5budidaya. Padat penebaran dan dosis pakan yang tinggi menyebabkan penurunan
6kualitas air dan berdampak pada akumulasi buangan metabolit dan sisa pakan
7(Sidik et al., 2002) yang tidak termakan dan mengendap di dasar kolam sehingga
9amonium (NH4+) tidak beracun, tetapi amonia tidak terionisasi (NH3) beracun bagi
10ikan (Downing & Merkens, 1955; Boyd, 1981 dalam Pillay, 2004). Kadar toksik
11NH3, untuk paparan jangka pendek biasanya berkisar antara 0,6 dan 2,0 mg/L
12(EIFAC, 1973 dalam Pillay, 2004). Menurut Masser et al. (1999), umumnya
13untuk mempertahankan kualitas air yang baik, volume air yang kaya nitrogen
14diganti dengan air baru sebanyak 5-10% setiap hari. Tetapi, Hu et al. (2015)
15menjelaskan bahwa hal tersebut hanya akan meningkatkan konsumsi air, dan air
18akar tanaman (Widyastuti, 2008 dalam Dauhan et al., 2014) dan mengubah
19amonia menjadi nitrat melalui proses oksidasi (Hu et al., 2015). Tanaman dapat
25ekonomis, misal bayam merah, bayam hijau, selada, dan kangkung (Ratanannda,
262011). Menurut Perdana et al. (2015), tanaman kangkung dapat menyerap amonia
27sebanyak 0,387 mg/L per minggu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Endut et al.
29dan nitrit melebihi 50% pada sistem resirkulasi akuaponik yang menggunakan
32al., 2014).
34toleransi yang baik terhadap kondisi air yang berfluktuasi dan banyak
35diadaptasikan pada sistem resirkulasi, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi
37untuk menilai efektivitas sistem akuaponik dalam mereduksi kadar amonia pada
38budidaya ikan nila, sehingga dapat mengurangi jumlah kadar amonia yang dapat
40
411.2 Tujuan penelitian
44berbeda dalam menyerap amonia pada budidaya ikan nila (Orechromis niloticus).
45
3
50hidup ikan yang dibudidaya. Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan secara
53
541.4 Hipotesis
56pada sistem akuaponik dalam mereduksi amonia pada budidaya ikan nila
57(Oreochromis niloticus).
58 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
61 Nama 'Tilapia' berasal dari kata suku pedalaman (Bushman) Afrika yang
62berarti 'ikan' (Trewavas, 1982). Tilapia mewakili sejumlah besar spesies ikan air
63tawar di dalam keluarga Cichlidae (Sayed, 2006). Menurut Kaufman dan Liem
64(1982) dalam Sayed (2006), keluarga Cichlidae adalah satu dari empat keluarga
66subordo Labroidei.
68terus menerus. Hal ini terutama karena kesamaan dan tumpang tindih karakteristik
69morfologi mereka, dan juga karena fakta bahwa banyak spesies tilapia mengalami
70hibridisasi secara alami (Sayed, 2006). Pada awal tahun 1980an, dua klasifikasi
71ikan tilapia alternatif lainnya diajukan oleh Trewavas (Fishelson & Yaron, 1983
752. Klasifikasi kedua hanya mencakup satu genus yaitu Tilapia, dengan tujuh
79menghilangkan atau mengatasi kebingungan yang ada saat ini. Oleh karena itu,
5
80banyak ahli taksonomi dan peneliti masih lebih suka menggunakan klasifikasi
81lama untuk semua spesies ikan tilapia (Sayed, 2006). Secara umum klasifikasi
82ikan nila menurut Nelson dalam Ningrum (2012) adalah filum Chordata, sub
83filum Vertebrata, kelas Osteichtyes, ordo Perciformes, sub ordo Percoidei, family
85 Dorsal Spines
86 Caudal Spines
87
Pectoral Spines
88
Anal Spinies
89
90
91 Pelvic Spines
92
93Gambar 2-1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (dimodifikasi dari Popma &
94 Masser, 1999 dan Sayed, 2006)
95
96 Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang dapat memiliki panjang
97mencapai 30 cm. Ciri khusus pada ikan nila adalah adanya garis vertikal berwarna
98gelap pada sirip ekor sebanyak 6 buah. Pada sirip punggung dan dubur juga
99terdapat garis tersebut (Suyanto, 1994 dalam Ningrum, 2012). Ikan nila
100mempunyai sirip dorsal yang terdiri dari 15 tulang keras dan 10 tulang lunak, sirip
101ekor terdiri dari 2 tulang keras dan 15 tulang lunak, sirip ventral terdiri dari 1
6
102tulang keras dan 16 tulang lunak. Ikan nila juga mempunyai 2 lubang hidung dan
103mulut mengarah ke atas (Kottelat dan Whitten, 1993 dalam Ningrum, 2012).
105 Tilapias adalah kelompok ikan air tawar yang berasal dari Afrika (tidak
106termasuk Madagaskar) dan dari Palestina (Lembah Yordan dan sungai pesisir).
107Pada habitat aslinya tilapia terbiasa hidup pada kondisi perairan yang berbeda-
108beda seperti, sungai permanen, sungai temporal (musiman), sungai dengan arus
109yang cepat, sungai tropis dan sub tropis (Philippart & Ruwet, 1982). Tilapia
110hampir ditemukan di seluruh Afrika, kecuali Pegunungan Atlas utara dan Afrika
111barat daya (McAndrew, 2000). Selain di Afrika, tilapia juga tersebar luas di
112Amerika Selatan dan Tengah, India bagian selatan, Sri Lanka dan Danau
116Sungai Nil dan Danau Rift pertama. Sementara itu, genus Oreochromis menyebar
117secara luas di danau dan sungai Rift Valley dan sungai-sungai yang mengalir ke
120O. niloticus menyebar ke arah timur Lembah Rift Etiopia dan telah bergerak ke
121selatan, menginvasi semua danau Rift barat (Danau Albert, Danau George, Danau
122Edward, Danau Kivu dan Danau Tanganyika) dan Danau Turkana di Lembah Rift
123timur. Spesies ini juga menyebar di Afrika tengah dan barat, melalui cekungan
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139 Gambar 2-2. Introduksi tilapias (enam spesies utama) di luar Afrika (Philippart dan Ruwet, 1982)
140Chad dan Niger (Sayed, 2006). Tilapia telah diintroduksi ke berbagai negara di
141Asia, Eropa, Amerika, Australia dan Oceania. Penyebaran pertama nila di luar
144tertangkap di Sungai Serang (Atz, 1954 dalam Sayed, 2006). Spesies tersebut
146Spesies tilapia lain yang sangat penting secara ekonomi, seperti O. niloticus,
148diperkenalkan ke berbagai negara (Welcomme, 1988; Tan dan Tong, 1989 dalam
149Sayed, 2006).
150 Menurut Sayed (2006), introduksi tilapia baik di dalam maupun di luar
159danau, waduk, sungai, bakau dan laguna dangkal di berbagai pulau di Pasifik
161 Banyak kasus lainnya, introduksi spesies asing tidak berhasil, atau telah
162berhasil namun menimbulkan dampak ekologis negatif yang luar biasa, mulai dari
9
166O. niloticus berhasil, namun hibridisasi O. niloticus dengan dua spesies tilapia
168
1692.1.3 Pakan dan kebiasaan makan
171beberapa makrofita air, avertebrata air berupa plankton dan bentos, larva ikan,
172detritus, dan bahan organik yang membusuk (Popma & Masser, 1999). Selama
173tahap larva, benih dan awal juvenil, pakan tilapia adalah invertebrata terutama
175yang sering dikonsumsi pada tahap larva awal dari beberapa spesies ikan tilapia.
178periphyton dan detritus. Spesies ini dapat secara efisien menelan sumber makanan
180bahwa tilapia yang mencari makan di zona pantai sering memakan alga, detritus
181dan bakteri, yang tidak dapat dibedakan dari bahan (material) yang menempel
182pada makrofita.
183 Ikan tilapia memiliki perut yang kecil dan perilaku makan yang terus-
184menerus, sehingga frekuensi pemberian pakan yang lebih sering akan sesuai untuk
185mereka. Jumlah dan frekuensi pemberian pakan pada ikan tilapia menurun seiring
186bertambahnya ukuran ikan. Selama fase larva, ikan membutuhkan pakan sekitar
10
18720-30% dari berat tubuh, yang dibagi dalam enam sampai delapan kali pemberian
188pakan. Benih ikan membutuhkan pakan sekitar 3-4% per berat badan yang
189diberikan tiga sampai empat kali sehari (Sayed, 2006). Tilapia budidaya dapat
191terhadap pakan yang diberikan dipengaruhi oleh ukuran, padat tebar, sistem
192budidaya dan ketersediaan pakan alami. Sebagai contoh, benih dan juvenil ikan
193nila (O. niloticus) yang dipelihara pada keramba jaring apung lebih merespon
194pakan yang dihaluskan dari pada pellet, sementara ikan yang lebih besar tumbuh
195lebih baik dengan pakan pellet (Guererro, 1980 dalam Sayed, 2006). Nila juga
196bisa mengonsumsi pelet mengambang dan tenggelam dengan sangat efisien. Pola
197makan dan efisiensi penggunaan pakan oleh ikan tilapia dapat mengalami
198perubahan secara diurnal dan musiman. Umumnya, nila makan secara intensif
199pada pagi hari dan sore hari, dan mengurangi makan pada siang dan malam hari
200(Sayed, 2006).
204bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
206berfungsi membangun molekul dan jaringan baru dan katabolisme yang berfungsi
207memecahkan molekul dan sel yang rusak (Enberg et al, 2008). Ada beberapa
208faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, yaitu faktor eksternal dan faktor
210dan fisika air, bahan buangan metabolik dan ketersediaan pakan. Faktor internal
212memanfaatkan makanan (Herper dan Prugnin, 1984; Huet, 1972 dalam Ningrum,
2132012).
214 Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu
215kualitas air, ikan budidaya dapat tumbuh pada kepadatan yang tinggi dengan
222 Penelitian yang dilakukan oleh Putra et al. (2011) menunjukkan bahwa
225menjadi 3,16%/hari dan kelangsungan hidup dari 70,67% menjadi 88%. Hasil
228dibanding dengan pertumbuhan ikan nila pada sistem resirkulasi tanpa akuaponik
230 Kelangsungan hidup merupakan jumlah persentase ikan yang hidup dari
231jumlah keseluruhan ikan yang dipelihara dalam suatu wadah (Effendie, 1978
232dalam Ningrum, 2012). Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor
12
233antara lain pakan, predator, parasit, kondisi abiotik dan penangkapan (Nikolsky,
2341969 dalam Ningrum, 2012). Pada sistem akuaponik kelangsungan hidup ikan
236resirkulasi tanpa akuaponik yang hanya sebesar 92,50% (Marlina & Rakhmawati,
2372016)
247dapat dikurangi) (Klinger & Naylor, 2012). Meminimalkan pertukaran air akan
250mikronutrien (Fe, Cl, Mn, B, Zn, Cu dan Mo) untuk pertumbuhannya. Pada sistem
251hidroponik proporsi unsur-unsur ini terdistribusi dengan baik (Resh, 2012 dalam
252Goddek et al., 2015), dan ditambahkan ke media hidroponik dalam bentuk ion
253kecuali C, H, dan O, yang tersedia dari udara dan air. Pada sistem akuaponik,
254masukan hara bagi tanaman berasal dari tangki ikan yang mengandung limbah
13
255ikan yang kaya nutrisi terlarut (ekskresi gill, urin dan kotoran). Limbah ini terdiri
256dari senyawa organik terlarut dan padatan yang dilarutkan dalam bentuk ionik di
257dalam air dan diasimilasi oleh tanaman. Konsentrasi mikro dan makronutrien
260konsentrasinya, misalnya zat besi sering kekurangan pada limbah ikan (Rackocy,
266pembuangan padatan halus dan terlarut. Padatan halus dan bahan organik terlarut
267umumnya tidak mencapai tingkat yang memerlukan fraksinasi busa dalam sistem
269sistem akuaponik (Gambar 2-3) terdiri dari tangki pembesaran ikan, komponen
272yang dapat diaplikasikan dalam akuaponik yaitu, sistem sumbu (wick system),
273sistem kultur air (water culture), sistem pasang surut (ebb and flow/flood and
274drain), sistem irigasi tetes (drip irrigation), sistem nutrient film technique (NFT),
276
277 Gambar 2-3. Komponen sistem akuaponik (Rakocy, 2012)
278 Recirculating aquaponic system (RAS) yang didesain oleh Endut et al.
281untuk unit denitrifikasi, tangki penampung air dan reservoir (pra-aerasi). Pipa
284(Gambar 2-4).
285
286Gambar 2-4. Komponen sistem akuaponik. A: Tangki budidaya, B: tangki
287 hidroponik (wadah tanaman), C: tangki kontrol hidroponik, D:
288 filter, E: sprinkler, F: sump, G: pump, H: saringan pasir cepat, I:
289 tangki penyimpanan air, J: blower, dan K: katup (Endut et al.,
290 2010).
15
292(UVI) terfokus pada budaya ikan nila dalam tangki luar ruangan (outdoor tanks)
293yang dilengkapi dengan rakit hidroponik. Seiring dengan sistem akuaponik UVI
296direplikasi yang terdiri dari tangki pemeliharaan (12,8 m 3), tangki pengendapan
297atau clarifier (1,9 m3), dua tangki hidroponik (13,8 m2), dan sebuah tandon
299
300Gambar 2-5. Desain sistem akuaponik yang dikembangkan oleh University of
301 Virginia Island (UVI) (Rackocy, 2012).
302
3032.2.3 Spesies ikan pada sistem akuaponik
304 Beberapa jenis ikan air hangat (warm water fish) dan ikan air tawar
306termasuk tilapia, trout, perch, Arctic chat, dan bass. Kebanyakan sistem
308spesies air hangat yang tumbuh dengan baik dalam kultur tangki resirkulasi.
309Selanjutnya, tilapia toleran terhadap kondisi air yang berfluktuasi seperti pH,
310suhu, oksigen, dan padatan terlarut. Barramundi (Lates calcarifer) dan Murray
313 Menurut Pramono (2009), jenis ikan air tawar yang dapat dibudidayakan
314pada sistem akuaponik antara lain nila/tilapia, mas, koi, lele, dan udang galah.
315Hidayat (2011) dalam Handayani (2018) menyatakan bahwa hal yang berkaitan
316dengan pemeliharaan ikan dalam sistem akuaponik adalah padat tebar. Ikan mas
317(Cyprinus caprio) dapat ditebar dengan kepadatan 10-200 ekor/m 2, ikan nila
3195–10 ekor/m2, ikan lele (Clarias sp.) 100-150 ekor /m2 dan ikan patin
321 Kebanyakan spesies ikan air tawar yang dapat mentolerir kepadatan yang
322tinggi, termasuk ikan hias dapat dibudidayakan dalam sistem akuaponik. Salah
323satu spesies yang dilaporkan gagal dibudidayakan dalam sistem akuaponik adalah
324ikan bass bergaris (striped bass) hasil hibrida, karena jenis ikan tersebut tidak
325dapat mentolerir kadar potassium yang tinggi, yang sering ditambahkan untuk
330adalah pilihan terbaik. Tanaman ini tumbuh sangat cepat dan memiliki harga pasar
331yang tinggi. Penghasilan dari tanaman obat seperti basil (Ocimum basilicum),
334lebih tinggi dari pada tanaman buah seperti tomat (Solanum lycopersicum),
17
337 Tanaman berbuah juga sering digunakan dalam sistem akuaponik, tetapi
338memerlukan periode budidaya yang lebih lama (sembilan puluh hari atau lebih)
339dan lebih banyak masalah hama dan penyakit. Selada merupakan tanaman lain
340yang baik untuk sistem akuaponik karena dapat diproduksi dalam waktu singkat
341(tiga sampai empat minggu dalam sistem), dan tekanan hama relatif rendah.
342Budidaya bunga juga memiliki potensi dalam sistem akuaponik. Hasil yang baik
343telah diperoleh dengan menggunakan marigold (Tagetes erecta L.) dan zinnia
345Virgin Island (UVI). Tanaman obat tradisional dan tanaman yang digunakan
347akuaponik, namun mungkin ada potensi untuk menanam beberapa jenis tanaman
349 Menurut Klinger dan Naylor (2012), seleksi spesies tanaman yang
351dengan kepadatan stok ikan dan konsentrasi nutrient pada akuakultur. Selada,
352herba, dan tanaman hijau (bayam, daun bawang, basil, dan selada air) memiliki
353kandungan nutrient yang rendah dan juga dapat beradaptasi dengan baik pada
355nutrisi yang lebih tinggi dan lebih baik dalam jumlah yang banyak. Jenis tomat
356dalam rumah kaca lebih baik disesuaikan dengan cahaya rendah dan kondisi
360 Klasifikasi dari kangkung air menurut Pullaiah (1998) dalam Prased et al.
361(2008), adalah kelas Magnoliopsida, sub kelas Asteridae, ordo Solanales, famili
364arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar
365secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air
367
368 Gambar 2-6. Kangkung (Ipomea aquatica) di alam (Prasad et al., 2008)
369 Kangkung umumnya memiliki bentuk daun yang runcing ataupun tumpul,
370permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian
371bawah berwarna hijau muda (Gambar 6). Selama fase pertumbuhannya tanaman
372kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat.
19
373Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk terompet dan daun mahkota bunga
374berwarna putih atau merah muda (Ashari, 1995 dalam Suryani, 2017).
379limbah buangan hasil kegiatan budidaya melalui penyerapan oleh akar tanaman
381dalam penelitian pada sistem akuaponik, antara lain kangkung, mentimun dan
382tomat (Nugroho dan Sutrisno, 2008 dalam Dauhan, 2014). Tanaman kangkung
383sering digunakan pada sistem akuaponik karena harga jual dan permintaan yang
384cukup tinggi. Kangkung juga dapat menyerap zat-zat beracun yang terdapat dalam
385media pemeliharaan dan memiliki waktu panen yang cukup singkat (Dauhan,
3862014).
395
396
20
3982.4.1 Suhu
399 Suhu merupakan variabel kualitas air yang paling penting, karena suhu
400mempengaruhi variabel kualitas air lainnya, produktivitas alami, dan spesies yang
402di luar ruangan, dan spesies budidaya yang tumbuh dengan baik pada kisaran suhu
404 Meningkatnya suhu meningkatkan laju proses fisik, reaksi kimia, dan
405metabolisme dan pertumbuhan organisme. Menurut hukum van Hoff, laju reaksi
406kimia akan berlipat ganda dengan kenaikan suhu 10°C. Hubungan ini dapat
408suhunya. Faktor kenaikan ini disebut Q10, yang biasanya sekitar 2 untuk
409organisme akuatik. Tentu saja, jika suhu melebihi optimal, pertumbuhan hewan
411 Secara umum tilapia berhenti tumbuh secara signifikan pada suhu di bawah
412sekitar 20°C, namun pada saat yang sama, suhu hangat yang konstan mungkin
415optimumnya berada pada 25-30°C (Balarin & Haller, 1982; Chervinski, 1982;
416Sayed 2006 dalam Philipart & Ruwet, 1982). Tilapia juga dapat mentolerir suhu
417rendah yaitu 7-10°C tetapi hanya dalam waktu singkat (Balarin dan Haller, 1982;
418Chervinski, 1982; Jennings, 1991; Sifa et al., 2002; dalam Sayed, 2006). Menurut
419Wiryanta et al. (2010) dalam Ningrum (2012), suhu kolam atau perairan yang bisa
21
420ditolerir ikan nila adalah 15-37 oC. Suhu optimum untuk pertumbuhan nila adalah
42125-30 oC. Oleh karena itu, ikan nila dapat dipelihara di dataran rendah hingga
4232.4.2 pH
425[H+] yang mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air
426tersebut netral, basa atau asam (Boyd, 2012). Secara umum, tilapia dapat bertahan
427pada pH mulai dari 5 sampai 10 namun paling baik pada kisaran pH 6 sampai 9
428(Popma & Masser, 1999). Beberapa jenis tilapias diketahui mentoleransi pH air
429yang sangat luas. Misalnya, nila Oreochromis alcalicus grahami hidup dan
433kelangsungan hidup, perilaku dan pertumbuhan benih ikan nila (0,4-1,0 g) dan
434nila dewasa (45,4-46,3 g). Mereka menemukan bahwa baik benih maupun nila
435dewasa mati pada pH 2-3 dalam waktu 1-3 hari. Kedua kelompok ukuran tersebut
436dapat mentolerir pH 4-5, dan mencapai tingkat kelangsungan hidup dan tingkat
437pertumbuhan yang serupa dengan kelompok kontrol (pH 7) setelah 60-70 hari.
438Namun, ikan nila dewasa lebih tahan terhadap pH rendah, dengan tingkat
440sedangkan kelangsungan hidup benih masing-masing adalah 57,8, 82,2 dan 84,5%
444organik dari makanan untuk memberi energi bagi aktivitas biologis. Konsentrasi
445DO rendah dapat menyebabkan masalah kronis pada selera makan yang buruk,
446pertumbuhan yang lambat, dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit. Hal ini
447juga dapat mengakibatkan kematian, deplesi DO yang ekstrim dan terjadi secara
449 Konsumsi pakan terbaik, pertumbuhan paling cepat, dan paling sehat terjadi
453DO yang rendah meningkatkan kemampuan pertukaran gas pada insang. Adaptasi
454dan tanggapan ini memungkinkan ikan kolam air hangat (warmwater pond fish)
458terpenuhi dan ikan mati. Ikan dewasa dapat hidup selama beberapa jam pada
459konsentrasi DO serendah 0,3-0,5 mg/L dan benih dapat bertahan dalam paparan
461ikan yang tahan terhadap tingkat DO yang sangat rendah. Sebagian tilapia dapat
462mentolerir tingkat DO serendah 0,1-0,5 mg/L untuk periode waktu yang bervariasi
463(Sayed, 2006).
23
466terlarut (Boyd, 2012). Franklin et al. (1995) menemukan bahwa tingkat konsumsi
467oksigen pada nila meningkat dari 0,74 menjadi 0,97 mg/L/jam dengan
468meningkatnya suhu air dari 37 sampai 42°C. Ikan berukuran kecil mengkonsumsi
469lebih banyak oksigen per satuan berat tubuh dibanding ikan berukuran besar
470karena tingkat metabolismenya lebih tinggi per satuan berat. Ikan berukuran kecil
471juga lebih efektif dalam menggunakan oksigen di permukaan dari pada ikan yang
473
4742.4.4 Amonia
475 Amonia adalah salah satu hasil sampingan dari proses perombakan bahan
476organik di dalam air yang dapat bersifat racun (Tahe et al., 2011). Toksisitas total
477amonia nitrogen (TAN) pada ikan dan makhluk air lainnya terutama disebabkan
478oleh NH3. Jika konsentrasi amonia dalam air meningkat, ekskresi amonia oleh
479organisme air berkurang, dan kadar amonia dalam darah dan jaringan lainnya
480meningkat. Hasilnya adalah peningkatan pH darah dan efek samping pada reaksi
486(Boyd, 2012).
24
487 Toleransi organisme air terhadap amonia bervariasi menurut spesies, kondisi
488fisiologis, dan faktor lingkungan. Konsentrasi letal untuk ikan air hangat (warm
489water fish) dan krustasea untuk paparan selama 24-96 jam adalah antara 0,4 dan
4902,0 mg/L amonia yang tidak terionisasi (Boyd, 2012). Menurut Sayed (2006),
495Amonia yang tidak terionisasi mulai menekan konsumsi pakan pada konsentrasi
496serendah 0,08 mg/L (Popma & Masser, 1999). Kematian dapat terjadi apabila
497konsentrasi amonia lebih besar dari 2 mg/L (Popma & Masser, 1999).
498 Daya racun (toksisitas) amonia terhadap organism akuatik dipegaruhi oleh
500kadar oksigen terlarut (Tahe et al., 2011). Konsentrasi amonia di kolam sulit
501untuk dievaluasi. Karena fluktuasi pH terjadi setiap hari, konsentrasi amonia yang
502tidak terionisasi terus berubah (Boyd, 2012). Amonia dalam sistem akuaponik
503diubah menjadi nitrat (NO3-) oleh bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas sp. dan
504Nitrobacter sp.), kemudian nitrat diserap oleh tanaman, menghasilkan kualitas air
505yang lebih baik, dan air dapat digunakan kembali untuk pemeliharaan ikan
506(Tyson, 2011).
507
5082.4.5 Nitrit
509 Nitrit merupakan hasil oksidasi dari amonia dengan bantuan bakteri
510Nitrosomonas dan nitrat merupakan hasil dari oksidasi nitrit dengan bantuan
25
512nitrifikasi pada pH 7,0-9,0 (Hochheimer & Wheaton, 1998 dalam Tyson, 2007).
513Menurut Rijn (1996), nitrit dapat terakumulasi sebagai akibat dari penumpukan
514bahan organik pada zona anaerob sebagai hasil dari respirasi mikroba pada
516tidak stabil karena dengan oksigen yang cukup akan mudah teroksidasi menjadi
518nitrit. Chen et al. (2006) menjelaskan bahwa Nitrobacter lebih sensitif terhadap
520kurang dari 4 mg/L, dan akumulasi nitrit terjadi pada konsentrasi oksigen terlarut
522 Nitrit sangat beracun bagi banyak ikan karena dapat mengurangi
524mengurangi toksisitas nitrit. Ikan nila lebih toleran terhadap nitrit dibandingkan
525dengan ikan air tawar budidaya lainnya. Apabila konsentrasi oksigen terlarut
526tinggi (6 mg/L) dan konsentrasi klorida rendah (22 mg/L), konsentrasi nitrit
527dimana 50 persen ikan mati dalam waktu 4 hari adalah 89 mg/L. Secara umum,
528untuk kultur air tawar, konsentrasi nitrit harus di bawah 27 mg/L. Sebagai
530sering dijaga pada kisaran 100 sampai 150 mg/L klorida (Popma & Masser,
5311999).
532 BAB 3 METODE PENELITIAN
537Timur.
538
5393.2 Materi Penelitian
541 Organisme uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan nila
542(Oreochromis niloticus) yang berukuran bobot rata-rata 2,48 g (SD± 0,74 ¿ dan
543panjang rata-rata 5,12 cm (SD± 1,10 ¿. Benih ikan nila diperoleh dari
545
5463.2.2. Alat dan Bahan
547 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian tertera pada Tabel 3-1.
550 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kangkung air
551(Ipomea aquatica) sebagai bahan (organisme) uji dan pellet komersial sebagai
552pakan ikan.
555 Konstruksi sistem percobaan terdiri dari kombinasi bak pemeliharaan ikan
559untuk menanam kangkung serta mengalirkan air ke akuarium. Air limbah dari
563
564
565
566
567
568
569
570 2
1
3
571
Tampak depan
572
28
5
4
573
574
575
576
577
578
579 6
Tampak belakang
580Gambar 3-1. Desain sistem akuaponik yang digunakan pada penelitian.
581 Akuarium (1), pompa (2), pipa inlet (3), wadah kangkung (4),
582 kangkung (5), pipa outlet (6).
583
5843.3.2 Penanaman kangkung (Ipomea aquatica)
589
5903.3.3 Penebaran ikan nila (Oreochromis niloticus)
591 Kepadatan pemeliharaan ikan nila yaitu 1 ekor/L. Ikan diaklimatisasi selama
5923 hari dan diberi pellet komersial (CP Prima HI-PRO-VITE 781) agar terjadi
595
29
598dilakukan pada awal sebelum perlakuan dan diukur tiap 10 hari selama perlakuan
599berlangsung. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari pada pukul 08.00,
600dan 16.00 dengan tingkat pemberian pakan 3% dari biomassa ikan uji.
601Pengukuran bobot dan panjang ikan dilakukan tiap 10 hari dengan mengambil
602sampel pada setiap wadah budidaya. Kangkung ditanam sesuai dengan perlakuan
604
6053.4 Rancangan Penelitian
606 Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
615
616
617
618
619
620
621
622
30
625 Pengukuran amonia total, nitrit dan nitrat, dilakukan tiap 10 hari selama
631
a−b
632 % Perubahan= ×100 %
a
633Dimana :
636Tabel 3-2. Alat dan metode yang digunakan dalam mengukur amonia, nitrit, dan
637 nitrat.
Parameter Satuan Alat/Metode Waktu Pengukuran
Amonia mg/L Spektrofotometer/ Phenate 10 hari
Nitrit mg/L Spektrofotometer/ Sulfanilamide 10 hari
Nitrat mg/L Spektrofotometer/ Brucine 10 hari
638
640 Bobot mutlak dihitung untuk mengetahui pertambahan bobot ikan selama
642persamaan (Affandi dan Tang 2002 dalam Karo-Karo, 2016) sebagai berikut:
643 W m =W t −W 0
31
644Dimana:
652berikut:
659 Kelangsungan hidup ikan nila dihitung dengan persamaan (Effendie, 2002
661 S = N t / N 0 × 100 %
662Dimana :
668Public Health Assosiation (APHA) (2012). Variabel kualitas air yang diukur yaitu
669suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran suhu, pH dan DO dilakukan
670setiap hari pada pagi dan sore hari (pukul 08.00 dan 17.00 WIB).
671Tabel 3-3. Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran variabel fisika dan
672 kimia air.
Parameter Satuan Alat/Metode Waktu Pengukuran
0
Suhu C Thermometer/digital 08.00 dan 17.00/hari
pH - pH meter 08.00 dan 17.00/hari
Oksigen terlarut (DO) mg/L DO meter 08.00 dan 17.00/hari
673
6743.5.6 Pertumbuhan biomassa kangkung (Ipomea aquatica)
675 Perubahan panjang dan biomassa kangkung merupakan salah satu indikator
678biomassa tanaman air diindikasikan oleh doubling time, yaitu waktu yang
ln X t −ln X 0
682 RGR=
t
683Dimana :
689 Data reduksi amonia, nitrit, nitrat pertumbuhan bobot dan panjang mutlak
690ikan nila serta kangkung yang diperoleh selama penelitian dianalisis ragam
691(ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Jika terdapat pengaruh nyata dari
692perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka dilakukan dengan uji beda nyata
693jujur (BNJ) untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Data reduksi amonia ,nitrit
6950,5 (x + 0,5). Data kelangsungan hidup dan kualitas air disajikan dalam bentuk
696grafik dan tabel, dan dijelaskan secara deskriptif. Data dianalisa menggunakan
700 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi reduksi amonia pada perlakuan
702amonia. Persentase reduksi amonia media budidaya ikan nila oleh sistem
703akuaponik pada setiap perlakuan berkisar antara -73,91-84,31% (Tabel 4-1). Nilai
704tertinggi dicapai pada perlakuan E (12 rumpun) sebesar 84,31%, sedangkan nilai
706Tabel 4-1. Persentase reduksi amonia, nitrit, dan nitrat media budidaya
Konsentrasi (mg/L)
No. Parameter Perlakuan Reduksi %
Awal Akhir
A 0,014 0,178 -73,91c
B 0,189 0,159 15,94b
1. Amonia C 0,141 0,087 36,60b
D 0,139 0,083 39,69b
E 0,149 0,022 84,31a
A 0,024 0,040 -66,99c
B 0,045 0,021 51,23ab
2. Nitrit C 0,033 0,016 51,67ab
D 0,017 0,009 44,82b
E 0,041 0,011 69,88a
A 0,095 0,826 -782,43
B 0,088 0,507 -504,25
3. Nitrat C 0,070 0,425 -539,97
D 0,089 0,321 -289,86
E 0,077 0,267 -308,27
707Keterangan: Superscript dengan huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan
708 (P<0,05) antar perlakuan.
709
710 Hasil analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% menunjukkan
712terhadap pengurangan konsentrasi amonia (P<0,05). Hasil uji lanjut Beda Nyata
714dan D. Perlakuan B,C, dan D berbeda nyata dengan perlakuan A (P<0,05), dan
717direduksi oleh sistem akuaponik. Semakin tinggi persentase reduksi amonia maka
718akan semakin rendah konsentrasi amonia pada media budidaya ikan. Hasil
720kangkung yang digunakan, semakin tinggi reduksi amonia pada sistem akuaponik.
721Hal ini sesuai dengan pernyataan Soetrisno (2008) dalam Marlina dan
725Menurut Tyson et al. (2011), tanaman dapat memberikan peran biofiltrasi dengan
728amonia menjadi nitrat yang dibutuhkan tanaman. Reduksi amonia melalui proses
731(Malone & Burden dalam Piranti, 2016). Nitrifikasi merupakan proses oksidasi
732amonia menjadi amonium, nitrit dan nitrat yang berlangsung pada kondisi aerob
734 Amonia yang terukur di air berbentuk amonia total (TAN). Amonia total
735terdiri atas amonium (NH4+) yang dapat terionisasi dan amonia bebas (NH 3) yang
737berfluktuasi setiap harinya karena pengaruh dari proses fotosintesis, respirasi, dan
738oksidasi yang kemudian mempengaruhi nilai pH. Pada saat pagi hari, pH berada
739dalam kisaran rendah dan sebagian besar TAN berada dalam bentuk amonium.
740Pada pH 7, sebagian besar amonia total akan terionisasi menjadi amonium dan
741pada pH > 8,75, 30% amonia total akan berubah menjadi amonia bebas yang
743berfluktuasi dan masih dalam kisaran baku mutu. Menurut Sayed (2006),
745Kematian dapat terjadi apabila konsentrasi amonia lebih besar dari 2 mg/L
746(Popma & Masser, 1999). Kematian pertama dari paparan yang berkepanjangan
747dimulai pada konsentrasi serendah 0,2 mg/L. Amonia yang tidak terionisasi mulai
748menekan konsumsi pakan pada konsentrasi serendah 0,08 mg/L (Popma &
749Masser, 1999).
750 Amonia pada kondisi aerob akan dioksidasi dan menghasilkan produk
751antara yaitu nitrit. Persentase reduksi nitrit menunjukkan seberapa besar nitrit
752yang direduksi oleh sistem akuaponik. Semakin tinggi persentase reduksi nitrit
753maka akan semakin rendah konsentrasi nitrit pada media budidaya ikan. Hasil
755Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan E (12 rumpun) sebesar 69,88%, sedangkan
758lainnya. Semakin banyak jumlah kangkung semakin besar konsentrasi nitrit yang
762pemeliharaan ikan nila. Hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) menunjukkan
764berbeda nyata dengan perlakuan A (P<0,05), dan tidak ada perbedaan nyata antar
766 Menurut Rijn (1996), nitrit dapat terakumulasi sebagai akibat dari
767penumpukan bahan organik dan zona anaerob sebagai hasil dari respirasi mikroba
770atau lebih di dalam air budidaya dalam kondisi tertentu. Ketika nitrit diserap oleh
773 Perairan alami biasanya mengandung nitrit (NO 2) dalam jumlah yang sangat
774sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan
776tidak stabil karena dengan oksigen yang cukup akan mudah teroksidasi menjadi
779pertumbuhan pada konsentrasi oksigen terlarut <4 mg/L, dan akumulasi nitrit
780terjadi pada konsentrasi oksigen terlarut <2 mg/L. Konsentrasi nitrit pada setiap
781perlakuan masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh ikan nila. Konsentrasi
782nitrit yang terukur pada setiap perlakuan berkisar antara 0,009-0,046 mg/L. Secara
38
783umum, untuk kultur air tawar, konsentrasi nitrit harus di bawah 27 mg/L (Popma
786nitrat. Nitrat menjadi produk akhir dari siklus nitrogen, dan relatif tidak berbahaya
787bagi ikan, serta dibutuhkan oleh tanaman dan fitoplankton. Persentase reduksi
788nitrat berkisar antara -782,43 - -289,86%. Nilai reduksi tertinggi dicapai pada
790nitrat pada perlakuan A (tanpa kangkung) sebesar -782,43%. Hasil analisis ragam
794 Persentase reduksi nitrat yang bernilai negatif pada tiap perlakuan
796terjadi karena nitrat yang dihasilkan dari budidaya tidak dimanfaatkan seluruhnya
797oleh tanaman sehingga terakumulasi di air. Menurut Buzby dan Lin (2014),
801oleh bakteri, melalui oksidasi dan mengkonversi amonia menjadi nitrat yang
803penguraian bahan organik dan penghilangan nutrien terlarut (NH3, NH4+, NO3-,
804dan NO2-) melalui nitrifikasi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Beberapa
805faktor lingkungan yang mempengaruhi proses ini, diantaranya adalah suhu, pH,
39
8072015). Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
808merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat
809mudah larut dalam air dan bersifat stabil (Effendi, 2003 dalam Ratananda, 2015).
814 Penurunan nitrat pada sistem akuaponik selain berkaitan dengan penyerapan
815nitrat oleh kangkung, juga adanya asosiasi biofilm dengan akar kangkung.
816Menurut Tyson et al. (2011), tanaman pada sistem akuaponik memberikan peran
818Proses nitrifikasi oleh bakteri mengubah sekitar 93-96% amonia menjadi nitrat
819dalam kondisi yang optimal dalam unit biofiltrasi (Tyson, 2007). Toksisitas nitrat
820untuk ikan yaitu >1000 mg/L pada LC50 96 jam, dan diduga berhubungan dengan
824
8254.2 Pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus)
826 Pertumbuhan bobot mutlak ikan nila yang dipelihara selama 60 hari berkisar
52.00
50.00 49.73
48.00 47.80
Bobot Mutlak (g)
46.00 45.53
44.23
43.84
44.00
42.00
40.00
A B C D E
Perlakuan
834
835
836
837
838
839
840
841
842Gambar 4-1. Pertumbuhan bobot mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus)
843 selama pemeliharaan.
844
41
13.00
12.50 12.40
12.00 11.88
Panjang Mutlak
11.50 11.40
11.04
11.00 10.80
10.50
10.00
A B C D E
Perlakuan
846
847
848
849
850
851
852
853
854Gambar 4-2. Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus)
855 selama pemeliharaan
856 Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila yang dipelihara selama 60 hari
859mutlak terendah pada perlakuan A sebesar 10,80 cm. Hasil analisis ragam
863 Pertumbuhan bobot dan panjang mutlak ikan nila pada perlakuan E (12
864rumpun) lebih tinggi dibandingkan dari perlakuan lainnya. Hal ini diduga
865berkaitan dengan konsentrasi amonia yang lebih rendah pada perlakuan E (12
866rumpun), sehingga pertumbuhan ikan nila lebih optimal dari perlakuan lainnya.
872penurunan nafsu makan ikan dan mengurangi tingkat kecernaan pakan yang
873dikonsumsi.
875menyebabkan pertumbuhan ikan menurun. Hal ini terjadi karena paparan amonia
880 Menurut Sayed (2006), kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor
881dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri dari umur dan kemampuan ikan dalam
882menyesuaikan diri dengan lingkungan, faktor luar terdiri dari kondisi abiotik,
883kompetisi antara spesies, populasi ikan dalam ruang gerak yang sama,
43
885Tingkat kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara selama 60 hari berkisar
88972,50%.
84.00
82.50 82.50
82.00
80.00
80.00
Kelangsungan Hidup (%)
78.00 77.50
76.00
74.00
72.50
72.00
70.00
68.00
66.00
A B C D E
Perlakuan
891
892
893
894
895
896
897
898
899
44
903semakin tinggi tingkat kelangsungan hidup ikan nila. Hal ini dikarenakan kondisi
905kondisi stress pada ikan (Marlina dan Rakhmawati, 2016). Sebaliknya, pada
909epitel insang dari darah ke air, yang bertujuan untuk menanggapi gradien tekanan
910parsial gas NH3. NH3 selanjutnya diekskresikan melalui lapisan batas epitel. Jika
911tekanan parsial NH3 dalam lapisan batas epitel lebih besar dari yang di dalam
912darah, ekskresi NH3 terhambat dan NH3 akan berdifusi dari air ke dalam darah.
915mengangkut oksigen.
916
9174.4 Variabel kualitas air
918 Variabel kualitas air media budidaya ikan nila yang diukur selama
919penelitian meliputi suhu, pH, oksigen terlarut (DO) (Tabel 4-2). Kisaran suhu, pH,
920dan DO cenderung sama pada setiap perlakuan. Kisaran suhu media pemeliharaan
921berkisar 26,65-28,60oC. Kisaran suhu tersebut masih layak untuk budidaya ikan
922nila. Menurut Popma dan Masser (1999), suhu optimal untuk pertumbuhan tilapia
924tilapia menjadi berkurang ketika suhu di bawah 20°C dan berhenti sepenuhnya
925pada suhu sekitar 16°C. Meskipun tilapia dapat bertahan pada paparan jangka
926pendek (beberapa jam) pada suhu 7 hingga 10°C, kematian dapat terjadi (pada
927beberapa spesies) pada suhu setinggi 12°C setelah paparan jangka panjang.
928Tabel 4-2. Konsentrasi variabel kualitas air pada media budidaya ikan nila
929 (Oreochromis niloticus)
Parameter kualitas air
No. Perlakuan
Suhu (˚C) pH DO (ppm)
1. A 26,60-28,40 6,33-8,13 6,55-7,62
2. B 26,65-28,40 6,13-7,99 6,17-7,52
3. C 26,65-28,60 6,40-8,08 6,62-7,62
4. D 26,60-28,45 6,15-8,43 6,62-7,62
5. E 26,50-28,35 6,32-7,99 6,59-7,46
930
931 pH media pemeliharaan berkisar 6,13-8,43. Kisaran pH tersebut masih layak
932untuk budidaya ikan nila. Menurut Wangead et al. (1988), ikan dewasa dan benih
933dapat bertahan hidup pada kisaran pH 4, 5 dan 7. Popma dan Masser (1999) juga
934menyatakan bahwa nilai pH optimum untuk tilapia berada pada kisaran 6-9.
935 Oksigen terlarut pada media pemeliharaan berkisar 6,17-6,62 ppm. Menurut
936Villaroel et al. (2011), batas oksigen terlarut yang dapat diterima ikan nila diatas 5
937mg/L. Keterbatasan oksigen juga akan menjadi penyebab akumulasi nitrit (Ruly,
9382015). Chen et al. (2006), menjelaskan bahwa Nitrobacter lebih sensitif terhadap
940kurang dari 4 mg/L, dan akumulasi nitrit terjadi pada konsentrasi oksigen terlarut
942
9434.5 Pertumbuhan biomassa kangkung (Ipomea aquatica)
947terendah pada perlakuan E (12 rumpun) sebesar 6,84 g. Hasil analisis ragam
950pertumbuhan bobot mutlak kangkung. Hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)
60.00
50.98
50.00
40.00
Bobot Mutlak
31.10
30.00 26.78
20.00
10.00 6.84
0.00
B C D E
Perlakuan
954
955
956
957
958
959
960
961
47
962
963
964
965
966Gambar 4-4. Pertumbuhan bobot mutlak kangkung (Ipomea aquatica) pada
967 setiap perlakuan selama pemeliharaan
968
969 Selama pemeliharaan berlangsung kangkung dapat tumbuh tanpa
972kangkung pada perlakuan E (12 rumpun) lebih rendah dari perlakuan lain. Hal ini
973diduga karena akar tanaman mengalami pembusukan yang diduga karena penyakit
974sehingga penyerapan unsur hara dari air tidak maksimal. Buzby dan Lian Shin
976matahari, suhu di daerah akar, suhu lingkungan, pH, konsentrasi nutrien, dan jenis
979pelekatan untuk komunitas mikroba yang berperan penting dalam siklus nitrogen.
980Bakteri pada akar tanaman berperan dalam pemecahan efektif berbagai senyawa
981seperti oksidasi amonia menjadi nitrat yang dibutuhkan tanaman (Endut et al.
9822011). Nutrien yang diserap melalui akar kemudian digunakan untuk mendukung
985berkaitan dengan jumlah masukkan limbah yang mencapai batas optimal tidak
987ini juga menunjukkan bahwa tanaman kangkung berada pada kondisi jenuh dan
48
9915.1 Simpulan
993sebagai berikut:
995 nyata terhadap nilai reduksi amonia, dan nitrit, tetapi tidak berpengaruh
996 nyata terhadap nilai reduksi nitrat dalam media pemeliharaan ikan nila
9982. Reduksi amonia tertinggi sebesar 84,31% pada perlakuan E (12 rumpun),
1002 pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Pertumbuhan bobot mutlak
1003 dan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan 12 rumpun kangkung
1004 sebesar 49,73 g dan 12,40 cm. Kelangsungan hidup tertinggi selama
1009 nilai pertumbuhan biomassa terendah pada perlakuan E (12 rumpun) sebesar
1010 6,84 g.
1011
1012
50
1013
1014
10155.2 Saran
1016 Perlu adanya penambahan jenis tanaman dan jumlah tanaman. Selain itu,
1017perlu dilakukan penelitian tentang jenis dan kelimpahan bakteri yang berada pada
1018sistem akuaponik dan penyakit yang dapat menyerang ikan. Serta perlu melihat
1019adanya korelasi antara parameter kualitas air terhadap pertumbuhan dan tingkat
1022APHA, 2012. Standard Method for The Examination of Water and Waste Water.
1023 American Public Health Assosiation, Port City.
1024Avnimelech Y. 2006. Bio-filters: The Need for an New Comprehensive
1025 Approach. Aquaculture Engineering. 34:172-178.
1026
1027Bowen, S.H., 1982. Feeding, Digestion and Growth-Qualitative Considerations.
1028 In: Pullin, R.V.S. and Lowe-McConnell, R.H. (eds) The Biology and
1029 Culture of Tilapias. ICLARM Conference Proceedings No. 7, ICLARM,
1030 Manila, Philippines, pp. 141–156.
1031Boyd, C., 2012. Water Quality. In J.S. Lucas and P.C. Southgate (Editor),
1032 Aquaculture: Farming Aquatic Animals and Plants. Blackwell Publising
1033 Ltd. Chichester, pp. 52-83.
1034Buzby KM, Lin, L.S ., 2014. Scaling Aquaponic Systems: Balancing Plant Uptake
1035 with Fish Output. Aquacultural Engineering. 63:39-44.
1036
1037Caulton, M.S., 1982. Feeding, Metabolism and Growth Of Tilapias: Some
1038 Quantitative Considerations. In: Pullin, R.S.V. and Lowe-McConnell, R.H.
1039 (eds) The Biology and Culture of Tilapias. ICLARM Conference
1040 Proceedings No. 7, ICLARM, Manila, Philippines, pp. 157-180
1041Chen, S, Ling J, dan Blancheton J,P., 2006. Nitrification Kinetics of Biofilm as
1042 Affected by Water Quality Factors. Aquaculture Engineering. 34:179-197.
1043Chervinski. J. 1982. Environmental Physiology of Tilapias, p. 119-128. In R.S.V.
1044 Pullin and R.H. Lowe-McConnell (eds.) The biology and culture of tilapias.
1045 ICLARM Conference Proceedings 7, 432 p. International Center for Living
1046 Aquatic Resources Management, Manila, Philippines.
1047
1048Colt J. 2006. Water Quality Requirements for Reuse Systems. Aquaculture
1049 Engineering. 34:143-156.
1050
1051Dauhan, R.E , Eko E., dan Suparmono., 2014. Efektivitas Sistem Akuaponik
1052 dalam Merduksi Konsentrasi Amonia pada Sistem Budidaya Ikan. Jurnal
1053 Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 3(1):297-302.
1054
1055Diver, S., 2010. Aquaponics-Integration of Hydroponics with Aquaculture.
1056 National Center for Appropriate Technology (NCAT) United States.
1057
1058Endut, A, Jusoh A., Ali N., Nik WBW., dan Hassan A., 2010. A Study on The
1059 Optimal Hydraulic Loading Rate and Plant Ratios in Recirculation
1060 Aquaponic System. Bioresource Technology. 101:1511-1517.
52
1061Endut A, Jusoh A, Ali N, Nik WBW. 2011. Nutrient Removal from Aquaculture
1062 waste water by Vegetable Production in Aquaponic Recirculation System.
1063 Desalination and Water Treatment. 32:422-430.
1064
1065Endah, N, P,H,H., 2012. Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila BEST
1066 (Oreochromis niloticus) Hasil Seleksi F3, F4, dan Nila Lokal. Skripsi.
1067 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
1068 Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
1069Enberg, K, E, S, Dunlop, dan Jorgensen., 2008. Fish Growth. Ecological Models.
1070 Elsevier B.V., 1564-1571.
1071Franklin, C,E, Johnston, I,A., Crockford, T, dan Kamunde, C., 1995. Scaling of
1072 Oxygen Consumption of Lake Magadi Tilapia, a Fish Living at 37°C.
1073 Journal of Fish Biology. 46:829–834.
1074Ginting C, Rakian TC. 2008. Hidroponik: Pertanian Masa Depan Untuk
1075 Masyarakat Perkotaan. Warta-WPTEK. 16:1-5. ISSN:0854-0667.
1076Goddek, S, Boris, D, Utra, M, Kristin, V, R, Haissam J, dan Ragnheidur T., 2015.
1077 Challenges of Sustainable and Commercial Aquaponics. Sustainability.
1078 7:4199-4224.
1079Handayani Leni., 2018. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian. Fakultas
1080 Pertanian, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah. Medan.
1081Hargreaves JA, Kucuk S. 2001. Effects Of Diel Un-Ionized Ammonia Fluctuation
1082 on Juvenile Hybrid Striped Bass, Channel Catfish, and Blue Tilapia.
1083 Aquaculture. 195:163-181.
1084
1085Hu Z, Lee JW, Chandran K, Kim S, Brotto AC, dan Khanal SK., 2015. Effect of
1086 Plant Species on Nitrogen Recovery in Aquaponics. Bioresource
1087 Technology. 188:92- 98.s
1088Karlyssa, F.J, Irwanmay, dan Rusdi L., 2014. Pengaruh Padat Penebaran
1089 Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Nila Gesit
1090 (Oreochromis niloticus). Jurnal Aquacoastmarine. 4(3):76-85.
1091Karo-Karo, R., 2016. Fitromediasi Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.)
1092 dengan Kangkung (Ipomea aquatica) dan Packoy (Brassica rapa chinensis)
1093 dalam Sistem Resirkulasi. Skripsi. Departemen Manajemen Sumber Daya
1094 Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
1095Klinger, D, dan Naylor R., 2012. Searching for Solutions in Aquaculture:
1096 Charting a Sustainable Course. Annual Review of Environment and
1097 Resources. 37:247-276.
1098Kurniawan, A., 2013. Akuaponik: Sederhana Berhasil Ganda. UBB Press. Bangka
1099 Belitung
53
1100
1138
1190
1191
1192
1193 LAMPIRAN
57
1232
1233
1234
1235
1236
1237
1238Lampiran 4. Uji normalitas nilai reduksi amonia media pemeliharaan ikan nila
1239 (Oreochromis niloticus) transformasi √+0,5
60
1240
Probability Plot of AA
1241 Normal
99
Mean 3.037
1242 StDev 5.682
95 N 20
1243 AD 0.479
90
P-Value 0.209
80
1244
70
Percent
60
1245 50
40
30
1246
20
1247 10
5
1248
1
1249 -10 -5 0 5 10 15 20
1250 AA
1251
1252Lampiran 5. Uji homogenitas nilai reduksi amonia media pemeliharaan ikan nila
1253 (Oreochromis niloticus) transformasi √+0,5
1254
Test for Equal Variances for AA
1255
Bartlett's Test
1256 A Test Statistic 0.75
P-Value 0.945
Lev ene's Test
1257
Test Statistic 1.12
B
P-Value 0.382
1258
AT
1259 C
1260
D
1261
1262 E
1263
1264 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
1265 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
1266
1267Lampiran 6. Hasil analisis ragam (ANOVA) nilai reduksi amonia pada
1268 pemeliharaan ika nila (Oreochromis niloticus)
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
61
737,413 184,353
Between Groups 2 4 3 270,453 8,79E-14 3,055568
10,2246 0,68164
Within Groups 9 15 6
747,637
Total 9 19
1269
1270Lampiran 7. Hasil uji Beda Nyata Jujur (BNJ) nilai reduksi amonia pada
1271 pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)
1272
1273Grouping Information Using Tukey Method
1274
1275AT N Mean Grouping
1276E 4 10.195 A
1277D 4 4.512 B
1278C 4 4.220 B
1279B 4 2.227 B
1280A 4 -5.968 C
1281
1282Means that do not share a letter are significantly different.
1283
1284
1285Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals
1286All Pairwise Comparisons among Levels of AT
1287
1288Individual confidence level = 99.25%
1289
1290
1291AT = A subtracted from:
1292
1293AT Lower Center Upper ---+---------+---------+---------+------
1294B 3.570 8.195 12.820 (---*----)
1295C 5.562 10.187 14.813 (---*----)
1296D 5.854 10.479 15.105 (---*----)
1297E 11.537 16.162 20.788 (---*----)
1298 ---+---------+---------+---------+------
1299 -10 0 10 20
1300
1301
1302AT = B subtracted from:
1303
1304AT Lower Center Upper ---+---------+---------+---------+------
1305C -2.633 1.993 6.618 (----*----)
1306D -2.341 2.285 6.910 (---*----)
1307E 3.342 7.967 12.593 (----*----)
1308 ---+---------+---------+---------+------
1309 -10 0 10 20
1310
1311
1312AT = C subtracted from:
1313
1314AT Lower Center Upper ---+---------+---------+---------+------
1315D -4.333 0.292 4.917 (---*----)
1316E 1.350 5.975 10.600 (----*----)
1317 ---+---------+---------+---------+------
1318 -10 0 10 20
1319
1320
62
1359Lampiran 10. Persentase reduksi nitrit pada media pemeliharaan ikan nila
1360 (Oreochromis niloticus) transformasi √+0,5
Perlakua Nitrit
No Reduksi %
n Nilai Awal Nilai Akhir
1 A1 0,720 0,733 -1,72
2 A2 0,723 0,736 -1,71
3 A3 0,727 0,729 -0,28
4 A4 0,725 0,740 -2,07
Rata-rata 0,724 0,734 -1,44
5 B1 0,732 0,723 1,22
6 B2 0,740 0,722 2,40
7 B3 0,744 0,721 3,03
8 B4 0,736 0,721 2,05
Rata-rata 0,738 0,722 2,18
9 C1 0,731 0,720 1,51
10 C2 0,729 0,718 1,42
11 C3 0,731 0,716 2,17
12 C4 0,729 0,719 1,42
Rata-rata 0,730 0,718 1,63
13 D1 0,714 0,712 0,29
14 D2 0,719 0,712 0,97
15 D3 0,722 0,716 0,96
16 D4 0,721 0,715 0,87
Rata-rata 0,719 0,714 0,77
17 E1 0,729 0,719 1,42
18 E2 0,737 0,717 2,71
19 E3 0,732 0,713 2,55
20 E4 0,742 0,711 4,27
Rata-rata 0,735 0,715 2,74
1361
1362
1363
1364
1365
1366
1367
1368
65
1369Lampiran 11. Uji normalitas nilai reduksi nitrit pada media pemeliharaan ikan nila
1370 (Oreochromis niloticus) transformasi √+0,5
1371
1372 Probability Plot of AA
Normal
1373
99
1374 Mean 1.174
1375 StDev 1.640
95 N 20
1376 AD 0.539
90
1377 P-Value 0.146
1378 80
1379 70
Percent
60
1380 50
1381 40
1382 30
20
1383
1384 10
1385 5
1386
1387 1
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
1388
AA
1389
1390
1391
1392Lampiran 12. Uji homogenitas nilai reduksi nitrit pada media pemeliharaan ikan
1393 nila (Oreochromis niloticus) transformasi √+0,5
1394
1395 Test for Equal Variances for AA
1396
Bartlett's Test
1397 A Test Statistic 5.56
1398 P-Value 0.235
1399 Lev ene's Test
Test Statistic 0.75
1400 B
P-Value 0.572
1401
1402
AT
1403 C
1404
1405
D
1406
1407
1408
E
1409
1410
0 1 2 3 4 5 6 7 8
1411
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
1412
1413
66
1414Lampiran 13. Hasil analisis ragam (ANOVA) nilai reduksi nitrit pada media
1415 pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
10,6672
Between Groups 42,66917 4 9 19,02782 9,66E-06 3,055568
0,56061
Within Groups 8,409234 15 6
Total 51,0784 19
1416
1417Lampiran 14. Hasil uji Beda Nyata Jujur (BNJ) nilai reduksi nitrit pada media
1418 pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)
1419Grouping Information Using Tukey Method
1420
1421AT N Mean Grouping
1422E 4 2.7358 A
1423B 4 2.1753 A B
1424C 4 1.6306 A B
1425D 4 0.7745 B
1426A 4 -1.4446 C
1427
1428Means that do not share a letter are significantly different.
1429
1430
1431Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals
1432All Pairwise Comparisons among Levels of AT
1433
1434Individual confidence level = 99.25%
1435
1436
1437AT = A subtracted from:
1438
1439AT Lower Center Upper ----+---------+---------+---------+-----
1440B 1.9840 3.6200 5.2560 (-----*------)
1441C 1.4392 3.0752 4.7112 (-----*------)
1442D 0.5832 2.2192 3.8552 (------*-----)
1443E 2.5445 4.1805 5.8165 (------*-----)
1444 ----+---------+---------+---------+-----
1445 -2.5 0.0 2.5 5.0
1446
1447
1448AT = B subtracted from:
1449
1450AT Lower Center Upper ----+---------+---------+---------+-----
1451C -2.1808 -0.5448 1.0912 (------*-----)
1452D -3.0368 -1.4008 0.2352 (-----*------)
1453E -1.0755 0.5605 2.1965 (-----*------)
1454 ----+---------+---------+---------+-----
1455 -2.5 0.0 2.5 5.0
1456
1457
1458AT = C subtracted from:
1459
1460AT Lower Center Upper ----+---------+---------+---------+-----
1461D -2.4920 -0.8560 0.7800 (------*-----)
1462E -0.5308 1.1053 2.7413 (-----*------)
67
1463 ----+---------+---------+---------+-----
1464 -2.5 0.0 2.5 5.0
1465
1466
1467AT = D subtracted from:
1468
1469AT Lower Center Upper ----+---------+---------+---------+-----
1470E 0.3253 1.9613 3.5973 (------*-----)
1471 ----+---------+---------+---------+-----
1472 -2.5 0.0 2.5 5.0
1473
1474
1475Lampiran 15. Rata-rata konsentrasi nitrat pada media pemeliharaan ikan nila
1476 (Oreochromis niloticus)
Rata-
Perlakua Nitrat
No rata
n
0 10 20 30 60
1 A1 0.031 0.082 0.825 0.296 0.835 0.414
2 A2 0.031 0.094 0.768 0.312 0.768 0.395
3 A3 0.031 0.113 0.436 0.261 0.812 0.331
4 A4 0.031 0.091 0.569 0.331 0.888 0.382
5 B1 0.031 0.083 0.170 0.513 0.248 0.209
6 B2 0.031 0.082 0.228 0.366 0.693 0.280
7 B3 0.031 0.061 0.325 0.248 0.476 0.228
8 B4 0.031 0.124 0.229 0.693 0.611 0.338
9 C1 0.031 0.075 0.527 0.256 0.519 0.282
10 C2 0.031 0.057 0.611 0.215 0.218 0.226
11 C3 0.031 0.091 0.778 0.274 0.341 0.303
12 C4 0.031 0.056 0.427 0.245 0.622 0.276
13 D1 0.031 0.124 0.303 0.215 0.268 0.188
14 D2 0.031 0.058 0.639 0.267 0.316 0.262
15 D3 0.031 0.091 0.455 0.372 0.401 0.270
16 D4 0.031 0.083 0.712 0.162 0.297 0.257
17 E1 0.031 0.073 0.270 0.188 0.214 0.155
18 E2 0.031 0.111 0.322 0.277 0.289 0.206
19 E3 0.031 0.084 0.314 0.174 0.265 0.174
20 E4 0.031 0.039 0.288 0.228 0.298 0.177
1477
1478
1479
1480
1481
1482
1483
1484
1485
68
1486
1487
1488Lampiran 16. Persentase reduksi nitrat pada media pemeliharaan ikan nila
1489 (Oreochromis niloticus)
Perlakua TAN Reduksi
No
n Nilai Awal Nilai Akhir %
1 A1 0,082 0,835 -918,29
2 A2 0,094 0,768 -717,02
3 A3 0,113 0,812 -618,58
4 A4 0,091 0,888 -875,82
Rata-rata 0,095 0,826 -782,43
5 B1 0,083 0,248 -198,80
6 B2 0,082 0,693 -745,12
7 B3 0,061 0,476 -680,33
8 B4 0,124 0,611 -392,74
Rata-rata 0,088 0,507 -504,25
9 C1 0,075 0,519 -592,00
10 C2 0,057 0,218 -282,46
11 C3 0,091 0,341 -274,73
12 C4 0,056 0,622 -1010,71
Rata-rata 0,070 0,425 -539,97
13 D1 0,124 0,268 -116,13
14 D2 0,058 0,316 -444,83
15 D3 0,091 0,401 -340,66
16 D4 0,083 0,297 -257,83
Rata-rata 0,089 0,321 -289,86
17 E1 0,073 0,214 -193,15
18 E2 0,111 0,289 -160,36
19 E3 0,084 0,265 -215,48
20 E4 0,039 0,298 -664,10
Rata-rata 0,077 0,267 -308,27
1490
1491
1492
1493
1494
1495
1496
1497
1498
1499
69
1500
1501
1502Lampiran 17. Uji normalitas konsentrasi nitrat pada media pemeliharaan ikan nila
1503 (Oreochromis niloticus)
Probability Plot of AT
Normal
99
Mean -485.0
StDev 279.7
95 N 20
AD 0.582
90
P-Value 0.115
80
70
Percent
60
50
40
30
20
10
1
-1250 -1000 -750 -500 -250 0
AT
1504
1505
1506Lampiran 18. Uji homogenitas konsentrasi nitrat pada media pemeliharaan ikan
1507 nila (Oreochromis niloticus)
Bartlett's Test
A Test Statistic 3.21
P-Value 0.524
Lev ene's Test
Test Statistic 0.87
B
P-Value 0.504
C
AA
1509
1510
1511Lampiran 19. Hasil analisis ragam (ANOVA) konsentrasi nitrat pada media
1512 pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
644676,
Between Groups 1 4 161169 2,870498 0,059859 3,055568
842200, 56146,7
Within Groups 8 15 2
Total 1486877 19
1513
1514
1515
71
7 7 8 8
B3 1.56 2.00 2.61 3.45 4.43 5.80 6.35
2.00 3.00 3.89 5.03 5.60 6.87 7.55
2.21 3.12 4.25 5.05 6.03 6.90 7.65
2.34 3.20 4.34 5.10 6.38 7.00 8.25
3.19 3.92 5.00 5.63 6.73 7.00 8.45
3.28 4.50 5.13 5.93 7.00 8.23 9.35
10.3
3.48 4.72 5.30 6.06 7.38 8.35 0
12.2
4.76 5.76 6.80 7.50 8.63 9.66 0
12.8 15.7
4.92 6.66 8.15 8.61 10.04 0 0
44.0 54.1 61.5 73.5
5.16 32.90 3.29 7.19 7 4.41 8.70 7 5.42 9.19 5 6.16 11.36 8 7.36 - 72.61 8.07 - 85.80 9.53
B4 1.32 1.51 1.80 2.50 3.90 4.23 4.60
1.35 1.92 2.40 3.23 4.22 5.11 5.85
1.37 3.15 2.41 4.94 5.34 6.00 6.20
2.12 3.29 4.45 5.14 5.22 7.21 7.90
2.37 3.45 4.64 5.62 7.16 7.35 9.30
2.42 4.00 4.89 5.70 7.38 8.15 9.90
12.6
2.76 4.29 4.94 6.38 7.92 9.37 0
12.0 14.3
2.84 4.67 5.74 8.39 10.18 9 0
3.60 6.00 7.00 - - - -
4.53 24.68 2.47 - 32.2 3.59 - 38.2 4.25 - 41.9 5.24 - 51.3 6.42 - 59.51 7.44 - 70.65 8.83
75
8 7 0 2
C1 1.00 1.51 2.00 2.96 4.20 4.64 5.75
1.20 1.92 2.08 3.29 4.73 4.86 5.90
1.35 3.29 2.86 3.57 5.06 5.15 6.25
1.60 3.45 3.31 4.00 5.12 5.35 6.58
1.76 3.82 5.13 4.39 5.80 6.44 7.35
2.09 4.00 5.32 5.71 6.81 6.85 8.55
10.3
2.54 4.29 5.68 6.96 8.13 7.23 0
14.0 16.0
2.57 4.67 6.78 8.75 11.08 0 5
3.75 6.00 - - - - -
40.4 33.1 39.6 50.9
4.24 22.10 2.21 7.53 8 4.05 - 6 4.15 - 3 4.95 - 3 6.37 - 54.52 6.82 - 66.73 8.34
C2 1.24 1.86 2.09 2.50 2.78 3.00 3.10
1.66 2.56 3.13 3.73 4.30 5.79 6.30
2.13 3.07 3.94 3.81 5.56 6.38 7.60
10.3
3.09 4.42 5.58 6.57 8.28 9.80 0
10.8
3.19 4.55 5.75 6.78 8.57 9.41 5
10.5
3.50 4.82 6.69 7.37 8.73 9.76 0
10.7 11.4
4.00 5.16 6.90 8.42 9.93 7 5
10.5 11.1
4.32 5.00 7.00 8.80 9.95 3 0
4.65 5.29 7.29 - - - -
76
4.00 6.28 - - - - -
38.9 42.6 50.1 60.2
4.49 32.45 3.25 - 0 4.32 - 0 5.33 - 4 6.27 - 5 7.53 - 68.20 8.53 - 84.70 12.10
D1 1.75 2.27 2.84 3.73 4.23 5.27 6.35
1.85 2.29 2.87 3.73 4.28 5.77 6.40
1.10 1.78 1.93 2.22 2.51 2.93 4.55
1.76 2.00 2.74 3.27 4.78 5.30 7.60
1.79 2.89 4.37 3.72 5.63 5.80 7.80
1.79 3.00 4.46 4.54 6.55 6.62 9.60
10.6
1.86 3.12 4.72 5.13 6.88 7.62 0
12.1
2.34 3.23 5.28 6.15 7.38 9.20 0
11.1 13.4
3.71 3.85 5.39 6.20 9.40 1 5
30.8 42.4 47.6 63.0
4.15 22.10 2.21 6.40 3 3.08 7.81 1 4.24 8.94 3 4.76 11.40 4 6.30 - 59.62 6.62 - 78.45 8.72
D2 1.00 1.59 2.11 3.03 4.13 5.24 6.21
1.08 1.68 2.16 2.57 4.26 5.43 6.21
1.24 1.85 2.89 3.28 4.45 5.28 6.15
1.37 2.26 2.93 3.34 4.49 4.85 5.35
1.59 2.28 3.00 3.36 4.51 5.27 6.20
1.86 2.55 3.32 3.53 5.11 5.52 7.20
2.92 3.73 4.77 5.26 6.59 7.73 9.05
10.3
2.36 2.85 4.53 6.13 7.92 8.80 0
3.34 3.50 5.15 - - - -
78
1
4.41 6.44 7.54 8.73 - - -
33.4 41.4 49.1 57.4
5.08 28.88 2.89 - 4 3.72 - 8 4.61 - 3 5.46 - 7 7.18 - 64.02 8.00 72.01 10.29
E3 1.24 1.71 2.90 3.06 4.60 5.21 6.60
1.32 2.00 2.94 3.67 4.24 5.51 6.80
1.61 2.00 3.07 3.88 5.33 5.78 6.15
1.76 2.43 3.57 4.17 5.43 5.82 6.30
1.83 2.52 3.78 4.24 5.66 6.00 7.25
1.86 2.73 4.44 4.60 5.85 6.31 7.25
1.87 2.91 4.51 4.63 6.05 6.36 7.55
2.00 3.00 4.94 4.85 6.07 6.39 7.55
2.87 3.49 5.37 4.87 6.33 7.10 7.85
27.5 41.9 45.3 58.4 11.6
3.51 19.87 1.99 4.79 8 2.76 6.42 4 4.19 7.40 7 4.54 8.86 2 5.84 9.56 64.04 6.40 5 74.95 7.50
E4 1.64 1.00 1.80 2.50 2.71 3.68 4.00
1.00 1.23 1.44 1.70 3.02 3.57 4.05
1.79 3.00 3.37 4.68 5.00 5.70 7.25
2.00 3.08 3.74 4.46 5.38 6.50 7.45
2.11 3.18 4.69 4.71 6.05 7.12 8.75
2.20 3.36 4.77 5.12 7.30 7.88 9.00
10.7
2.37 3.44 5.30 5.40 7.62 9.52 0
11.6 13.9
2.76 3.52 6.35 5.53 7.73 1 0
2.83 4.27 6.65 7.26 9.88 - -
3.38 22.08 2.21 5.24 31.3 3.13 7.10 45.2 4.52 - 41.3 4.60 - 54.6 6.08 - 55.58 6.95 - 65.10 8.14
81
2 1 6 9
1517
1518
82
Probability Plot of AX
Normal
99
Mean 46.23
StDev 7.254
95 N 20
AD 0.472
90
P-Value 0.217
80
70
Percent
60
50
40
30
20
10
1
30 35 40 45 50 55 60 65
AX
1521
1522Lampiran 23. Uji homogenitas bobot mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus)
83
Bartlett's Test
A Test Statistic 1.70
P-Value 0.791
Levene's Test
Test Statistic 2.33
B
P-Value 0.103
AT
0 10 20 30 40 50 60 70 80
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
1523
1524
1525Lampiran 24. Hasil analisis ragam (ANOVA) bobot mutlak ikan nila
1526 (Oreochromis niloticus)
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
25.4417 0.42468 0.7885000 3.05556
Between Groups 101.76693 4 3 1 9 8
59.9078
Within Groups 898.617525 15 4
1000.38445
Total 5 19
1527
1528
1529
1530
1531
1532
1533
1534
84
Probability Plot of AX
Normal
99
Mean 7.19
StDev 1.308
95 N 20
AD 0.199
90
P-Value 0.866
80
70
Percent
60
50
40
30
20
10
1
4 5 6 7 8 9 10 11
AX
1542
1543Lampiran 28. Uji homogenitas panjang ikan nila (Oreochromis niloticus)
94
Bartlett's Test
A Test Statistic 7.26
P-Value 0.123
Levene's Test
Test Statistic 1.38
B
P-Value 0.288
AT
0 2 4 6 8 10 12 14 16
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
1544
1545Lampiran 29. Hasil analisis ragam (ANOVA) panjang mutlak ikan nila
1546 (Oreochromis niloticus)
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
0.55144 0.70099 3.05556
Between Groups 5.088 4 1.272 5 5 8
2.30666
Within Groups 34.6 15 7
Total 39.688 19
1547
1548
1549
1550
1551
1552
1553
1554
1555
1556
1557
1558
1559
95
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12.1 14.3
B1 0.77 4.89 6.11 8.66 5 1 16.8
1.07 4.58 5.07 5.42 4.94 4.52 4.4
11.6 13.9 17.2 20.2 24.0
0.88 2.72 0.91 2.15 2 3.87 2.77 5 4.65 3.13 1 5.74 3.16 5 6.75 3.04 21.87 7.29 2.85 5 8.02
B2 0.4 0.62 0.83 1.04 1.36 1.58 1.8
0.54 0.86 1.08 1.52 1.81 2.11 2.25
13.5 15.4 17.2 19.7 18.4 21.6 19.3 24.0
0.41 1.35 0.45 0.66 6.78 0.71 2 3 5.14 1 7 6.59 6 3 7.21 1 23 7.67 20 5 8.02
B3 0.38 3.36 6.11 10.2 10.0 9.4 9
97
3 8
11.3 13.4 14.0 14.7
0.86 2.24 7.64 5 9 3 5
18.1 32.6 10.9 10.7 32.1
0.55 1.79 0.60 2.32 7.92 2.64 4.41 6 6.05 7.22 28.8 9.60 9.12 9 0 8.72 32.15 2 8.4 5 10.72
B4 0.88 1.41 1.87 3.72 5.09 4.83 4.7
12.3 20.0 27.9 33.0 32.3
0.57 1.59 4 5 1 1 5
22.5 12.1 35.9 11.9 16.1 14.7 17.5 14.2
0.73 2.18 0.73 2.08 5.08 1.69 8.33 4 7.51 8 5 8 15.3 48.3 0 9 52.63 4 5 51.3 17.10
C1 0.48 1.6 1.77 1.78 2.01 1.83 1.75
0.7 2 2.06 2.47 2.47 2.3 2.1
0.81 1.67 1.71 2.41 2.68 2.88 3.1
0.3 1.94 1.92 1.8 1.73 1.66 1.65
0.6 1.44 1.88 2.69 3.41 4.65 4.8
10.6 13.9 14.6 14.6
0.92 3.81 0.64 2 5 1.78 2.66 12 2.00 2.82 7 2.33 2.32 2 2.44 2.29 15.61 2.60 1.25 5 2.44
C2 1 1.8 2.3 2.96 3.32 2.85 4.05
1 1.68 1.77 1.85 1.98 1.64 1.55
12.5
0.57 1.61 3.51 7.88 9.29 2 14.2
0.49 2.51 3.33 4.28 4.46 4.38 4.3
1.09 1.53 1.84 2.3 2.58 2.65 2.55
10.6 14.7 21.3 23.4
0.42 4.57 0.76 1.48 1 1.77 2.01 6 2.46 2.07 4 3.56 1.79 2 3.90 1.53 25.57 4.26 1.25 27.9 4.65
C3 0.82 1 1.55 2.14 3.03 3.85 4.45
0.71 1.18 1.43 1.87 2.04 2.3 2.4
0.56 1.9 2.23 2.84 3.08 3.47 3.5
98
1562
1563
1564
1565
1566
1567
1568
1569
1570
1571
1572
1573
1574
1575
1576
1577
1578
1579Lampiran 31. Data transformasi bobot awal kangkung (Ipomea aquatica)
Hari Rata Rata Rata Rata Rata Rata Rata-
ke-0 Total -rata H-10 Total -rata H-20 Total -rata H-30 Total -rata H-40 Total -rata H-50 Total -rata H-60 Total rata
A1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
103
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
104
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B1 1.13 2.32 2.57 3.03 3.56 3.85 4.16
1.25 2.25 2.36 2.43 2.33 2.24 2.21
1.17 3.55 1.18 1.63 6.20 2.07 1.81 6.74 2.25 1.91 7.36 2.45 1.91 7.80 2.60 1.88 7.97 2.66 1.83 8.20 2.73
B2 0.95 1.06 1.15 1.24 1.36 1.44 1.52
1.02 1.17 1.26 1.42 1.52 1.62 1.66
0.95 2.92 0.97 1.08 6.78 1.10 3.74 6.15 2.05 4.21 6.87 2.29 4.35 7.24 2.41 4.45 7.51 2.50 4.53 7.70 2.57
B3 0.94 1.96 2.57 3.28 3.25 3.15 3.08
1.17 1.66 2.85 3.44 3.74 3.81 3.91
10.0
1.02 3.13 1.04 1.68 5.30 1.77 2.22 7.64 2.55 2.78 9.50 3.17 3.10 9 3.36 3.04 9.99 3.33 2.98 9.97 3.32
B4 1.17 1.38 1.54 2.05 2.36 2.31 2.28
1.03 1.45 3.58 4.53 5.33 5.79 5.73
11.6 11.8
1.11 3.32 1.11 1.61 4.43 1.48 2.97 8.09 2.70 3.56 10.15 3.38 3.97 7 3.89 3.91 12.01 4.00 3.84 5 3.95
C1 0.99 1.45 1.51 1.51 1.58 1.53 1.50
1.10 1.58 1.60 1.72 1.72 1.67 1.61
1.14 1.47 1.49 1.71 1.78 1.84 1.90
105
Probability Plot of AX
Normal
99
Mean 7.059
StDev 5.204
95 N 16
AD 0.636
90
P-Value 0.080
80
70
Percent
60
50
40
30
20
10
1
-5 0 5 10 15 20 25
AX
1584
1585
1586
1587Lampiran 34. Uji homogenitas bobot kangkung (Ipomea aquatica)
111
Bartlett's Test
0 10 20 30 40
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
1588
1589Lampiran 35. Hasil analisis ragam (ANOVA) bobot mutlak kangkung
1590 (Ipomea aquatica)
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
258.403 6.99210 0.00564582 3.49029482
Between Groups 8 3 86.1346 7 7 1
12.3188
Within Groups 147.826 12 3
406.229
Total 8
15
1591
1592Lampiran 36. Hasil uji Beda Nyata Jujur (BNJ) bobot mutlak kangkung
1593 (Ipomea aquatica)
1594Grouping Information Using Tukey Method
1595
1596AT N Mean Grouping
1597D 4 13.363 A
1598C 4 6.490 A B
1599B 4 6.201 A B
1600E 4 2.181 B
1601
1602Means that do not share a letter are significantly different.
1603
1604
1605Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals
1606All Pairwise Comparisons among Levels of AT
1607
1608Individual confidence level = 98.83%
1609
112
1610
1611AT = B subtracted from:
1612
1613AT Lower Center Upper ---------+---------+---------+---------+
1614C -7.082 0.289 7.660 (------*-------)
1615D -0.209 7.162 14.533 (------*-------)
1616E -11.391 -4.021 3.350 (------*------)
1617 ---------+---------+---------+---------+
1618 -10 0 10 20
1619
1620
1621AT = C subtracted from:
1622
1623AT Lower Center Upper ---------+---------+---------+---------+
1624D -0.497 6.873 14.244 (------*------)
1625E -11.680 -4.309 3.061 (-------*------)
1626 ---------+---------+---------+---------+
1627 -10 0 10 20
1628
1629
1630AT = D subtracted from:
1631
1632AT Lower Center Upper ---------+---------+---------+---------+
1633E -18.553 -11.183 -3.812 (-------*------)
1634 ---------+---------+---------+---------+
1635 -10 0 10 20
1636
1637
1638Lampiran 37. Dokumentasi penelitian
1639
1640
1641
1642
1643
1644
1645
1646
1647
1648
1649 Persiapan wadah
1650
1651
113
1652
1653
1654
1655
1656
1657
1658
1659
1660
1661
1662
1664
1665
1666
1667
1668
1669
1670
1671
1672 Pengukuran kualitas air
1673
1674
1675
1676
1677
114
1678
1680
1681
1682
1683
1684
1685
1686
1687
1688
1690
1691