Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG

BUDIDAYA UDANG VANAMEI


Dosen pengampuh : Prof. Dr. Ir. Yuniarti Koniyo, MP

Disusun Oleh :

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN TEKNOLOGI PERIKANAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menselesaikan Makalah ini.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan Laporan
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan Makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan laporan
praktikum ini sehingga menjadi laporan yang baik dan benar. Akhir kata kami
berharap makalah yang kami buat ini bisa bermaanfaat untuk pembaca.

Gorontalo, Februari 2024

Penyusun.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi merupakan pemanfaatan makhluk hidup atau organisme dengan
metode bioteknologi, dan rekayasa genetika. Bioteknologi berkembang pasat
dalam bidang kedokteran , produksi pangan, dan pertanian dan perikanan.
Penerapan dibidang perikanan di perkenakan secara luas, seperti rekayasa media
budidaya, ikan , pembuatan pakan, sampai pasca panenn hasil budidaya
perikanan. Dalam pemanfaatan mikroba atau mikroorganisme telah terbukti
mampu mempertahkan kualitas medai budidaya dan aman untuk digunakan
sebagai media budidaya perikanan. Bioteknologi melalui rekayasa genetika
mampu menciptakan ikan dengan karakter genetika yang khas dan unik, seperti
membuat atau menciptkan ikan dengan pertumbuhan lebih cepat, dari segi
warnya lebih menarik, tubuh kuat dengan imunitas tinggi, daging menjadi tebal,
tahan terhadap patogen atau penyakit, dan contoh lainya.

Menurut Federasi Bioteknologi eropa juga pada bulan september 1981,


Bioteknologi diartikan sebagai penerapan biokimia, mikrobiologi dan ilmu teknik
dalam satu kesatuan unutk menerapkan teknologi mikroorganisme dan kultur
jaringan pada bagian- bagianya. Contoh peran yang termasukpada bioteknolgi di
bidang perikanan yaitu pembuatan pakan seperti silese ikan rucah dengan
fermentasi asam laktat. Pakan yang dibuta pada silase ikan ruch mempunyai
keuntungan lebih dalam hal kegitan budidaya. Pakan silase ikan rucah dibuat
dengan menggunakan bakteri asam lakat dengan waktu lebih dari 14 hari.

Vaname (lotopenaesus Vanname) mrupakan jenis udang yang mempunyai


toleransi cukuptinggi terhadap fluktuasi kualitas air, terutama di musim kemarau.
Pada produksi udang vaname dengan sistem budidya intensif dapat menghasilkan
panen yang relatif lebih baik pada fluktuasi dii akuliatas air yang tiggi
dibandingkan dengan jenis udang lainya seperti udang windu. Salah satu dari
parameetr penting kualitas air dalam budidaya udang adalah oksigen terlarut yang
dikomsumsi pada udang unutuk proses respirasi.
1.2 Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini juga ada beberapa tujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui pemanfaatan bioteknologi dalam budidaya udang vanamei, sebagai
berikut :

1.3 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini

1.4 Rumusan Masalah


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vanamei
Klasifikasi udang vanamei sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : malascostraca
Ordo : Decapoda
Super famili : Penaeioide
Famili : penaeidae
Gambar 1. google search
Genus : Penaeus
Sub Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei Boone.
Tubuh udang vanamei berwarna putih transparan dan ter-bagi menjadi 2
bagian yaitu bagian kepala (thorax) dan bagian perut (abdomen). Bagian kepala
udang vaname terdiri atas antenula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae.
Kepala udang vanamei juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan lima
pasang ka-ki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Maxiliped sudah
mengala- Page 26 9mi modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan.
Endopodite kaki ber-jalan menempel pada chepalothorax yang dihubungkan oleh
coxa. Sedangkan pada bagian perut (abdomen) udang vaname terdiri dari enam
ruas dan pada ba-gian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang
uropoda (miripekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson, Udang vaname
dicirikan oleh adanya gigi pada rostrum bagian atas dan bawah, mempunyai dua
gigi di bagian ventral dari rostrum dan gigi 8-9 di bagian dorsal serta mempunyai
antena pan-jang (Wahyu, 2011).

Tubuh udang vaname terbentuk dari dua cabang (biramous) yaitu


exopodite danendopodite. Panjang tubuh udang vaname mencapai 23 cm. Udang
vaname memiliki bentuk tubuh yang berbuku-buku dan mengalami pergantian
kulit (moulting)secara periodik. Bagian tubuh udang vaname sudah mengalami
modifikasi sehingga memudahkan udang untuk makan, bergerak, menopang
insang, dan membenamkan diri ke dalam lumpur (burrowing). Udang vaname
termasuk dalam bang-sa Decapoda yaitu mempunyai karapas yang berkembang
sehingga menutup kepada dan dada yang disebut dengan chepalothorax, Udang
vaname termasuk anggota dari suku Penaidae karena memiliki karakter
menetaskan telurnya di luar Page 27 10tubuh, setelah telur dikeluarkan oleh induk
betina dan mempunyai tanduk ataurostrum (Marfa’ati, 2016).

2.2 Habitat Dan Pertumbuhan Udang Vaname

Udang vanamei merupakan udang asli dari perairan Amerika Latin dengan
kondisiiklim subtropis. Pada habitat alaminya, udang vaname hidup pada
kedalaman airkurang lebih 70 meter. Habitat udang vaname berbeda-beda
tergantung pada jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan dalam daur hidupnya.
Pada umumnya, udang vaname bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar
laut berupa campuran lumpur dan pasir. Selain itu, udang vaname memiliki sifat
euryhalin atau mampuhidup pada rentang salinitas yang luas. Pada habitat aslinya,
udang vaname dite-mukan pada perairan dengan kisaran salinitas 0,5-40 ppt.
Selain itu, udang vana-me mampu beradaptasi terhadap suhu rendah dan memiliki
tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (Riani et al., 2012).

Udang merupakan anggota subfilum krustasea yang hidup di perairan


khususnya sungai, laut, atau danau. Habitat udang vaname usia muda yaitu di air
payau seperti muara sungai dan pantai. Udang vaname usia dewasa banyak
terdapat di laut.Ukuran udang menunjukkan tingkat usia. Udang vaname dewasa
mencapai umur1,5 tahun. Pada saat akan melakukan pemijahan, udang dewasa
yang sudah matang telurnya akan menuju tengah laut dengan kedalaman 50 meter
untuk mela-kukan perkawinan Setelah menetas, larva dan yuwana udang vaname
akan bermigrasi ke daerah pesisir pantai (estuari). Setelah dewasa, udang vaname
dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan pemijahan seperti
pematangan gonad (Banjarnahor, 2019).
Udang vanamei merupakan organisme hidup yang mengalami
pertumbuhan dan mortalitas. Pertumbuhan dan mortalitas udang vaname
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu makanan (pakan). Pakan
merupakan sumber nutrisi yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
dan mineral yang dibutuhkan udang untuk pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. Nutrisi digunakan udang
vaname sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan berkembang biak. Udang
tidak mampu mensintesis protein dan asam amino begitu pula senyawa anorganik.
Oleh sebab itu, asupan protein dari luar dalam bentuk pakan sangat diperlukan.
Udang vaname hanya dapat meretensi protein pakan sekitar 16,3-40,87% dan
sisanya dibuang dalam bentuk proses ekskresi, residu pakan, dan fese
(Purnamasari et al., 2017).

Laju pertumbuhan udang berhubungan dengan jumlah pakan yang


diberikan dengan kapasitas lambung. Pakan yang diberikan harus mempunyai
rasio energi protein tertentu karena sebagian besar protein digunakan untuk
pertumbuhan. Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan organisme
budidaya agar pertumbuhannya optimal. Kekurangan pakan akan mengakibatkan
pertumbuhan udang me-njadi lambat, ukuran udang tidak seragam, tubuh keropos,
dan menimbulkan kanibalisme. Apabila kelebihan pakan akan mencemari perairan
dan mengakibatkan kualitas air menurun sehingga udang mudah stress, daya tahan
tubuh menurun,dan rentan terserang penyakit (Ulumiah et al., 2020).

2.3 Pemanfaatan Bioteknologi dalam Bidang Budidaya Udang Vaname

Pemanfaatan bioteknologi berbasis mikroorganisme semakin nyata


perannya dalam menunjang keberhasilan budidaya perikanan. Potensi
mikroorganisme mereduksi limbah budidaya menjadi senyawa yang aman bagi
ikan peliharaan dan lingkungan semakin prospektif untuk dikembangkan seiring
kesadaran budidaya ramah lingkungan dan berkelanjutan. Teknologi pemanfaatan
limbah pertanian yang cukup melimpah melalui fermentasi juga membuka
harapan dalam mengatasi harga sumber protein pakan yang mahal dan masih
merupakan bahan impor, Pemanfaatan potensi bioteknologi berbasis
mikroorganisme semakin nyata perannya dalam menunjang keberhasilan budidaya
perikanan dikalangan masyarkat luas tekususnya masyarakat nelayan.Potensi
mikroorganisme mereduksi limbah budidaya menjadi senyawa yang aman bagi
ikan yang akan pelihara (Hadadi et al., 2007).

Kualitas suatu perairan dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu.


Berbagai faktor penyebab perubahan itu menciptakan berbagai fenomena
lingkungan yang penting dicermati. Hal ini memberikan pengaruh terhadap
organisme yang hidup didalamnya. Suatu badan perairan yang rentang mengalami
perubahan adalah perairan estuari/muara sungai (May et al. 2003). Pada sektor
pertanian, buangan sisa pupuk dan pestisida dapat memicu kesuburan yang tinggi
pada lingkungan perairan (Savenkoff et al. 1996 dan Cebrian 2002). Bioteknologi
dalam budidaya udang vaname adalah penerapan ilmu bioteknologi untuk
meningkatkan hasil panen dan produksi budidaya udang vaname, hal ini
dilakukan dengan memanfaatkan berbagai organisme hidup, seperti bakteri,
jamur, virus, serta produk-produknya. Seperti enzim dan hormon untuk
manipulasi proses biologis dalam budidaya udang vaname (Nurdin et al. 2019)

Kemerosotan kualitas lingkungan menyebabkan terjadinya serangan


penyakit udang vaname (Litopenaeus vannamei), sehingga penggunaan produk
kimia dan biologi menjadi penting sebagai konsekuensi dalam mempertahankan
produksi di tambak. Dalam akuakultur, seperti halnya dengan semua sektor yang
memproduksi makanan, salah satu masukan eksternal yang dibutuhkan untuk
keberhasilan produksi adalah produk kimia dan biologi (Subasinghe et al., 2000).
Namun demikian, penggunaan produk kimia dan biologi ini perlu pula diwaspadai
sebab memiliki potensi dampak lingkungan dan kesehatan manusia (Gräslund &
Bengtsson, 2001; Gräslund et al., 2003).

Langkah antisipatif melalui penerapan teknologi budidaya udang vaname


dengan berpedoman pada kaidah keseimbangan ekosistem merupakan solusi
untuk mencegah kerusakan yang lebih serius. Di antara langkah tersebut adalah
melalui aplikasi probiotik yang mempunyai kemampuan dalam mempertahankan
kualitas air dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen guna
terciptanya sistem budidaya perikanan yang berkelanjutan (sustainable
aquaculture) (Khasani, 2007).

Menurut Austin & Austin (1999), di antara strategi pengendalian penyakit


pada budidaya udang yang banyak dilakukan dan memberikan hasil yang baik
adalah melalui kontrol biologis, salah satunya adalah dengan aplikasi probiotik.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa penggunaan bakteri probiotik
memiliki keuntungan antara lain organisme yang digunakan lebih aman
dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia, tidak terakumulasi dalam rantai
makanan, dapat mengurangi pemakaian berulang dalam reproduksi, organisme
sasaran jarang menjadi resisten terhadap agen probiotik serta dapat digunakan
untuk pengendalian secara bersama-sama, mengendalikan patogen pada inang dan
lingkungan, menstimulasi imunitas udang dan sebagai agensia perbaikan kualitas
air melalui kemampuannya mereduksi polutan.

Haryanti et al. (2005) menginformasikan bahwa penggunaan bakteri


Alteromonas sp. BY-9 sebagai probiotik maupun agen kontrol biologi dapat
meningkatkan keragaan sintasan dan pertumbuhan/ kecepatan perkembangan
larva udang vaname (Litopenaeus vannamei). Atmomarsono et al. (2005)
mengemukakan bahwa penggunaan bakteri probiotik mampu menekan kematian
pascalarva udang vaname melalui pengendalian populasi bakteri Vibrio sp. dalam
air media. Gunarto et al. (2006) melaporkan bahwa pemberian fermentasi
probiotiok komersial sebanyak 3 mg/ L/minggu selama masa pemeliharaan udang
vaname di tambak cenderung mampu meningkatkan nilai potensial redoks
sedimen tambak, mengurangi konsentrasi amoniak dan bahan organik total (BOT)
dalam air tambak, serta mampu menekan populasi bakteri Vibrio sp. dan
mencegah insidensi infeksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada udang
yang dibudidayakan.

Murtiati et al. (2006) melaporkan bahwa aplikasi probiotik memberikan


pengaruh yang cukup baik dibandingkan dengan kontrol (tanpa probiotik)
terhadap kondisi kualitas air (oksigen terlarut, amoniak, nitrit, dan nitrat) serta
mampu mendukung sintasan ikan lele Sangkuriang. Sementara Nurhidayah et al.
(2007) mengemukakan bahwa aplikasi bakteri probiotik MY1112 pada
konsentrasi 104 cfu/mL dapat menurunkan konsentrasi BOT, sedangkan bakteri
probiotik BT950 dan BT951 dapat menurunkan konsentrasi nitrit dan amoniak
serta mampu meningkatkan sintasan pascalarva udang vaname yang dipelihara
dalam skala laboratorium. Hal yang sama juga diperoleh pada penelitian Badjoeri
& Widiyanto (2008), bahwa pemberian konsorsium bakteri nitirifikasi dan
denitrifikasi berpengaruh positif terhadap perbaikan kondisi kualitas air tambak,
pertumbuhan, dan produksi udang vaname. Konsentrasi amonia dan nitrit di
tambak uji kondisinya berada di bawah ambang batas konsentrasi toksik yang
membahayakan udang. Saat ini probiotik untuk budidaya udang sudah tersedia
secara komersial. Penggunaan probiotik tersebut harus sesuai petunjuk aplikasi
dan tergantung peruntukannya. Penggunaan probiotik akan menambah biaya
produksi karena harga di pasaran cukup mahal. Namun hal ini bisa ditekan dengan
cara probiotik diperbanyak terlebih dahulu menggunakan bahan-bahan tertentu
(difermentasi) sehingga mampu meningkatkan populasi bakteri probiotik
(Poernomo, 2004).

Menurut Gunarto & Hendrajat (2008), bahwa sebelum probiotik


diaplikasikan di tambak, maka dibuat fermentasi terlebih dahulu menggunakan
bahan dedak halus, tepung ikan, molase, ragi (marine yeast), dan air tambak.
Setelah 3 hari difermentasi populasi probiotik tersebut dapat mencapai 1012
cfu/mL. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian aplikasi probiotik
hasil fermentasi dengan konsentrasi berbeda pada pemeliharaan udang vaname
dalam kondisi terkontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
probiotik yang tepat pada pemeliharaan udang vaname dan melihat efeknya
terhadap kualitas air, pertumbuhan, sintasan, dan produksi udang vanamei. Proses
fermentasi bertujuan untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksi bakteri
probiotik yang diinginkan serta menghasilkan metabolit yang bermanfaat bagi
udang. Selama fermentasi, kondisi seperti suhu, kelembaban, dan pH biasanya
dikontrol untuk memastikan kondisi optimal bagi pertumbuhan bakteri probiotik.
Setelah proses fermentasi selesai, probiotik yang dihasilkan dapat dicampurkan ke
dalam pakan udang atau langsung diaplikasikan ke dalam tambak. Dengan
demikian, probiotik tersebut dapat membantu meningkatkan kesehatan dan
produktivitas udang dengan mengoptimalkan keseimbangan mikroba dalam
ekosistem tambak, meningkatkan pencernaan udang, dan mengurangi risiko
infeksi patogen.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada Pemanfaatan Bioteknologi dalam Budidaya Udang Vaname,


berkaitan dengan proses pertumbuhan dan pencegahan penyakit. Karena dengan
adanya Bioteknologi pada proses pembudidayaan udang vaname pencegahan
sumber penyakit terkontrol dan proses pertumbuhan udang selalu terjaga dengan
adanya probiotik dan pemanfaatan organisme lain yang mendukung pertumbuhan
udang vaname serta pencegahan penyakit menyebar yang dapat menggagalkan
panen.

3.2 Saran

Pemanfaatan Bioteknologi dalam Budidaya Udang Vaname juga


diharapkan dapat dimanfaatkan pada pembudidaya tradisional agar pertumbuhan
dan penyebaran penyakit pada udang tidak menggagalkan panen, dengan cara
menggunakan probiotik yang alami (tumbuhan tradisional) agar dapat diterima
pada masyarakat konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Adibrata, Sudirman, Rahmad Lingga, and Mohammad Agung Nugraha.


"Penerapan blue economy dengan budidaya udang vaname (Litopenaeus
vannamei)." Journal of Tropical Marine Science 5.1 (2022): 45-54.

Aisyah, D., Ramadhani, A. W., Fattah, M., Sofiati, D., & Anandya, A. (2023).
Pengaruh Kelimpahan Plankton Dan Kualitas Air Terhadap Performa
Pertumbuhan Udang Vanname Pada Sistem Budidaya Intensif. Jurnal
Lemuru, 5(2), 173-182.

Badjoeri, M., dan Widiyanto. 2008.Penggunaan Bakteri


NitrifikasiuntukBioremediasidanPengaruhnyaTerhadapKonsentrasi
Amonia dan Nitrit diTambakUdang.JurnalOseanologi dan Limnologi.

Cebrian, J. 2002. Variability and Control of Carbon Consumption, Export,


andAccumulation in Marine Communities. Limnol.Oceanogr. 47(1):11–
22.

Dwiansyah, M. M. (2022). PERFORMA PERTUMBUHAN UDANG VANAME


Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) DENGAN APLIKASI MULTI
BAKTERI DI DESA PURWOREJO KECAMATAN PASIR SAKTI
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR.

Gräslund, S., Holmström, K., & Wahlström, A. (2003). A field survey of


chemicals and biological products used in shrimp farming. Marine
Pollution Bulletin, 46(1), 81-90.

Gunarto, G., & Hendrajat, E. A. (2008). Budidaya udang vanamei, Litopenaeus


vannamei pola semi-intensif dengan aplikasi beberapa jenis probiotik
komersial. Jurnal Riset Akuakultur, 3(3), 339-349.

Gunarto, G., Muslimin, M., & Atmomarsono, M. (2006). Tiger shrimp (Penaeus
monodon) growth at different stocking densities in high salinity pond
using mangrove reservoir. Indonesian Aquaculture Journal, 1(1), 1-7.
Haryanti, B. K. W., Permana, G. N., & Moria, S. B. (2005). Pemeliharaan Larva
Litopenaeus vannamei Melalui Aplikasi Bakteri Probiotik Alteromonas sp.
BY-9.

Isma, M. F. (2017). PEMANFAATAN POTENSI BIOTEKNOLOGI


MIKROORGANISME UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
PERIKANAN DI KALANGAN MASYARAKAT. Jurnal Ilmiah
Samudra Akuatika, 1(1), 45-54.

Khasani, I. (2007). Aplikasi Probiotik Menuju Sistem Budi Daya Perikanan


Berkelanjutan. Media Akuakultur, 2(2), 86-90.

Khasani, I. (2010). Pemanfaatan Bioteknologi Berbasis Mikroorganisme Guna


Mendukung Peningkatan Produktivitas Perikanan Nasional. Media
Akuakultur, 5(1), 22-31.

MAGFIRA, N. APLIKASI PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN


PERTUMBUHAN DAN SINTASAN POST LARVA UDANG
VANAME (Litopenaeus vannamei, Boone 1931).

Marfa’ati, M. A. (2016). PENGARUH DOSIS KARBON AKTIF YANG BERBEDA


TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN KUALITAS BENUR
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TRANSPORTASI
TERTUTUP (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Gresik).

May, C.L, J.R. Koseff, L.V. Lucas, J.E. Cloern, and D.H. Schoellhamer. 2003.
Effects ofSpatial and Temporal Variability of Turbidity on Phytoplankton
blooms.Mar.Ecol.Prog.Ser. 254:111–128

Poernomo, A. (2004, January). Teknologi probiotik Untuk Mengatasi Permasalah


tambak Udang dan lingkungan Budidaya. In national Symposium on
development an Scientific and Technology Innovation in Aquaculture,
Semarang.
Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). Pertumbuhan udang
vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak intensif. Jurnal enggano, 2(1),
58-67.

Riani, H., Rostika, R., & Lili, W. (2012). Efek pengurangan pakan terhadap
pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei) PL-21 yang diberi
bioflok. Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3).

Savenkoff, C., A.F. Vézina, T.T. Packard, N. Silverberg, J.C. Therriault, W.


Chen, C.Bérubé, A. Mucci, B. Klein, F. Mesplé, J.E. Tremblay, L.
Legendre, J. Wesson,and R.G. Ingram. 1996. Distributions of Oxygen,
Carbon, and Espiratory Activityin The Deep Layer of The Gulf of St.
Lawrence and Their Implications for TheCarbon Cycle. Can. J. Fish.
Aquat. Sci. 53: 2451–2465.

Sofia, A., Nugroho, B. E. L., Maulana, M. A., Silviawati, P. A., Ramadhan, S., &
Sari, Y. (2021). APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM PEMBUATAN
SILASE IKAN RUCAH MELALUI FERMENTASI BAKTERI ASAM
LAKTAT. Jurnal Akuakultura Universitas Teuku Umar, 5(1), 10-16.

Subasinghe, R. P., Arthur, J. R., Phillips, M. J., & Reantaso, M. (2000). Thematic
review on management strategies for major diseases in shrimp
aquaculture. FAO, UN, Cebu, Philippines.

Ulumiah, M., Lamid, M., Soepranianondo, K., & Al-arif, M. A., Alamsjah, M, A.,
& Soeharsono. 2020. Manajemen Pakan dan Analisis Usaha Budidaya
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Pada Lokasi yang Berbeda di
Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sidoarjo. Journal of Aquaculture
and Fish Health, 9(2), 95-103.

Anda mungkin juga menyukai