INTOKSIKASI MAKANAN
DISUSUN OLEH :
Citra Aulya Shaputri
45217111014
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. dr. A.M. Lutfhi Parewangi, Sp.PD, KGEH (K)
Pembimbing,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2
2.1. Definisi ........................................................................................... 2
2.2. Anatomi dan Fisiologi .................................................................... 2
2.3. Etiologi ........................................................................................... 7
2.4. Patofisiologi .................................................................................. 16
2.5. Faktor Risiko .................................................................................. 18
2.6. Klasifikasi ...................................................................................... 19
2.7. Manifestasi Klinis ........................................................................... 20
2.8. Diagnosis ....................................................................................... 21
2.9. Diagnosis Banding ......................................................................... 22
2.10. Tatalaksana .................................................................................. 23
2.11. Komplikasi ................................................................................... 25
2.12. Edukasi ........................................................................................ 26
2.13. Prognosis ..................................................................................... 28
BAB III PENUTUP ................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh
melalui mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui
,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif
kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi
satu atau lebih organ atau jaringan1.
Intoksikasi atau keracunan merupakan masuknya zat atau
senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya1.
Keracunan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman
yang terkontaminasi2.
2
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus1.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis1.
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut,
hidung, faring, dan laring1.
c. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
d. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso –
“membawa”, dan phagus – “memakan”)1.
3
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
· bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
· bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
· serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
e. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu1:
· Kardia
· Fundus
· Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
· Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
· Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan
cara membunuh berbagai bakteri.
· Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
f. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan
4
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim
yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum)1.
5
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing1.
i. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum 1.
k. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta
beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada
bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus
dua belas jari)1.
6
l. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis
protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang
penting dalam pencernaan1.
m. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap –
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi
penting yaitu1:
· Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
· Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol1.
2.3 Etiologi
7
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
Makanan
8
Ikan (masak atau mentah) V.parahaemolyticus
Selada, sayuran mentah Shigella
Daging, susu, unggas, telor setengah Salmonella
matang
9
Acute onset of
abdominal cramps
with diarrhea starts 8-
24 hours after
ingestion.
Vomiting is rare. It
lasts less than 1 day.
Enteritis necroticans
associated with C
perfringens type C in
improperly cooked
pork (40% mortality)
C botulinum Canned foods (eg, Toxin absorbed from Toxin present in food,
smoked fish, the gut blocks the serum, and stool.
mushrooms, release of acetylcholine
vegetables, honey) in the neuromuscular Respiratory support
junction.
Descending weakness Intravenous trivalent
and paralysis start 1-4 antitoxin from CDC
days after ingestion,
followed by
constipation.
Intestinal symptoms
precede systemic
disease
Highest mortality
among bacterial food
poisonings
Enterotoxic E coli Contaminated water Enterotoxin causes Supportive treatment
(eg, traveler's and food (eg, salad, hypersecretion in small
diarrhea) cheese, meat) and large intestine via No antibiotics
guanylate cyclase
Acute-onset watery activation.
diarrhea starts 24-48
hours after ingestion.
10
Concomitant vomiting
and abdominal cramps
may be present. It lasts
for 1-2 days
Enterohemorrhagic Improperly cooked Cytotoxin results in Diagnosis with stool
E coli (eg, E coli hamburger meat and endothelial damage and culture
O157:H7) previously spinach leads to platelet
aggregation and Supportive treatment
Most common isolate microvascular fibrin
pathogen in bloody thrombi No antibiotics
diarrhea starts 3-4 days
after ingestion.
Usually progresses
from watery to bloody
diarrhea. It lasts for 3-8
days
May be complicated by
HUS or TTP
Enteroinvasive E Contaminated Enterotoxin produces Supportive treatment
coli imported cheese secretion
No antibiotics
Usually watery Shiga-like toxin
diarrhea (some may facilitates invasion.
present with
dysentery)
Enteroaggregative E Implicated in traveler's Bacteria clump on the Ciprofloxacin may
coli diarrhea in developing cell surfaces shorten duration and
countries eradicate the organism
11
Hemolytic toxin is
Explosive watery lethal. Sensitive to tetracycline,
diarrhea starts 8-24 but unclear role for
hours after ingestion. It Infective dose usually is antibiotics
lasts for 3-5 days. 107 -109 organisms.
V vulnificus Wound infection in salt Polysaccharide capsule Culture of characteristic
water or consumption bullous lesions or blood
of raw oysters Growth correlates with
availability of iron (esp. Immediate antibiotics if
Can be lethal in transferrin saturation suspected (eg,
patients with liver >70%) doxycycline and
disease (50% mortality) ceftriaxone)
C jejuni Domestic animals, Uncertain about Culture in special media
cattle, chickens endotoxin production at 42°C
and invasion
Fecal-oral transmission Erythromycin for
in humans invasive disease (fever)
Foul-smelling watery
diarrhea followed by
bloody diarrhea
No opiates
Salmonella Beef, poultry, eggs, Invasion but no toxin Positive stool culture
and diary products production
Abrupt onset of Antibiotic for systemic
moderate-to-large infection
amount of diarrhea
with low-grade fever;
in some cases, bloody
12
diarrhea
May mimic
appendicitis
Aeromonas Untreated well or Enterotoxin, hemolysin, Positive stool culture
spring water and cytotoxin
Fluoroquinolones or
Diarrhea may be TMP/SMX for chronic
bloody. diarrhea
May be chronic up to
42 days in the United
States
Parasitic Food Source and Clinical Pathogenesis Diagnosis and
Poisoning Features Treatment
E histolytica Contaminated food Invasion of the mucosa Criterion standard is
and water by the parasites colonoscopy with biopsy
13
Mild bloody diarrhea Cyst in the stool
with nausea and
abdominal cramps Metronidazole
starts 2-3 days after
ingestion; lasts for 1
week
14
Diarrhea may be
accompanied by a
variety of neurologic
symptoms including
paresthesia, reversal of
hot and cold sensation,
vertigo, headache, and
autonomic
disturbances such as
hypotension and
bradycardia.
15
diarrhea, and acute Dimercaprol is useful in
renal failure acute ingestion.
Lead Toxicity results from Common symptoms Other than activated
chronic repeated include colicky charcoal and cathartic,
exposure. abdominal pain, severe toxicity should be
constipation, headache, treated with antidotes
It is rare after single and irritability. (edetate calcium
ingestion. disodium [EDTA] and
Diagnosis is based on dimercaprol).
lead level (>10 mcg/dL)
Arsenic Ingestion of pesticide Symptoms usually Gastric lavage and
and industrial appear within 1 hour activated charcoal
chemicals after ingestion but may
be delayed as long as 12Dimercaprol injection
hours. 10% solution in oil (3-5
mg/kg IM q4-6h for 2 d)
Abdominal pain, watery and oral penicillamine
diarrhea, vomiting, (100 mg/kg/d divided
skeletal muscle cramps, qid for 1 wk)
profound dehydration,
and shock may occur.
2.4 Patofisiologi
mukosa dari usus halus tanpa adanya invasi. Ini menyebabkan diare
dengan feses encer dan banyak tanpa diserta darah dan pus, atau
16
Staphylococcus organism, Giardia lamblia, Cryptosporidium,
bersifat invasif dan destruktif. Kolon dan usus halus bagian distal
sering terlibat. Diare selalu disertai dengan adanya darah, lendir, dan
lebih sedikit4.
Shigella sp4.
oleh toksin yang bekerja pada sistem saraf pusat. Sindoma klinis
17
2.5. Faktor Risiko
masih muda6.
lebih parah selama kehamilan. Jarang, bayi Anda mungkin sakit juga6.
18
• Bayi dan anak kecil. Sistem kekebalan mereka belum sepenuhnya
berkembang6.
diabetes, penyakit hati atau AIDS – atau menerima kemoterapi atau terapi
2.6. Klasifikasi
19
bakteri (enterotoksin). Penyakit yang dilatarbelakangi oleh toksin ini
4) Demam
6) Mialgia
7) Limfadenopati
9) Oligouri
20
2.8. Diagnosis
diperlukan7.
• Anamnesis
tidak begitu bernilai. Informasi yang diperoleh dari anamnesis meliputi masa
inkubasi dan durasi penyakit, jenis makanan yang disantap, tempat makan,
karakteristik dan frekuensi muntah atau diare, serta keterkaitan dengan gejala
sistemik lain.1
• Pemeriksaan fisik
dan syok.4,7
Pemeriksaan Laboratorium4,5,7
immunocompromised7.
21
Pewarnaan Gram dan Loeffler-methylene blue untuk memeriksa
apakah bersifat invasif atau tidak. Jika leukosit atau eritrosit ditemukan atau
bila pasien juga mengalami demam lebih dari 3 hari, sampel perlu dibiakkan
, termasuk, tentu saja kultur darah untuk menilai apakah bakteriemia telah
dilakukan kultur darah selain memeriksa kadar elektrolit, nilai BUN (blood
urea nitrogen), dan kreatinin sebagai acuan dalam penilaian derajat hidrasi
mengeluh perut kembung, sakit perut hebat, atau dicurigai sudah terjadi
Oleh sebab itu, anamnesis tentang diagnosis banding harus selalu diingat.
22
kekebalan (immunocompromised), dan efek samping obat selain sejumlah
2.10. Tatalaksana
Secara umum, penanganan keracunan makanan dibagi menjadi dua
rehidrasi bukan sekedar mengganti cairan yang telah/sedang hilang tetapi juga
diare. Jika pasien telah diyakini memakan racun tertentu (dari jamur atau ikan),
penanganan pertama7.
pada rekomendasi WHO yakni dalam 1 liter mengandung 3,5 g NaCl; 2,5 g
NaHCO3; 1,5 g KCl; dan 20 g glukosa. Dalam keadaan darurat, jika sediaan
CRO tersebut tidak tersedia, pasien diajarkan membuat sendiri CRO. Rehidrasi
dehidrasi berat dengan diare dan/atau muntah yang semakin berat. Ringer
laktat (RL) merupakan cairan infus terpilih dalam kasus ini. Normal salin (NaCL
0,9%) merupakan pilihan kedua sebagai pengganti bila RL tidak tersedia. 4,8,9
Terapi Medikamentosa
23
botulisme), antihistamin, kortikosteroid, agonis β-adrenergik, simpatomimetik,
dan atropin. Selain itu, untuk menghilangkan (sumber) toksin yang masih
berada dalam lambung, digunakan sirup ipekak atau apomorfin. Pada kasus
yang diharapkan dapat mengurangi frekuensi defekasi (diare). Obat ini tidak
boleh digunakan bersamaan dengan obat lain. Contoh adsorben yang biasa
digunakan adalah arang aktif (activated charcoal). Satu gram arang aktif dapat
menyerap sekitar 100-1000 mg racun. Dosis yang diberikan untuk anak 1-2
g/kgBB (15-30g) dan dapat diulang sebanyak 0,5-1 g/kgBB setiap 2-4 jam.
Dosis untuk anak 3-6 thn: 1/3 tablet (5 ml sirup), 6-9 thn: 2/3 tablet (10 ml sirup),
yang banyak digunakan adalah loperamid (Imodium). Dosis anak 2-6 thn: 1 mg
jasad renik yang terdapat dalam specimen, dan hasil uji sensitivitas. 7,4
bergantung pada jenis bahan kimia atau toksin yang bersangkutan. Pada
lambung dilakukan bila zat beracun yang termakan diperkirakan masih berada
24
mengatasi keracunan jamur tertentu. Antihistamin diberikan dengan dosis 1
jamur atau zat kimia, tidak diperlukan pengobatan spesifik kecuali rehidrasi.1,3,9
2.11. Komplikasi
Komplikasi serius yang paling umum dari keracunan makanan adalah
dehidrasi – kehilangan banyak air dan garam serta mineral esensial. Jika Anda
orang dewasa yang sehat dan cukup minum untuk menggantikan cairan yang
hilang karena muntah dan diare, dehidrasi seharusnya tidak menjadi masalah.
Bayi, orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan sistem
parah ketika mereka kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dapat
mereka ganti. Dalam hal ini, mereka mungkin perlu dirawat di rumah sakit dan
menerima cairan infus. Dalam kasus ekstrim, dehidrasi bisa berakibat fatal6.
• Infeksi Listeria.
yang belum lahir. Pada awal kehamilan, infeksi listeria dapat menyebabkan
lahir mati, kelahiran prematur atau infeksi yang berpotensi fatal pada bayi
setelah lahir - bahkan jika ibu hanya sakit ringan. Bayi yang selamat dari infeksi
sindrom uremik hemolitik. Sindrom ini merusak lapisan pembuluh darah kecil
di ginjal, terkadang menyebabkan gagal ginjal. Orang dewasa yang lebih tua,
anak-anak di bawah 5 tahun dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah
memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi ini. Jika Anda termasuk dalam
salah satu kategori risiko ini, temui dokter Anda pada tanda pertama diare yang
2.12. Edukasi
Keracunan makanan sesungguhnya bukanlah masalah yang tidak bisa
makanan dalam jumlah besar (misalnya pabrik dan jasa boga), adanya
makan
26
3) Mengambil makanan tidak dengan tangan tetapi menggunakan alat
makanan diproses
10) Segera membuang bahan makanan yang tidak segar dan telah membusuk
dengan cara:7
menghambat pertumbuhan bakteri (di bawah 40o C dalam lemari es atau di atas
2) Menyiapkan makanan secepat mungkin agar tidak terlalu lama berada dalam
wilayah berisiko (bahan makanan yang berisiko tinggi jangan pernah diletakkan
sterilisasi.7
27
c) tidak menyantap bahan makanan yang dimasak setengah matang
(contohnya telur, daging sapi, daging unggas, dan ikan laut).7
2.13. Prognosis
Sebagian besar kasus keracunan makanan dapat sembuh tanpa bantuan
medis. Kematian jarang terjadi, kecuali pada orang dengan sistim kekebalan
tubuh yang rendah, pada usia tua dan anak-anak. Botulisme merupakan
medis segera mempunyai prognosis yang baik, angka kematian di bawah 10%.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman, Dr. buku ajar ilmu gizi Keracunan Makanan, cetakan I, Jakarta
2009. http://emedicine.medscape.com/article/175569-overview
2. Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC
3. Anonymous. Foodborne illness. 2011. Available from :
http://www.wikimedia foundation,org. Accessed on 19th June 2022.
4. Gamarra RM, Manuel DM, Piper MH. Food poisoning. 2009.Available
from: http://emedicine.medscape.com. Accessed on 19rd June 2022
5. Anonymous. Food poisoning. 2011. Available from:
http://www.faqs.org/faqs/. Accessed on 19th June 2022.
6. Keracunan makanan. Institut Nasional Diabetes dan Penyakit
Pencernaan dan Ginjal. https://www.niddk.nih.gov/health-
information/digestive-diseases/food-poisoning?dkrd=/health-
information/digestive-diseases/foodborne-illnesses. Diakses pada 19
Juni 2022.
7. Arisman MB. Keracunan Makanan. Buku Ajar Ilmu Gizi. Edisi I. EGC.
Jakarta, 2008; hal. 1-151.
8. Haller A, Johnston C, Luten R, Singer J. Toxycology (Ingestion,
Inhalation Injuries, Envenomation). APLS: The Pediatric Emergency
Medicine Course. Second ed. American Academy of Pediatric, p. 129-
42.
9. Fleisher GR, Ludwig S. Toxicologic Emergencies. Textbook of Pediatric
Emergency Medicine. Sixth ed. Williams & Wilkins. 2010, p.1171-223.
10. Sekjend Jejaring Intelijen Pangan. Depkes. KLB Keracunan Pangan.
Food Watch. Sistim Keamanan Pangan Terpadu. 2005.
30