Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN R.

ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY


DISORDER (ADHD)

LAPORAN KASUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Keperawatan Anak II

Dosen : Annisa Purnamasari S.Kep.,Ns.,M.Kep

Di Susun Oleh :

Kelompok 1

1. Vivin : P201901075
2. Helen Fitriyana : P201901060
3. Anita Haruna : P201901042
4. Nurfadila Hasan : P201901070
5. Karima Anggraeni : P202103001
6. Mardila Afifah : P201901065
7. Hesti : P201901054

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
T.A 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Medis
1. Definisi
Attention Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan
neurodevelopmental yang paling umum didiagnosis di antara anak-anak usia
sekolah. Gangguan ini ditandai oleh kesulitan memusatkan perhatian disertai
hiperaktivitas dan impulsivitas, yang muncul sebelum usia 12 tahun, minimal
dalam 2 setting tempat yang berbeda, misalnya di rumah dan di sekolah (Andrés
Martin et al., 2018). Prevalensi ADHD di dunia berkisar antara 2% hingga 7%,
dan rata-rata sekitar 5% diantara anak-anak (Sayal et al., 2018), dan 60%
diantaranya bisa berlanjut hingga dewasa (Targum et al., 2016 dalam NH, F. A.,
& Setiawati, Y. 2017).
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) merupakan salah satu
bagian dari anak berkebutuhan khusus dan lebih sering disebut sebagai gangguan
hiperaktif. Hiperaktif merupakan kondisi dimana anak mengalami
ketidakmampuan dalam memberikan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi
secara utuh, dan mudah beralih perhatian dari aktivitas satu ke aktivitas yang
lainnya, serta cenderung bergerak terus secara konstan dan tidak bisa tenang.
Anak yang terdeteksi ADHD cenderung mengalami gangguan kognitif, perilaku,
sosialisasi maupun komunikasi/bahasa. Penderita ADHD meningkat tiap
tahunnya, data CDC tahun 2016 menunjukkan bahwa sebanyak 6,1 juta anak
ADHD atau 9,4% dari populasi di Amerika Serikat (Center for Disease Control
and Prevention, 2020 dalam Utami, R. D. L. P., Safitri, W., Pangesti, C. B., &
Rakhmawati, N. 2021).
2. Etiologi
Etiologi dari ADHD masih belum jelas sampai sekarang. Menurut dugaan,
terdapat hubunga antara genetik dan faktor neurologikal yang memainkan peran
pentingndalam terjadinya ADHD. Faktor etiologi lain yang dikatakan memiliki
kontribusi dalam menyebabkan ADHD adalah sebagai berikut :
a. Faktor Biologi
Diet, kontaminasi rokok dan alkohol, merokok saat hamil, dan
berat bayi lahir rendah (BBLR) dipercaya dapat mengarahkan kepada
gejala ADHD. Namun, bukan termasuk penyebab utama dari ADHD.
Kehamilan dan komplikasi saat melahirkan merupakan predisposisi
terhadap ADHD. (Eva Aprilia and Dwita Oktaria, 2017).
b. Faktor Psikologis
Konflik kronis dalam keluarga, kohesi keluarga yang menurun, dan
papara terhadap psikopatologi orang tua (terutama ibu) banyak ditemukan
pada keluarga ADHD dibandingkan pada keluarga normal. Saat ini masih
belum jelas apakah paparan kekerasan saat masa kecil merupakan faktor
resiko dari ADHD. (Eva Aprilia and Dwita Oktaria, 2017).
c. Faktor genetik
Genetik sangat dipercaya memainkan peran penting terhadap
terjadinya ADHD. Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan, rata-rata faktor genetik mempengaruhi terjadinya ADHD
adalah sebesar 77% (Eva Aprilia and Dwita Oktaria, 2017).
3. Manifestasi Klinis
Kajian sejumlah publikasi ilmiah menemukan bahwa individu dengan
ADHD mengalami disregulasi proses neurogenesis, mulai proses proliferasi,
migrasi, hingga sinaptogenesis. Disregulasi ini melibatkan sejumlah abnormalitas
gen yang mengkode substrat molekuler yang diperlukan selama proses
neurogenesis (Dark et al., 2018). Gejala ADHD dikaitkan dengan gangguan
fungsi di beberapa area otak. Masalah dengan perhatian selektif pada ADHD
diyakini terkait dengan pemrosesan informasi yang tidak efisien dalam korteks
singulata dorsal anterior (dACC), sementara masalah dengan perhatian
berkelanjutan terkait dengan pemrosesan informasi yang tidak efisien di
dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC). Gejala hiperaktif pada ADHD dimodulasi
oleh korteks motorik prefrontal, sedangkan gejala impulsivitas dimodulasi oleh
orbitofrontal cortex (OFC) (Stahl, 2013 dalam NH, F. A., & Setiawati, Y. 2017).
Manifestasi klinis ADHD ditengarai merupakan gangguan dari inefisiensi
“tuning” neurotransmitter dopamin dan norepinefrin di cortex prefrontal
(Stahl,2013). Gangguan neurokimiawi pada ADHD tidak sesederhana hipotesa
bahwa telah terjadi kekurangan neurotransmiter dopamin (DA) dan norepinefrin
(NE) di celah sinaps. Faktanya, pemberian obat agonis dopamin tidak meredakan
gejala ADHD. Hiperaktivitas dan hipoaktivitas dari sistem katekolamin diduga
menyebabkan munculnya serangkaian gejala pada ADHD. Pada kondisi hipoaktif,
rilis DA dan NE yang berkurang menyebabkan insufisiensi aktivasi pada reseptor
pasca sinaps. Hal ini menyebabkan munculnya simtom impulsif dan perhatian
yang mudah terdistraksi. Pada kondisi yang stressful, terjadi penurunan tonic
pool, sehingga mekanisme inhibisi potensial aksi pada neuron pre sinaps menjadi
terhambat. Hal ini menyebabkan DA/NE dirilis dalam jumlah yang eksesif, dan
memunculkan hiperaktivitas dan disorganisasi perilaku pada individu dengan
ADHD (Dark et al., 2018).
Beberapa studi mengindikasikan individu dengan ADHD memiliki
polimorfisme reseptor dan transporter dopamin yang menyebabkan rendahnya
sensitivitas reseptor dopamin pasca sinaps dan peningkatan kecepatan reuptake
dopamin (Martin et al., 2018; Ghosh et al., 2017 dalam NH, F. A., & Setiawati, Y.
2017).
4. Klasifikasi
Ciri-ciri ADHD muncul pada masa kanak-kanak awal, bersifat menahun,
dan tidak diakibatkan oleh kelainan fisik yang lain, mental, maupun emosional.
Ciri utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian meliputi: gangguan
pemusatan perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri (impulsivity), dan
gangguan dengan aktivitas yang berlebihan (hiperactivity). Terdapat 3 subtipe
ADHD, yaitu:
a. Predominan hiperaktif-impulsif (ADHD/ HI): yaitu anak-anak yang
masalah utamanya adalah rendahnya konsentrasi.
b. Predominan inatensi:. Anak-anak yang masalah utamanya diakibatkan
oleh perilaku hiperaktif-impulsif. Anak dengan subtipe ini kurang
berperan atau mempunyai kesulitan bersama dengan anak lain. Mereka
duduk tenang, tetapi tidak memberikan perhatian kepada apa yang
dilakukan. Orang tua mungkin tidak memperhatikan simtom ADHD
c. Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatensi: anak-anak yang mengalami
kedua rangkaian masalah diatas.
5. Patofisiologi
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang
membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah
menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan
ini menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas
menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak
khususnya cerebellum juga terkena. (Meilasari, Usha dkk. 2017)
Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil
yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk
penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”,
neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal
yang memainkan peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral,
korteks cingulate dorsoanterior, kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian
anak ADHD ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada
usia 3 tahun, di mana gejala ADHD terjadi pada usia sekolah dasar. (Meilasari,
Usha dkk. 2017)
Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks
frontalis yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan
memusat-kan proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak
hiperaktif terlihat berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang
mengakibatkan adanya perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol
tingkah lakunya, namun ternyata lebih cepat dalam perkembangan motorik,
sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang khas pada anak ADHD. Hal ini
menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan mempengaruhi faktor
pertumbuhan dari susunan saraf pusat. (Meilasari, Usha dkk. 2017)
Pada pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat
allele DRD4 gene (Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30% risiko
genetik untuk anak ADHD di mana ada penipisan korteks sebelah kanan otak,
daerah otak ini penebalannya jadi normal sesudah usia 10 tahun bersamaan
dengan kesembuhan klinis gejala ADHD. (Meilasari, Usha dkk. 2017)
Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari
neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme
catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan
norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah
substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine
adalah locus ceroleus. (Meilasari, Usha dkk. 2017)
6. Diagnosis
Kriteria Diagnosis Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorder
5 th edition (2013) dari American Psychiatric Association, menyebutkan ciri
penting dari ADHD adalah pola persisten dari kurangnya perhatian dan atau
hiperaktivitas serta impulsivitas yang mengganggu fungsi atau
perkembangan. Diagnosis ADHD didasarkan pada riwayat klinis yang bisa
didapatkan dari wawancara dengan pasien dan orangtua serta informasi dari
guru. Diagnosis ADHD menurut DSM-5, sesuai dengan kriteria di bawah ini: A.
Setidaknya ditemukan 6 dari 9 gejala dan atau 6 dari 9 gejala hiperaktivitas dan
impulsivitas. Untuk usia 17 tahun atau lebih, cukup ditemukan 5 dari masing
masing gejala. B. Beberapa gejala inatensi dan hiperaktif-impulsif muncul
sebelum usia 12 tahun C. Gejala tersebut muncul pada minimal dua setting
tempat yang berbeda (misal di rumah dan di sekolahD. Didapatkan bukti bahwa
gejala tersebut berpengaruh menurunkan kualitas fungsi sosial, akademis dan
pekerjaanE. Gejala tersebut bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa yang
lainManifestasi klinis gejala-gejala tersebut dapat merupakan predominan
inatentif, predominan hiperaktif-impulsif, atau kombinasi dari keduanya.
Berdasarkan fungsi sosial individu dengan ADHD, dapat dikelompokkan
menjadi ringan sedang dan berat (APA, 2013).
7. Komplikasi
Komplikasi GPPH Komplikasi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) menurut umur anak dapat di lihat sebagai berikut:
a. Masa bayi
1) Sulit tenang
2) Sulit tidur
3) Tidak ada nafsu makan
b. Masa prasekolah
1) Terlalu aktif
2) Keras kepala
3) Tidak pernah merasa puas
4) Suka menjengkelkan
5) Tidak bisa diam
6) Sulit beradaptasi dengan lingkungan
c. Usia sekolah
1) Sulit berkonsentrasi
2) Sulit memfokuskan perhatian
3) Pencapaian akademik kurang
4) Sulit membaca dan mengerjakan aritmatika
5) Impulsif
6) Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku
agresif dan kata-kata kasar dan menusuk yang diungkapkan).
d. Adolescent atau masa remaja
1) Tidak dapat tenang
2) Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
3) Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan
Indanah,I.,& prasetyo, T.I(2021).
8. Penatalaksanaan
ADHD merupakan gangguan yang bersifat heterogen dengan manifestasi
klinis beragam. Sampai saat ini belum ada satu jenis terapi yang dapat diakui
untuk menyembuhkan anak dengan ADHD secara total. Berdasarkan National
Institute of Mental Health, serta organisasi profesi lainnya di dunia seperti
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP), penanganan
anak dengan ADHD dilakukan dengan pendekatan komprehensif berdasarkan
prinsip pendekatan yang multidisiplin dan multimodal. Tujuan utama penanganan
anak dengan ADHD ialah:
a. Memperbaiki pola perilaku dan sikap anak dalam menjalankan fungsinya
sehari-hari terutama dengan memperbaiki fungsi pengendalian diri.
b. Memperbaiki pola adaptasi dan penyesuaian sosial anak sehingga
terbentuk kemampuan adaptasi yang lebih baik dan matang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.

Berdasarkan prinsip pendekatan yang multidisiplin dan multimodal ini maka


terapi yang diberikan dapat berupa obat, diet, latihan, terapi perilaku, terapi
kognitif dan latihan keterampilan sosial; juga psikoedukasi kepada orang tua,
pengasuh serta guru yang sehari-hari berhadapan dengan anak tersebut.

a. Medikamentosis: Cara ini dapat mengontrol ADHD sampai 70-80%. Obat


yang merupakan pilihan pertama ialah obat golongan psikostimulan.
Meskipun disebut stimulan, pada dasarnya obat ini memiliki efek yang
menenangkan pada penderita ADHD.Yang termasuk stimulan antara lain:
amphetamine, dextroamphetamine dan derivatnya. Pemberian obat
psikostimulan dikatakan cukup efektif mengurangi gejala-gejala
ADHD.Obat ini memengaruhi sistem dopaminergik atau sirkuit
noradrenergik korteks lobus frontalis-subkortikal, meningkatkan kontrol
inhibisi dan memperlambat potensiasi antara stimulasi dan respon,
sehingga mengurangi gejala impulsif dan tidak dapat menyelesaikan tugas.
Efek sampingnya ialah penarikan diri dari lingkungan sosial, fokus yang
berlebih, iritabel, sakit kepala, cemas, sulit tidur, hilang nafsu makan,
sindrom Tourette, serta munculnya tic.
b. Diet: Meta-analisis menemukan bahwa menghindari pewarna makanan
buatan dan bahan pengawet sintetik secara statistik bermanfaat mencegah
terjadinya gejala ADHD. Keseimbangan diet karbohidrat dan asam amino
(triptophan sebagai serotonin substrate) juga dapat menjadi upaya lain.
Belum ada bukti bahwa pemanis buatan seperti aspartam memperburuk
ADHD.
c. Rehabilitasi medik: Mengembangkan kemampuan fungsio-nal dan
psikologis seorang individu dan mekanismenya sehingga dapat mencapai
kemandirian dan menjalani hidup secara aktif.
Pathway :

Trauma kelahiran

dll
Neurotransmitter dopamine

Penurunan neurobiologis

Harga Diri Rendah Lobus frontal mengalami Risiko Gangguan Tumbuh


Kembang
penurunan fungsi

Merasa memiliki
Kekurangan ADHD

Sukar memerhatikan
Perilaku hiperaktivitas Pengetahuan yang
kurang terhadap
penyakit
Gangguan Interaksi Sosial
Risiko cidera
Defisit Pengetahuan
Ketidakefektifan Isolasi Sosial
Koping Individu
Gangguan Pola
Ansietas
Tidur
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

Seorang anak usia 5 tahun ibunya mengeluh kurang konsentrasi dalam proses
belajar di sekolah, tidak dapat duduk dengan tenang kaki dan tangan bergerak terus,
merusak barang dan mengganggu temannya, mudah menangis bila keinginannnya tidak
dituruti , mudah gelisah cemas dan marah , hasil pemeriksaan didapat TD : 110/80 mmHg
, RR : 23x/menit, Nadi : 90x/menit, Suhu : 36.5 derajat celcius

Tanggal Masuk RS : 13-10-2021 Tanggal Pengkajian : 13-10-2021


Diagnosa Medis : ADHD No. RM : 00.92.77.86

PENGKAJIAN

A. Identitas Klien
1. Nama : An. R
2. TTL/Usia : Kendari, 22 April 2016
3. Alamat : Kendari
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Pekerjaan : -
6. Pendidikan : TK
7. Agama : Islam
8. Kebangsaan : Indonesia
9. Pengasuh : Orang Tua Kandung
B. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab Klien
1. Ayah
a. Nama : Tn.D
b. Agama : Islam
c. Alamat : Kendari
d. Usia : 35 Tahun
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Pendidikan : Tamat SMA
2. Ibu
a. Nama : Ny.S
b. Agama : Islam
c. Alamat : Kendari
d. Umur : 29 tahun
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Pendidikan : Tamat SMA
C. Keluhan Utama
- Kurang konsentrasi dalam belajar karena hiperaktif
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Riwayat Kehamilan Ibu
a. GPA :
b. Masalah saat Hamil : Tidak Ada
: Ada, yaitu :
c. Obat – obatan saat hamil :
d. Pemeriksaan Kehamilan : Tidak Teratur
: Teratur, di :
2. Riwayat Persalinan
a. Jenis Persalinan : Spontan Operasi/SC
: Vacum Dll.
b. Lama Persalinan : jam
c. Masalah Saat Persalinan : Tidak Ada
: Ada, yaitu :
d. Obat – Obatan :
3. Riwayat Kelahiran
a. Berat badan : gram
b. Panjang Badan : cm
c. APGAR :
d. Cephal Hematoma : Tidak Ada
Ada, Besar :
e. Cacat/ Trauma Lahir : √ Tidak Ada
Ada, Berupa :
4. Riwayat Alergi
√ Tidak Ada
Ada, terhadap :
Reaksi alergi berupa :
5. Riwayat Imunisasi
BCG HB-3 DPT-4 Polio-3 HB-0
DPT-1 Polio-1 Polio-4
HB-1 DPT-2 Polio-2 Campak
HB-2 DPT-3
Tidak Lengkap, alasan :
Tidak Pernah, alasan :
6. Riwayat Pengobatan dan Operasi Sebelumnya :
7. Antropometri Saat Ini
a. Berat Badan : gram/kg
b. Tinggi Badan : cm
c. Lingkar Kepala : cm
d. Lingkar Dada : cm
e. Lingkar Perut : cm
f. Lingkar Lengan atas : cm
8. Perkembangan
a. Motorik Kasar :
b. Motorik Halus :
c. Perkembangan Bahasa :
d. Perkembangan Sosial :
9. Kebiasaan
a. Pola Perilaku : Menggigit Kuku Gerakan Tidak Biasa
Menghisap Jari Merokok Lain – Lain :
b. Penggunaan/Penyalahgunaan Zat : Tidak Ada
Ada
E. Genogram
F. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Konservasi Energi
a. Keadaan Umum : composmentis (E4, V5, M6 )
b. Kesadaran : composmentis (E4, V5, M6 )
c. Tanda – Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Suhu : 36 OC
- Respirasi Rate : 23 kali/menit
- Nadi : 90 kali/menit
- Heart Rate : kali/menit
d. Status Nutrisi/Cairan
- Intake
Pola Makan : 3 kali sehari
Jenis Makanan : (Nasi , sayur , ikan, tempe ,telur )
Porsi Makan : 1 piring
Makanan Tambahan : -
Gangguan Makan : Tidak ada
- Output
BAB
Frekuensi 1 kali sehari
Konsistensi Padat
Bau Menyengat
Warna Kuning
Keluhan Saat BAB Tidak Ada

BAK
Frekuensi 6 kali sehari
Bau Tidak
Warna jernih
Keluhan Saat BAK tidak ada

e. Aktivitas dan Istirahat


- Aktivitas
Bermain :
Olah Raga :
Sekolah :
- Istirahat/ Tidur
Pola Tidur :
Lama Tidur :
Kebiasaan Sebelum Tidur :
Kebiasaan Saat Tidur :
Gangguan Tidur :
f. Hygiene/ Mandi : √ Dibantu
Sendiri
Frekuensi :
g. Nyeri
Area :
Yang memperberat :
Yang memperingan :
Bentuk Nyeri :
Waktu :
Kualitas Nyeri :
2. Konservasi Integritas Struktur
a. Kulit
Warna : √ Normal Sianosis Pucat Ikterik
Tekstur: Halus Kasar Lain-lain
Turgor : Baik Kurang Buruk
Kelembaban : Lembab Kurang Lembab
Rambut : Mudah Patah Kusam
√ Kemilau Tidak Mudah Patah
Kuku : Merah Muda Pendek
Kotor Coklat/Kehitaman
√ Bersih Lain-lain
b. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris , kurang bersih, tidak ada lesi , benjolan tidak ada
Palpasi :
Pergerakan Kepala :
c. Mata
Tekanan Intra Okuler ( TIO )
Kiri = Kanan Kiri > Kanan √ Kiri < Kanan
Konjunctiva
Anemis √ Tidak Anemis
√ Sclera : Ikterik √ Tidak Ikterik
Pupil : Isokor Anisokor
Reaksi Terhadap Cahaya : √ Ada Tidak Ada
Menggunakan alat bantu : √ Tidak Ya, berupa :
d. Telinga
Inspeksi : √ Simetris Tidak Simetris
√ Bersih Kotor
Palpasi : Nyeri Tekan √ Tidak Ada Nyeri Tekan
Menggunakan alat bantu : √ Tidak Ya, berupa :
e. Hidung
Inspeksi : √ Simetris Tidak Simetris
Lapisan Mukosa : Lembab √ Tidak Lembab
Fungsi Penciuman : Normal
Palpasi : Nyeri Tekan √ Tidak Nyeri Tekan
Lendir : Ada √ Tidak Ada
f. Mulut dan Tenggorokan
Bibir : Lembab √ Kering
Sianosis √ Pecah-pecah
Sumbing Lain-lain
Gigi : √ Mudah Tumbuh Belum Tumbuh
Warna : putih
Higiene/Bau Mulut : bersih/ Normal
Caries :
Tanggal :
g. Lidah
Inspeksi : √ Bersih Kotor
Lesi : √ Tidak Ada Ada
Fungsi Pengecapan :
Palatum : Tertutup Semua Terdapat Celah
Tonsil : T0 T1 T2
Faring : √ Normal Kemerahan/radang
Gangguan Menelan : Ada √ Tidak Ada
h. Leher
Kelenjar Tiroid : √ Teraba Tidak Teraba
Bentuk : √ Simetris Tidak Simetris
Massa : √ Teraba Tidak Teraba
i. Dada
Bentuk : Pigeon Chest √ Simetris
Barrel Chest Asimetris
Funnel Chest
Payudara : √ Normal Tidak Normal
j. Paru-Paru
Keluhan pada paru : tidak ada
Inspeksi
Pola pernapasan : √ Normal Tidak Teratur
Inspiratory effort Takipnea
Ekspiratory effort Bradipnea
Teratur
Auskultasi
√ Vesikuler Wheezing
Broncho Ronchi
Broncho Vasikuler
Palpasi
Vocal fremitus : Kiri = Kanan
Kiri > Kanan
Kiri < Kanan
k. Jantung
Keluhan pada jantung : tidak ada
Bunyi jantung : √ Normal Murmur Gallop
Letak Jantung : di dalam rongga dada sebelah kiri
Apex Jantung : √ Terlihat Tidak Terlihat
Kualitas Nadi : √ Teratur Tidak Teratur
CRT : < 3 detik > 3 detik
l. Abdomen
Keluhan pada abdomen : tidak ada
Bentuk : √ Datar Cembung Cekung Tegang
Bising Usus : kali/menit
Perkusi : Timpani Dulnes Pekak
Palpasi :
Hepar : Hepatomegali (-)
Lien : Normal
Ginjal : nyeri tekan (-)
m. Genitalia
√ Bersih
Tidak Bersih, berupa :
n. Anus
√ Bersih Ada Benjolan
Tidak Bersih Tidak Ada Benjolan
o. Punggung
√ Simetris Tidak Simetris
p. Ekstremitas
Bengkak √ Tidak Edema
Tidak bengkak
Edema
ROM
√ Bebas Tidak Bebas
3. Konservasi Integritas Personal
a. Perkembangan Psikoseksual
b. Perkembangan Moral
4. Konservasi Integritas Sosial
a. Perkembangan sosial anak
b. Hubungan dengan orang tua/pengasuh
c. Hubungan dengan saudara kandung
d. Hubungan dengan teman sebaya :
e. Prestasi yang didapat
f. Interaksi dengan orang dewasa
G. Terapi
H. Pemeriksaan Penunjang/ laboratorium
GPPH ( Abbreviated Conners Ratting Scale )
No Kegiatan yang Diamati 0 1 2 3
1 Tidak kenal lelah , atau aktivitas yang berlebihan
v
2 Mudah gembira, impulsive.
v
3 Mengganggu anak-anak lain
v
4 Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai , v
rentang perhatian pendek
5 Menggerak – gerakkan anggota badan atau kepala v
secara terus – menerus
6 Kurang perhatian , mudah teralihkan v
7 Permintaannya harus segera dipenuhi , mudah menjadi
frustasi v
8 sering dan mudah menangis v
9 suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan v
drastic
10 ledakkan kekesalan ,tingkah laku eksplosif dan tak v
terduga
Jumlah 3 6 1
2
Nilai total : 21
Interpretasi :
e. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
f. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
g. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
h. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

ANALISA DATA
Nama Pasien : An.R
Umur : 5 Tahun
No Tanda dan gejala Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Ds : Gangguan Proses Hambatan Interaksi
- Kurang konsentrasi Berpikir Sosial
- Tidak dapat duduk dengan
tenang kaki dan tangan
bergerak terus
- Merusak barang dan
mengganggu temannnya
- Mudah menangis bila
keinginannnya tidak di
turuti
- Mudah gelisah cemas dan
marah

Do:
TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- RR : 23x/menit
- Nadi : 90x/menit
- Suhu : 36 derajat
celcius
- composmentis (E4, V5,
M6 )
Hasil GPPH : 21

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


No Diagnosa Keperawatan
1 Hambatan interksi sosial berhubungan dengan Gangguan proses pikir
ditandai dengan :
Ds :
- Kurang konsentrasi
- Tidak dapat duduk dengan tenang kaki dan tangan bergerak terus
- Merusak barang dan mengganggu temannnya
- Mudah menangis bila keinginannnya tidak di turuti
- Mudah gelisah cemas dan marah
Do:
TTV
- TD : 110/80 mmHg
- RR : 23x/menit
- Nadi : 90x/menit
- Suhu : 36 OC
- composmentis (E4, V5, M6 )
- Hasil GPPH : 21

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : An.R
Umur : 5 Tahun
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Domain 7 . Hambatan 0915 Tingkat 4352 Manajemen


interaksi sosial. No.00052 Hiperaktivitas Perilaku :
Defenisi : Keparahan Overaktivitas
Hambatan tinteraksi sosial dari pola tidak /Kurang perhatian
berhubungan dengan perhatian atau defenisi : Penyediaan
Gangguan proses berpikir impulsivitas anak usia terapi milieu yang
1 sampai 17 tahun. secara aman
Defenisi : Kurang atau mengakomodasi klien
kelebihan kuantitas, atau Setelah dilakukan yang memiliki
tidak efektif kualitas tindakan keperawatan gangguan perhatian
pertukaran sosialnya. selama 6 x dalam 1 dan / atau aktivitas
bulan diharapkan berlebihan sembari
Batasan karakteristik : tingkat hiperaktivitas meningkatkan fungsi
- Ketidaknyamanan membaik dengan klien yang optimal
dalam situasi sosial indikator outcome :
- Ketidakpuasan dengan 1. Mengganggu Aktivitas :
hubungan social kasar, bising pada - Monitor status
- Disfungsi interaksi saat interaksi fisik klien yang
dengan orang lain personal (3) tampak
- Keluarga melaporkan 2. Perilaku agresif menunjukkan over-
perubahan dalam yang tidak sesuai aktifitas (Misalnya:
interaksi (4) BB, hidrasi , dan
- Gangguan fungsi social 3. Sulit untuk kondisi kaki klien
bertahan duduk (3) ketika melangkah )
Faktor Yang Berhubungan 4. Tidak mampu - Berikan
: focus dalam lingkungan yang
mengerjakan tugas aman secara fisik
- Kendala komunikasi (4) dan terstruktur jika
- Gangguan konsep diri 5. Impulsif (3) diperlukan
- Gangguan proses berpikir - Peroleh perhatian
- Kendala lingkungan klien sebelum
- Hambatan mobilitas fisik memulai interaksi
- Kurang pengetahuan verbal
tentang bagaimana - Sediakan bantuan
meningkatkan mutualitas yang bisa
- Kurang keterampilan meningkatkan
untuk meningkatkan struktur
mutualitas lingkungan,
- Ketidaksesuaian konsentrasi , dan
sosiokultural perhatian untuk
melakukan tugas
( mislnya : jam
tangan, kelender,
penanda dan
instruksi tertulis
langkah demi
langkah )
- Dorong klien
mengapresiasikan
perasaannya
dengan cara yang
baik
- Ajarkan /dorong
keterampilan sosial
yang tepat
- Ajarkan teknik
manajemen
perilaku kepada
orang-orang
terdekat dengan
klien.

TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : An.R
Umur : 5 Tahun
Tanggal/Jam No. Dx. Tindakan Keperawatan

13-10-2021/ 00052 1. Melihat status fisik klien yang


08.00 - tampak menunjukan over-aktifitas
10.45 2. Memberikan lingkungan yang aman
3. Mengalihkan perhatian klien dengan
bermain dan membangun
kepercayaannya .
4. Memberikan pengajaran tentang
waktu dan langkah dalam
berinteraksi sosial, batasan baik dan
buruk
5. Memberikan fasilitas pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
lewat hal/sesuatu yang disukai
misalnya dengan menggambar
6. Mengajarkan bagaimana cara
berteman/berineraksi sosial yang
baik , hal yang dilakukan saat
berteman/berinteraksi sosial,
mengenalkan tindakan yang baik dan
buruk saat berteman/berinteraksi
sosial
7. Ajarkan teknik manajemen perilaku
kepada orang-orang terdekat dengan
klien

EVALUASI
Nama Pasien : An.R
Umur : 5 Tahun
Tanggal/Jam No. Dx Evaluasi
13-10-2021/ 00052 S : kurang konsentrasi , dapat duduk
19.00 dengan tenang kaki dan tangan
bergerak terus, memahami aturan
untuk tidak merusak barang dan
mengganggu temannya, mudah
menangis bila keinginannya tidak
dituruti , mudah gelisah cemas dan
marah
O : TTV
TD : 110/80 mmHg
RR : 23x/menit
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36 OC
composmentis (E4, V5, M6 )
Hasil GPPH : 21
A : Masalah belum teatasi
P : Pertahankan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

NH, F. A., & Setiawati, Y. (2017). Interaksi Faktor Genetik dan Lingkungan pada Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Psikiatri Surabaya, 6(2), 98-107.

Utami, R. D. L. P., Safitri, W., Pangesti, C. B., & Rakhmawati, N. (2021). PENGALAMAN
ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD). Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 222-230.

Aprilia, E., & Oktaria, D. (2017). Kemampuan Akademik Penderita Attention Deficit–
Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Tingkat Perguruan Tinggi. Jurnal Majority, 7(1), 164-
168.

Susanto, B. D., & Sengkey, L. S. (2016). Diagnosis dan penanganan rehabilitasi medik pada
anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Jurnal Biomedik: JBM, 8(3).

Meilasari, Usha dkk. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN ATTENTION DEFICYT HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD). Stikes
Pemkab Jombang

Anda mungkin juga menyukai