Anda di halaman 1dari 17

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ikan merupakan salah satu faktor penghambat yang signifikan dalam

proses perikanan budidayakegiatan akuakultur khususnya dalam budidaya udang

kaki putih dan perdagangan, dan sampai saat ini penyakit selalu menjadi faktor

pembatas dalam budidaya sub-sektor perikanan. Kualitas air pada media menjadi

salah satu parameter yang sangat penting dalam budidaya dalam menghambat

penyebaran penyakit. Secara langsung salah satu dampak yang ditimbulkan dari

adanya penyakit dalam proses budidaya yaitu terjadinya penuruanan ekonomi

(Gustriana, 2008 dalam Hernawati rina, 2018).

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu komoditas

perikanan ekonomis penting. Sebab peluang usaha budidaya udang vaname

hampir sama dengan peluang usaha udang jenis lainnya, karena pada dasarnya

udang merupakan komoditi ekspor andalan pemerintah dalam menggait devisa

negara (Amri dan Kanna, 2008 dalam Yustianti dkk, 2013).

Kualitas media pemeliharaan dan populasi pathogen merupakan faktor penting

yang perlu diperhatikan dalam menentukan keberhasilan budidaya udang. Kadar

total amoniak serta bahan organik yang berlebih dalam media pemeliharaan

adalah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi udang

(Arifin dkk, 2007 dalam Yudiati dkk, 2010).

Pengendalian kualitas air dalam budidaya udang dapat dilakukan secara

biologis melalui pengaplikasian probiotik (Yudiati dkk, 2010). Probiotik adalah


kultur tunggal dari mikroba yang bermanfaat bagi kesehatan inangnya atau

organisme lain, sehingga memiliki kemampuan dalam mempertahanlkan kualitas

air dan mengahambat pertumbuhan pathogen guna menciptkan sistem budidaya

udang yang berkelanjutan (Khazani, 2007 dalam Fernando Erick, 2016).

1.2 Tujuan

Praktikum mata kuliah Manajemen Kesehatan Ikan menegnai pemberian

probiotik dengan dosis berbeda dalam media pemeliharaan udang vannameini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik melalui media

pemeliharaan dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan

udang vannamei.

1.3 Manfaat

Praktiukm ini diharapkan dapat memberikan informasi serta pengetahuan agar

dapat menambah wawasan bagi pembaca.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Udang udang Vannamei vannamei (Litopenaeus vannamei)

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi udang vannamei (Litopenaeus vannamei)

Adapun klasifikasi udang vannamei menurut (Effendi, 1997 dalam

Wulandari, 2020). yaitu sebagai berikut: Kingdom: Animalia, Subkingdom:

Metazoa, Filum: Athropoda, Subfilum: Crustacea, Kelas: Malacostraca, Subkelas:

Eumalacostraca, Ordo: Decapoda, Subordo: Dendrobrachiata, Famili: Penaeidae,

Genus: Penaeus, Spesies: Litopenaeus vannamei (Wulandari, 2020).

Gambar 2-1 Udang vannamei (Litopenaeus vannamei)


(Sumber: Akbaidar, 2013 dalam Wulandari A, 2020)

Morfologi dari udang dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian

cepalothorax merupakan bagian kepala dan dada serta bagian abdomen

merupakan bagian perut. Carapace adalah kulit chitin yang tebal berfungsi

sebagai pelindung dari cepalothorax. Antenula, antena, mandibula, dan sepasang

maxillae merupakan bagian dari kepala udang vannamei. Kepala udang vannamei

dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod), periopod terdiri dari 2 pasang

maxillae dan 3 pasang maxilliped. Perut udang vannamei terdapat ruasan


berjumblah 6 bagian dan juga 5 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang

uropod yang berbentuk kipas kipas (Elovaara, 2001 dalam Wulandari, 2020).

2.1.2. Siklus hidup udang vannamei (Litopenaeus vannamei)

Udang vannamei (Litopenaeus vennamei) merupakan hewan catadroma

yang mana ketika dewasa hewan ini bertelur di laut lepas yang bersalinitas tinggi,

kemudian setelah matang gonad udang vannamei akan melakukan perkawinan di

laut yang kedalamnya sekitar 70 meter, pada suhu air 26-28 oc dan salinitas 35 ppt.

Telur-telur yang berhasil terbuahi akan menyebar dalam air dan menetas menjadi

nauplius di laut lepas dan bersifat zooplankton (Farionita, 2018).

Dalam peroses migrasi ke arah estuaria, larva udang vennamei mengalami

beberapa tahap metamorfosa. Diwilayah estuari yang subur dengan pakan alamia,

larva udang vannamei berkembang cepat sampai stadia juvenil dimana telah

terbentuk alat kelaminnya, namun tetapi tidak dapat matang telur karena masih

berada pada salinitas rendah sehingga udang akan melakukan migrasi kembali ke

tengah laut yang bersalinitas tinggi tempat udang tersebut masuk ke stadia

dewasa, dapat matang gonad, kawin serta bertelur (Farionita, 2018).

2.1.3. Habitat dan penyebaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei)

Udang vaname adalah jenis udang laut yang habitat aslinya didaerah dasar

dengan kedalaman 72 meter. Habitat udang vaname berbeda-beda tergantung dari

jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkat dalam daur hidupnya.

Umumnya udang vaname bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut.

Habitat yang disukai oleh udang vaname adalah dasar laut yang biasanya

campuran lumpur dan pasir (Haliman dan Adijaya, 2006 dalam Tobing, 2019)
Daerah penyebaran alami udang vannamei (Litopenaeus vennamei) ialah

pantai lautan pasifik sebelah barat Mexico, Amerika Tengan dan Amerika Selatan

dimana suhu air laut sekitar 200oC sepanjang tahun. Sekarang udang vannamei

karena diperkenal diberbagai belahan dunia karena sifatnya yang relatif

dibudidayakan termasuk Indonesia (Farionita, 2018).

2.1.4. Pakan dan kebiasaan makan udang vannamei (Litopenaeus vannamei)

Teknik budidaya udang secara intensif merupakan budidaya dengan tingkat

padat tebar yang tinggi serta pemberian pakan yang kseleuruhannya menggunakan

pakan buatan (Allsopp et al, 2008 dalam Tobing, 2019). Udang merupakan salah

satu jenis hewan nocturnal yang aktiv mencari makan pda malam hari (Toro dan

Soegiarto, 1979 dalam Zamri, 2015).

Pakan yang dikonsumsi udang akan diolah kemudia diserap oleh tubuh

yang berfungsi sebagai sumber energi agar dapat beraktivitas sebagaiamana

mestinya seperti bergeraak dan bereproduksi. Kandungan nutrisis pada pakan

berfungsi membangun jaringan dan daging sehingga menjadi pertumbuhan

(Wulandari, 2016).

2.1.5. Pertumbuhan udang vananmei (Litopenaeus vannamei)

Proses fisiologis dan tingkah laku udang terhadap ruang gerakanya sangat

dipengaruhi oleh tingkat padat tebar. Hal tersebut menyebabkan terjadinya

penurunan kondisi kesehatan dan fisiologis udang sehingga pemanfaatan pakan,

pertumbuhan, serta sintasan mengalami penurunan (Handajani dan Hastuti 2002

dalam Tobing, 2019).


Pertumbuhan pada organisme akan terjadi bila jumlah makanan yang

dikonsumsi melebihi dari pada keperluan untuk mempertahankan hidup. Pada

jenis crustacea pertumbuhan merupakan proses pertambahan panjang dan berat

yang terjadi secara bertahap, dimana proses ini sangat dipengaruhi oleh frekuansi

molting atau ganti kulit(Tobing, 2019)

Pasca molting udang akan menyerap air untuk menggembungkan tubuhnya

dan mengeraskan kulitnya sampai ganti kulit berikutnya udang tidak berubah

bentuknya kecuali bobotnya, pada keadaan salinitas yang tinggi proses

penyerapan garam dan pengeluaran air terjadi lebih intensif, pengerasan kulit

terjadi lebih sempurna karena chitin kurang larut dalam air garam. Energi yang

kurang tersedia dibarengi kulit yang lebih keras mengakibatkan udang biasanya

gagal ganti kulit akibatnya udang tumbuh lebih lambat pada air yang bersalinitas

tinggi (Tobing, 2019)

2.1.6. Sintasan udang vannamei (Litopenaeus vannamei)

Kelangsungan hidup (sSintasan) yaitu perbandingan antara jumlah individu

yang hidup pada akhir periode pemeliharaan dan jumlah individu yang hidup pada

awal periode pemeliharaan dalam populasi yang sama. Faktor biotik dan abiotic

seperti adanya competitor, tingkat padat tebar, pathogen, umur, kemampuan

beradaptasi serta penanganan manusia merupakan factor-faktor yang

mempengaruhi tingginya prersentase kelangsungan hidup (Effendie, 2003 dalam

Tobing, 2019).

2.2. Probiotik
2.2.1. Pengertian Probiotik

Probiotik merupakan kumpulan mikroorganisme dan substansi yang

memiliki peran dalam menyeimbangkan mikroba yang terdapat dalam saluran

pencernaan. Probiotik telah banyak diketahui memiliki kemampuan antimikroba

dan antigen penyebab penyakit serta penghasil antibiotik alami, oleh karenanya

penggunaan probiotik ini dapat meningkatkan imunitas tubuh hewan dan juga

membantu dalam penyerapan nutrisi ke dalam tubuh hewan melalui

kemampuannya memproses senyawa–senyawa kompleks menjadi senyawa yang

lebih sederhana (Basir buana, 2013)

2.2.2. Jenis-jenis mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik

Beragam jenis bakteri namun tidak semua bakteri dapat digunakan sebagai

probiotik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu bakteri agar dapat

dijadikan sebagai probiotik, diantaranya punya aktivitas antimikroba dan anti

karsinogenik, mampu berkoloni dalam saluran pencernaan serta mampu

meningkatkan penyerapan usus. Beberapa jenis bakteri yang sering digunakan

sebagai probiotik adalah Bifidobacterium brevis, B. infantis, B. longu,

Lactobacillus acidopholus, L. bulgaricus, L. plantarum, L. rhammnosus, L. casei,

dan Streptococcus thermophilus (Waspodo, 2001 dalam kusuma dkk, 2012).

Dalam saluran pencernaan hewan akuatik terdapat bakteri-bakteri yang

memiliki peran yang baik diantaranya yaitu, bakteri pada genus Bacillus,

Bifidobacteri, Pseudomonas, Lactobacillus dan Micrococcus telah terbukti

sebagai bakteri yang menguntungkan dan dapat hidup berasosiasi sebagai flora
normal pada organisme, baik di dalam maupun di luar tubuh (Feliatra et al., 2004

dalam Rahmawan dkk, 2014).

2.2.3. Jenis-jenis Probiotik komersil

Probiotik komersil dalam akuakultur yang telah digunakan salah satunya

yaitu Effective Microorganisme-4 (EM4) (Rachmawati dkk, 2006 dalam Samuel

dkk, 2007), Starbact (Sakinah, 2013 dalam Sumule dkk, 2017)

2.2.4. Cara kerja (mode of action) probiotik

Bakteri probiotik menghasilakn menghasilkan enzim yang dapat mengurai

senyawa kompleks menjadi sederhana, sehingga siap untuk diaplikasikan (Wang

et al. 2008 ; Ahmadi, 2012 dalam Kurniawan). Dalam meningkatkan nutrisi

pakan, bakteri yang terdapat pada probiotik memiliki mekanisme dalam usus

dengan melepas beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amilase, lipase

dan protease. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien pakan

(molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, lemak dan protein menjadi

molekul yang lebih sederhana sehingga dapat memudahkan proses pencernaan

dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan (Putra, 2010 dalam Kurniawan

dkk, 2016).

2.2.5. Aplikasi probiotik dalam akuakultur

Probiotik dalam akuakultur lebih dikenal sebagai bakteri yang mampu

memperbaiki kualitas air, mampu meningkatkan daya tahan tubuh ikan serta

mampu meningkatkan pertumbuhan pada ikan (Verstraete et al. 2000 ; Hapsari

2009 dalam Suminti dan Ccilmawati, 2015). Beberapa hasil penelitian dilaporkan

bahwa isolasi bakteri dari kultur microalgae sebagai bakteri probiotik mampu
meningkatkan hasil kultur sel diatom, Chaetoceros gracilis (Suminto dan

Hirayama, 1996 dalam cilmawati, 2015). Isolasi 4 (empat) bakteri probiotik dari

usus udang dapat meningkatkan pertumbuha, daya cernak dan FCR udang

vaname, kultur masal sel bakteri probiotik dapat dilakukan dengan menggunakan

media dari prebiotik, mollase (Suminto, 2008 dalam cilmawati, 2015).


BAB 3. MATERI DAN METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum manajemen Kesehatan organisme akuakultur ini di laksanakan

mulai tanggal 01 november 2021 sampai 09 desember 2021 dan bertempat di

laboratorium kualitas air, jurusan perikanan dan kelautan, Ffakultas Ppeternakan

dan Pperikanan, Uuniversitas Ttadulako, Ppalu.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Organisme Uji

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) diperoleh dari salah satu

pembudidaya yang berada di Desa Torue, Kec Tolai, Kab Parigi Moutong,

Sulawesi Tengah. Udang yang digunakan berukuran 1-3 cm dengan kisaran bobot

0.093 – 0.135 g. Pengepakan udang dilakukan dengan menggunakan kantong

plastik yang berisi air kemudian diberi oksigen. Transportasi udang dari Parigi ke

Laboratorium kualitas air, Universitas Tadulako diangkut menggunakan motor.

Sebelum udang ditebar pada wadah penampungan, dilakukan aklimatisasi dengan

meletakkan plastik pada wadah penampungan kemudian air dimasukkan pada

plastik secara perlahan sampai udang keluar dengan sendirinya.


3.2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktek ini dapat dilihat pada tabel 3-1
Tabel 3-1. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan

No Alat Kegunaan
1 Ember wadah pemeliharaan udang
2 Blower Penyuplai oksigen
3 Timbangan analitik Mengukur bobot udang dan pakan
4 Seser (scop net) Mengambil udang
5 Ember Sebagai wadah mengangkat air
6 Mikropipet Mengukur volume probiotik
Sebagai instalasi penyuplai oksigen
7 Pipa dari blower dan selang menuju wadah
budidaya

3.2.3 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktek ini dapat dilihat pada table 3-2

Tabel 3-2. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan

No Bahan Kegunaan
1 Udang vannamei Organisme uji
2 Air laut Media pemeliharaan
3 Probiotik BSM Bahan uji
4 Pakan pelet Makanan bagi organisme uji

3.3 Metode Praktek

3.3.1 Pemeliharaan organisme uji

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) ditebar pada masing-masing

wadah pemeliharaan berjumlah 20 ekor. Pemberian pakan 10% /berat biomassa

dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada jam 07.00, 12.00, dan 17.00.

Probiotik diberikan pada hari ke-4 setelah udang dimasukkan ke dalam wadah

pemeliharaan dan diberikan 4 hari sekali sesuai dengan masing-masing perlakuan.


3.3.2 Metode Percobaan

Jenis probiotik yang digunakan yaitu probiotik Probiotik Boster sel multi

(BSM). Probiotik BSM dapat dilihat pada gambar 3-2.

Gambar 3-2. Probiotik BSM

Percobaan didesain dalam rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan 4

perlakuan dengan 4 1 ulangan dan 2 wadah terkontrol, sehingga banyaknya satuan

percobaan adalah 102 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah probiotik

dengan dosis yang berbeda pada media pemeliharaan. Dosis probiotik yang

digunakan dalam media pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 3-2

Tabel 3-2. Dosis probiotik yang digunakan dalam media pemeliharaan udang
kaki putih (Litopenaeus vannamei) pada masing-masing perlakuan.
Perlakuan Dosis
A 0 Ml BSM /20 L air media (kontrol)
B 0,25 mL BSM/20 L air media
C 0,25 mL BSM/20 L air media
D 0.38 mL BSM/20 L air media
E 0.5 mL BSM/20 L air media
3.4 Variabel Percobaan

3.4.1 Pertumbuhan mutlak

Pertumbuhan mutlak udang vannamei dapat dihitung dengan persamaan

(Effendie, 1997 dalam Sumule, 2016) sebagai berikut:

W= Wt - Wo

Keterangan:

W = Pertumbuhan mutlak (g)

Wt = Rata-rata bobot biomassa pada akhir percobaan (g)

Wo = Rata-rata bobot biomassa pada awal percobaan (g)

3.4.2 Sintasan

Sintasan atau kelangsungan hidup udang vannamei dapat dihitung dengan

persamaan (Effendie, 1997 dalam Sumule, 2016) sebagai berikut:

Nt
S= × 100%
N0

Keterangan:

S = Tingkat kelangsungan hidup (%);

Nt = Jumlah organisme uji pada akhir percobaan (ekor);

N0 = Jumlah organisme uji pada awal percobaan (ekor).


3.4.3 Kualitas air

Variabel kualitas air yang diamati terdiri dari suhu, pH, dan oksigen terlarut
dapat dilihat pada tabel 3-3.

Tabel 3-3. Variabel kualitas air yang diamati selama percobaan

Nomor Kualitas Air Alat/Metode Waktu Pengukuran


Setiap hari
1 Suhu (oC) Termometer (00.07,12.00 dan
17.00)
Awal dan akhir
2 Salinitas (ppt) Refractometer
pemeliharaan (00.07)
Setiap hari
3 pH pH Meter (00.07,12.00 dan
17.00)
Awal dan akhir
4 Oksigen terlarut (mg/L) DO Meter
pemeliharaan (00.07)

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk table dan grafik dengan
menggunakan Microsoft Office Excel 2019 dan dianalisis secara deskriptif.

MANA HASIL DAN


PEMBAHASANMU ???
DAFTAR PUSTAKA

Basir Buana, 2013. Kinerja Probiotik Lactococcus lactis Dalam Saluran


Pencernaan Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Dengan Pemberian
Pakan Yang Disuplemen Prebiotik Kacang Hijau. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar
Burhanuddin , Wahyu Farhanah Wahyu dan Suratma, 2016. Aplikasi Probiotik
Dengan Kossentrasi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Udang
Vannamei (Litopenaeus Vannamei). Volume 5 Nomor 1, Juni 2016.
Farionita Inge Mayusi, 2018. Anal Isis Kompr Atif Usah Abudidaya Udang Vana
Me Tambak Tradi Sional Dengan Tambak Intensif Di Kabupaten
Situbondo. 2018. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Fernando Erick, 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei). Skripsi. Program Studi S1 Biologi dan
Departemen Biologi Fakultas Sain dan Teknologi. Universitas Airlangga
Surabaya.
Hernawati Rina, 2018. Efektivitas Penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik
(CKBI) Untuk Pengendalian Penyakit Ikan Hias. Tesis. Program
Pascasarjana. Universitas Terbuka Jakarta.
Kurniawan Lukman Arif, Arief Muhammad , Manan A , dan Nindarwi D. D,
2016. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan Terhadap
Retensi Protein Dan Retensi Lemak Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei). Journal of Aquaculture and Fish Health . Vol 6 No.1
Nadhif Muhammad, 2016. Pengaruh Pemberian Probiotik pada Pakan Dalam
Berbagai Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Program Studi S1 Biologi
dan Departemen Biologi Fakultas Sain dan Teknologi. Universitas
Airlangga Surabaya.
Rahmawan Mohamad Elvino Andi, Suminto , Herawati V. E, 2014. Penggunaan
Bakteri Kandidat Probiotik Pada Pakan Buatan Terhadap Efisiensi
Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and
Technology . Vol: 3, No: 4
Suminto dan Chilmawati Diana, 2015. Pengaruh Probiotik Komersial Pada Pakan
Buatan Terhadap Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Dan
Kelulushidupan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) D35-D75.
Jurnal Saintek Perikanan. Vol.11 No.1
Tobing S.Walsen P.L, 2019. Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Udang Vaname
Litopenaeus vanname (BOONE, 1931) Pada Salinitas 5 Ppt Dengan
Kepadatan Berbeda. Skripsi. Jurusan Perikanan Dan Kelautan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung.
Wulandari Anita, 2020. Estimasi Beban Limbah Nutrien Terhadap Daya Dukung
Lingkungan Untuk Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei)
Semi Intensif Di Desa Banjar Kemuning. Skripsi. Program Studi Ilmu
Kelautan Fakultas Sains Dan Teknologi Universtas Islam Negri Sunan
Ampel Surabaya.
Yudiati Ervia, Arifin Zaenal dan Riniatsih I, 2010. Pengaruh Aplikasi Probiotik
Terhadap Laju Sintasan dan Pertumbuhan Tokolan Udang Vanamei
(Litopeneus vannamei), Populasi Bakteri Vibrio, serta Kandungan
Amoniak dan Bahan Organik Media Budidaya. Jurusan Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan-Universitas Diponegoro Kampus
Tembalang. Vol. 15 (3).
Yustianti , Ibrahim M. N dan Ruslaini, 2013. Pertumbuhan dan Sintasan Larva
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Melalui Substitusi Tepung Ikan
dengan Tepung Usus Ayam. Jurnal Mina Laut Indonesia. Vol. 01 No.
01

Anda mungkin juga menyukai