Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang vanamei, atau yang biasa disebut dengan udang putih oleh
masyarakat umum adalah jenis udang yang sedang dibudidayakan luas hampir
diseluruh perairan di wilayah indonesia. Dalam hal produksinya udang ini mampu
menembus target hingga 353 persen. Luasnya potensi lahan perairan
diindonesia sendiri sebesar 2.963.717 Ha dan baru dimanfaatkan oleh
masyarakat hanya sekitar 22.18% atau sekitar 657.436 Ha (Ayu Widyastanti:
2016).
Udang vanamei berasal dari perairan Amerika Latin, yang mulai
dibudidayakan dari pantai barat Meksiko hingga ke arah selatan daerah Peru
(Halim dan Adijaya:2015).
Di Indonesia sendiri udang Vanamei baru diperkenalkan pada tahun
2001. Menurut data dari South East Asian fisheries Development Centre
(SEAFDEC) pada tahun 2005 menyebutkan bahwa indonesia memiliki sekitar
419.282 Ha tambak air payau dan 913.000 Ha lahan yang sangat berpotensi untuk
membudidayakan udang vanamei ini.
Kebutuhan untuk konsumsi udang vanamei dalam pasar dunia sangatlah
tinggi. Melihat untuk memenuhi pasar amerika dibutuhkan sebanyak 560.000-
570.000 ton/tahun, dan untuk pasar jepang sendiri sebanyak 420.000 ton/tahun,
dan untuk Uni Eropa sekitar 230.000-240.000 ton/tahun (Argina, 2013). Tetapi
jenderal perikanan dan budidaya menyebutkan bahwa pada tahun 2013 pasar
dunia hanya bisa memproduksi sebanyak 500.000 ton/tahun udang vanamei
tersebut. Yang artinya produksi udang tersebut belum bisa memenuhi
kebutuhan pasar dunia. Lalu pada tahun 2014 akhirnya produksi udang ini
ditingkatkan lagi mencapai 699.000 ton/tahun. Agar dapat mencapai target yang
ada dipasaran (News: 2013).
Udang vanamei sendiri semakin banyak diminati masyarakat karena
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu: kemampuan adaptasi yang tinggi, baik
dari suhu maupun salinitas, pertumbuhan yang termasuk cepat pada bulan
pertama dan kedua, serta memliki kelangsungan hidup yang panjang, dan yang
1
terakhir memiliki pasaran yang fleksibel, mulai dari ukuran udang kecil sampai
yang besar (Arbeta A:2013).
Bagi masyarakat pembudidaya, hasil budidaya udang mampu menjanjikan
hasil yang tinggi tetapi juga sebanding dengan resiko yang tinggi pula saat
budidaya. Sudah banyak pembudidaya perorangan atau kelompok membuka
lahan untuk melakukan budidaya udang tersebut dan tidak sedikit pula para
pembudidaya yang sudah bergerak dalam bidang tersebut mengalami gulung
tikar (rugi). Biasanya hal ini terjadi karena permasalahan pada cara budidaya
yang membuat udang tersebut terkena penyakit atau proses perkembangan
yang tidak sempurna. Karena pembesaran udang vanamei ini sendiri tidak akan
berhasil dengan baik apabila tidak diiringi dengan pengalaman dan ilmu
pengetahuan yang sesuai.
Untuk itu diadakan kegiatan praktek kerja Industri oleh SMK Negeri 1
Talawi adalah untuk mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi dalam
membudidayakan udang vanamei, serta dapat membantu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi, dan dapat memaksimalkan teori serta dapat mengasah
keterampilan agar terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan uraian diatas penulis akhirnya tertarik untuk mengambil judul
dalam pembuatan laporan ini yaitu “Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin)
Kegiatan Pembenihan Udang Vanamei (Litopenaeus Vannamei) Di Pembibitan
Benurao Desa Lubuk Saban Kecamatan Pantai Cermin Serdang Bedagai
Sumatera utara”.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri


Tujuan dari praktek kerja industri ini adalah :
1. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang rangkaian atau tahapan-
tahapan dalam membudidayakan udang vanamei dengan benar dan
memahami teknik pembenihan Udang Vanamei dari indukan sampai PL benur
2. Mengetahui dan memahami dalam hal menghitung analisa usaha pembenihan
udang vanamei yang baik dan benar.

2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Industri
Melalui pelaksanaan Praktek Kerja Industri ini diharapkan para taruna/i
mampu meningkatkan pengetahuannya serta pengalaman kerja tentang tentang
rangkaian atau tahapan-tahapan dalam membudidayakan udang vanamei dengan
benar dan memahami teknik pembenihan Udang Vanamei dari indukan sampai
PL benur, sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebuah dasar pijakan untuk
melangkah demi menyongsong masa depan yang lebih baik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei)

Gambar 1. Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei)


(http://www. Fao.orgfigs/spesis/images/portunus/por2629 1gif)
Klasifikasi lengkap dari Rajungan menurut Suwignyo (1989) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Artrhopoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Malascostraca
Sub kelas : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Infra ordo : Penaeidea
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Sub genus : Litopenaeus

4
Spesies : Litopenaeus Vannamei

Gambar 2. Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei)


Haliman dan Adijaya (2004) menjelaskan bahwa udang vanamei memiliki
tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara
periodik (moulting). Bagian tubuh udang vanamei sudah mengalami modifikasi
sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan, bergerak, dan
membenamkan diri dalam lumpur, dan memiliki organ sensor, seperti pada
antena dan antenula.

Kordi (2007) juga menjelaskan bahwa kepala udang vanamei terdiri dari
antena, antenula, dan 3 pasang maxlliped. Kepala udang vanamei juga
dilengkapi dengan 3 pasang maxlliped dan 5 pasang kaki berjalan (Periopoda).
maxlliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk
makan. Pada ujung periopoda beruas-ruas berbentuk capit. Capit ada pada kaki
ke-1 ke-2 dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5
pasang kaki renang (Pleopoda) dan sepasang uropods (ekor) yang berbentuk kipas
bersama-sama telson (ekor). (Suyanto dan Mujiman, 2003).

Bentuk rostrum udang vanamei sendiri memanjang, langsing, dan


pangkalnya hampir berbentuk segitiga. Uropoda berwarna merah kecoklatan
dengan ujungnya kuning kemerahan atau sedikit kebiruan, kulit tipis transparan.
Warna tubuhnya putih kekuningan terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada
ekor (Wayban dan Sweeney, 1991). Untuk udang betina dewasa tekstur
punggungnya keras, ekor (telson) dan ekor kipas (uropoda) berwarna kebiru-

5
biruan, sedangkan pada udang jantan dewasa memiliki ptasma yang simetris.
Spesies ini dapat tumbuh mencapai panjang tubuh 23 cm (Wyban dan Sweeney,
1991).
2.2. Sifat dan Tingkah Laku
Menurut Farchan (2006), udang vanamei dalam siklus hidupnya
mengalami beberapa perubahan secara morfologi, sehingga mudah dibedakan
antara fase atau stadia pertumbuhannya. Setelah menetas menjadi naupli,
berkembang menjadi stadia zoea, mysis, post larva dan siap tebar di tambak.
Setelah pemeliharaan 6 minggu menjadi ukuran gelondongan dengan berat 4
gram per ekor.Setelah menjadi gelondongan (fingerling) bergerak ke laut dan
dewasa berada di laut kembali.Berdasarkan siklus hidupnya udang vanamei
termasuk katadromus yaitu pada saat benih dan fingerling di muara dan dewasa
memijah di laut. Perkembangan stadia larva udang vanamei dimulai dari stadia
naupli, zoea, mysis, dan post larva yang di uraikan pada Tabel 2.1. di bawah ini :
Tabel 2.1. Perkembangan Stadia Udang Vanamei

Hari ke Stadia Karakteristik


1 Naupli-1 Badan berbentuk bulat telur dengan 3 pasang
anggota tubuh
2 Naupli-2 Pada ujung antenna pertama terdapat setae yang
satu panjang dan 2 buah yang pendek
3 Naupli-3 Dua buah furctel mulai tampak jelas dengan
masing- masing tiga duri, tunas maxilliped mulai
tampak
4 Naupli-4 Masing-masing furctel terdapat empat buah duri,
antenna kedua beruas-ruas
5 Naupli-5 Struktur tonjolan pada pangkal maxilliped mulai
tampak jelas
6 Naupli-6 Perkembangan setae makin sempurna dan duri
pada furctel tumbuh makin panjang

7 Zoea-1 Badan pipih dan karapas mulai jelas, mata mulai


tampak, namun belum bertangkai, maxilla pertama
dan kedua serta alat pencernaan mulai berfungsi
8 Zoea-2 Mata bertangkai, rostrum mulai tampak dan spin
suborbital mulai bercabang
9 Zoea-3 Sepasang uropoda biramus mulai berkembang dan
duri pada ruas-ruas tubuh mulai tampak
6
10 Mysis-1 Badan berbentuk bengkok seperti udang dewasa
11 Mysis-2 Tunas pleopoda mulai tampak
12 Mysis-3 Tunas pleopoda bertambah panjang dan beruas-ruas
Sumber : Subaidahet al ., (2006)

1) Stadia naupli

Pada stadia ini, larva berukuran 0,32-0,58 mm. Sistem pencernaannya


belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur
sehingga pada stadia ini benih udang vanamei belum membutuhkan makanan dari
luar (Haliman dan Adijaya, 2008). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Stadia Naupli. Sumber : Heryadi dan Sutadi (1993)

2) Stadia zoea

7
Menurut Farchan (2006), sekitar 2-3 hari setelah menetas masuk pada fase
zoea. Pada stadia ini larva sudah berukuran 1,06 – 3.30 mm, dan benih udang
sudah mengalami moulting sebanyak tiga kali, yaitu stadia zoea1, zoea 2 dan
zoea 3. Waktu untuk memasuki stadia berikutnya yaitu Mysis sekitar 4 - 5 hari.
Untuk perkembangan zoea, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Stadia Zoea. Sumber : Heryadi dan Sutadi (1993)

3) Stadia mysis

Haliman dan Adijaya (2008), menjelaskan bahwa pada stadia ini benih sudah
menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas
(uropods) dan ekor (telson). Benih pada stadia ini sudah mampu menyantap
pakan fitoplankton dan zooplankton. Ukuran larva berkisar 3,50-4,80 mm. Untuk
perkembangan mysis, dapat dilihat pada Gambar 4.

8
Gambar 4. Stadia Mysis. Sumber : Heryadi dan Sutadi (1993)

4) Stadia post larva (PL)

Organ tubuh udang sudah lengkap dan organ tubuhnya sudah berfungsi
dengan baik. Pada saat menjadi post larva hitungan umur udang dalam post
larva (PL), misalnya setelah satu hari menjadi PL, maka disebut PL1, dua hari
disebut PL2 dan seterusnya. Udang vanamei dapat mulai ditebar di tambak
setelah mencapai PL9 (Farchan, 2006). Untuk perkembangan post larva, dapat
dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Stadia Post Larva. Sumber : Heryadi dan Sutadi (1993)

9
2.3. Habitat dan Penyebaran
Suharyadi (2011), menjelaskan bahwa habitat udang berbeda-beda
tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur
hidupnya. Pada umumnya udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan
dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer
(soft) yang biasanya campuran lumpur dan pasir. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa
induk udang putih ditemukan di perairan lepas pantai dengan kedalaman
berkisar antara 70-72 meter (235 kaki). Menyukai daerah yang dasar perairannya
berlumpur. Sifat hidup dari udang putih adalah catadromous atau dua
lingkungan, dimana udang dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah
menetas, larva dan yuwana udang putih akan bermigrasi ke daerah pesisir pantai
atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat nurseri groundnya,
dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan
pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan.

Daerah penyebaran alami Litopenaeus vannamei ialah pantai Lautan


Pasifik sebelah barat Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana suhu
air laut sekitar 20ºC sepanjang tahun. Sekarang Litopenaeus vannamei telah
menyebar, karena diperkenalkan di berbagai belahan dunia karena sifatnya yang
relatif mudah dibudidayakan, termasuk di Indonesia (Suharyadi, 2011).

2.4. Pakan dan Kebiasaan Makan


Kordi (2009), menjelaskan bahwa jenis makanan yang dimakan udang
vanamei antara lain, plankton (fitoplankton dan zooplankton), alga bentik,
detritus, dan bahan organik lainnya. Litopenaeus vannamei bersifat nokturnal.
Sering ditemukan Litopenaeus vannamei memendamkan diri di dalam
lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan. Akan tetapi
pada kolam budidaya jika siang hari diberi pakan maka udang vanamei akan
bergerak untuk mencarinya, ini berarti sifat nokturnal tidak mutlak.

Menurut Haliman dan Adijaya (2008), udang vanamei mencari dan


mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan
10
bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini
terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena, dan
maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan
merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan. Bila pakan
mengandung senyawa organik, seperti protein, asam amino, dan asam lemak maka
udang akan merespon dengan cara mendekati sumber pakan tersebut.Haliman dan
Adijaya (2008), menambahkan bahwa untuk mendekati sumber pakan, udang
akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung
dijepit menggunakan capit kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut.
Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan
oesophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna
secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut.

2.5. Perawatan Naupli


Menurut Subaidah dan Pramudjo (2008), pemanenan naupli dilakukan dengan
memberikan lampu di atas bak penetasan karena sifat naupli fototaksis positif, setelah
naupli terkumpul dilakukan pemanenan dan ditampung di bak fiber volume 500 liter.
Penghitungan naupli dilakukan dengan cara sampling dengan mengambil 5 kali botol
sampling 100 ml.

Untuk memindahkan naupli dilakukan cara yang mudah dan hanya sedikit
menimbulkan stress dalam memindahkan dari bak penetasan ke dalam bak larva.
Sebelum dimasukkan larva, bersihkanlah bak pemeliharaan larva itu sebaik-baiknya
dengan cara menyikat dan mencucinya dengan air bersih

2.6. Pemeliharaan Larva


2.6.1. Persiapan Bak Pemeliharaan Larva
Menurut Heryadi dan Sutadi (1993), agar blower menghasilkan oksigen yang
merata ke seluruh bak pemeliharaan, maka perlu dirancang sedemikian rupa sehingga
selang aerasi dapat disebar di seluruh bak. Pemasangan selang dan batu aerasi perlu
dibantu dengan tali yang dibentangkan. Setiap 40 cm dibutuhkan 1 buah batu aerasi
yang panjangnya 5 cm dan diameternya 3 cm.

Sehari sebelum penebaran, aerasi perlu dicek apakah penyebaran gelembung dari
batu aerasi sudah rata. Untuk mengetahuinya, hidupkan blower lalu kran udara dibuka.

11
Bila gelembung udara yang dihasilkan sama rata berarti aerasinya baik. Aerasi ini juga
meningkatkan kandungan oksigen sehingga gas- gas beracun akan menguap keluar
(Heryadi dan Sutadi, 1993).

2.6.2. Pengisian Air


Menurut Subaidah dan Pramudjo (2008), pengisian air laut ke dalam bak
pemeliharaan dilakukan dengan menggunakan filter bag. Air laut langsung ditransfer dari
tandon yang sebelumnya telah dilakukan penyaringan dengan menggunakan sand filter
dan disinari UV dan ditampung pada bak tandon yang ditutup rapat serta dilakukan
pemompaan ke tower yang dilengkapi UV pula untuk dialirkan ke bak-bak pemeliharaan
larva.

2.6.3. Sterilisasi Air Media


Menurut Heryadi dan Sutadi (1993), ada dua tahap sterilisasi air media, yaitu:

a. Sterilisasi tahap I
Sebelum dipakai, air laut diberi perlakuan dengan menggunakan zat-zat kimia
agar bebas dari bakteri, protozoa, jamur dan mikroorganisme lainnya.Setelah itu air laut
ditampung dalam bak ditambahkan kaporit 30 ppm (30 gram/m air). Agar proses
pencampuran cepat merata, maka perlu diaerasi. Biarkan proses tersebut berlangsung
sekitar 24 jam. Setelah itu tambahkan

Natrium thiosulfat (Na2S2O3) sebanyak 10-12,5 ppm, kemudian biarkan proses


tersebut berlangsung selama 24 jam sambil tetap diaerasi. Tujuan pemberian Natrium
thiosulfat adalah untuk menetralisir pengaruh kaporit.

Apabila air laut sudah netral kembali, tambahkan EDTA sebanyak 10 ppm (10
gram/m3), dibiarkan selama 24 jam sambil diaerasi. Setelah 24 jam, maka aerasi
dihentikan untuk memberi kesempatan pada semua partikel yang tersuspensi untuk
mengendap. Proses pengendapan ini membutuhkan waktu antara 24-36 jam.

b. Sterilisasi tahap II
Sterilisasi air laut tahap kedua dilakukan pada saat air sudah dalam kondisi jernih
dan dilakukan 2-3 hari sebelum larva ditebar. Pada tahap ini masih digunakan Ethylene
Diamine Tetra Acid (EDTA) sebanyak 8 ppm yang dimasukkan ke air media. Setelah itu
ditambahkan antibiotik, misalnya Erytromycyn sebanyak 1 ppm (1 gram/m3). Antibiotik

12
berfungsi untuk menghilangkan bakteri dan protozoa, sedangkan untuk menghilangkan
jamur dapat ditambahkan Trefflan sebanyak 0,1 ppm (0,1 ml/m3). Dengan demikian zat
kimia tersebut diberikan dalam waktu yang sama dengan urutan EDTA, antibiotik, dan
Trefflan.

2.6.4. Penebaran Naupli


Penebaran naupli dilakukan pada pagi hari dengan tujuan untuk menghindari
perubahan suhu yang terlalu tinggi dengan cara aklimatisasi 30 menit atau sampai suhu
di dalam wadah dengan suhu di luar wadah sama dengan menggunakan bantuan
termometer ºC, aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan naupli dengan perubahan
kondisi lingkungan air di bak pemeliharaan larva.

Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan cara, air media yang di dalam bak
pemeliharaan dialirkan ke dalam baskom yang berisi naupli dengan menggunakan
selang plastik yang berdiameter kecil, sehingga aliran airnya hanya sebesar benang jahit.
Bila tidak ada selang kecil, dapat diganti dengan selang besar, tetapi ujungnya dibungkus
plastik, lalu ditusuk dengan jarum jahit (Heryadi dan Sutadi, 1993).

Heryadi dan Sutadi (1993), menambahkan bahwa untuk penurunan kadar garam
sebesar 1% diperlukan waktu antara 15-30 menit. Apabila salinitas antara air media pada
bak pemeliharaan sudah sama dengan air media pada baskom naupli, maka proses
aklimatisasi salinitas dianggap selesai dan pada siang harisudah dapat diambil. Selama
aklimatisasi salinitas berlangsung, baskom yang berisi naupli harus diaerasi.
Aklimatisasi cara ini selain praktis dan efisien, juga parameter kualitas air yang lainnya
akan terbawa untuk menyesuaikan. Setelah aklimatisasi naupli ditebarkan ke dalam bak
pemeliharaan. Caranya, baskom dijungkirkan perlahan-lahan ke dalam bak pemeliharaan
sampai naupli habis. Bisa juga dengan cara menciduknya dengan gayung lalu
ditumpahkan ke bak pemeliharaan secara perlahan-lahan. Padat tebar naupli yang aman
berkisar 100-150 ekor/liter (Heryadi dan Sutadi, 1993).

2.6.5. Pengamatan Kualitas Air


Pengelolaan kualitas air pada masa pemeliharaan larva udang vanamei dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu monitoring, pengecekan kualitas air, water exchange, dan
penyiponan. Monitoring kualitas air dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari, parameter
air yang dilakukan monitoring rutin adalah suhu dengan tujuan agar selama masa
pemeliharaan proses metabolisme dan etamorfosis larva lancar yaitu berkisar 29-32ºC.

13
Sedangkan untuk pengecekan parameter kualitas air selama masa pemeliharaan larva
dilakukan pada setiap pergantian stadia. Parameter pH berkisar pada 7,5-8,5; salinitas
berkisar 29-34; dan kadar nitrit maksimal 0,1 ppm, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam
SNI produksi benih udang vanamei (Subaidah dan Pramudjo, 2008).

2.6.6. Pemberian Pakan Larva


Jenis pakan yang diberikan pada larva udang vanamei selama proses
pemeliharaan ada dua jenis yaitu pakan alami (fitoplankton dan zooplankton) dan pakan
komersil (buatan). Masing-masing makanan tersebut diberikan dengan jumlah dan
frekuensi tertentu sesuai dengan stadia larva. Jenis pakan alami yang dikultur adalah
Chaetoceros ceratos dan Artemia salina (Subaidah dan Pramudjo, 2008).

Pada stadia naupli belum diberi pakan, karena pada stadia ini larva udang putih
vanamei masih memanfaatkan kuning telur sebagai pensuplai makanan. Pemberian
Chaetoceros ceratos dilakukan mulai dari stadia zoea1 sampai dengan stadia Mysis3.
Sedangkan pemberian Artemia dimulai sejak stadia Mysis3 sampai dengan PL10.
Pakan buatan juga diberikan pada larva untuk mencegah terjadinya kekurangan pakan
selama pemeliharaan larva (Subaidah dan Pramudjo, 2008).

2.6.7. Monitoring Perkembangan Larva


Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan
makroskopis dilakukan secara visual dengan mengambil sampel langsung dari bak
pemeliharaan sebanyak 1 liter beacker glass kemudian diarahkan ke cahaya untuk
melihat kondisi tubuh larva, pigmentasi, usus, sisa pakan kotoran atau feses dan
butiran-butiran yang dapat membahayakan larva. Sedangkan pengamatan mikroskopis
dilakukan dengan cara mengambil beberapa ekor larva dan diletakkan di atas gelas objek,
kemudian diamati di bawah mikroskop. Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati
morfologi tubuh larva, keberadaan parasit, patogen yang menyebabkan larva terserang
penyakit (Subaidah dan Pramudjo, 2008).

2.6.8. Hama dan Penyakit


Hama biasanya merupakan jenis organisme yang dapat mengakibatkan kerugian
bagi budidaya. Penyakit pada udang sering dijumpai pada udang berusia muda, baik
periode larva maupun post larva. Proses timbulnya suatu penyakit sangat bergantung

14
pada keadaan lingkungan. Penyakit pada pembenihan udang diantaranya adalah
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan parasit (Subaidah dan Pramudjo, 2008).

2.6.9. Panen dan Pasca Panen


Menurut Subaidah dan Pramudjo (2008), pemanenan benur dilakukan mulai pada
stadia PL10 atau ukuran PL telah mencapai 1 cm dan yang telah memenuhi kriteria-
kriteria benur yang siap dipanen. Pemanenan benur dimulai dengan menurunkan volume
air 8 m3, pipa saringan sirkulasi larva dibuka dan air dari saluran pengeluaran ditampung
dalam ember yang telah dimodifikasi dengan pemberian saringan kasa dan larva yang
telah banyak di dalam ember dipindahkan ke tempat lain dengan menggunakan
serokan. Benur yang telah dipanen dipindahkan ke tempat pengemasan dengan diberi
aerasi dan selanjutnya dikemas dengan menggunakan kantong plastik dan diberi oksigen.
Kepadatan benur sesuai dengan jarak transportasi, biasanya untuk kantong dengan
volume air 10 liter kepadatan 2.000-4.000 ekor PL10.

Menurut Herdikiawanet al. , (2012), bak pemeliharaan larva terbuat dari beton
atau fiberglass, berbentuk persegi dengan kapasitas berkisar antara 10-15 m 3. Pada
umumnya, kedalaman bak untuk pemeliharaan larva adalah 1 meter. Subaidah dan
Pramudjo (2008), menerangkan bahwa bak pemeliharaan larva dilapisi dengan cat U-
Poxy berwarna biru muda dan dilengkapi dengan pipa saluran udara (instalasi aerasi),
instalasi air laut, instalasi alga, dan saluran pengeluaran yang dilengkapi saringan
sirkulasi dan pipa goyang, serta terpal sebagai penutup agar suhu stabil selama proses
pemeliharaan larva. Kemiringan bak adalah 2-5%, hal ini bertujuan untuk memudahkan
dalam pengeringan.

Adapun sistem aerasi pada bak pemelihara n larva menggunakan aerasi


gantung dengan jarak antar titik 40 cm dan jarak dari dasar bak adalah 5 cm agar sisa
pakan dan kotoran tidak teraduk. Pencucian bak dilakukan dengan menggunakan kaporit
60% sebanyak 100 ppm yang dicampur dengan deterjen 5 ppm dan dilarutkan dengan
air tawar pada wadah berupa ember kemudian dinding dan dasar bak digosok-
gosok dengan menggunakan scoring pad dan dibilas dengan air tawar hingga bersih dan
kemudian dilakukan pengeringan selama dua hari. Pencucian dan pengeringan bak ini
bertujuan untuk menghilangkan dan mematikan mikroorganisme pembawa penyakit. Bila
pada pemeliharaan sebelumnya larva terserang penyakit dengan frekuensi lebih sering
setiap siklusnya, maka dilakukan perendaman bak dengan air tawar yang diberi kaporit
60% sebanyak 100 ppm dan PK (Kalium permanganat ) 1 ppm selama dua hari kemudian

15
air dibuang dan dicuci dengan menggunakan kaporit 100 ppm dan deterjen pada dinding
dan dasar bak. Setelah itu dibilas dengan menggunakan air tawar dan dikeringkan selama
satu minggu. Selang, pemberat dan batu aerasi dijemur selama dua hari (Subaidah dan
Pramudjo, 2008).

16
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3. 1. Waktu dan Tempat


Praktek Kerja Industri ini dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2022
sampai dengan 22 Oktober 2022 di Pembibitan Benurao Desa Lubuk Saban
Kecamatan Pantai Cermin Serdang Bedagai sumatera utara. sejak 21 Juli 2022
sampai dengan 21 Oktober 2022 yang bergerak di bidang pembibitan udang
Vaname (Litopenaeus Vannamei). Peta lokasi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Peta Lokasi Pembibitan Benurao


3.2. Persiapan Wadah

Langkah langkah tahap persiapan wadah pemeliharaan benur udang Vaname yaitu :

1. Pasang selang aerasi pada kran aerasi, hari sebelum operasional dan ukuran sesuai
dengan panjang pendeknya.misalnya selang 1, selang 2,selang 3, selang 4, selang
5, selang 6, selang 7, dan selang terpanjang adalah selang 8.
2. Pastikan selang terpasang sempurna pada semua aerasi.
3. Pastikan jarak antara Titi selang aerasi sama,jarak antara selang aerasi + 40 cm.
4. Pasang timah pemberat dan batu aerasi pada selang aerasi.
5. Pastikan timah pemberat di atas dan batu aerasi di bawah dan pastikan tidak ada
yang lepas dari kran aerasi pada dalam operasional, produksi pemeliharaan benur
udang Vaname di lakukan.
6. Pastikan jarak batu aerasi dengan lantai bak tidak lebih dari 10 cm.
17
7. Buat larutan deterjen dalam ember.
8. Bilas bak dengan air tawar secara merata.
9. Sikat bak menggunakan beros kawat dan jaring dengan larutan deterjen.
10. Gosok secara merata di setiap sudut bak.
11. Setelah itu bilas kembali bak dengan air tawar secara merata dan bersih pastikan
tidak ad buih lagi.
12. Keringkan selama 1 jam lalu bilas lagi secara keseluruhan permukaan dengan
larutan provido iodine 300 ppm.
13. Keringkan anginkan lagi selama minimal 12 jam sebelum seblum diisi air.
14. Pastikan saringan sirkulasi tidak bocor atau sobek.
15. Pasang saringan pada pipa sirkulasi dan ikat dengan karet hitam.
16. Pastikan ikatan kuat dan tidak akan terlepas saat dipakai.
17. Pasang alat sirkulasi pada lubang udara atau jalur pembuangan.
18. Pastikan alat sirkulasi tidak bocor atau terlepas saat dipakai.
19. Isi bak dengan air laut yang sudah disterilkan sampai batu aerasi terendah.
20. Buka kran induk aerasi.
21. Hidupkan mesin blower.
22. Cek gelembung udara.
23. Pastikan saringan sirkulasi telah terpasang dengan baik.
24. Pastikan bahwa kran pembuangan telah tertutup.
25. Pastikan pipa tertutup Jalu keluar benur telah terpasang.
26. Pastikan filter back telah terpasang.
27. Pasang kran air laut.
28. Hidupkan pompa distribusi air laut.
29. Volume air sesuai dengan rencana yang akan diisi Nopli.
30. Waktu pengisian air minimal 18 jam sebelum tebar Nopli.
31. Dan air untuk media tidak berkurang atau bocor.

Prosedur ini bertujuan untuk mempersiapkan bak pemeliharaan Nopli agar siap
dioprasionalkan, dan ruang lingkup persiapan bak pemeliharaan Nopli di mulai dari
pencucian bak, pemeliharaan siap untuk diisi air sebagai media pembelajaran. Kegiatan
yang dilakukan ini sebelum pemeliharaan larva.

18
GAMBAR

TANGKI AIR BAK PEMELIHARAAN

SELANG AERASI BAK PLANKTON

19
3.3 Persiapan Air

1. Persiapan Bak tandon meliputi : arang, pasir, batu kerikil sebagai filter cara untuk
menyusun persiapan bak tandon yaitu :
 Susu dengan rapi arang yang sudah dibungkus dengan menggunakan jaring dan
setiap meterial di lapisi dengan jaring.
 Kemudian masukkan batu kerikil untuk lapisan pertama.
 Kedua masuk lapisan ke kedua yang arang.
 Setelah arang masuk lapisan ke tiga yaitu pasir setinggi nya minimal 50 cm
semakin tinggi pasirnya maka semakin baik hasilnya, pasti kan setiap lapisan di
susun secara merata dan rapi.
 Kemudian diisi air laut.
 Sirkulasi air, tujuan ny untuk menyaring kotoran yang ada di filter.
2. Bak tandon recervor ( bak penyuplai distribusi air yang siap untuk digunakan ke
plankton dan modul.
3. Menyampaikan ruang modul termasuk bak, sarana prasarana secara lengkap yang
diikuti dengan sanitasi lingkungan.
4. Mempersiapkan air sebagai media pemeliharaan Benur di bak pemeliharaan.

GAMBAR

• Bak tandon Penyusunan arang

20
3.4 Sumber Dan Karakteristik Benur

Karakteristik benur udang Vaname yang baik yaitu ada dua jenis sertifikat yang
diperhatikan yaitu, sertifikat SPF dan CPBI keduanya sertifikat ini menandakan bahwa
bibit udang yang dijual sesuai dengan sertifikat dan terjamin kualitasnya. Specific
patogen free (SPF) adalah sertifikat bagi benur yang sudah diperiksa dan terbebas dari
beberapa penyakit, atau patogen penyakit udang. Udang yang bersertifikat SPF sudah
diuji tidak terkena penyakit white faces disease ( WFO) infectious myonecrosis virus
(IMNV) taura sydrome virus. Sedangkan sertifikat CPIB adalah sertifikat yang
menandakan bahwa udang dibiakkan sesuai dengan metode pembibitan udang yang baik.

Menurut dinas kelautan dan perikanan provinsi Jawa barat cara pembenihan
udang yang baik adalah cara pedoman dan tata cara pengembangbiakan udang dalam
lingkungan terkontrol yang memenuhi keteria dan persyaratan teknik mahemen keamanan
pangan, Dan lingkungan sertifikat ini ada untuk memastikan bahwa bibit yang baik
beredar di pasaran aman dikonsumsi dan bebas dari zat berbahaya kondisi tumbuh salah
satu indikator kesehatan bibit udang yang paling mudah dilihat, Pastikan benur memiliki
bentuk tubuh yang sempurna.

Antena benur udang utuh tidak patah bisa membuka menutup bentuk tubuh kurus
dan langsing, mata mengkilap,cerah dan tidak ada bercak dikulit, ekor tidak cacat dan
membuka, benur udang Vaname yang bergerak aktif adalah Benur yang sehat juga peka
terhadap rangsangan dari luar, perhatikan udang yang akan berenang menantang arus air
jika arus air diputar benur yang sehat akan menempel di dasar tambak.

3.5 Proses Produksi

a. Pemeliharaan benur

Pemeliharaan benur udang Vaname dimulai dari proses telur


naupolis,zoea,mysis,mpl,post larva sebelum dimasukkan telur kedalam bak pemeliharaan
terlebih dahulu menyebarkan EDTA tujuannya untuk mensterilkan kaporit yang ada di
dalam bak dan menebarkan AL – BAZU tujuannya untuk mengangkat logam logam yang
ada di dalam bak pemeliharaan Benur setelah itu Benur udang Vaname di beri pakan
buatan seperti zoea, pl kecil, pl besar, flake, dan flake warna.

21
Setelah itu benih udang sudah termasuk memasuki stadia zoea ini harus di beri
pakan alami seperti skeletonema dan artemia stadia post benur di hitung perhari, hari
pertama di hitung pl 1, hari kedua dihitung pl 2 dan seterusnya sampai proses pemanenan.

Gambar siklus hidup udang Vaname.

b. Pemberian pakan

Alat yang digunakan untuk pemberian pakan yaitu :

Ember Gayung

• Seser atau tanggok

Alat yang digunakan ini harus benar benar bersih agar tidak menimbulkan bakteri kepada
bak yang akan diberikan pakan.

22
Pakan yang diberikan kepada benur udang Vaname ada dua jenis pakan yaitu pakan alami
dan pakan buatan.

1. Pakan buatan

Jenis jenis pakan buatan yaitu:

• Tzu – Feng Harvest

Tingkat konsumsi cocok dipakai pada proses budidaya benur udang Vaname dari zoea 1 –
post larva 15

Cara pemakaiannya :

Masukkan pakan kedalam saringan yang sudah ditentukan,lalu dikucek kucek dalam
ember yg sudah diisi air tawar kemudian tebarkan pakan yang telah tersaring secara
merata di permukaan bak.

2. BP EGUACHL

Karakteristik :

 BP eguachl ini produksi setelah dilakukan penelitian bertahun tahun oleh para
ahli aquakultur, disesuaikan untuk kebutuhan gizi benur.
 Produksi ini membutuhkan bahan dasar yang berkualitas segar diproduksi oleh
teknologi yang canggih.
 BP aguachi ini juga luar biasa bagus sehingga perangsangan membuat selera
makan benur sehingga banyak digunakan sejak Pase – Pase awal komposisi.
 Protein sasar > 42 %.
 Lemak kasar > 34 %.
 Serat kasar < 1 %.
 Bahan tidak larut < 2 %.
 Abu kasar > 7 %.
 Kalsium 4 – 5.
 Air < 4 %.
 Asam fhosfor hidrokarorit 3,5 – 4,5.
 Radionce ultra diet ( pakan pengantin artemia dengan hufa tinggi)
 Karakteristik :
 Radiance ultra diet menggurui penggunaan artemia sampai dengan 100 %
23
 Meningkatkan kelangsungan hidup dengan menurunkan tingkat stress.
 Dengan penggunaan teknologi mikro encapsulated tetap stabil dalam air dan
mudah dicerna.
 Komposisi :
 Protein 65,0 %
 Lemak kasar 10,0 %
 Kelembaban 8 %
 Karbohidrat 15,0 %
 Frofil asam lemak
 Asam lemak mg / g
 C ² O : 5 ( n-3 ) EFA 11,2
 C ² O : 6 ( n-3 )DHA 12,7

4. Tzufeng shrimp flake

Produksi ini mengandung protein dari polypotide bermolekul rendah yang dapat
larut, sehingga selain memiliki nilai gizi tinggi juga mempunyai koefesien pencernaan
yang lebih baik dan tinggi pakan ini dapat digunakan untuk Menganti algae yang sulit
dibudidayakan dan mempunyai kandungan gizi yang tidak setabil bahan baku semua
diproses menjadi butir butiran atau pertikel mikro.sehingga praktis tidak ada residu atau
sisa pada larutan didalam air filter, mengurangi pemborosan dan meningkatkan efesiensi
pemakaian pakan. Untuk menyesuaikan kebutuhan ekosistem Benur dan keseimbangan
gizi, tzufeng shrimp flake ini merupakan gabungan dari flake warna merah dan
hijau.benur yang menggunakan tzufeng shrimp flake ini akan mempunyai tingkat hidup
sehat, dan kekuatan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Pemakaiannya :

Masukkan flake kedalam filter bek,gelas dan di kucek kucek di dalam ember yang berisi
air kemudian tebarkan pakan yang telah tersaring tersebut kebak secara merata.

 fase Z1 – Z2 pakan filter bek ukuran 200 – 250 mesh.


 Fase Z3 – M3 pakan filter bek ukuran 150 – 200 mesh.
 Komposisi :
 Protein 53 %
 Serat / filter 2 %
 Kelembaban 10,5

24
 Omega 3 – fatt acid 15 % lebih
 Spirulina – algae
 Tabel pemberian pakan untuk udang Vaname. ( pakan buatan ) dan ( pakan
alami)

No Jam pemberian pakan Jam pemberian pakan alami


buatan
1 05.00 wib 08.00 wib
2 07.00 wib 11.00 wib
3 09.00 wib 03.00 wib
4 12.00 wib 07.00 wib
5 03.00 wib
 Gambar ( pakan buatan ) dan ( pakan alami)

Pakan alami pakan buatan


 Kandungan :
 a.kandungan aktif :
 C¹² : 60 %
 Ca coci² : 60,5 % - 63,2 % b.kandungan lainnya :
 Ca coh ² : 18 – 23 %
 Ca C0 : 6,8 %
 Ca C¹² : 5-8 %
 Rnoisture : 3-8 %
 Gambar bakteri,bio solution, kaporit.

25
3.6 panen
Panen adalah hasil akhir dari produksi untuk hasil menentukan pakan juga banyak yang
harus diperhatikan, ada pun pramenter panen juga meliputi :
• Benur aktif
• Panjang benur rata rata 8 mm
• Bebas luminous bectery
• Lolos test for yang meliputi wssu dan TVS
menentukan panen, benur juga bisa diwatifikasikan grade, agar tahu tentang kualitas cara
visual dan mikroskop, pramenter diujikan sebagai berikut :
• Panjang benur
• Size variasi
• Luminous bacteria
• Ne krosi
• Gmbr
• Endo parasit
• Street test formalin
Langkah langkah kegiatan yaitu :

1. Turun air

Turun air adalah kegiatan awal dari panen ini di lakukan dengan hati hati dan
perlahan supaya benur tidak kaget atau strees, dengan volume bak 20 ton Maka
diperlukan waktu sekitar 1,5 jam untuk turun air.

26
2. penyeseran Benur

Setelah air diturunkan,lalu siapkan saringan kelambu panen kemudian bongkar


pipa penutup bak yang ada krannya supaya bisa mengontrol debit air yang keluar, di
saring kelambu panen lakukan dengan hati hati supaya benur tidak strees.bila benur sudah
terkumpul banyak di dalam kelambu saringan panen maka harus segera diseser dengan
hati hati dan perlahan, kemudian pindah kan kelambu untuk dimasukkan ke tong
penampungan benur.

3. penampungan benur

Benur setelah diseser didalam bak kemudian ditampung dalam suatu wadah yaitu
tong bervolume 400 liter air, yang telah distel salinitas sama dengan dengan salinitas
dalam bak larva.kapasitas tong ini untuk 500 – 700 ekor benur, didalam tong diberi aerasi
yang sangat besar dan dibiarkan selama 15 – 30 menit.berfungsi supaya ada aklimatisasi
suhu dengan lingkungan yang lain setelah itu Benur diseser lagi untuk disempling.

4. persiapan media Peking benur

Air yang dipakai untuk Peking benur adalah air yang bersih dan juga harus
disesuaikan dengan permintaan salinitas air yang dipakai untuk Peking benur adalah air
yang bersih dan juga harus disesuaikan dengan permintaan salinitas air tambak, air yang
akan digunakan sebelumnya harus diberi EDTA 2 ppm + vitamin C o,5 ppm + zat
pewarna ( suncio browa ) + artemia secukupnya.masukan air sebanyak 5 liter ini
kapasitas benur 2000 – 3000 ekor.

5. sempling benur

Setelah media Benur siap,maka media tersebut diisi dengan air pengisian ini disebut
dengan sempling atau Scoppy, pada waktu sempling Benur harus benar- benar
konsentrasi agar sempling tersebut tidak banyak meleset dari perkiraan atau kesalahan.
Sempling ini menggunakan alat seperti mangkuk putih kecil.

6. peking benur

Pengemasan benur untuk didestribusi ketambak disebut Peking.setelah Benur


diisikan ke dalam plastik kemudian diberikan oksigen murni dengan banding 50% lalu
diikat dengan tali karet, kemudian packing tersebut dimasukkan ke poli form kota seperti
kota diisi 8 sampai 10 kantong bener kemudian masukkan bongkahan es yang telah
27
dimasukkan ke dalam plastik kecil seperti kota atau polip om yang diisi air dua bungkus s
tergantung jauh dekatnya tempat tujuan tambak benur siap didistribusikan ke tambak
menggunakan mobil sebagai alat ttransportasi

Gambar penyesalan bener gambar penampungan bu nur gambar kelambu atau net
panen gambar packing bener gambar bener yang telah di packing gambar proses panen
bener.

3.7 Pemasaran

Adapun proses pemasaran itu disesuaikan dengan permintaan dari para petani
tambak atau pelanggan, dan selebihnya untuk konsumen dadakan. adapun ke tempat
pemasaran udang Vaname yang di biasanya dikirim antara lain yaitu :

 Dumai
 Batu bara
 Kisaran
 Selang buah

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Proses produksi

a) pemeliharaan benih
b) pemberian pakan
c) sempling kematangan gonad/pertumbuhan
d) pemijahan
e) pemeliharaan larva
f) pengelolaan kualitas air
g) penanggulangan penyakit

Hal ini bertujuan untuk mengetahui serta memahami langsung proses


budidaya pembenihan udang Vaname secara rinci dan data akurat di lapangan
kerja, dan mengetahui dengan jelas standar operasional produksi yang diterapkan
untuk dapat menghasilkan produksi bener yang sehat dan berkualitas yang baik.

4.1.2 Standart kerja operasional

Standar kerja operasional yang dilakukan di mulai dari persiapan wadah,


persiapan air, dan proses produksi tujuannya untuk mendapatkan hasil budidaya
bener yang siap didistribusikan ke tambak dan dapat disesuaikan dengan
permintaan dari pada konsumen.

4.1.3 kualitas air

Kualitas air adalah faktor penting dalam operasional pemeliharaan larva


dan kualitas air perlu juga agar tetap dalam kondisi prima, yang meliputi aspek
fisika, kimia, dan biologi. Suhu optimal yang dibutuhkan untuk proses
metabolisme dan metamorfosis yaitu berkisar antara 29 sampai 32 celsius
sedangkan untuk pencegahan parameter kualitas air selama pemeliharaan larva,
dilakukan pada setiap pergantian spa diagram enter ph berkisar antara 7,5 sampai
8,5 hal ini tas berkisar ransel 29 sampai 34 ppt dan kadar nitrit 0,1 ppm hal ini
sesuai dengan ketentuan sni produksi benih udang , dalam pengelolaan kualitas air
29
ada beberapa perlakuan agar air media tetap sesuai untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup larva diantaranya penyimpanan pengaturan pencahayaan dan
pengaturan kedalaman.

4.2. PEMBAHASAN

4.2.1. Persiapan wadah dan air

- Persiapan air

Menurut pramono 1994 persiapan wadah menggunakan larutan kaporit


selama 1,2 jam, untuk menghilangkan bau kaporit tersebut bak bilas sampai
bersih dan keringkan. sedangkan dalam pelaksanaan yang dilakukan tidak
menggunakan kaporit melainkan menggunakan larutan deterjen. prosedur ini
bertujuan untuk mempersiapkan bak pemeliharaan agar siap di operasional dan
ruang lingkup persiapan bak dimulai dari pencucian bak pemeliharaan dan
peralatan sampai bak, pemeliharaan siap untuk diisi air sebagai media
pemeliharaan.

- Persiapan air

Menurut turubus.caillo C.W.1972 persiapan air meliputi kadar garam air


laut berkisar dan 30 sampai 33 ppt air yang baru diambil sebelum disaring harus
di endap kan dulu di bak tandon bak penampungan air selama 1 hari dan diberi
larutan kaporit sebanyak 7 sampai 10 gram per ton air kondisi dalam
pemeliharaan larva dikatakan siap tebar, jika memenuhi syarat sebagai berikut:

 Ketinggian air : 80-100 ppt


 Kejernihan air : sangat jernih ( kandungan bahan organik rendah)
 Salinitas : 30 – 33 ppt
 Ph : 31c– 32c
 Amonia : -

Sedangkan persiapan air dari pelaksanaan kegiatan yaitu dari persiapan


mbak tandon meliputi, arang, pasir,batu,sebagai filter back tandon distribusi air
ruang modul termasuk bak sarana prasarana secara lengkap yang diikuti oleh
30
salinitas lingkungan kemudian mempersiapkan air sebagai media pemeliharaan di
bak larva.

4.2.2. sumber Dan karakteristik induk

Menurut Choiru 2002 sumber indo udang panam dapat diambil dari hasil
penangkapan dari nelayan, karena induk dari alam ketersediaan pakan nutrisi nya
masih lengkap sehingga dapat memperoleh bener yang baik sedangkan untuk
karakteristik induk udang Vaname ukuran induk beras. kisaran antara 18 sampai
29 cm, warna yang digunakan di atas 1 tahun untuk betina memiliki berat di atas
150 g, dan tidak cacat sedangkan induk jantan memiliki berat di atas 70 gram
kemudian induk yang baru. datang dari alam harus direndam dalam larutan
formalin dengan dosis 1 ml/ 5 liter selama 2 sampai 3 menit.

Sedangkan menurut dari pelaksanaan kegiatan sumber induk udang


Vaname sama-sama dari hasil tangkapan nelayan,di daerah aceh tetapi induk yang
didatangkan hanya pada saat pasang saja yaitu 4 hari berturut-turut menjelang
pasang tinggi. agar dipeluk diperoleh kualitas induk yang berkualitas induk yang
baik sedangkan untuk karakteristik induk udang windu panama yang baik adalah
induk yang berukuran 25 sampai 30 cm, untuk betina ukuran 20 sampai 25 cm,
sedangkan untuk hidup induk jantan di yang digunakan dengan perbandingan 1
banding satu dengan berat 100 gram sampai 150 gram ke warna yang baik untuk
itu undangan ami adalah warna cerah dan hitam kecoklatan induk yang ditangkap
dari alam terlebih dahulu didertemen atau aklimatisasi terhadap suhu dan salinitas
air media tempat pemeliharaan, dengan tujuan agar induk tidak mengalami stres
karena perubahan lingkungan dan kualitas air yang mendadak, induk udang
Vaname akan melepaskan telurnya pada 3,4 malam menjelang subuh induk udang
ditanami dengan ukuran 90 sampai 140 gram. dapat menghasilkan telur rata-rata
500000 butir jumlah telur maksimal yang dapat dihasilkan induk udang van
damme sampai 1000 butir, jika penetasan nya baik maka k1 induk udang windu
dapat menghasilkan 60000 sampai 10000 butir telur yang mendapat menetas
menjadi 400000 sampai 500000 ekor Nopli .

31
4.2.3. proses produksi

A.penebaran induk

Menurut courtland,SMA 1999, penyebaran induk dilakukan dengan cara


mempersiapkan wadah untuk pemeliharaan induk bak pemeliharaan induk
sebelum dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan induk, bak harus diberi
penebaran obat-obatan seperti EDTA dan EL-BAZU fungsi dari penyebaran
EDTA bertujuan untuk men steril kan kaporit yang ada di dalam bak, dan tujuan
dari penyebaran EL – BAZU adalah untuk meningkatkan logam logam yang ada
di dalam bak pemeliharaan larva.

Sedangkan menurut dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan penyebaran


benih dari proses telur , Nopli,zoea,mysis,mpl,post larva,sebelum dimasukkan
benih ke dalam bak pemeliharaan terlebih dahulu penebaran EDTA yang
bertujuan untuk mensterilkan kaporit yang ada di dalam bak, dan menebarkan EL-
BAZU yang bertujuan untuk meningkatkan logam logam yang ada di dalam bak
pemeliharaan larva, setelah itu benih udang diberi pakan buatan seperti zoea,pl
kecil,pl besar,flake, dan flake warna. setelah benih udang memasuki sadia zoea
ini harus diberi pakan alami seperti skeletonema dan artemia.

B. Pemberian pakan

Menurut Afrianto dan liviawati 2005, cara pemberian pakan yang terdiri
dari beberapa jenis misalnya lans mpl dan etop flake keduanya dimasukkan
kedalam sharingan sesuai dengan stadium sharingan dimasukkan ke dalam ember
yang berisi air tawar. setelah itu sharingan tersebut di remes remes sampai pakan
yang ada di dalam saringan tersebut habis, kemudian tambahkan pakan alami
skeletonema secukupnya setelah semua pakan tercampur dengan merata langsung
ditebarkan merata di dalam bak pemeliharaan induk. sedangkan menurut
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemberian pakan harus dengan alat-alat
yang benar-benar bersih tujuannya agar tidak menimbulkan penyakit kepada bak
yang akan diberikan pakan.

Jenis pakan yang akan diberikan kepada bener undang Vaname yaitu :
32
1) Tzu Feng Harvest : cara pemberiannya pakannya masukkan pakan ke
dalam filter beg atau gelas di kucek kucek di dalam ember kemudian
tebarkan pakan yang telah ter sharing secara merata, pakan ini diberikan
pada stadia zoea 1 - post larva.
2) Radiance ultra diet : pakan pengganti artemia dengan hufa tinggi pakan ini
diberikan pada stadia zoea.
3) Bpe eguachl ini juga luar biasa bagus sehingga merangsang selera makan
benur sehingga banyak digunakan sejak fase fase awal.

b. Pemeliharaan larva.

Menurut Jasin,markoeri 1984, udang Vaname akan melepaskan telurnya


pada malam hari sekitar pukul 22.00 malam telur yang dilepaskan akan
mengapung di permukaan air, dan melayang-layang mengikuti pergerakan air
setelah telur-telur telah lepas dari induknya maka induk diangkat dan dipindahkan
ke bak pemeliharaan induk yang telah dipersiapkan,telur-telur udang Vaname
tersebut dibiarkan di tempat konikel sampai menetas menjadi nopli. setelah
keseluruhan telur telur menetas maka Nopli udang van damme dipindahkan ke
bak pemeliharaan larva yang sebelumnya dipersiapkan.

Menurut pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan pemeliharaan larva


yaitu telur telur yang telah dilepaskan telur udang akan mengapung di permukaan
air,dan telur tersebut dibiarkan di dalam bak sampai menetas menjadi Nopli
setelah menjadi nopli barulah dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan larva yang
telah disiapkan.

D. Pengolahan kualitas air

Menurut wyban,James A Sweeney, James N, 1991 pengelolaan kualitas air


sebagai faktor penting dalam operasional pemeliharaan larva pengelolaan kualitas
air perlu dijaga agar tetap dalam kondisi prima kualitas air meliputi aspek fisika
kimia dan biologi suhu optimal yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dan
metamorfosis yaitu bersih kisaran antara 29 sampai 32 c parameter ph berkisar

33
antara 7,5 sampai 8,5 salinitas berkisar antara 29 sampai 34 ppt dan kadar nitrit
0,1 ppm hal ini sesuai dengan ketentuan sni produksi benih udang Vaname.

Sedangkan menurut kegiatan yang telah dilakukan pengelolaan kualitas air


seperti suhu dan salinitas dilakukan tiap pagi jam 08.00 dan sore jam 16.00 subuh
optimal bagi udang Vaname sekitar 25 sampai 30 celcius, sedangkan untuk media
penetasan diperlukan suhu ideal 30 celcius salinitas untuk pembelian udang
Vaname sekitar 28 sampai 32 ppm tergantung dengan kondisi cuaca atau iklim. ph
merupakan indikator kesamaan dan kebahasaan air kisaran ph yang optimal untuk
pertumbuhan undangan ami adalah 6,5 sampai 8,5 dokter la terlarut ke larutan
oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu dan kadar garam konstruksi o2 minimum
4 ppm.

G. Penanggulangan Penyakit

Menurut tinjauan pustaka penanggulangannya penyakit dapat dilakukan


dengan cara salinitas yang tepat terutama pada fase pertumbuhan larva,
menggunakan air yang telah terkontaminasi sebelumnya pergantian air sebanyak
mungkin setiap hari 80 sampai 90% menjaga kualitas air tetap baik memberikan
pakan yang cukup filtrasi penyaringan air secara masinis dengan multiple steering
dan menggunakan mencukupi nutrisi yang baik.

Sedangkan menurut pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan dengan


cara pemberian obat-obatan yang digunakan untuk penanggulangan penyakit pada
udang yaitu :

 Bakteri sp adalah komposisi bakteri ponototroph yang berfungsi untuk


mengurangi gas h2 s ( hidrogen sulfidef ) dan bahan-bahan organik
( decomposer).
 Bio sultion adalah larutan yang mengandung komunitas bakteri baccilus
sp.
 Kaporit produksi khusus untuk tambak udang merupakan senyawa kimia
oksidasi kuat yang efektif disebabkan lingkungan air tambak kaporit
terbentuk tepung power sehingga lebih mudah larut dalam air.

34
4.2.3. Panen

Menurut heruwati,es dan rahyu,s. 1995 , panen adalah hasil akhir dari produksi
untuk bisa menentukan panen juga banyak yang harus diperhatikan.

Langkah-langkah kegiatan permanen dan yaitu :

 Turun air
 Penyeseran benur
 Penampungan benur
 Persiapan media Peking benur
 Sempling benur
 Peking benur udang

Packing benar adalah pengemasan bener untuk distribusi kan kata mbak disebut
packing.

Tetapi dalam menentukan panen bener juga bisa diklasifikasikan gerinda agar
lebih tahu tentang kualitas secara visual dan mikroskop parameter yang ditujukan
secara berikut.

 Panjang benur
 Size variasi
 Luminous bacteria
 Nekrosis
 Endo parasit
 Strees test formalin.

H. Setting Aerasi

Aerasi merupakan alat untuk menyuplai oksigen untuk larva udang vanname,
sehingga dalam proses persiapan pemeliharaan larva, pemasangan aerasi harus
diperhatikan. Jumlah aerasi yang dibutuhkan untuk satu bak pemeliharaan larva
yaitu sebanyak 224 buah aerasi dengan jarak antar aerasi
35
berkisar antara 45-50 cm. Sebelum digunakan, aerasi disterilisasi terlebih dahulu
menggunakan larutan iodin dan formalin 300ppm atau 300mg/l.

I. Pengisian Air

Air yang digunakan dalam pemeliharaan larva udang vanamei adalah air
yang telah di treatment sebelumnya. Air dialirkan dari bak penampungan ke
dalam bak pemeliharaan menggunakan pipa dengan ukuran 3 inch. Setiap pipa
pemasukan diberi filter bag yang berfungsi sebagai penyaringan sebelum air
masuk ke bak. Sanilitas yang digunakan pada media pemeliharaan yaitu 30-
33g/l, suhu 30-34oc, dan pH 7,5-8,5

Sehari sebelum penebaran naupli, media pemeliharaan diberi EDTA


sebanyak 10ppm atau 10mg/l. Hal tersebut bertujuan untuk mengikat kandungan
logam dalam media pemeliharaan larva udang vanamei, selain itu juga
penebaran EDTA diharapkan dapat mempercepat proses mouting pada proses
pemeliharaan larva.

J. Penebaran Naupli

Penebaran naupli dilakukan pada pagi hari, yaitu sekitar pukul 08.30 WIB
dan malam hari, sekitar pukul 23.30 WIB dengan menggunakan ember dengan
volume 10 liter. Naupli yang ditebar merupakan hasil pemijahan induk udang
vanamei yang dilakukan sendiri oleh CV. Manunggal 23.

Penebaran naupli dilakukan dengan cara memasukan ember yang dipakai


untuk transportasi naupli ke dalam bak dan kemudian diisi air secara perlahan
sampai semua naupli keluar dari ember.

K. Pengamatan Kualitas Air

Dalam pengelolaan kualitas air dilakukan monitoring parameter kualitas


air yang dilakukan oleh petugas quality control setiap harinya. Adapun kualitas
air yang diamati adalah suhu, sanilitas, dan pH. Kualitas air media pemeliharaan
larva dapat dilihat di tabel 5.

36
Tabel 5. Kualitas air media pemeliharaan larva

Parameter Hasil Optimal (SNI


Pengukuran 7311-2009)
Suhu (oc) 30-34 29-32

Salinitas (mg/l) 31-33 29-34


pH 8,1-8,4 7,5-8,5

Berdasarkan tabel 5, kualitas air pada pemeliharaan larva udang vanamei


masih dalam kondisi optimal, sesuai dengan pendapat Subaidah dan Pramudjo,
(2008)yang menyatakan bahwa monitoring kualitas air dilakukan setiap hari yaitu
pada pagi hari, parameter air yang dilakukan monitoring rutin adalah suhu
dengan tujuan agar selama masa pemeliharaan proses metabolisme dan
metamorfosis larva lancar yaitu berkisar 29-32ºC. Sedangkan untuk pengecekan
parameter kualitas air selama masa pemeliharaan larva dilakukan pada setiap
pergantian stadia. Parameter pH berkisar pada 7,5-8,5; salinitas berkisar 29-34;
dan kadar nitrit maksimal 0,1 ppm.

Selain pengukuran parameter kualitas air, dilakukan pergantian dan


penambahan air. Pergantian air dilakukan pada stadia mysis1 sampai dengan
stadia PL panen, sebanyak 9-22% dari volume air. hal ini bertujuan unuk
menjaga kualitas air agar tetap dalam kondisi stabil, sedangkan untuk proses
penambahan air dilakukan pada stadia zoea2 sampai mysis1 dan dilakukan
sebanyak 1m3 yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan larva seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan larva udang vanamei.

L. Pemberian Pakan Larva

1. Pakan Alami

Jenis pakan alami yang digunakan di CV. Manunggal 23 yaitu fitoplankton

jenis Thallasiosera dan zooplankton jenis Artemia.

1) Thallasiosera sp.

37
Frekuensi pemberian pakan algae dilakukan sehari sekali, yaitu pada pukul
07.00 WIB atau disesuaikan dengan jumlah kepadatan algae. Kultur algae
dilakukan 3 hari sebelum pemberian algae ke bak pemeliharaan larva udang.
Proses pengkulturan algae terdiri dari tiga tahapan, yaitu kultur skala
laboratorium, semi massal (intermediate) dan kultur massal dengan volume 8m3,
berbentuk persegi panjang dan berbahan dasar beton. Dosis pupuk dan stok
bibit pada kultur pakan alami dapat dilihat pada tabel 6.

Wadah Pupuk Dosis Bibit


Test Tube volume 10 -Sodium silikat 0,3 ml 0,3 ml
ml solution
- Epizym AGP
Erlenmeyer volume - Sodium silikat 0,5 ml 10 ml
500ml solution
- Epizym AGP 0,5 ml
Erlenmeyer volume -Sodium silikat 1 ml 100 ml
1000 ml solution
-Epizym AGP 1 ml
Wadah volume 10 L -Sodium silikat 10 ml 1000 ml
solution
-Epizym AGP 10 ml
Kultur Massal Volume -Sodium silikat 50 ml 100 liter
m3 solution
-EDTA 100 gram
-NPK 200 gram

Pemberian pakan alami fitoplankton dilakukan dengan mendistribusikan


plankton dari bak kultur massal ke bak pemelihaan larva menggunakan pompa
melalui pipa paralon dan kemudian dialirkan ke bak pemeliharaan dengan
selang. sebelum pemberian pakan alami perlu untuk mengetahui jumlah plankton
yang tersisa pada bak pemeliharaan.hal ini bertujuan agar pemberian agar
pemberian pakan alami tidak mengalami kelebihan dan kekurangan plankton

38
didalam bak pemeliharaan larva.kepadatan algae pada media pemeliharaan dapat
dilihat pada tabel 7.

Stadia Pemberi Densitas algae dibak pemeliharaan


an (m3) (sel/ml)
Z1 1 50.000
Z2 1 50.000
Z3 1,5 100.000
M1 1,2 80.000
M2 1,2 80.000
M3 1,2 80.000
Tabel 7.kepadatan algae pada media pemeliharaan larva.

2) Artemia

Pakan artemia mulai diberikan pada larva udang vaname pada saat
memasuki stadia post larva 1 (PL1) hingga PL panen. Pemberian artemia
dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pukul 09.00 dan pada pukul 21.00 WIB.
Kebutuhan artemia dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Kebutuhan artemia untuk larva udang vanamei

No Stadia Kebutuhan Artemia Dalam Satu Kali


Pakan (gram/bak)

1 PL 1 50
2 PL 2 50
3 PL 3 50
4 PL 4 50
5 PL 5 100

6 PL 6 100
7 PL 7 100
8 PL 8 100
9 PL 9 100

39
Sebelum diberikan ke larva udang vanamei, artemia dikultur terlebih
dahulu selama 24 jam di bak kultur artemia berbentuk kerucut, berbahan dasar
Conical Tank dengan volume 750 liter dan berjumlah 4 bak. Semua peralatan
yang digunakan untuk melakukan panen artemia disiapkan terlebih dahulu.
Aerasi yang terpasang diangkat dan permukaan bak ditutup dengan penutup yang
tidak tembus cahaya, sehingga artemia akan berkumpul di dasar bak. Ember
penampungan artemia yang telah dilengkapi seser artemia diletakkan di bawar
pipa pembuangan bak, kran outlet pada bak dibuka sedikit demi sedikit sehingga
artemia yang keluar dapat tertampung sempurna di dalam seser, artemia yang
berada di seser kemudian dibilas dengan air laut yang bersih sebelum diberikan ke
larva udang vannamei.

2. Pakan Buatan

Pakan buatan diberikan pada saat larva udang vanamei sudah memasuki
stadia zoea1 sampai dengan stadia PL panen. Jenis pakan yang diberikan berupa
pakan dalam bentuk bubuk. Pakan diberikan sebanyak 8 kali dalam sehari, yaitu
pada pukul 07.00; 10.00; 13.00; 16.00; 22.00; 01.00; dan pukul 04.00. adapun
program pakan buatan dapat dilihat pada Lampiran1.

Ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat
dan tepat, sehingga larva udang tidak mengalami kekurangan pakan (underfeeding
) ataupun kelebihan pakan (overfeeding) . Kekurangan pakan dapat
mengakibatkan pertumbuhan larva udang menjadi lambat, ukuran larva tidak
seragam, dan dapat menimbulkan sifat kanibalisme pada larva udang.
Sebaliknya kelebihan pakan pada larva udang dapat mencemari media
pemeliharaan udang yang dapat menyebabkan kualitas air menurun, sehingga
larva udang mudah stress dan dapat mengakibatkan pertumbuhan udang
terhambat. Tujuan dari pemberian pakan buatan yaitu untuk menjaga nutrisi agar
tetap tercukupi saat melakukan pemeliharaan larva.

40
M. Monitoring Perkembangan Larva

Monitoring perkembangan larva sangan penting dilakukan untuk


mengontrol perkembangan stadia larva yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
larva, melihat pertumbuhan larva, dan mengetahui populasi dalam bak.
Pengamatan pertumbuhan larva dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara
visual dan mikroskopis. Sedangkan untuk mengetahui populasi dalam suatu bak,
maka dilakukan sampling harian.

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Dengan pengambilan dari alam maka dapat memindahkan biaya
pemeliharaan induk dan hasil diperoleh dengan memanfaatkan induk
dari alam tidak jauh berbeda dengan induk hasil budidaya.
 Pengurus asian sumber daya pengarahan dan pengawasan berperan
dalam proses pemberian udang peranan manajemen terlihat dari
perbedaan antara perlakuan dan periode produksi perbedaan produksi
bener udang ini dinyatakan disebabkan oleh perilaku dan produksi
tersebut.
 Dengan pengorganisasian sumber daya tenaga ahli induk udang
peralatan yang baik maka dapat dihasilkan angka kehidupan bener yang
tinggi sebaliknya bila sumber daya tersebut bila diorganisasikan kurang
baik maka nilai kehidupan sumber bener yang didapatkan akan
semakin lebih sedikit.
 Penyerahan input dengan pengawasan pertumbuhan bener udang bila
dilakukan dengan baik maka hasil bener yang diperoleh akan tinggi
sebaliknya bila dilakukan kurang baik maka jumlah bener yang
diperoleh akan lebih rendah.
5.2 Saran
 Untuk meningkatkan pencapaian jumlah beni yang dihasilkan dalam
pemberian maka yang diperlukan dilakukan adalah pengolahan kualitas
air dan manajemen pemberian pakan.
 Alat-alat yang digunakan dalam proses budidaya pembenihan harus
betul-betul bersih dan tidak terinfeksi organisasi lain yang akan
menimbulkan penyakit bagi kehidupan larva udang tersebut.
 Kadar pelepasan yang tinggal mengalahkan jang kill penyakit
 Perlunya untuk dibuat buku panduan dalam pelaksanaan praktek
lapangan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Duronselt, M, A, I. Yudin ,R.S. Wheller And W.H. Clark,JR.1975.

Departemen pertanian republik Indonesia,Bramono .1994.

Dalam kumpulan keliping udang II.trubus. caillout, C.W.,1974.

http : /// www.Dmr.state,ms,Us/Dmr.Css ( tanggal akses : 28 Oktober 2008),

j.india fish. Assoc.Bombay, 3-4 ( 1-2) : 136-138 Hanadi,S.1994.

Kanisius. Yogyakarta.jasin,maskoeri,1984.

Proc,world marine culture.SCO. 6 :105-122 Hameed,A,K. And D.N.


Dewivedi,1977,

Pusat peralatan Dan pelayanan teknik budidaya udang Vaname CV.prima


Aquacop,1975.

69 : 235-262.choirul 2002. Budidaya udang Vaname,

Universitas sayakula Banda Aceh ( tidak dipublikasikan) Courtland,SMA,1999,

43

Anda mungkin juga menyukai