REFERAT
Oleh :
NAFIATUL MUASYARAH
4521112050
HALAMAN PENGESAHAN
Nim :4521112050
Pembimbing
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A DefinisI 1
B Klasifikasi 2
C Epidemiologi 3
D Etiologi 4
E Gejala Klinis 6
F Diagnosis 7
G Diagnosis Banding 9
BAB II. TATALAKSANA 10
BAB III. PROGNOSIS 17
BAB IV. PENUTUP 19
DAFTAR PUSTAKA 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Klasifikasi
C. Epidemiologi
ADHD. Sekitar 11% anak usia 5-17 tahun (6.4 juta) telah didiagnosis
dengan ADHD pada tahun 2011. Persentasi anak dengan diagnosis
ADHD terus meningkat dari 7.8% pada tahun 2003 hingga 9.5% tahun
2007 dan 11% tahun 2011. Sedangkan perbandingan antara anak laki-laki
(13.2%) lebih banyak jika dibandingkan dengan anak perempuan (5,6%)
yang didiagnosis dengan ADHD.3
Namun, kurang dari 1 diantara 3 anak dengan ADHD menerima
pengobatan medis dan terapi perilaku. Selain itu juga, hanya setengah
dari anak usia prasekolah (4-5 tahun) dengan ADHD menerima terapi
perilaku, meskipun saat ini telah direkomendasikan sebagai pengobatan
lini pertama pada kelompok usia tersebut. ADHD dapat menyebabkan
masalah intelegensia. Di Indonesia, belum ada data secara nasional yang
membahas tentang masalah intelegensia. Namun masalah intelegensia
cukup tinggi prevalensinya, misalnya kasus anak dengan ADHD 12% dari
populasi anak tingkat sekolah dasar (SD). 3
D. Etiologi
1. Faktor Genetik
biologis anak-anak dengan gangguan ini memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk ADHD dibandingkan orang tua adoptif. 4
2. Kerusakan otak
3. Faktor Neurofisiologis
4. Faktor Psikososial
E. Gejala Klinis
Ciri khas anak dengan gangguan ini yang paling sering disebutkan,
dalam urutan frekuensi, hiperaktivitas, hendaya motorik perspektual,
labilitas emosi, defisit koordinasi umum, iritabilitas (seringkali mudah
marah secara meledak, mudah dibuat menangis dan tertawa), impulsivitas
(bertindak sebelum berpikir, pergeseran tiba-tiba dalam aktivitas, kurang
teratur, melompat di kelas), defisit daya ingat dan berpikir,
ketidakmampuan belajar spesifik, defisit pendengaran dan bicara, serta
tanda neurologis ekuifokal dan ketidakteraturan EEG. 5
Kesulitan di sekolah, baik dalam belajar atau berperilaku, adalah
masalah lazim yang sering timbul bersama dengan ADHD; kesulitan ini
kadang-kadang datang akibat gangguan komunikasi atau gangguan
belajar yang ada atau akibat mudahteralih perhatian atau atensi yang
berfluktuasi, dan menghambat perolehan, retensi, dan penunjukan
pengetahuan. Kesulitan ini terutama diamati secara khusus pada tes
kelompok.5
F. Diagnosis
3. Harus pervasif (ada pada lebih dari 1 setting, misal : rumah, sekolah,
lingkungan sosial)
4. Menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan
5. Tidak ada penyebab gangguan mental lainnya ( misal : gangguan
perkembangan pervasif, skizofrenia, gangguan psikotik lainnya, depresi
atau anxietas)
6. Morbiditas penyerta meliputi kegagalan akademis, perilaku antisosial,
delinquency/ kenakalan, dan peningkatan resiko kecelakaan lalulintas
pada remaja. Sebagai tambahan, dapat pula timbul pengaruh yang
dramatis di kehidupan keluarga
3. Beberapa hendaya akibat gejala ada dalam dua atau lebih keadaan
misal, disekolah atau tempat kerja, dan di rumah). 5
G. Diagnosis Banding
BAB II
TATALAKSANA
1. Medikamentosa:
2. Diet
3. Rehabilitasi medik
Pada anak-anak, terapi ini memerlukan dukungan penuh dari orang tua
atau anggota keluarga lain. Intervensi pada terapi ini juga harus menarik
seperti menggunakan media gambar kartun, role play, menggunakan
bahasa menarik sesuai usianya, media latihan yang menyenangkan dan
penuh warna. Bentuk lain dari intervensi ini dapat juga berupa metode self
recording.5
tension
rocking horses.
Terapi musik merupakan terapi efektif dan alat edukasi untuk anak
dengan GPPH sehingga dapat mempengaruhi perubahan keterampilan
yang penting pada gangguan belajar atau perilaku. Terapi musik
mencakup beberapa hal, yaitu:5
1) Keterampilan kognitif
Musik dapat menstimulasi dan memfokuskan atensi dan terutama untuk
orang yang tidak respon dengan intervensi lain. Seluruh intervensi
terapeutik akan terstruktur dengan musik, untuk mempertahankan atensi.
2) Keterampilan fisik
16
b. Terapi psikologi
BAB III
PROGNOSIS
Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga masa remaja atau
dewasa.Gejala akan lebih cenderung menetap jika terdapat riwayat
keluarga, peristiwa negatif dalam hidupnya, komorbiditas dengan gejala-
gejala perilaku, depresi dan gangguan cemas. Pada beberapa kasus,
hiperaktivitas akan menghilang, tetapi tetap mengalami inatensi dan
kesulitan mengontrol impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif dan ceroboh).
Anak ini rentan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba, kegagalan
di sekolah, sulit mempertahankan pekerjaan, serta cenderung melakukan
pelanggaran hukum.5
2. Remisi
Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada
masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12
hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar ialah hiperaktivitas
dan yang paling terakhir ialah distractibility. 5
3. Remisi total
Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa remaja dan
dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan, dan
memiliki gejala sisa yang sedikit.5
4. Remisi parsial
Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah menjadi
antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan pekerjaan,
mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan menyalah
gunakan alkohol serta narkoba.5
19
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA