1 I. PENDAHULUAN
Tambak merupakan wadah buddidaya air payau yang memiliki letak dekat
dengan sumber air tawar dan air laut. Pemilihan lokasi tambak perlu
diperhatikan seperti air pemasukan, air tambak, dan air buangan. Maka dari itu
pengelolaan terhadap air menjadi penting dalam menentukan air yang baik atau
tidaknya air yang digunakan (Kusnedi, 2002 dalam Megawati et.al, 2013). Sistem
pemasukan air (inlet) dan pengeluaran air (outlet) secara terpisah. Pemasukan dan
pengeluaran air didukung dengan penggunaan pipa dan atau bantuan pompa. Sistem
tersebut adalah tandon inlet dan tandon IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
untuk monitoring kualitas air yang masuk dan keluar (Tim Perikanan WWF-
Semua makhluk hidup di bumi ini membutuhkan air karna air merupakan salah
satu sumber dari kehidupan mahluk hidup (Wulandari dkk., 2011). Menurut Effendi
(2003) dalam Hasanah dkk. (2013) bahwa air merupakan sumber daya yang
diperlukan bagi kepentingan hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk
hidup. Kehidupan organisme perairan sangat berhubungan dengan kualitas air baik
secara fisik dan kimia, maupun secara biologi (Pratiwi, 2011 dalam Gusmaweti dan
Lisa, 2015). Secara keseluruhan kualitas air merupakan gambaran atau reaksi
2
komponen air terhadap segala input secara alami atau perubahan terhadap
Parameter kualitas air dipengaruhi oleh tata guna lahan dan intensitas kegiatan
manusia disekitarnya (Pratiwi, 2011 dalam Gusmaweti dan Lisa, 2015). Parameter
fisika sangat tergantung dengan kondisi geologi dan iklim suatu tempat (Boyd, 1990
dalam Supono, 2008). Parameter kimia air juga merupakan variabel kuaitas air yang
terdiri dari senyawa yang terlarut dalam air dan komposisi kimia air. Apabila ada
parameter kimia yang keluar dari batas yang telah ditentukan dapat segera
bagi kepentingan budidaya antara lain, Ca dan Mg, Alkalinitas, pH, DO, CO2,
beruas-ruas, dimana pada tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan (Fauzi,
2015). Udang vaname termasuk ordo decapoda yang dicirikan memiliki sepuluh kaki
terdiri dari lima kaki jalan dan lima kaki renang. Tubuh udang vaname di bedakan
menjadi dua bagian yaitu cephalothorax terlindung oleh kulit chitin yang tebal,
hidup udang kaki putih yaitu pada DO lebi dari > 4 ppm, Temperatur 28-32 0C,
Berdasarkan latar belakang diatas merupakan suatu hal yang harus diperhatikan
khusnya dalam kegiatan budidaya, sehingga perlu dilakukanya praktek lapang yang
Tujuan praktek lapang mata kuliah menejemen kualitas air yaitu dapat
kesadahan, CO2, O2) dan biologis serta mengetahui penanggulangan apa saja yang
setelah melakukan praktek lapang praktikan mampu menentukan kualitas air pada
Menurut Wyban et al, (2000), dalam Nadhif (2016), udang kaki putih (penaeus
Penaeus vannamei.
beruas-ruas, dimana pada tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan (Fauzi,
2015). Udang vaname termasuk ordo decapoda yang dicirikan memiliki sepuluh kaki
terdiri dari lima kaki jalan dan lima kaki renang. Tubuh udang vaname di bedakan
menjadi dua bagian yaitu cephalothorax terlindung oleh kulit chitin yang tebal,
disebut carapace (Ramdiani, 2014). Udang vaname mempunyai ciri khusus yakni
adanya gigi pada rostrum bagian atas dan bawah serta mempunyai antena panjan
5
(Monoppo,2011) morfologi udang kaki putih dapat dilihat pada gambar 2 dibawah
ini.
Keterangan :
udang vanamei berwarna putih transparan, tubuh udang vaname juga berwarna
kebiruan karena lebih dominannya kromatofor biru, anjang tubuh udang vanamei
dapat mencapai 23 cm. udang vaname dapat dibedakan dengan spesies lainnya
Udang vanamei memiliki ciri khusus yakni adanya pigmen karotenoid yang
terdapat pada bagian kulit, seiring pertumbuhan udang vanamei akan menyebabkan
kadar pigmen berkurang, karena saat mengalami molting sebagian pigmen yang
6
terdapat pada kulit akan ikut terbuang, keberadaan pigmen memberikan warna putih
kemerahan pada tubuh udang (Haliman dan Adijaya, 2005 dalam Zakaria, 2010)
Udang kaki putih dewasa hidup dan bertelur di laut, kemudian setelah telur
menetas mengalami berbagai macam tahap, hal ini sesuai denga pendapat Wyban
dan Sweenney (1991) dalam Nadhif (2016) bahwa sejak telur mengalami fertilisasi
dan lepas dari tubuh induk betina akan mengalami berbagai macam tahap yaitu,
Gambar 3. Siklus hidup udang kaki putih (Penaeus vannamei) (Nadhif, 2016)
Nauplius merupakan awal dimana telur menetas, telur menetas selamam 16-17
jam setelah pembuahan (Manoppo, 2011). Zoea berkembang menjadi mysis setelah
5 hari. Mysis berkembang menjadi post larva setelah 4 hari. post larva udang kaki
putih bergerak mendekati pantai dan menetap di dasar perairan payau (estuary)
Peraian estuary kaya akan nutrisi yang dibutuhkan bagi kehidupan larva dan
parameter kualitas air seperti suhu dan salinitas lebih bervariasi dibandingkan di laut
dalam. Setelah beberapa bulan di perairan payau, udang dewasa kembali ke laut,
7
dimana udang tersebut akan mengalami matang gonad dan melakukan pemijahan
atau perkawinan serta melepaskan telurnya (Wyben & Sweeney, 1991 dalam
Manoppo, 2011).
Daerah penyebaran alami udang kaki putih ialah pantai Lautan Pasifik sebelah
barat Mexiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana suhu air laut sekitar
200C sepanjang tahun (Manoppo, 2011). Sekarang udang vaname telah menyebar,
karena diperkenalkan diberbagai belahan dunia arena sifatnya yang relatif mudah
dasar berlumpur pada kedalaman dari garis pantai sampai sekitar 72 m (Manoppo,
2011). Hewan ini juga telah ditemukan menempati daerah mangrove yang masih
belum terganggu (Manoppo, 2011). Udang ini nampaknya dapat beradaptasi dengan
perubahan temperatur dan tekanan di alam. Udang kaki putih dapat beradaptasi
dengan baik pada level salinitas yang sangat rendah (Manoppo, 2011).
2.1.3 Pakan dan kebiasaaan makan udang kaki putih (Penaeus vannamei)
Udang kaki putih di alam, bersifat karnivor yang memangsa krustase kecil,
ampipoda, polikaeta. Namun dalam tambak, udang ini makan makanan tambahan
atau detritus (Manoppo, 2011). Makanan bagi udang kaki putih berfungsi sebagai
sumber energi, bahan pembangun tubuh dan bahan pengganti yang rusak (Manoppo,
menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang
terdiri dari bulu–bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior
8
antenula bagian mulut, capit, udang akan merespon dengan cara mendekati sumber
Udang kaki putih memilik kebiasan makan dengan cara berenang mendekati
brukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di
Berdasarkan tinjauan dari morfologinya tubuh udang kaki putih dibentuk oleh
2 cabang biramous yaitu expodite dan endopodite (Manoppo, 2011). Udang kaki
putih memiliki tubuh berbuku–buku dan aktivitas berganti kulit luar atau
(Nadhif, 2016). Pertumbuhan udang dipengaruhi oleh beberapa faktor sala satunya
yaitu makanan, selain itu menurut Haliman dan Adijaya (2005) dalam Nadhif (2016)
bahwa kulitas air tambak juga berpengaru terhadap pertumbuhan udang. Parameter
kualitas air tambak di tambak diantaranya, suhu, pH, salinitas, dan kadar gas
Udang kaki putih merupakan udang introduksi yang secara ekonomis bernilai
tinggi sebagai komoditi ekspor karena diminati oleh pasar dunia (Fauzi, 2015).
Udang vanname banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan antara lain,
9
relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100 - 110 hari), padat
tebar tinggi, sintasan pemeliharaan tinggi dan Feed Convertion Ratio rendah (Fauzi,
Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan
Ada beberapa sistem budidaya yang dapat digunakan dalam budidaya yaitu
dari segi struktur budidaya yaitu: water based aquaculture dan land based
aquaculture, pada pengantian air yaitu: static system, open system, semi closed
system dan closed sysem, serta inensitas budidaya yaitu: semi intensif, intensif, dan
Water based aquaculture adalah sistem budidaya peraira yang berbasis air
seperti dalam sistem budidaya menggunakan keramba jaring apung (KJA). Land
based aquaculture adalah sistem budidaya peraira berbasis darat yaitu seperti kolam
air tenang, kolam air deras, tambak dan sawah budidaya (Subyakto dkk, 2008).
System resirkulasi akuakultur merupakan salah satu dari static system. Yang
system ini di lakukan di ruangan tertutup dengan kepadatan yang tinggi. Dan system
Ini cocok dilakukan di daerah yang memiliki keterbatasan air (hernawati dan
suantika, 2007). Sistem tanpa pergantian air memiliki banyak kerugian yaitu
banyaknya limbah budidaya yang terdapat dalam kolam seperti amoniak, nitrit dan
nitrat yang mana dapat meningkatkan resiko kematian ikan (Rosmaniar, 2011).
Sistem terbuka adalah suatu sistem budidaya yang mana air yang sudah keluar
tidak digunakan lagi dalam kolam budidaya sedangkan pada sistem tertutup air yang
10
keluar bisa digunakan kembali tetapi dangan melakukan perbaikan terhadap kualitas
air dalam wadah budidaya (Stickney 1979 dalam dwi putra 2013). Sistem terbuka
biasanya dilakukan di perairan umum seperti waduk, danau, laut dan perairan lainnya
karena memiliki potensi yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan. Pemanfaatan
sumberdaya perairan umum ini meberikan peluang yang sangat besar bagi para
hidup ikan karena proses pemberian pakan dapat terkontol dengan baik serta dapat
memperbaiki kualitas air dalam kolam sehingga target produksi yang di inginkan
dapat tercapai (Widiantara, 2009). Closed system atau biasa di sebut sirkulasi
tertutup merupakan salah satu system budidaya dengan tidak melakukan pergantian
air, tetapi hanya melakukan penambahan air yang baru terhadap air yang hilang
akibat penguapan dan buangan air limbah budidaya (Subyakto dkk, 2008). System
yaitu air yang digunakan relative rendah, bisa digunakan di daerah yang kurang air,
memudahkan dalam pengontrolan kualitas air (Helfrich dan Libey, 2000 dalam
sederhana, dan padat penebaran yang rendah. Menurut Sukadi (2002) sistem
budidaya secara ekstensif ini mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu tidak adanya
kualitas air tidak optimal, ukuran dari jenis ikan yang di budidayakan dan bentuk
lakukan di sawah atau di kolam air tawar dan pengairannya bergantung dari air
hujan,dan hasil produksi ikannya hanya di konsimsi keluarga saja. Menurut Tutik
(2012) budidaya secara semi intensif dapat di tandai dengan padat tebarnya dan
masih menggunakan pakan almi. Padat tebar juga mempengaruhi pertumbuhan ikan
oleh karna itu padat tebar yang dilakukan pada kolam semiintensif harus optimal
agar kelangsugan ikan tidak terganggu dan efisien. sistem budidaya semi intensif
frekuensi pemberian pakan dan pemupukannya sudah dapat di kontrol petani ikan
2011).
budidaya air tawar dan tambak. Budidaya secara intensif merupakan salah satu
system budidaya yang dapat meningkatkan produksi ikann lele yaitu dengan cara
padat penebaran yang tinggi (Yunus dkk, 2013). Kegiatan budidaya menggunakan
pakan buatan dan melakukan pergantian air secara terus menerus (febrianti dkk 2009
dalam rosmaniar 2011). Padat penebaran yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
kadar osigen dalam air dan meningkatkan limbah hasil ekresi pada budidaya secara
Budidaya Supra intensif ini merupakan sistem yang sangat modern. Sistem
yang sangat banyak yang mana berasal dari pakan yang tidak termakan oleh ikan
Sistem Teknologi Supra Intensif Indonesia (SII) lebih ramah lingkungan dalam
udang dengan luas 1.000 meter persegi dan kedalaman 2,7 meter. Kolam ini
dikelilingi oleh tanggul, bagian dasarnya dipagari beton dan dilapisi dengan penguras
sentral. Penguras sentral akan membuang limbah dari tambak udang, termasuk
kelebihan makanan dan jenis limbah lainnya setiap 6 jam, untuk menjaga pasokan
oksigen, dapat mengandalkan aerator seperti kincir air tambak dan air jet aerator.
Konsep budidaya udang supra intensif ini adalah konsep hulu-hilir yang
terintegrasi ke dalam lima sub sistem. Mulai dari pemilihan benih yang berkualitas,
kesehatan lingkungan, teknologi dan manajemen bisnis. Pihaknya kini juga sedang
2008).
Variabel fisika air merupakan variabel kualitas air yang penting karena dapat
mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya. Faktor fisika yang besar
pengaruhnya terhadap kualitas air adalah cahaya matahari dan suhu air. Parameter
fisika sering tidak dapat dikontrol atau tergantung dengan pemilihan lokasi yang
13
sesuai. Parameter fisika sangat tergantung dengan kondisi geologi dan iklim suatu
2.3.1 Suhu
dan pertumbuhan organisme (Supono, 2008). Suhu pada perairan di pengaruhi oleh
sinar matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi perairanya (Supono, 2008). Menurut
Supono (2008), bahwa air dapat menyimpan panas yang konstan dibandingkan
dengan suhu udara karna air mempunyai kapasitas penyanga yang besar. Hal ini akan
dimana akan terbentuk tiga lapisan air yaitu : epilimnion, hypolimnion dan
thermocline. Epilimnion adalah lapisan atas yang suhunya tinggi. Hypolimnion ialah
lapisan bawah yang suhunya rendah. Sedangkan thermocline adalah lapisan yang
berada di antara epilimnion dan hypolimnion yang suhunya turun secara drastis
2.3.2 Kecerahan/Kekeruhan
lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan
dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh
masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air (Gusrina,
2008)
14
visual dengan menggunakan secchi disk (Effendi, 2003) dalam pujiastuti, dkk 2013).
terlarut, partikelpartikel dan warna air. Pengaruh kandungan lumpur yang dibawa
oleh aliran sungai dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air waduk menjadi rendah,
2.4.1 Salinitas
air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (°/oo) atau ppt atau
gram/liter. Tujuh ion utama yaitu sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida,
sedangkan yang lain dianggap kecil ini sesuai dengan pernyataan Boyd (1990) dalam
perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux), curah hujan (presipitation), aliran
sungai (flux) dan pola sirkulasi arus. Perubahan pada salinitas akan menaikan atau
2.4.2 pH
air tersebut netral, basa atau asam. Air dengan pH dibawah 7 termasuk asam dan
diatas 7 termasuk basa. pH merupakan variabel kualitas air yang dinamis dan
de H “ ), yaitu logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu
sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya
Karbondioksida adalah senyawa kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon dan
2 atom oksigen yang mudah larut dalam air dingin. Karbondioksida merupakan
senyawa kimia tidak berbau dan tidak berwarna (Afandi, 2009). Karbondioksida lebi
berat dari pada udara dan larutan dalam air. Karbondioksida . Menurut Nybakken
sangat kecil yakni 0,03 % dari semua gas-gas yang terlarut (Purba dan Khan 2010).
2009). Karbondioksida terabsorbsi dengan cepat dari udara ke perairan tetapi sangat
lambat dari perairan ke atmosfer (Purba dan Khan 2010). Sifat kelarutan beberapa
jenis gas dalam air murni pada suhu 100 C dan tekanan 1 Atm yaitu seperti gas
16
Karbondioksida dengan kelarutan 1.194 ml/liter. Menurut Purba dan Khan (2010),
bahwa berbagai karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari sumber yaitu
Sebagai berikut:
ke dalam air
bahan organik dari organisme atau hewan yang berada dalam perairan tersebut. Dan
sumber karbondioksida yang terdapat di dasar perairan berasal dari penguraian bahan
2.4.4 Alkalinitas
daerah pH netral. Maka dari itu, kapasitas medium tersebut digunakan untuk
fungsi bikarbonatnya, karbonate, dan bagian hidroksida, dari ketiga bagian tersebut ,
agar pekerjaan digester dapat memusakan. Penyebab dari hal ini karena penentuan
alkalinitas hanya sampai pH 4,0. yang hanya terkait dengan alkalinitas asetat dan
Salah satu parameter kualitas air yang bisa memengaruhi terhadap kehidupan
fluktuasi pH air. Dimana semakin tinggi alkalinitas maka kekuatan air untuk
penting dalam memperlahankan kepekaan membrane sel dalam jaringan saraf dan
2.4.5 Kesadahan
(Hefni , 2003 dalam Bobihu, 2012) Kation – kation ini dapat beraksi dengan
(soap) membentuk endapan (prespitasi) maupun dengan anion – anion yang terdapat
dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam. Kesadahan juga
dapat berarti air yang mengandung bahan – bahan kimia terlarut seperti Mg dan Ca
disebut air sadah (Kristanto, 2004 dalam Bobihu, 2012). Penanganan Kesadahan
Apabila air terlalu tinggi tingkat kesadahannya, air tersebut dapat dilunakan dengan
berbagai cara, yang paling baik adalah dengan menggunakan Reverse Osmosis (RO)
menggunakan jasa asam-asam organic, asam ini berfungsi persis seperti halnya yang
terjadi pada proses deionisasi yaitu dengan menangkap ion-ion dari air pada gugus-
gugus karbonil yang terdapat pada asam organik (tanian) (Bobihu, 2012).
18
Kalsium (Ca) adalah unsur yang mengandung logam dimana jika dikonsumsi
(Bobihu, 2012). Magnesium (Mg) Merupakan jenis logam putih lentur dan logam
ringan (Ibrahim, 2014). Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) merupakan kation yang
paling berlimpah pada perairan tawar (Effendi, 2003). Menurut Cole (1988) dalam
Effendi (2003), menyatakan bahwa jika disuatu perairan tidak ada kalsium maka
kandungan ion-ion yang sangat dibutuhkan oleh organisme akuatik lainya juga tidak
ada. Menurut Prayitno (2006) bahwah kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
merupakan senyawa yang menghasilkan unsur hara yang mengandung karbonat dan
bikarbonat.
dalam peraiaran sebagai fungsi tubuh. Fungsi kalsium dalam peraiaran yaitu, sebagai
perkembangan (Suptijah dkk, 2012). Magnesium (Mg) adalah unsur yang ditemukan
secara alami dikerak bumi dalam bentuk senyawa, bekerja sebagai enzim yang
2013).
Interaksi kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dengan parameter lain yaitu
parameter fisika, kimia, bekteriologi dan radioktivitas. Salah satu parameter kimia
yang berinteraksi pada kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) ialah kesedahan air
mengakibatkan air menjadi keruh dikarenakan ada proses reaksi Ca dan Mg dengan
Oksigen adalah salah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah yang
sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua setelah Nitrogen (Salmin, 2005).
Namun jika dilihat dari segi kepentigan untuk budidaya ikan, oksigen menempati
urutan pertama (Salmin, 2005). Oksigen dapat bergantung pada beberapa faktor
seperti faktor fisika dan biologi faktor biolgi seperti kepadatan dalam suatu
organisme perairan, dalam perairan semakin padat suatu organisme maka respirasi
akan meningkat sehingga oksigen di dalam perairan akan berkurang (Salmin, 2005).
Oksigen terlarut ialah suatu gas oksigen yang terlarut dalam air (Salmin, 2005).
dalam perairan dalam fungsinya sebagai salah satu yang dibutuhkan oleh organisme
perairan (Salmin, 2005). Oksigen terlarut juga menentukan kuantitas organisme suatu
perairan (Purba, 2010). Oksigen terlarut merupakan suatu oksigen yang dibutuhkan
oleh jasad renik, agar bisa terus bernapas dan juga sebagai pertumbuhan, dalam
peraira sumber utaman oksigen ialah suatu pross fotosintesis (Salmin, 2005).
Oksigen yang diperlukan harus terlarut dalam air. Hanya ikan tertentu yang
mampu menghirup udara bebas karena mempunyai alat bantu pernapasan (Salmin,
2005). Ikan juga membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya untuk
kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi
bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologis yang
dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Peranan oksigen dalam kondisi
aerobik adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil
akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan
(Salmin, 2005).
Suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut didalam air
oksigen di dalam air juga akan menurun. Peningkatan suhu juga akan mempercepat
laju respirasi dan dengan demikian laju pengunaan oksigen juga meningkat (Afrianto
dan Liviawati dalam Puspitanigrum, 2012). Menurut Brown dalam Gusrina (2008)
ikut menurun, sehingga pada level tertentu akan berbahaya bagi kehidupan binatang
air (Gusrina, 2008). Sesuai pernyataan Purba, (2010) bahwa Oksigen terlarut juga
menentukan kuantitas organisme suatu perairan. Selain itu oksigen terlarut juga
dipengaruhi faktor lain seperti tekanan uap air dan salinitas. Oksigen larut di kolom
air dengan berbagai reaksi dan proses-proses kimia yang berlangsung di perairan,
perairan.
21
Salah satu fauna perairan tawar adalah kelompok fauna invertebrata yang hidup
yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
tersebut lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993) dalam
dasar perairan. Montagna et al. dalam Suartini dkk (2006) menyatakan bahwa dalam
penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen
tingkat tinggi. Menurut Odum dalam Suartini dkk (2006), benthos merupakan
organisme yang hidup di permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang
beberapa peran penting di suatu perairan seperti dalam proses dekomposisi dan
dkk, (2006), serta menduduki beberapa tingkat trofik dalam rantai makanan (Odum
Menurut Yusuf (2008) tanaman air merupakan bagian dari vegetasi penghuni
bumi yang media tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya meliputi perairan air
22
tawar, payau sampai ke lautan dengan beraneka ragam jenis, bentuk dan sifatnya.
Lanjut Yusuf (2008) menerangkan bahwa tanaman air mampu menjernihkan limbah.
Hal ini diutarakan oleh Stowell dalam Yusuf (2008) yang menyatakan bahwa
tanaman air berfungsi berfungsi untuk proses pengolahan limbah cair dengan proses
penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman, sebagai proses
pertukaran ion, dan berperan dalam menstabilkan iklim angin, cahaya matahari, dan
suhu.
suatu perairan, apabila faktor abiotik terganggu maka faktor biotik, terutama sekali
faktor abiotik dengan biotik akan berpengaruh terhadap kondisi perairan. Klorofil
berfungsi sebagai katalisator dan penyerap energi cahaya matahari (Strickland dalam
Proses produksi zat organik dari zat anorganik dalam fotosintesis tidak akan
terjadi apabila tidak ada klorofil. Semakin tinggi kadar klorofil menandakan
14–15 April 2018 pukul 11.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di tambak
Sulawesi Barat.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum manajemen kualitas air
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktek lapang menejemen kualitas air
No
Alat Kegunaan
.
1. Pipet tetes Memindahkan larutan dengan skala tetes
2. Pipet skala Memindahkan larutan dengan skala besar
3. Gelas ukur Tempat untuk mengambil air sampel
4. Erlenmeyer Tempat untuk menitrasi larutan
5. Botol BOD Wadah air sampel
6. Kertas lakmus Mengukur Ph
7. Termometer raksa Mengukur suhu
8. Karet penghisap Menghisap larutan
9. Refraktometer Mengukur salinitas
10. Alat tulis menulis Mencatat hasil praktikum
11. Ember Wadah sampel
12. Secchi disk Mengukur kecerahan perairan
Adapun alat yang digunakan pada praktek lapang yaitu, Larutan indikator PP
(Phenoptelin), Larutan indikator methyl orange (MO), Larutan H2SO4, Larutan buffer,
3.3.1.1 Suhu
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum manajemen kualitas air
tentang suhu adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian
3.3.1.2 Kecerahan
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum manajemen kualitas air
3.3.2.1 pH
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang manajemen kualitas air
mencocokkan warna yang berada pada kertas lakmus dan bagan petunjuk warna dan
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum manajemen kualitas air
sambil memutarnya dengan gerakan satu arah, tenang dan teratur agar larutan
5. Menitrasi larutan apabila warna masih tetap bening sampai warna berubah
6. Menitrasi larutan dengan larutan H2SO4 (HCl) hingga larutan kembali menjad
bening.
3.3.2.3 Alkalinitas
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum manajemen kualitas air
perubahan warna dan menitrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N dari warna
H2SO4 0,02 N sampai warna menjadi orange. Mencatat H2SO4 yang digunakan
(B).
3.3.2.4 Kesadahan
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum manajemen kualitas air
3.3.2.5 Ca dan Mg
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum manajemen kualitas air
6. Menitrasi dengan Na2EDTA sampai warna pink berubah menjadi warna ungu
anggrek.
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum manajemen kualitas air
2. Mengambil air sampel dengan menggunakan botol BOD sampai penuh dan
Na2S2O3 hingga tejadi perubahan warna dari kuning tua menjadi kuning muda.
Adapun pengukuran parameter biologi dari perairan Sungai Palu ialah sebagai
berikut :
2. Isi botol BOD dengan air sampel yang berasal dari danau Telaga dengan hati-
3. Untuk botol BOD pertama (gelap) dibungkus dengan kantongan plastik dan
botol kedua (terang) dibiarkan terbuka agar cahaya matahari dapat masuk
dengan sempurna.
5. Setelah botol direndam selama 6 jam dibawah permukaan air, kedua botol
didalamnya.
3.4.1 Alkalinitas
3.4.3 Kesadahan
penambahan amilum
31
T PQ
T = Lama inkubasi
dibebaskan
4.1.1 Suhu
37
35 35
33 33
32 32
31
30 30 30
29 29
28
27
25
11:00 14:00 17:00 20:00 23:00 2:00 5:00 8:00 11:00
kualitas air pada IPAL tambak system intensif. Nilai suhu tertinggi pada air tambak
mencapai 35˚C yang terjadi pada pukul 14.00 WITA dan nilai suhu terendah pada air
tambak yaitu terjadi pada pukul 05.00 yaitu senilai 28˚C, namun pada pukul 08.00
mulai terjadi peningkatan nilai suhu. Terjadinya kenaikan suhu disebabkan oleh
banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam perairan, sehingga suhu perairan
menjadi tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut (Supono, 2015) bahwa Suhu
air dipengaruhi oleh: radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Radiasi
matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya suhu air . Sinar
33
matahari menyebabkan panas air di permukaan lebih cepat dibanding badan air yang
lebih dalam. Suhu yang baik untuk organisme akuatik yang berda pada iklim tropis
2000 dalam Pujiastuti, 2013). Hal ini disebabkan oleh Materi-materi halus organik
(fitoplankton dan zooplankton), detritus, jasad renik dan materi anorganik seperti sisa
dari tanah yang terkikis akibat adanya aliran air. Menurut sopono (2008), bahwa
warna perairan dipengaruhi oleh bahan-bahan halus yang melayang-layang dalam air
baik berupa bahan organik seperti plankton, jasad renik, detritus maupun berupa
bahan anorganik seperti lumpur dan pasir yang terangkat keatas perairan sehingga
partikel tersuspensi dalam air juga berpengaruh (Sopono, 2008). Plankton tersebut
akan memberikan warna hijau, kuning, biru-hijau, dan coklat pada air (2008).
34
4.2.1 pH
pH
7 7 7 7
6.5
6 6 6 6 6 6 6
5.5
5
11:00 14:00 17:00 20:00 23:00 2:00 5:00 8:00 11:00
Berdasarkan gambar grafik di atas dapatkan data bahwa pH dalam IPAL cukup
resisten. pH air IPAL Mengalami kenaikan pada siang hari sedangkan di pagi dan
sore hari mengalami penurunan hal ini di akibatkan oleh kapasitas penyanga dari pH
itu nasik sehingga pH turun dan sebaliknya. Menurut Cholik, dkk (1991), apabila
(asam), dan akan menyebabkan terjadinya tingginya tingkat kematian pada udang
antara 7 – 8,5.
35
Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat diketahui nilai
karondioksida pada tambak intensif yang tertera pada Gambar 4 sebagai berikut:
Karbondioksida (CO2)
120
110
100 100
80 CO2 bebas
CO2 terikat
60 60 57
50 50 50 50 50 50
40 35 40 40
35
30 31
20 20
0
11:00 14:00 17:00 20:00 23:00 2:00 5:00 8:00 11:00
Nilai karbondioksida bebas tertinggi pada air tambak yaitu 50 mg/l yang terjadi
dan nilai terendah yaitu 20 mg/l. Nilai karbondioksda terikat sendiri tertinggi pada air
tambak yaitu 110 mg/l yang terjadi pada pukul 14:00 WITA, dan nilai terenda
terjadi yaitu senilai 31 mg/l yang terjadi pada pukul 05:00 WITA. Karbondioksida
bebas didalam perairan berbentuk gas karbondioksida (CO2) dan yang terikat yaitu
yang menjadi alkalinitas dari air seperti asam karbonat CH2O3 dan lain (Supono,
2008).
oleh organisme akuatik yang berada di dalam perairan, yaitu udang vannamei. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Efrizal (2006) yang menyatakan, bahwa fitoplankton
akan menjadi naik, sehingga apabila keadaan ini terjadi secara terus-menerus, akan
dilakukan dalam mengatasi hal ini adalah melakukan pergantian air dalam tambak,
dalam perairan.
Karbondioksida bebas yang baik bagi udang vannamei adalah <5 mg/l. Namun,
dengan syarat disertai dengan kadar oksigen yang cukup. Umumnya, organisme
akuatik dapat mentolerir karbondioksida bebas yang mencapai 60 mg/l (Boyd, 1988
4.2.3 Alkalinitas
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui nilai tertinggi alkalinitas pada air
tambak budidaya nilai terendah adalah 800 ppm dan nilai terendah adalah 420 ppm.
karbondioksida, karena titrasi dilakukan pada waktu siang hari, sehingga nilai
menyebabkan pH menjadi naik. Kadar pH akan naik seiring dengan naiknya nilai
alkalinitas karena dipengaruhi oleh laju fotosintesis yag dilakukan oleh fitoplankton
di dalam kolam.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Cholik, dkk (1991) yang menyatakan, bahwa
terdapat di perairan akan menjadi naik. Perairan yang memiliki kandungan alkalinitas
yang tinggi akan memiliki kapasitas penyangga (buffer) yang tinggi pula terhadap
perairan yang memiliki pH tinggi atau perairan yang bersifat asam. Alkalinitas pada
air tambak berfungsi sebagai kapasitas penyangga dari pH dalam artian Alkalinitas
merupakan kemampuan air menetralkan air yang memiliki pH asam air. Menurut
38
4.2.4 Kesadahan
1200
Kesadahan
1000 1000 1000
800 800
600 600 600
400
200 140 200
0 60 8
11.00 14.00 17.00 8.00 11.00 2.00 5.00 8.00 11.00
Saluran Pengeluaran
Gambar 6. Grafik Kesadahan pada Tambak Intensif
tambak intensif. Nilai tertinggi kesadahan air yaitu 1000 mg/lCaCO3 dan yang
Cholik, dkk (1991) menyatakan, pada umumnya, dalam proses budidaya ikan,
total kesadahan dan total alkalinitas yang baik adalah sekitar 20 - 300 mg/l. menurut
hal ini disebabkan, karena biasanya air tanah berasosiasi secara langsung dengan
batuan kapur yang berada pada lapisan tanah yang dilewati oleh air, sehingga pada
umumnya, air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi, sedangkan air yang
39
berada pada permukaan mempunyai tingkat kesadahan yang rendah (air lunak).
Kesadahan non karbonat yang terdapat pada lapisan permukaan perairan berasal dari
kalsium sulfat yang terkandung di dalam tanah liat dan endapan tersuspensi lainnya.
Kesadahan pada air tambak berfungsi sebagai kapasitas penyangga dari pH dalam
artian kesadahan merupakan kemampuan air menetralkan air yang memiliki pH basa
Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat diketahui nilai
Ca dan Mg (mg/l)
300
250 251
data diatas dapat dilihat bahwa kandungan magnesium (Mg) jauh lebih banyak
105 ppm. Menurut Cahyadi (2008) dalam Kurnia (2012) tingkat kemurnian garam
40
Berdasarkan praktek lapang, dapat diketahui nilai oksigen terlarut yang tertera
25 Oksigen Terlarut
20 19.2
18
15 14.8
12.4
10 11.04
6.8
5 4.8 3.6
2
0
11.00 14.00 17.00 8.00 11.00 2.00 5.00 8.00 11.00
Saluran Pengeluaran
Gambar 8. Grafik Oksigen Terlarut pada IPAL Tambak Intensif
fluktuasi nilai oksigen terlarut pada air tambak, yaitu nilai tertinggi oksigen terlarut
sebesar 19,2 ppm yang terjadi pada pukul 05.00 WITA dan nilai terendah sebesar 2
ppm yang terjadi pada pukul 11.00 WITA. Hal itu mungkin disebabkan karena
Hal ini sesuai dengan pernyataan Cholik, dkk (1991), yang menyatakan, bahwa
kandungan oksigen terlarut di dalam perairan disebabkan oleh adanya respirasi yang
dilakukan oleh organisme akuatik yang terdapat di dalam perairan. Swingle (1968)
dalam Salmin (2005) menyatakan, bahwa kadar oksigen terlarut di dalam perairan
41
yang normal dan tidak tercemar oleh senyawa toksik adalah minimum 2 ppm, karena
Huet (1970) dalam Salmin (2005) menyatakan, bahwa kadar oksigen terlarut
yang ideal di dalam perairan adalah tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8
jam dengan kejenuhan 70%. McNeely, dkk (1979) dalam Effendi (2003)
menyatakan, bahwa kadar oksigen terlarut di perairan tawar adalah 15 mg/l pada
suhu 0˚C dan 8 mg/l pada suhu 25˚C dan Effendi (2003) menyatakan, bahwa
kualitas air baik secara fisik dan kimia, maupun secara biologi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Pratiwi (2011) dalam Gusmaweti dan Lisa (2015) bahwa kehidupan
organisme perairan sangat berhubungan dengan kualitas air baik secara fisik dan
kimia, maupun secara biologi. Kualitas air adalah tahapan di mana sumber air
berbanding terbalik dengan oksigen Terlarut (DO) hal ini sesuai dengan pendapat
supono (2015), bahwa semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen makin rendah.
42
Secara keseluruhan kualitas air merupakan gambaran atau reaksi komponen air
terhadap segala input secara alami atau perubahan terhadap lingkungan (Krenkel &
Novotny 1980 dalam Miefthawati, 2014). Parameter kualitas air dipengaruhi oleh
tata guna lahan dan intensitas kegiatan manusia disekitarnya (Pratiwi, 2011 dalam
Gusmaweti dan Lisa, 2015). Parameter fisika air merupakan variabel kualitas air
yang penting karena dapat mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya.
berakar di dasar dan kadang berakar di dalam air dan daun muncul di atas perairan,
tumbuhan yang daunnya terapung dan akarnya tenggelam di dalam air serta
tumbuhan yang seluruhnya terbenam di dalam air (Indrawati dan Muhsin, 2008).
Mangrove adalah salah satu tumbuhan air yang terdapat di pesisir yaitu antara
laut dan daratan, dimana tumbuhan ini berfungsi sebagai buffer zone atau zona
sebagai biofilter pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limba). Mangrove ini dapat
menyerab bahan organik yang mengendap didalam IPAL sebagai sumber unsur hara.
Menurut Boyd (1991) dalam Haryanti (2012) Tumbuhan air efektif meningkatkan
kadar oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Akan tetapi, tumbuhan air
organik bagi tumbuhan itu sendiri serta sumber oksigen yang digunakan oleh semua
Adapun hasil dari produktifitas primer yang dilakukan oleh kelompok satu
diperoleh setelah 5 jam yaitu sebesart 64,8 mg/m3 jam. Keadaan produktifitas primer
yang ada pada perairan yang diuji sangat tinggi, hal ini mengidentifikasikan bahwa
perairan tersebut memiliki kualitas produktifitas primer yang buruk. Bohlen &
44
Boynton (1966) dalam Syamsuardi (2013), memberikan kriteria untuk perairan teluk
dan muara dengan kadar produktifitas primer < 15 mg/m3 dikategorikan ke dalam
kondisi yang bagus, 15 – 30 mg/m3 kategori sedang dan > 30 mg/m3 dikategorikan
5.1 Kesimpulan
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat
kecerahan-warna air dan tinggi air, atau dengan menggunakan alat ukur kualitas air.
Peralatan pengukur kualitas air yang harus disiapkan di areal tambak minimal alat
kualitas air lainnya dapat dilakukan di lakuakan dengan cara titrasi. Suhu pada IPAL
tambak intensif udang kaki putih (Penaeus vannamei) berkisar antara 30-310C, pH
berkisar antara 6-7 mg/l, berkisar antara 20-40 mg/l dan berkisar antara 200-400
ppm.
5.2 Saran
dan bahan yang memadai agar waktu praktek lebih efesien lagi karena tidak terjadi
kegiatan saling meminjam alat ataupun bahan dari masing-masing kelompok yang
ada
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN