PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang vanamei, atau yang biasa disebut dengan udang putih oleh
masyarakat umum adalah jenis udang yang sedang dibudidayakan luas hampir
diseluruh perairan di wilayah indonesia. Dalam hal produksinya udang ini mampu
menembus target hingga 353 persen. Luasnya potensi lahan perairan
diindonesia sendiri sebesar 2.963.717 Ha dan baru dimanfaatkan oleh
masyarakat hanya sekitar 22.18% atau sekitar 657.436 Ha (Ayu Widyastanti:
2016).
Udang vanamei berasal dari perairan Amerika Latin, yang mulai
dibudidayakan dari pantai barat Meksiko hingga ke arah selatan daerah Peru
(Halim dan Adijaya:2015).
Di Indonesia sendiri udang Vanamei baru diperkenalkan pada tahun
2001. Menurut data dari South East Asian fisheries Development Centre
(SEAFDEC) pada tahun 2005 menyebutkan bahwa indonesia memiliki sekitar
419.282 Ha tambak air payau dan 913.000 Ha lahan yang sangat berpotensi untuk
membudidayakan udang vanamei ini.
Kebutuhan untuk konsumsi udang vanamei dalam pasar dunia sangatlah
tinggi. Melihat untuk memenuhi pasar amerika dibutuhkan sebanyak 560.000-
570.000 ton/tahun, dan untuk pasar jepang sendiri sebanyak 420.000 ton/tahun,
dan untuk Uni Eropa sekitar 230.000-240.000 ton/tahun (Argina, 2013). Tetapi
jenderal perikanan dan budidaya menyebutkan bahwa pada tahun 2013 pasar
dunia hanya bisa memproduksi sebanyak 500.000 ton/tahun udang vanamei
tersebut. Yang artinya produksi udang tersebut belum bisa memenuhi
kebutuhan pasar dunia. Lalu pada tahun 2014 akhirnya produksi udang ini
ditingkatkan lagi mencapai 699.000 ton/tahun. Agar dapat mencapai target yang
ada dipasaran (News: 2013).
Udang vanamei sendiri semakin banyak diminati masyarakat karena
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu: kemampuan adaptasi yang tinggi, baik
dari suhu maupun salinitas, pertumbuhan yang termasuk cepat pada bulan
pertama dan kedua, serta memliki kelangsungan hidup yang panjang, dan yang
1
terakhir memiliki pasaran yang fleksibel, mulai dari ukuran udang kecil sampai
yang besar (Arbeta A:2013).
Bagi masyarakat pembudidaya, hasil budidaya udang mampu menjanjikan
hasil yang tinggi tetapi juga sebanding dengan resiko yang tinggi pula saat
budidaya. Sudah banyak pembudidaya perorangan atau kelompok membuka
lahan untuk melakukan budidaya udang tersebut dan tidak sedikit pula para
pembudidaya yang sudah bergerak dalam bidang tersebut mengalami gulung
tikar (rugi). Biasanya hal ini terjadi karena permasalahan pada cara budidaya
yang membuat udang tersebut terkena penyakit atau proses perkembangan
yang tidak sempurna. Karena pembesaran udang vanamei ini sendiri tidak akan
berhasil dengan baik apabila tidak diiringi dengan pengalaman dan ilmu
pengetahuan yang sesuai.
Untuk itu diadakan kegiatan praktek kerja Industri oleh SMK Negeri 1
Talawi adalah untuk mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi dalam
membudidayakan udang vanamei, serta dapat membantu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi, dan dapat memaksimalkan teori serta dapat mengasah
keterampilan agar terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan uraian diatas penulis akhirnya tertarik untuk mengambil judul
dalam pembuatan laporan ini yaitu “Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin)
Kegiatan Pembenihan Udang Vanamei (Litopenaeus Vannamei) Di Pembibitan
Benurao Desa Lubuk Saban Kecamatan Pantai Cermin Serdang Bedagai
Sumatera utara”.
2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Industri
Melalui pelaksanaan Praktek Kerja Industri ini diharapkan para taruna/i
mampu meningkatkan pengetahuannya serta pengalaman kerja tentang tentang
rangkaian atau tahapan-tahapan dalam membudidayakan udang vanamei dengan
benar dan memahami teknik pembenihan Udang Vanamei dari indukan sampai
PL benur, sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebuah dasar pijakan untuk
melangkah demi menyongsong masa depan yang lebih baik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Spesies : Litopenaeus Vannamei
Kordi (2007) juga menjelaskan bahwa kepala udang vanamei terdiri dari
antena, antenula, dan 3 pasang maxlliped. Kepala udang vanamei juga
dilengkapi dengan 3 pasang maxlliped dan 5 pasang kaki berjalan (Periopoda).
maxlliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk
makan. Pada ujung periopoda beruas-ruas berbentuk capit. Capit ada pada kaki
ke-1 ke-2 dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5
pasang kaki renang (Pleopoda) dan sepasang uropods (ekor) yang berbentuk kipas
bersama-sama telson (ekor). (Suyanto dan Mujiman, 2003).
5
biruan, sedangkan pada udang jantan dewasa memiliki ptasma yang simetris.
Spesies ini dapat tumbuh mencapai panjang tubuh 23 cm (Wyban dan Sweeney,
1991).
2.2. Sifat dan Tingkah Laku
Menurut Farchan (2006), udang vanamei dalam siklus hidupnya
mengalami beberapa perubahan secara morfologi, sehingga mudah dibedakan
antara fase atau stadia pertumbuhannya. Setelah menetas menjadi naupli,
berkembang menjadi stadia zoea, mysis, post larva dan siap tebar di tambak.
Setelah pemeliharaan 6 minggu menjadi ukuran gelondongan dengan berat 4
gram per ekor.Setelah menjadi gelondongan (fingerling) bergerak ke laut dan
dewasa berada di laut kembali.Berdasarkan siklus hidupnya udang vanamei
termasuk katadromus yaitu pada saat benih dan fingerling di muara dan dewasa
memijah di laut. Perkembangan stadia larva udang vanamei dimulai dari stadia
naupli, zoea, mysis, dan post larva yang di uraikan pada Tabel 2.1. di bawah ini :
Tabel 2.1. Perkembangan Stadia Udang Vanamei
1) Stadia naupli
2) Stadia zoea
7
Menurut Farchan (2006), sekitar 2-3 hari setelah menetas masuk pada fase
zoea. Pada stadia ini larva sudah berukuran 1,06 – 3.30 mm, dan benih udang
sudah mengalami moulting sebanyak tiga kali, yaitu stadia zoea1, zoea 2 dan
zoea 3. Waktu untuk memasuki stadia berikutnya yaitu Mysis sekitar 4 - 5 hari.
Untuk perkembangan zoea, dapat dilihat pada Gambar 3.
3) Stadia mysis
Haliman dan Adijaya (2008), menjelaskan bahwa pada stadia ini benih sudah
menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas
(uropods) dan ekor (telson). Benih pada stadia ini sudah mampu menyantap
pakan fitoplankton dan zooplankton. Ukuran larva berkisar 3,50-4,80 mm. Untuk
perkembangan mysis, dapat dilihat pada Gambar 4.
8
Gambar 4. Stadia Mysis. Sumber : Heryadi dan Sutadi (1993)
Organ tubuh udang sudah lengkap dan organ tubuhnya sudah berfungsi
dengan baik. Pada saat menjadi post larva hitungan umur udang dalam post
larva (PL), misalnya setelah satu hari menjadi PL, maka disebut PL1, dua hari
disebut PL2 dan seterusnya. Udang vanamei dapat mulai ditebar di tambak
setelah mencapai PL9 (Farchan, 2006). Untuk perkembangan post larva, dapat
dilihat pada Gambar 5.
9
2.3. Habitat dan Penyebaran
Suharyadi (2011), menjelaskan bahwa habitat udang berbeda-beda
tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur
hidupnya. Pada umumnya udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan
dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer
(soft) yang biasanya campuran lumpur dan pasir. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa
induk udang putih ditemukan di perairan lepas pantai dengan kedalaman
berkisar antara 70-72 meter (235 kaki). Menyukai daerah yang dasar perairannya
berlumpur. Sifat hidup dari udang putih adalah catadromous atau dua
lingkungan, dimana udang dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah
menetas, larva dan yuwana udang putih akan bermigrasi ke daerah pesisir pantai
atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat nurseri groundnya,
dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan
pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan.
Untuk memindahkan naupli dilakukan cara yang mudah dan hanya sedikit
menimbulkan stress dalam memindahkan dari bak penetasan ke dalam bak larva.
Sebelum dimasukkan larva, bersihkanlah bak pemeliharaan larva itu sebaik-baiknya
dengan cara menyikat dan mencucinya dengan air bersih
Sehari sebelum penebaran, aerasi perlu dicek apakah penyebaran gelembung dari
batu aerasi sudah rata. Untuk mengetahuinya, hidupkan blower lalu kran udara dibuka.
11
Bila gelembung udara yang dihasilkan sama rata berarti aerasinya baik. Aerasi ini juga
meningkatkan kandungan oksigen sehingga gas- gas beracun akan menguap keluar
(Heryadi dan Sutadi, 1993).
a. Sterilisasi tahap I
Sebelum dipakai, air laut diberi perlakuan dengan menggunakan zat-zat kimia
agar bebas dari bakteri, protozoa, jamur dan mikroorganisme lainnya.Setelah itu air laut
ditampung dalam bak ditambahkan kaporit 30 ppm (30 gram/m air). Agar proses
pencampuran cepat merata, maka perlu diaerasi. Biarkan proses tersebut berlangsung
sekitar 24 jam. Setelah itu tambahkan
Apabila air laut sudah netral kembali, tambahkan EDTA sebanyak 10 ppm (10
gram/m3), dibiarkan selama 24 jam sambil diaerasi. Setelah 24 jam, maka aerasi
dihentikan untuk memberi kesempatan pada semua partikel yang tersuspensi untuk
mengendap. Proses pengendapan ini membutuhkan waktu antara 24-36 jam.
b. Sterilisasi tahap II
Sterilisasi air laut tahap kedua dilakukan pada saat air sudah dalam kondisi jernih
dan dilakukan 2-3 hari sebelum larva ditebar. Pada tahap ini masih digunakan Ethylene
Diamine Tetra Acid (EDTA) sebanyak 8 ppm yang dimasukkan ke air media. Setelah itu
ditambahkan antibiotik, misalnya Erytromycyn sebanyak 1 ppm (1 gram/m3). Antibiotik
12
berfungsi untuk menghilangkan bakteri dan protozoa, sedangkan untuk menghilangkan
jamur dapat ditambahkan Trefflan sebanyak 0,1 ppm (0,1 ml/m3). Dengan demikian zat
kimia tersebut diberikan dalam waktu yang sama dengan urutan EDTA, antibiotik, dan
Trefflan.
Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan cara, air media yang di dalam bak
pemeliharaan dialirkan ke dalam baskom yang berisi naupli dengan menggunakan
selang plastik yang berdiameter kecil, sehingga aliran airnya hanya sebesar benang jahit.
Bila tidak ada selang kecil, dapat diganti dengan selang besar, tetapi ujungnya dibungkus
plastik, lalu ditusuk dengan jarum jahit (Heryadi dan Sutadi, 1993).
Heryadi dan Sutadi (1993), menambahkan bahwa untuk penurunan kadar garam
sebesar 1% diperlukan waktu antara 15-30 menit. Apabila salinitas antara air media pada
bak pemeliharaan sudah sama dengan air media pada baskom naupli, maka proses
aklimatisasi salinitas dianggap selesai dan pada siang harisudah dapat diambil. Selama
aklimatisasi salinitas berlangsung, baskom yang berisi naupli harus diaerasi.
Aklimatisasi cara ini selain praktis dan efisien, juga parameter kualitas air yang lainnya
akan terbawa untuk menyesuaikan. Setelah aklimatisasi naupli ditebarkan ke dalam bak
pemeliharaan. Caranya, baskom dijungkirkan perlahan-lahan ke dalam bak pemeliharaan
sampai naupli habis. Bisa juga dengan cara menciduknya dengan gayung lalu
ditumpahkan ke bak pemeliharaan secara perlahan-lahan. Padat tebar naupli yang aman
berkisar 100-150 ekor/liter (Heryadi dan Sutadi, 1993).
13
Sedangkan untuk pengecekan parameter kualitas air selama masa pemeliharaan larva
dilakukan pada setiap pergantian stadia. Parameter pH berkisar pada 7,5-8,5; salinitas
berkisar 29-34; dan kadar nitrit maksimal 0,1 ppm, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam
SNI produksi benih udang vanamei (Subaidah dan Pramudjo, 2008).
Pada stadia naupli belum diberi pakan, karena pada stadia ini larva udang putih
vanamei masih memanfaatkan kuning telur sebagai pensuplai makanan. Pemberian
Chaetoceros ceratos dilakukan mulai dari stadia zoea1 sampai dengan stadia Mysis3.
Sedangkan pemberian Artemia dimulai sejak stadia Mysis3 sampai dengan PL10.
Pakan buatan juga diberikan pada larva untuk mencegah terjadinya kekurangan pakan
selama pemeliharaan larva (Subaidah dan Pramudjo, 2008).
14
pada keadaan lingkungan. Penyakit pada pembenihan udang diantaranya adalah
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan parasit (Subaidah dan Pramudjo, 2008).
Menurut Herdikiawanet al. , (2012), bak pemeliharaan larva terbuat dari beton
atau fiberglass, berbentuk persegi dengan kapasitas berkisar antara 10-15 m 3. Pada
umumnya, kedalaman bak untuk pemeliharaan larva adalah 1 meter. Subaidah dan
Pramudjo (2008), menerangkan bahwa bak pemeliharaan larva dilapisi dengan cat U-
Poxy berwarna biru muda dan dilengkapi dengan pipa saluran udara (instalasi aerasi),
instalasi air laut, instalasi alga, dan saluran pengeluaran yang dilengkapi saringan
sirkulasi dan pipa goyang, serta terpal sebagai penutup agar suhu stabil selama proses
pemeliharaan larva. Kemiringan bak adalah 2-5%, hal ini bertujuan untuk memudahkan
dalam pengeringan.
15
air dibuang dan dicuci dengan menggunakan kaporit 100 ppm dan deterjen pada dinding
dan dasar bak. Setelah itu dibilas dengan menggunakan air tawar dan dikeringkan selama
satu minggu. Selang, pemberat dan batu aerasi dijemur selama dua hari (Subaidah dan
Pramudjo, 2008).
16
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Langkah langkah tahap persiapan wadah pemeliharaan benur udang Vaname yaitu :
1. Pasang selang aerasi pada kran aerasi, hari sebelum operasional dan ukuran sesuai
dengan panjang pendeknya.misalnya selang 1, selang 2,selang 3, selang 4, selang
5, selang 6, selang 7, dan selang terpanjang adalah selang 8.
2. Pastikan selang terpasang sempurna pada semua aerasi.
3. Pastikan jarak antara Titi selang aerasi sama,jarak antara selang aerasi + 40 cm.
4. Pasang timah pemberat dan batu aerasi pada selang aerasi.
5. Pastikan timah pemberat di atas dan batu aerasi di bawah dan pastikan tidak ada
yang lepas dari kran aerasi pada dalam operasional, produksi pemeliharaan benur
udang Vaname di lakukan.
6. Pastikan jarak batu aerasi dengan lantai bak tidak lebih dari 10 cm.
17
7. Buat larutan deterjen dalam ember.
8. Bilas bak dengan air tawar secara merata.
9. Sikat bak menggunakan beros kawat dan jaring dengan larutan deterjen.
10. Gosok secara merata di setiap sudut bak.
11. Setelah itu bilas kembali bak dengan air tawar secara merata dan bersih pastikan
tidak ad buih lagi.
12. Keringkan selama 1 jam lalu bilas lagi secara keseluruhan permukaan dengan
larutan provido iodine 300 ppm.
13. Keringkan anginkan lagi selama minimal 12 jam sebelum seblum diisi air.
14. Pastikan saringan sirkulasi tidak bocor atau sobek.
15. Pasang saringan pada pipa sirkulasi dan ikat dengan karet hitam.
16. Pastikan ikatan kuat dan tidak akan terlepas saat dipakai.
17. Pasang alat sirkulasi pada lubang udara atau jalur pembuangan.
18. Pastikan alat sirkulasi tidak bocor atau terlepas saat dipakai.
19. Isi bak dengan air laut yang sudah disterilkan sampai batu aerasi terendah.
20. Buka kran induk aerasi.
21. Hidupkan mesin blower.
22. Cek gelembung udara.
23. Pastikan saringan sirkulasi telah terpasang dengan baik.
24. Pastikan bahwa kran pembuangan telah tertutup.
25. Pastikan pipa tertutup Jalu keluar benur telah terpasang.
26. Pastikan filter back telah terpasang.
27. Pasang kran air laut.
28. Hidupkan pompa distribusi air laut.
29. Volume air sesuai dengan rencana yang akan diisi Nopli.
30. Waktu pengisian air minimal 18 jam sebelum tebar Nopli.
31. Dan air untuk media tidak berkurang atau bocor.
Prosedur ini bertujuan untuk mempersiapkan bak pemeliharaan Nopli agar siap
dioprasionalkan, dan ruang lingkup persiapan bak pemeliharaan Nopli di mulai dari
pencucian bak, pemeliharaan siap untuk diisi air sebagai media pembelajaran. Kegiatan
yang dilakukan ini sebelum pemeliharaan larva.
18
GAMBAR
19
3.3 Persiapan Air
1. Persiapan Bak tandon meliputi : arang, pasir, batu kerikil sebagai filter cara untuk
menyusun persiapan bak tandon yaitu :
Susu dengan rapi arang yang sudah dibungkus dengan menggunakan jaring dan
setiap meterial di lapisi dengan jaring.
Kemudian masukkan batu kerikil untuk lapisan pertama.
Kedua masuk lapisan ke kedua yang arang.
Setelah arang masuk lapisan ke tiga yaitu pasir setinggi nya minimal 50 cm
semakin tinggi pasirnya maka semakin baik hasilnya, pasti kan setiap lapisan di
susun secara merata dan rapi.
Kemudian diisi air laut.
Sirkulasi air, tujuan ny untuk menyaring kotoran yang ada di filter.
2. Bak tandon recervor ( bak penyuplai distribusi air yang siap untuk digunakan ke
plankton dan modul.
3. Menyampaikan ruang modul termasuk bak, sarana prasarana secara lengkap yang
diikuti dengan sanitasi lingkungan.
4. Mempersiapkan air sebagai media pemeliharaan Benur di bak pemeliharaan.
GAMBAR
20
3.4 Sumber Dan Karakteristik Benur
Karakteristik benur udang Vaname yang baik yaitu ada dua jenis sertifikat yang
diperhatikan yaitu, sertifikat SPF dan CPBI keduanya sertifikat ini menandakan bahwa
bibit udang yang dijual sesuai dengan sertifikat dan terjamin kualitasnya. Specific
patogen free (SPF) adalah sertifikat bagi benur yang sudah diperiksa dan terbebas dari
beberapa penyakit, atau patogen penyakit udang. Udang yang bersertifikat SPF sudah
diuji tidak terkena penyakit white faces disease ( WFO) infectious myonecrosis virus
(IMNV) taura sydrome virus. Sedangkan sertifikat CPIB adalah sertifikat yang
menandakan bahwa udang dibiakkan sesuai dengan metode pembibitan udang yang baik.
Menurut dinas kelautan dan perikanan provinsi Jawa barat cara pembenihan
udang yang baik adalah cara pedoman dan tata cara pengembangbiakan udang dalam
lingkungan terkontrol yang memenuhi keteria dan persyaratan teknik mahemen keamanan
pangan, Dan lingkungan sertifikat ini ada untuk memastikan bahwa bibit yang baik
beredar di pasaran aman dikonsumsi dan bebas dari zat berbahaya kondisi tumbuh salah
satu indikator kesehatan bibit udang yang paling mudah dilihat, Pastikan benur memiliki
bentuk tubuh yang sempurna.
Antena benur udang utuh tidak patah bisa membuka menutup bentuk tubuh kurus
dan langsing, mata mengkilap,cerah dan tidak ada bercak dikulit, ekor tidak cacat dan
membuka, benur udang Vaname yang bergerak aktif adalah Benur yang sehat juga peka
terhadap rangsangan dari luar, perhatikan udang yang akan berenang menantang arus air
jika arus air diputar benur yang sehat akan menempel di dasar tambak.
a. Pemeliharaan benur
21
Setelah itu benih udang sudah termasuk memasuki stadia zoea ini harus di beri
pakan alami seperti skeletonema dan artemia stadia post benur di hitung perhari, hari
pertama di hitung pl 1, hari kedua dihitung pl 2 dan seterusnya sampai proses pemanenan.
b. Pemberian pakan
Ember Gayung
Alat yang digunakan ini harus benar benar bersih agar tidak menimbulkan bakteri kepada
bak yang akan diberikan pakan.
22
Pakan yang diberikan kepada benur udang Vaname ada dua jenis pakan yaitu pakan alami
dan pakan buatan.
1. Pakan buatan
Tingkat konsumsi cocok dipakai pada proses budidaya benur udang Vaname dari zoea 1 –
post larva 15
Cara pemakaiannya :
Masukkan pakan kedalam saringan yang sudah ditentukan,lalu dikucek kucek dalam
ember yg sudah diisi air tawar kemudian tebarkan pakan yang telah tersaring secara
merata di permukaan bak.
2. BP EGUACHL
Karakteristik :
BP eguachl ini produksi setelah dilakukan penelitian bertahun tahun oleh para
ahli aquakultur, disesuaikan untuk kebutuhan gizi benur.
Produksi ini membutuhkan bahan dasar yang berkualitas segar diproduksi oleh
teknologi yang canggih.
BP aguachi ini juga luar biasa bagus sehingga perangsangan membuat selera
makan benur sehingga banyak digunakan sejak Pase – Pase awal komposisi.
Protein sasar > 42 %.
Lemak kasar > 34 %.
Serat kasar < 1 %.
Bahan tidak larut < 2 %.
Abu kasar > 7 %.
Kalsium 4 – 5.
Air < 4 %.
Asam fhosfor hidrokarorit 3,5 – 4,5.
Radionce ultra diet ( pakan pengantin artemia dengan hufa tinggi)
Karakteristik :
Radiance ultra diet menggurui penggunaan artemia sampai dengan 100 %
23
Meningkatkan kelangsungan hidup dengan menurunkan tingkat stress.
Dengan penggunaan teknologi mikro encapsulated tetap stabil dalam air dan
mudah dicerna.
Komposisi :
Protein 65,0 %
Lemak kasar 10,0 %
Kelembaban 8 %
Karbohidrat 15,0 %
Frofil asam lemak
Asam lemak mg / g
C ² O : 5 ( n-3 ) EFA 11,2
C ² O : 6 ( n-3 )DHA 12,7
Produksi ini mengandung protein dari polypotide bermolekul rendah yang dapat
larut, sehingga selain memiliki nilai gizi tinggi juga mempunyai koefesien pencernaan
yang lebih baik dan tinggi pakan ini dapat digunakan untuk Menganti algae yang sulit
dibudidayakan dan mempunyai kandungan gizi yang tidak setabil bahan baku semua
diproses menjadi butir butiran atau pertikel mikro.sehingga praktis tidak ada residu atau
sisa pada larutan didalam air filter, mengurangi pemborosan dan meningkatkan efesiensi
pemakaian pakan. Untuk menyesuaikan kebutuhan ekosistem Benur dan keseimbangan
gizi, tzufeng shrimp flake ini merupakan gabungan dari flake warna merah dan
hijau.benur yang menggunakan tzufeng shrimp flake ini akan mempunyai tingkat hidup
sehat, dan kekuatan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Pemakaiannya :
Masukkan flake kedalam filter bek,gelas dan di kucek kucek di dalam ember yang berisi
air kemudian tebarkan pakan yang telah tersaring tersebut kebak secara merata.
24
Omega 3 – fatt acid 15 % lebih
Spirulina – algae
Tabel pemberian pakan untuk udang Vaname. ( pakan buatan ) dan ( pakan
alami)
25
3.6 panen
Panen adalah hasil akhir dari produksi untuk hasil menentukan pakan juga banyak yang
harus diperhatikan, ada pun pramenter panen juga meliputi :
• Benur aktif
• Panjang benur rata rata 8 mm
• Bebas luminous bectery
• Lolos test for yang meliputi wssu dan TVS
menentukan panen, benur juga bisa diwatifikasikan grade, agar tahu tentang kualitas cara
visual dan mikroskop, pramenter diujikan sebagai berikut :
• Panjang benur
• Size variasi
• Luminous bacteria
• Ne krosi
• Gmbr
• Endo parasit
• Street test formalin
Langkah langkah kegiatan yaitu :
1. Turun air
Turun air adalah kegiatan awal dari panen ini di lakukan dengan hati hati dan
perlahan supaya benur tidak kaget atau strees, dengan volume bak 20 ton Maka
diperlukan waktu sekitar 1,5 jam untuk turun air.
26
2. penyeseran Benur
3. penampungan benur
Benur setelah diseser didalam bak kemudian ditampung dalam suatu wadah yaitu
tong bervolume 400 liter air, yang telah distel salinitas sama dengan dengan salinitas
dalam bak larva.kapasitas tong ini untuk 500 – 700 ekor benur, didalam tong diberi aerasi
yang sangat besar dan dibiarkan selama 15 – 30 menit.berfungsi supaya ada aklimatisasi
suhu dengan lingkungan yang lain setelah itu Benur diseser lagi untuk disempling.
Air yang dipakai untuk Peking benur adalah air yang bersih dan juga harus
disesuaikan dengan permintaan salinitas air yang dipakai untuk Peking benur adalah air
yang bersih dan juga harus disesuaikan dengan permintaan salinitas air tambak, air yang
akan digunakan sebelumnya harus diberi EDTA 2 ppm + vitamin C o,5 ppm + zat
pewarna ( suncio browa ) + artemia secukupnya.masukan air sebanyak 5 liter ini
kapasitas benur 2000 – 3000 ekor.
5. sempling benur
Setelah media Benur siap,maka media tersebut diisi dengan air pengisian ini disebut
dengan sempling atau Scoppy, pada waktu sempling Benur harus benar- benar
konsentrasi agar sempling tersebut tidak banyak meleset dari perkiraan atau kesalahan.
Sempling ini menggunakan alat seperti mangkuk putih kecil.
6. peking benur
Gambar penyesalan bener gambar penampungan bu nur gambar kelambu atau net
panen gambar packing bener gambar bener yang telah di packing gambar proses panen
bener.
3.7 Pemasaran
Adapun proses pemasaran itu disesuaikan dengan permintaan dari para petani
tambak atau pelanggan, dan selebihnya untuk konsumen dadakan. adapun ke tempat
pemasaran udang Vaname yang di biasanya dikirim antara lain yaitu :
Dumai
Batu bara
Kisaran
Selang buah
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Proses produksi
a) pemeliharaan benih
b) pemberian pakan
c) sempling kematangan gonad/pertumbuhan
d) pemijahan
e) pemeliharaan larva
f) pengelolaan kualitas air
g) penanggulangan penyakit
4.2. PEMBAHASAN
- Persiapan air
- Persiapan air
Menurut Choiru 2002 sumber indo udang panam dapat diambil dari hasil
penangkapan dari nelayan, karena induk dari alam ketersediaan pakan nutrisi nya
masih lengkap sehingga dapat memperoleh bener yang baik sedangkan untuk
karakteristik induk udang Vaname ukuran induk beras. kisaran antara 18 sampai
29 cm, warna yang digunakan di atas 1 tahun untuk betina memiliki berat di atas
150 g, dan tidak cacat sedangkan induk jantan memiliki berat di atas 70 gram
kemudian induk yang baru. datang dari alam harus direndam dalam larutan
formalin dengan dosis 1 ml/ 5 liter selama 2 sampai 3 menit.
31
4.2.3. proses produksi
A.penebaran induk
B. Pemberian pakan
Menurut Afrianto dan liviawati 2005, cara pemberian pakan yang terdiri
dari beberapa jenis misalnya lans mpl dan etop flake keduanya dimasukkan
kedalam sharingan sesuai dengan stadium sharingan dimasukkan ke dalam ember
yang berisi air tawar. setelah itu sharingan tersebut di remes remes sampai pakan
yang ada di dalam saringan tersebut habis, kemudian tambahkan pakan alami
skeletonema secukupnya setelah semua pakan tercampur dengan merata langsung
ditebarkan merata di dalam bak pemeliharaan induk. sedangkan menurut
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemberian pakan harus dengan alat-alat
yang benar-benar bersih tujuannya agar tidak menimbulkan penyakit kepada bak
yang akan diberikan pakan.
Jenis pakan yang akan diberikan kepada bener undang Vaname yaitu :
32
1) Tzu Feng Harvest : cara pemberiannya pakannya masukkan pakan ke
dalam filter beg atau gelas di kucek kucek di dalam ember kemudian
tebarkan pakan yang telah ter sharing secara merata, pakan ini diberikan
pada stadia zoea 1 - post larva.
2) Radiance ultra diet : pakan pengganti artemia dengan hufa tinggi pakan ini
diberikan pada stadia zoea.
3) Bpe eguachl ini juga luar biasa bagus sehingga merangsang selera makan
benur sehingga banyak digunakan sejak fase fase awal.
b. Pemeliharaan larva.
33
antara 7,5 sampai 8,5 salinitas berkisar antara 29 sampai 34 ppt dan kadar nitrit
0,1 ppm hal ini sesuai dengan ketentuan sni produksi benih udang Vaname.
G. Penanggulangan Penyakit
34
4.2.3. Panen
Menurut heruwati,es dan rahyu,s. 1995 , panen adalah hasil akhir dari produksi
untuk bisa menentukan panen juga banyak yang harus diperhatikan.
Turun air
Penyeseran benur
Penampungan benur
Persiapan media Peking benur
Sempling benur
Peking benur udang
Packing benar adalah pengemasan bener untuk distribusi kan kata mbak disebut
packing.
Tetapi dalam menentukan panen bener juga bisa diklasifikasikan gerinda agar
lebih tahu tentang kualitas secara visual dan mikroskop parameter yang ditujukan
secara berikut.
Panjang benur
Size variasi
Luminous bacteria
Nekrosis
Endo parasit
Strees test formalin.
H. Setting Aerasi
Aerasi merupakan alat untuk menyuplai oksigen untuk larva udang vanname,
sehingga dalam proses persiapan pemeliharaan larva, pemasangan aerasi harus
diperhatikan. Jumlah aerasi yang dibutuhkan untuk satu bak pemeliharaan larva
yaitu sebanyak 224 buah aerasi dengan jarak antar aerasi
35
berkisar antara 45-50 cm. Sebelum digunakan, aerasi disterilisasi terlebih dahulu
menggunakan larutan iodin dan formalin 300ppm atau 300mg/l.
I. Pengisian Air
Air yang digunakan dalam pemeliharaan larva udang vanamei adalah air
yang telah di treatment sebelumnya. Air dialirkan dari bak penampungan ke
dalam bak pemeliharaan menggunakan pipa dengan ukuran 3 inch. Setiap pipa
pemasukan diberi filter bag yang berfungsi sebagai penyaringan sebelum air
masuk ke bak. Sanilitas yang digunakan pada media pemeliharaan yaitu 30-
33g/l, suhu 30-34oc, dan pH 7,5-8,5
J. Penebaran Naupli
Penebaran naupli dilakukan pada pagi hari, yaitu sekitar pukul 08.30 WIB
dan malam hari, sekitar pukul 23.30 WIB dengan menggunakan ember dengan
volume 10 liter. Naupli yang ditebar merupakan hasil pemijahan induk udang
vanamei yang dilakukan sendiri oleh CV. Manunggal 23.
36
Tabel 5. Kualitas air media pemeliharaan larva
1. Pakan Alami
1) Thallasiosera sp.
37
Frekuensi pemberian pakan algae dilakukan sehari sekali, yaitu pada pukul
07.00 WIB atau disesuaikan dengan jumlah kepadatan algae. Kultur algae
dilakukan 3 hari sebelum pemberian algae ke bak pemeliharaan larva udang.
Proses pengkulturan algae terdiri dari tiga tahapan, yaitu kultur skala
laboratorium, semi massal (intermediate) dan kultur massal dengan volume 8m3,
berbentuk persegi panjang dan berbahan dasar beton. Dosis pupuk dan stok
bibit pada kultur pakan alami dapat dilihat pada tabel 6.
38
didalam bak pemeliharaan larva.kepadatan algae pada media pemeliharaan dapat
dilihat pada tabel 7.
2) Artemia
Pakan artemia mulai diberikan pada larva udang vaname pada saat
memasuki stadia post larva 1 (PL1) hingga PL panen. Pemberian artemia
dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pukul 09.00 dan pada pukul 21.00 WIB.
Kebutuhan artemia dapat dilihat pada tabel 8.
1 PL 1 50
2 PL 2 50
3 PL 3 50
4 PL 4 50
5 PL 5 100
6 PL 6 100
7 PL 7 100
8 PL 8 100
9 PL 9 100
39
Sebelum diberikan ke larva udang vanamei, artemia dikultur terlebih
dahulu selama 24 jam di bak kultur artemia berbentuk kerucut, berbahan dasar
Conical Tank dengan volume 750 liter dan berjumlah 4 bak. Semua peralatan
yang digunakan untuk melakukan panen artemia disiapkan terlebih dahulu.
Aerasi yang terpasang diangkat dan permukaan bak ditutup dengan penutup yang
tidak tembus cahaya, sehingga artemia akan berkumpul di dasar bak. Ember
penampungan artemia yang telah dilengkapi seser artemia diletakkan di bawar
pipa pembuangan bak, kran outlet pada bak dibuka sedikit demi sedikit sehingga
artemia yang keluar dapat tertampung sempurna di dalam seser, artemia yang
berada di seser kemudian dibilas dengan air laut yang bersih sebelum diberikan ke
larva udang vannamei.
2. Pakan Buatan
Pakan buatan diberikan pada saat larva udang vanamei sudah memasuki
stadia zoea1 sampai dengan stadia PL panen. Jenis pakan yang diberikan berupa
pakan dalam bentuk bubuk. Pakan diberikan sebanyak 8 kali dalam sehari, yaitu
pada pukul 07.00; 10.00; 13.00; 16.00; 22.00; 01.00; dan pukul 04.00. adapun
program pakan buatan dapat dilihat pada Lampiran1.
Ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat
dan tepat, sehingga larva udang tidak mengalami kekurangan pakan (underfeeding
) ataupun kelebihan pakan (overfeeding) . Kekurangan pakan dapat
mengakibatkan pertumbuhan larva udang menjadi lambat, ukuran larva tidak
seragam, dan dapat menimbulkan sifat kanibalisme pada larva udang.
Sebaliknya kelebihan pakan pada larva udang dapat mencemari media
pemeliharaan udang yang dapat menyebabkan kualitas air menurun, sehingga
larva udang mudah stress dan dapat mengakibatkan pertumbuhan udang
terhambat. Tujuan dari pemberian pakan buatan yaitu untuk menjaga nutrisi agar
tetap tercukupi saat melakukan pemeliharaan larva.
40
M. Monitoring Perkembangan Larva
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dengan pengambilan dari alam maka dapat memindahkan biaya
pemeliharaan induk dan hasil diperoleh dengan memanfaatkan induk
dari alam tidak jauh berbeda dengan induk hasil budidaya.
Pengurus asian sumber daya pengarahan dan pengawasan berperan
dalam proses pemberian udang peranan manajemen terlihat dari
perbedaan antara perlakuan dan periode produksi perbedaan produksi
bener udang ini dinyatakan disebabkan oleh perilaku dan produksi
tersebut.
Dengan pengorganisasian sumber daya tenaga ahli induk udang
peralatan yang baik maka dapat dihasilkan angka kehidupan bener yang
tinggi sebaliknya bila sumber daya tersebut bila diorganisasikan kurang
baik maka nilai kehidupan sumber bener yang didapatkan akan
semakin lebih sedikit.
Penyerahan input dengan pengawasan pertumbuhan bener udang bila
dilakukan dengan baik maka hasil bener yang diperoleh akan tinggi
sebaliknya bila dilakukan kurang baik maka jumlah bener yang
diperoleh akan lebih rendah.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan pencapaian jumlah beni yang dihasilkan dalam
pemberian maka yang diperlukan dilakukan adalah pengolahan kualitas
air dan manajemen pemberian pakan.
Alat-alat yang digunakan dalam proses budidaya pembenihan harus
betul-betul bersih dan tidak terinfeksi organisasi lain yang akan
menimbulkan penyakit bagi kehidupan larva udang tersebut.
Kadar pelepasan yang tinggal mengalahkan jang kill penyakit
Perlunya untuk dibuat buku panduan dalam pelaksanaan praktek
lapangan.
42
DAFTAR PUSTAKA
Kanisius. Yogyakarta.jasin,maskoeri,1984.
43