Anda di halaman 1dari 36

Tugas Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa 2

Dosen Pengampuh : Narmi, S.Kep., Ns., M.Kep


 
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN YANG MENGALAMI
HARGA DIRI RENDAH 

 
OLEH KELOMPOK 4 :
NAMA NIM
MIRANDASARI S.0020.P2.037
NIAR SUTIARA S.0020.P2.043
SANRA SUPIAN RASA S.0020.P2.055
NOVITA RATMAN S.0020.P2.045
NURALIM S.0020.P2.046
 
 
 
  
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
2021
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sebagai media atau
sarana belajar bagi pembaca untuk mengetahui tentang ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN YANG MENGALAMI HARGA DIRI RENDAH. Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari
semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena n
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah tentang ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN YANG MENGALAMI
HARGA DIRI RENDAH ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasI terhadap pembaca.

Kendari, 30 september 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................6
C. Tujuan................................................................................................................................6
BAB II..........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................7
A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis.......................................................................7
B. Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Kronis...............................................14
C. Asuhan Keperawatan klien harga diri rendah..............................................................27
FORMAT PENGKAJIAN...................................................................................................27
A. IDENTITAS...............................................................................................................27
B. PERSEPSI DAN HARAPAN.....................................................................................27
C. STATUS MENTAL...................................................................................................27
D. LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA...............................................28
E. RIWAYAT KELUARGA..........................................................................................28
F. PENGKAJIAN FISIK................................................................................................29
ANALISA DATA.................................................................................................................30
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.....................................................................31
TINDAKAN KEPERAWATAN.........................................................................................33
BAB III......................................................................................................................................35
PENUTUP..................................................................................................................................35
A. KESIMPULAN..............................................................................................................35
B. SARAN..........................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat
mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang dialami
sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan
meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku


akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku.
Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Muhith,2011).

Menurut (Herman, 2011) gangguan jiwa adalah terganggunya kondisi mental


atau psikologi seseorang dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi prilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan
sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-isitadat, kebudayaan dan
kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang
yang dicintai, rasa permusuhan hubungan antar manusia.Gangguan jiwa menyebabkan
pasien tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri
untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu
perlu dilakukan asuhan keperawatan jiwa.

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan,
dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.
Penelitian World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia 2014
menunjukkan tidak kurang dari 450 juta penderita mengalami gangguan mental, sekitar
10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25% diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu. Gangguan jiwa yang mencapai 13%,
kemungkinan akan berkembang 25% pada tahun 2030. Menurut WHO gangguan jiwa
ditemukan sebanyak 450 juta orang di dunia terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta
gangguan penggunaan zat dan alcohol 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir
1 juta melakukan bunuh diri di setiap tahun, dan hampir ¾ beban global penyakit
neuropsikiatrik didapati berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
Jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia saat ini menurut Riskesdas (2013)
adalah 236 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan
0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat
sebanyak 6% penduduk berusia 15,24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34
provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah
gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan
ke-2 sebanyak 1.9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan
menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh pasien.

Gangguan jiwa yang menjadi masalah utama di negara-negara berkembang


adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan prilaku yang aneh dan
terganggu. Skizofrenia terbentuk secara bertahap dan klien tidak menyadari ada sesuatu
yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang
perlahan-lahan ini yang akhinya menjadi skizofrenia akut. Periode skizofrenia akut
adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi penyesatan pikiran (delusi), dan
kegagalan berpikir, dan harga diri rendah (Yosep, 2011).

Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri, gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung. Harga diri rendah merupakan semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan tentang dirinya dan mempengaruhi orang lain. Harga diri tidak terbentuk
dari lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,
dengan orang terdekat, dan dengan lingkungan (Stuart, 2013).

Menurut (Keliat, 2011) tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri
sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktifitas,
penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala diatas, dapat juga
mengamati penampilan seorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang
memperhatikan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap
lawan bicara, lebih banyak menunduk dan bicara lambat dengan nada suara rendah.
Pasien dengan harga diri rendah beresiko muncul masalah gangguan jiwa lain
apabila tidak segera diberikan terapi dengan benar, karena pasien dengan harga diri
rendah cenderung mengurung diri dan menyendiri, kebiasaan itulah yang memicu
munculnya masalah isolasi sosial. Isolasi sosial menyebabkan pasien tidak dapat
memusatkan perhatian yang menyebabkan suara atau bisikan muncul sehingga
menimbulkan masalah halusinasi, masalah lain yang kemudian terjadi adalah resiko
perilaku kekerasan, rasa tidak terima tentang suatu hal karena merasa direndahkan
seseorang maupun suara bisikan yang menghasut untuk melakukan tindakan merusak
lingkungan dan menciderai orang lain (Direja, 2011).

Peran perawat untuk mengatasi masalah klien dengan harga diri rendah adalah
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien, membantu
klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien untuk
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih dan melatih kemampuan yang
dipilih klien serta membantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih (Prabowo, 2014) . Keluarga sebagai sistem pendukung utama juga memiliki
peran penting dalam membantu pasien meningkatkan harga dirinya (Dermawan, 2013).
Tindakan dan peran keluarga yang dapat dilakukan untuk membantu menyelesaikan
masalah klien menurut Yosep (2014) diantaranya mendorong pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya, memberi kegiatan sesuai kemampuan pasien,
menetapkan tujuan yang nyataa, membantu klien mengungkapkan beberapa rencana
mengungkapkan masalah, dan membantu klien mengungkapkan upaya yang bisa
digunakan dalam menghadapi masalah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Klien yang
mengalami HDR/Harga Diri Rendah.

C. Tujuan
Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan jiwa pada klien yang mengalami
Harga diri rendah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis


1. Pengertian Harga Diri Rendah Kronis

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga, tidak
berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat, 2011).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)

Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2012).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang
dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang
berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.

2. Rentang Respon Harga Diri Rendah Kronis

Adapun tentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Respon Adaptif Respon maladptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan depersonalisasi

Diri positif Rendah Identitas


Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi:

a. Aktualisasi diri

Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat mengapresiasikan kemampuan
yang dimilikinya

b. Konsep diri positif

Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam beraktualisasi diri dan


menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. Individu dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dalam menilai suatu
masalah individu berfikir secara positif dan realistis.

Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:

a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain.

b. Kekacauan identitas

Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak


kendala kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

c. Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan sendirinya dengan orang lain.

3. Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah Kronis

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Menurut
Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor Biologis

Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma kepala.

b. Faktor psikologis

Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang
tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis
identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh penilaian
internal individu.

c. Faktor sosial budaya

Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien yang
mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan
pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.

4. Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah Kronis

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh,
perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.
Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
atau kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang muncul tiba-tiba, sedangkan
yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan memingkat saat dirawat (yosep, 2009).

Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:

1) Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang


mengancam kehidupan

2) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan

b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota


keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan
keperawatan.

5. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak
pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien sebelumnya bahkan
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.
Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),
individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan
terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis.

6. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronis

Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara dan
observasi (Kemenkes, RI)
a. Data subjektif

Pasien mengungkapkan tentang:

1. Hal negatif diri sendiri atau orang lain


2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penolakan terhadap kemampuan diri

b. Data objektif

1. Penurunan produktifitas
2. Tidak berani menatap lawan bicara
3. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada suara rendah.

Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah
menurut Fitria (2009) adalah:

1. Mengkritik diri sendiri


2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. selera makan kurang
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah

7. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah Kronis

Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi (2015) adalah:

a. Jangka pendek
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagaman,
politik).
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga kontes
popularitas).
4. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan obat).

b. Jangka panjang

1. Menutup identitas
2. Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.

8. Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronis

Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu metoda


bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang berdasarkan kebutuhan
pasien dan mengacu pada standar dengan mengimplementasikan komunikasi yang
efektif. Penatalaksanaan harga diri rendah tindakan keperawatan pada pasien menurut
Suhron (2017) diantaranya:

1. Tujuan keperawatan: pasien mampu:

a. Membina hubungan saling percaya


b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih.

2. Tindakan keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:

1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien


2) Perkenalkan diri dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien:

1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat


daftar kegiatan)
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan pasien

c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien

d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan kegiatan yang


dilakukan

1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.


2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.

e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan

1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).


2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali perhari.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
4) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya menyusun
rencana kegiatan.
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
8) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
9) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan.

B. Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Kronis

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien,
serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, 2011)

Menurut Prabowo (2014) isi dari pengkajian tersebut adalah:

1) Identitas pasien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status
marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.

2) Keluhan utama/alasan masuk

Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan alasan masuk
pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan bicara, sering menunduk dan
nada suara rendah.

3) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala mengenai jenis tipe keluarga atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tradisional dan nontradisional.
4) Suku Bangsa

Membahas tentang suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut kaitannya dengan kesehatan.

5) Agama

Menjelaskan tentang agama yang dianut oleh masing-masing keluarga, perbedaan


kepercayaan yang dianut serta kepercayaan yang dapat memengaruhi kesehatan

6) Status Sosial dan Ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi keluarga ditentukan
pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.

7) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi

8) Riwayat keluarga dan Tahap Perkembangan

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini


Dari beberapa tahap perkembangan keluarga, identifikasi tahap perkembangan
keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b) Tahap Perkembangan keluarga yang belum tercapai
Identifikasi tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi dan yang belum
terpenuhi. Pengkajian ini juga menjelaskan kendala – kendala yang membuat
tugas perkembangan keluarga tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti, meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing anggota
keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita oleh keluarga, terutama
gangguan jiwa.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan orang tua dari suami dan istri, serta
penyakit keturunan dari nenek dan kakek mereka. Berisi tentang penyakit yang
pernah diderita oleh keluarga klien, baik berhubungan dengan panyakit yang
diderita oleh klien, maupun penyakit keturunan dan menular lainnya.

9) Data Lingkungan

a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Identifikasi mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat serta budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga dapat diketahui melalui kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Identifikasi mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat.

10) Struktur Keluarga

a. Sistem pendukung keluarga


Hal yang perlu dalam identifikasi sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
b. Pola komunikasi keluarga
Identifikasi cara berkomunikasi antar anggota keluarga, respon anggota keluarga
dalam komunikasi, peran anggota keluarga, pola komunikasi yang digunakan,
dan kemungkinan terjadinya komunikasi disfungsional.

c. Struktur kekuatan keluarga


Mengenai kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah prilaku.
d. Struktur peran
Mengetahui peran masing – masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal
e. Nilai dan norma keluarga
Mengetahui nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berkaitan dengan
kesehatannya.

11) Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaiman kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b. Fungsi sosialisasi
Kaji mengenai interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta prilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Mengetahui sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlingdungan, serta perawatan anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
anggota keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu
(a) Mengenal masalah kesehatan; (b) Mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan; (c) melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit; (d)
Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan; (e) Mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan tempat tinggal.
d. Fungsi reproduksi
Fungsi Reproduksi perlu dikaji mengenai jumlah anak, rencana mengenai
jumlah anggota keluarga, dan upaya mengendalikan jumah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauh mana
keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan, sejauh mana
keluarga memanfaatkan sumberdaya dimasyarakat untuk meningkatkan status
kesehatannya.

12) Faktor predisposisi

a. Riwayat gangguan jiwa


Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki riwayat gangguan jiwa dan
pernah dirawat sebelumnya.
b. Pengobatan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah memiliki riwayat gangguan
jiwa sebelumnya, namun pengobatan klien belum berhasil.
c. Aniaya
Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah melakukan, mengalami,
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama dengan
pasien.
e. Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah mempunyai pengalaman yang kurang
menyenangkan pada masa lalu seperti kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan serta tidak tercapainya ideal diri merupakan stressor
psikologik bagi klien yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.

13) Pengkajian fisik


Tanda tanda vital:

Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan harga diri rendah meningkat.

14) Pengkajian psikososial

a. Genogram
Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada keluarga
pasien yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami pasien.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan mengatakan tidak ada
keluhan apapun
2) dentitas diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak berdaya dan
rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang di banggakan atau
diharapkan di keluarga maupun di masyarakat.
3) Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan peran
dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
4) Ideal diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin diperlakukan dengan
baik oleh keluarga maupun masyarakat, sehingga pasien merasa dapat
menjalankan perannya di keluarga maupun di masyarakat.
5) Harga diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis selalu mengungkapkan
hal negatif tentang dirinya dan orang lain, perasaan tidak mampu,
pandangan hidup yang pesimis serta penolakan terhadap kemampuan
diri. Hal ini menyebabkan pasien dengan harga diri rendah memiliki
hubungan yang kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa
dikucilkan di lingkungan sekitarnya.
c) Hubungan sosial

1. Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau meminta
dukungan
2. Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam
3. Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien
4. Pasien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan mengeksploitasi orang
lain.

d) Spiritual

1. Falsafah hidup
Biasanya pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman, tujuan
hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta dengan
penyembuhannya
2. Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan
sesuatu yang diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.

15) Status mental

1. Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak rapi, tidak sesuai
karena klien kurang minta untuk melakukan perawatan diri. Kemuduran dalam
tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi atau
skizoprenia.
2. Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara
rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking.
3. Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan
aktivitas interaksi.
4. Alam perasaan
Pasien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang pesimis.
5. Afek
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada
stimulus emosi yang bereaksi.
6. Interakasi selama wawancara
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan mudah
tersinggung.
7. Persepsi
Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau
memberi perintah.
8. Proses piker
Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan pembicaraan
(perseverasi) disebabkan karena pasien kurang kooperatif dan bicara lambat
sehingga sulit dipahami.
9. Isi pikir
Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.
10. Tingkat kesadaran
Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motoric seperti ketakutan,
gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang
dipertahankan dalam waktu lama tetapi klien menyadari semua yang terjadi di
lingkungannya).
11. Memori
Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya tidak terdapat gangguan
pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun memori jangka panjang.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak mampu
mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa cemas. Dan
biasanya tidak mengalami gangguan dalam berhitung.
13. Kemampuan menilai
Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan
yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya: berikan kesempatan pada
pasien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum
mandi, setelah diberikan penjelasan pasien masih tidak mampu mengambil
keputusan) jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah keperawatan
sesuai dengan data.
14. Daya tilik diri
Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi)
pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta pertolongan/pasien menyangkal
keadaan penyakitnya, pasien tidak mau bercerita penyakitnya.

16) Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan
Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan sayuran.
b. Buang air besar dan buang air kecil
Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri dengan menggunakan toilet.
Klien jarang membersihkannya kembali
c. Mandi
Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat gigi dan pasien
selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali. Klien menggunting kuku setiap
kuku pasien dirasakan panjang.
d. Berpakaian
Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan, klien
mengambil, memilih dan mengenakan secara mandiri.
e. Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2 jam, dan pada
malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam. Terkadang pasien terbangun
dimalam hari karena halusinasinya muncul.
f. Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien meminum obatnya
dimasukkan kemudian pasienmeminum air. Biasanya pasien belum paham
prinsip 5 benar dalam meminum obat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengan dukungan dari
keluarga serta petugas kesehatan dan orang disekitarnya.
h. Aktivitas di dalam rumah
Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien jarang menyiapkan makanan
sendiri dan membantu membersihkan
i. Aktivitas di luar rumah.
Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga maupun dengan
lingkungannya.

17) Mekanisme koping

Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan mekanisme koping maladaptif
yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat, menghindar dan mencederai diri.

18) Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya pasien mempunyai masalah dengan dukungan dari keluarganya. Pasien merasa
kurang mendapat perhatian dari keluarga. Pasien juga merasa tidak diterima di
lingkungan karena penilaian negatif dari diri sendiri dan orang lain.

19) Kurang pengetahuan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak mengetahui penyakit jiwa yang ia alami
dan penatalaksanaan program pengobatan.

20) Aspek medik

Biasanya pasien dengan harga rendah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia biasanya klien mendapatkan Clorpromazine
1x100 mg, Halloperidol 3x5 mg, Trihexy penidil 3x2 mg, dan Risporidon 2x2 mg.

Jenis data yang diperoleh dapat berupa data primer yaitu data yanglangsung didapat
oleh perawat, dan data sekunder yaitu data yang diambil dari hasil pengkajian atau
catatan tim kesehatan lain. Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah pasien
dari kelompok data yang telah dikumpulkan.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang mungkin


muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah:

1. Harga diri rendah kronik


2. Koping Individu tidak efektif
3. Isolasi social
4. Defisit Perawatan Diri

3. Perencanaan tindakan keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien menurut Kemenkes RI (2012), yaitu:

a. Strategi pelaksanaan pertama pasien: pengkajian dan latihan kegiatan pertama

1. Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya


terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai,
upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi
2. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
3. Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan)
4. Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
5. Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih
6. Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan cara melakukannya)
7. Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk dilatih dua
kali per hari

b. Strategi pelaksanaan kedua pasien: latihan kegiatan kedua

1. Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah.


2. Memvalidasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih
dan berikan pujian.
3. Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
4. Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang telah dilatih
5. Melatih kegiatan kedua (alat dan cara)
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan, masing-masing
dua kali perhari.

c. Strategi pelaksanaan ketiga pasien: latihan kegiatan ketiga

1. Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah


2. Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama dan kedua yang telah
dilatih dan berikan pujian
3. Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua
4. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
5. Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara)
6. Memasukkan jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-masing dua
kali perhari.

d. Strategi pelaksanaan keempat pasien: latihan kegiatan keempat

1. Mengevaluasi data harga diri rendah


2. Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang
telah dilatih dan berikan pujian
3. Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga.
4. Membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
5. Melatih kegiatan keempat (alat dan cara)
6. Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing-masing
dua kali perhari.

4. Evaluasi keperawatan

Menurut Kemenkes RI (2012) evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat
harga diri rendah adalah:

a. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien dapat:
1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
3) Melatih kemampuan yag dapat dikerjakan
4) Membuat jadwal kegiatan harian
5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri
rendah.
C. Asuhan Keperawatan klien harga diri rendah

FORMAT PENGKAJIAN

A. IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny. Nf.
2. Umur : 19 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : belum menikah
5. Orang yang berarti : ibu
6. Pekerjaan :-
7. Pendidikan : Mahasiswa
8. Tanggal masuk :10 Oktober 2020
9. Tanggal pengkajian : 26 oktober 2020
10. Diagnosa medik :-
11. Penampilan : Nampak penampilan klien rapi dan bersih

B. PERSEPSI DAN HARAPAN


1. Pasien
 Klien mengatakan tidak ada lagi seseorang yang menemaninya di dunia
 Klien berharap agar bisa bertemu sama ibunya
 Klien mengatakan sudah tidak ada semangat untuk hidup
2. Keluarga
 Keluarga berharap agar dia bisa pulih kembali

C. STATUS MENTAL

1. Emosi : nampak wajah pasien datar , pucat dan mata pasien mengeluarkan air
mata
2. Konsep Diri:
a. Citra Tubuh : bagian tubuh yang ia sukai adalah rambut karena ibunya
sering mengusap rambutnya dikala ia tidur
b. Identitas Diri : klien mengatakan ia seorang mahasiswa jurusan sastra
inggris dan klien juga mengatakan dia tidak memiliki saudara
kandung
c. Peran : klien mengatakan dia seorang anak satu – satunya dari ibu
kandung yang baru saja meninggal dunia
d. Ideal Diri : klien ingin tetap bersama ibunya karena ibunya adalah
penyemangatnya
e. Harga Diri : klien mengatakan dirinya tidak berharga karena tidak
ada lagi ibu yang selalu bersamanya

3. Pola Interaksi : Nampak klien berkomunikasi kurang baik dengan perawat


namun harus sedikit dipaksa terlebih dahulu.
4. Gaya Komunikasi : Lambat, dan klien nampak berkomunikasi tidak
percaya diri

D. LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA


1. Pekerjaan : klien adalah seorang mahasiswa jurusan sastra inggris
2. Hubungan Sosial klien mengatakan dulu dia mengikuti organisasi yang
ada dikmpusnya namun setelah kepergian ibunya dia nampak menutup
diri
3. Sosio-budaya ...................................................................................
4. Gaya Hidup ...................................................................................

E. RIWAYAT KELUARGA
1. Genogram :
2. Masalah Keluarga dan Krisis :
 klien mengatakan selama ibunya meninggal keluarga menjauhinya
dan komunikasi antara klien dan keluarga cukup renggang
 Klien mengatakan keluarganya tidak pernah mengajaknya untuk
berbicara dan di dalam rumah dianggap seperti orang lain
 Klien mengatakan keluarganya sering menjelek – jelekannya dengan
tetangga
3. Interaksi dalam Keluarga : klien mengatakan selama 10 tahun ayah
kandungnya meninggalkan dirinya dan ibu kandungnya dan setelah ibu
kandungnya meninggal dunia ayahnya mulai kembali lagi menghubungi
dirinya melalui handpone seluler

F. PENGKAJIAN FISIK

1. Riwayat Penyakit : klien mengatakan nyeri kepala dan sakit pada perutnya
mulai dirasakan pada saat ia mengalami depresi
2. Kebiasaan yang Berhubungan dengan Status Kesehatan: klien mengatakan
jarang untuk makan dan minum
3. Merokok : klien mengatakan tidak pernah merokok
4. Alkohol/Obat-obatan: klien mengatakan tidak pernah mengonsumsi
obat/alkohol
5. Istirahat dan Tidur : klien mengatakan sulit tidur akibat teringat tentang
ibunya
6. Nutrisi : klien mengatakan nafsu makan menurun
7. Eliminasi : tidak ada gangguan
8. Orientasi : kurang baik
9. Tingkat Aktivitas : klien mengatakan dia tidak pernh beraktivitas di luar
rumah hanya mengurung diri dikamar
10. Tingkat Energi : klien mengatakan ia merasa lemah dan nampak muka
klien pucat , dan jarang untuk berbicara , nampak mata klien sembab .
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

DS:

 klien mengatakan dirinya tidak berharga


karena tidak ada lagi ibu yang selalu
bersamanya
 klien ingin tetap bersama ibunya karena
ibunya adalah penyemangatnya
1.  klien mengatakan dia tidak pernh beraktivitas HARGA DIRI RENDAH

di luar rumah hanya mengurung diri dikamar


DO:

 klien nampak berkomunikasi tidak percaya


diri
 nampak klien berbicara lambat pada saat di
tanya
DS :

 klien mengatakan selama ibunya meninggal


keluarga menjauhinya dan komunikasi antara
klien dan keluarga cukup renggang
 Klien mengatakan keluarganya tidak pernah
mengajaknya untuk berbicara dan di dalam KETIDAK EFEKTIFAN
2. rumah dianggap seperti orang lain DUKUNGAN
 Klien mengatakan keluarganya sering
menjelek – jelekannya dengan tetangga
DO :
 Nampak muka klien pucat dan matanya
sembab
 Nampak klien jarang untuk berbicara
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

N
DX. KEP. TUJUAN INTERVENSI
O

Setelah dilakukan Tindakan  Promosi harga diri


keperawatan selama 3X 24 Jam Tindakan
maka tingkat harga diri meningkat
 OBSERVASI
dengan kriteria hasil :
Monitor verbalisasi yang

 Penilaian diri positif dari merendahkan diri sendiri

Harga diri rendah menurun menjadi meningkat  TRAPEUTIK

situasional b/d  Perasaan tidak mampu  Diskusikan pengalaman


1.
Riwayat melakukan apapun dari menurun yang meningkatkan harga

kehilangan menjadi membaik diri

 Meremehkan kemampuan  Diskusikan persepsi negatif

mengatasi masalah dari diri

menurun menjadi membaik  Diskusikan tentang

 Percaya diri berbicara dari pernyataan tentang harga

menurun menjadi meningkat diri

2. Penurunan Setelah dilakukan Tindakan  Dukungan koping keluarga


koping keluarga keperawatan selama 3X 24 Jam TINDAKAN
b/d kurangnya maka status koping keluarga  Observasi
saling membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi respons
mendukung emosional terhadap kondisi
 Perilaku mengabaikan anggota
saat ini
keluarga dari memburuk menjadi
 Identifikasi beban prognosis
membaik
secara psikologis
 Komunikasi antar anggota
 Trapeutik
keluarga dari memburuk menjadi
 Dengarkan masalah ,
membaik
perasaan dan pertanyaan
keluarga
 Diskusikan rencana medis
dan perawatan
 Fasilitasi pengungkapan
perasaan antara pasien dan
keluarga atau antar
anggota keluarga
 Bersikap sebagai
 Perasaan tertekan (depresi) dari pengganti keluarga untuk
memburuk menjadi membaik menenangkan pasien dan /
atau jika keluarga tidak
dapat memberikan
perawatan
 Edukasi
 Informasikan kema juan
pasien secara berkala
 Kolaborasi
 Rujuk untuk terapi
keluarga , jika perlu
TINDAKAN KEPERAWATAN

NO TANGGAL/ IMPLEMENTASI EVALUASI


JAM KEPERAWATAN
1. Selasa  bina hubungan saling S : klien menyebutkan namanya
27/10/2021 percaya dengan perawat dan klien Klien mengatakan ia sekarang
10.00 WITA dapat merasa aman dan nyaman tinggal bersama tantenya
saat berinterksi dengan perawat O : pasien nampak lebih tenang
A : klien mampu membina
hubungan saling percaya dengan
perawat
P : intervensi dilanjutkan

2. Rabu  Dorong klien untuk S : Klien mengatakan tidak


28/10/2021` mengungkapkan pikiran dan sanggup untuk hidup di dunia
08.00 WITA perasaannya tanpa ibunya
 Ajarkan klien tekhnik relaksasi Klien mengatakan perasaan
lebih tenang setelah bercerita
dan melakukan tekhnik relaksasi

O : Nampak pasien menangis


Dan lebih tenang setelah
melakukan tehnik relaksasi
A : Nampak klien mampu
mengungkapkan pikiran dan
perasaannya
P : intervensi dilanjutkan
3. kamis  Menanyakan keluahan pasien S : klien mengatakan selama
29/10/2021`  Menganjurkan dan ibunya meninggal merasa
16.00 mengajarkan pasien cara minum
obat agar dapat tidur nyenyak gelisah, tidur tidak nyenyak,
bahkan sulit tidur
O : Nampak klien lemas dan
kurang tidur
A: nampak klien mampu
memahami arahan yang
diberikan perawat
P : Intervensi dilanjutkan
4. Jumat 1. Mendiskusikan kemampuan S : saya tidak bisa, tidak mampu,
30/10/2021 dan aspek positif yang
bodoh/ tidak tahu apa-apa,
16.00 dimiliki pasien,
2. Membantu pasien menilai mengkritik diri sendiri.
kemampuan yang masih
dapat digunakan O : Klien tampak lebih suka
3. Membantu pasien sendiri, bingung bila disuruh
memilih/menetapkan memilih alternatif tindakan,
kemampuan yang akan ,poduktifitas menurun, cemas
dilatih dan takut
4. Melatih kemampuan yang A: nampak klien mampu
sudah dipilih dan menyusun memahami arahan yang
jadwal pelaksanaan diberikan perawat Serta mampu
kemampuan yang telah melakukannya dengan benar
dilatih dalam rencana P : Intervensi dilanjutkan
harian.

5. sabtu 1.Klien mengatakan sudah dapat S : Pada pertemuan kali ini ,


31/10/2021
menerima orang lain. klien sudah mulai tidak banyak
16.00
2. Klien mengatakan sudah merasa melamun dan mulai membuka
lebih tenang dari hari-hari dirinya kepada orang-orang
sebelumnya sekitarnya. Klien juga mau
membalas sapaan ataupun
senyuman jika ada perawat
ataupun oranglain yang
menyapanya ataupun senyum
padanya. Namun, klien
mengaku masih terbanyang
akan kehadiran ibunya
O : Nampak klien sudah mulai
tersenyum
A: nampak klien mampu
berinteraksi bersama orang lain
P : Intervensi dilanjutkan
6. Minggu Klien dapat melakukan kegiatan S : Klien tampak tenang, sudah
01/11/2021 yang sesuai dengan kemampuan mau menghargai dirinya sendiri.
08.00 yang dimiliki yang lain (yang O : Klien menyatakan sudah
belum dilakukan) mau berinteraksi dengan
lingkungannya.
A: nampak klien mampu
berinteraksi bersama orang lain
dan mampu merngerjakan
pekerjaan dengan mandiri
P : Intervensi dilanjutkan
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat  bersifat situasional maupun kronis atau
menahun. Dalam melakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan
saling percaya dan juga mebutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan
perawat), keluarga dan j tenaga medis (dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan
(tetangga a lingkungan (tetangga dan masyarakat) terapeutik, dan masyarakat) terapeutik,
agar semua maksu agar semua maksud dan tu d dan tujuan klien dirawat klien dirawat
maupun perawat yang merawat bisa tercapai.

B. SARAN

Karena penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan demi kemajuan karya tulis kami,
kami mengharap kritik dan saran.Apabila ada kesalahan dalam penulisan bahasa,
penyusunan makalah ini dalam penulisan bahasa, penyusunan makalah ini kami mohon
maaf yang mohon maaf yang sebesar-besarnya.Akhir kata dari kami mengharap semoga
makalah ini  berguna bagi para pembaca pada umumny  berguna bagi para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyallah 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen publishing

Direja, Ade Herman Surya 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika

Kelihat, B.A 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Kominutas. Jakarta; EGC

Notoatmojo, S. 2012 Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Yosep, Iyus. 2009, Keperawatan JiwanCetakan KeduA (Edisi Revisi), Bandung. PT


Reflika Aditama

Anda mungkin juga menyukai