yang telah
maju ada yang memberikan mikroba dekomposer dengan tujuan untuk
mengurangi bau dan mempercepat pematangan, tetapi banyak pula yang hanya
sekedar ditumpuk dan dibiarkan sampai pada waktunya digunakan ke lahan
(Hartati et al., 2013)

Di antara jenis pupuk organik, kotoran sapilah yang mempunyai kadar


serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter
C/N rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi
menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan
pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba
dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan
organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N (Ibrahim et al.,
2017)

2.2 Furnitur dari Pupuk Organik

Pupuk organik yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan furniture


rumah tangga adalah kotoran sapi. Pupuk ini sudah tidak berbau tapi masih
dalam bentuk padatan. Hal ini dikarenakan, kotoran sapi tersebut sudah diberi
bio-aktivasi berupa fauremnusia untuk menghilangkan bau. Selain itu, bio-
aktivasi tersebut juga dapat meningkatkan kadar silika. Kadar silika ini yang
membuat kotoran sapi menjadi kuat untuk dibentuk menjadi furniture rumah
tangga.

Kotoran sapi kemudian ditambahkan dengan serbuk kayu serta potongan


– potongan kayu. Kemudian dapat dibentuk seperti membuat objek dari tanah
liat. Bentukan tersebut disangga menggunakan baja selama beberapa hari agar
mengering. Desain furnitur dapat dibuat semenarik mungkin agar masyarakat
tertarik untuk memilikinya. Setelah mengering dan furnitur dianggap sudah kuat,
kemudian dipernis agar terlihat lebih menarik tetapi tetap mempertahankan
keaslian bahan baku.

2.3 Kualitas Furnitur

Batu bata berbahan kotoran sapi bobotnya lebih ringan. Batu bata
tersebut lebih kuat 20 persen dibandingkan dengan batu bata biasa yang dibuat
secara tradisional yakni kuat tekan rata-ratanya mencapai 30 kg/mm2.
Sementara itu, batu bata yang dihasilkan dari kotoran sapi kuat tekan rata-
ratanya bisa mencapai 50 kg/mm2. Berat batu bata tersebut berdasarkan
komposisi 90% kotoran sapi, 10% lainnya tanah (Nugroho dan Annur, 2014)

Batu bata dari kotoran sapi menghasilkan struktur mikro yang lebih
homogen. Dengan material yang lebih padat di banyak bagian. Serta memiliki
pori - pori lebih sedikit. Standar deviasi penyerapan air dan penyusutan linear
masing - masing sekitar 0,30% dan 0,33%. Jika direndam dalam air, batu ini tidak
hancur. Bahan baku kotoran sapi yang dipadatkan dapat meningkatkan
ketahanan jika terkena air (Milogo et al., 2016)

Berdasarkan penelitian tersebut, dibuktikan bahwa kotoran sapi dapat


menjadi bahan baku yang kuat, dan tahan air. Furnitur dari kotoran sapi
diasumsikan memiliki berat diatas furniture berbahan dasar batang pohon jati.
Akan tetapi, kotoran sapi yang dijadikan furniture dinilai kuat (tahan lama) serta
tahan air (tidak mudah lembab).

2.4 Manfaat Furnitur dari Kotoran Sapi

2.4.1 Aspek Sosial

Furnitur dari kotoran sapi memiliki manfaat dari lingkup sosial. Melalui
furnitur ini, masyarakat dapat meningkatkan nilai eksistensi sosial di
lingkungannya. Seperti yang diketahui, masyarakat masih sulit membeli furnitur
berbahan baku kayu karena harga yang relatif tinggi dan lebih memilih furnitur
berbahan dasar plastik. Padahal plastik merupakan bahan yang tidak ramah
lingkungan. Oleh karena itu, furnitur dari kotoran sapi mampu mengubah
kebiasaan masyarakat untuk tidak membeli barang yang tidak ramah lingkungan.
Selain itu, bergeining masyarakat dapat meningkat dari adanya furnitur ini.

2.4.2 Aspek Ekonomi

Dalam lingkup ekonomi masyarakat, pembuatan furnitur dari kotoran sapi


memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan taraf ekonomi
masyarakat. Pemanfaatan limbah dari kotoran sapi menjadi furnitur dapat
meningkatkan sumber daya ekonomi sehingga furnitur dari kotoran sapi dapat
menjadi sektor usaha masyarakat. Sektor usaha ini pun memiliki beragam
kelebihan karena furnitur yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik
daripada furnitur plastik pada umumnya.

3. PENUTUP
Beberapa penelitian sudah mengklaim bahwa kotoran sapi dapat
dijadikan sebagai bahan bangunan. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk
memanfaatkan kotoran sapi menjadi furniture rumah tangga. Furnitur tersebut
merupakan produk ramah lingkungan karena dapat mengurangi limbah kotoran
sapi. Gagasan ini dapat mengubah pola ketergantungan masyarakat terhadap
furnitur plastik.

Proses pembuatan furnitur dari kotoran sapi sama seperti pembuatan


produk dari tanah liat pada umumnya. Namun, yang membedakan dari furnitur
kayu maupun plastik adalah bahan baku utamanya merupakan campuran dari
serbuk serta potongan kayu dan kotoran sapi. Tekstur yang terlihat akan
berwarna seperti tanah hitam.

DAFTAR PUSTAKA
Hartati., Syamsiyah, J., Widijanto, H., dan Bonis, M, A, S. 2013. Pengaruh Pupuk
Kandang Sapi Dengan Biodekomposer dan Pupuk Anorganik Terhadap
Efisiensi Serapan K dan Hasil Tanaman Padi di Lahan Sawah Sukoharjo.
Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta

Ibrahim., Idris, M., Bunyamin, B. 2017. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat


Desa Tertinggal Melalui Biogas Kotoran Sapi. Jurnal Bakti Saintek, 1 (1): 33
- 45

Millogo, Y., Aubert, J., Sere, A, D., Fabbri, A., Morel, J. 2016. Earth Blocks
Stabilized By Cow-Dung. Journal Materials and Structures 49: 4583 - 4594

Anda mungkin juga menyukai