MAKANAN
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................................3
1.2 Tujuan.....................................................................................................................5
1.3 Manfaat...................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
2.1 Pengertian.....................................................................................................................6
2.2 Etiologi....................................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis.................................................................................................10
2.4 Patofisiologi..........................................................................................................11
2.5 Pathway.................................................................................................................12
2.6 Komplikasi............................................................................................................13
2.6 Tes Diagnosis........................................................................................................13
2.7 Penatalaksanaan....................................................................................................15
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................18
BAB III................................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan...............................................................................................28
3.2 Saran.........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kejadian gawat darurat yang juga mengancam nyawa manusia adalah
keracunan makanan. Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan karena
makan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme atau bahan kimia, atau
makanan yang memang mengandung racun. Makanan dapat terkontaminasi oleh
bahan kimia seperti timah atau seng yang menyebabkan keracunan makanan.
Beberapa jenis jamur dan ikan tertentu juga beracun jika dimakan. Kasus yang sering
muncul adalah keracunan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti
bakteri, jamur, virus, dan parasit. Bakteri Staphylococcus menghasilkan racun yang
bisa menyebabkan muntah dan diare beberapa jam setelah makanan yang
terkontaminasi dikonsumsi. Bakteri Clostridium botulinum menyebabkan masalah
yang jauh lebih serius bahkan seringkali fatal, yakni jenis keracunan makanan yang
disebut botulisme. Tetapi pada beberapa kasus, gejala baru timbul beberapa hari
setelahnya. Gejala muntah dan diare yang berat akan menyebabkan tubuh kekurangan
cairan dan elektrolit, dan hal ini merupakan ancaman serius bagi jiwa penderita,
terutama jika tidak dilakukan penanganan segera.
Data The Centers for Disease Control and Prevention tahun 2010 menunjukkan,
48 juta orang di Amerika keracunan makanan, 128.000 dirawat di rumah sakit, dan
3.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat kandungan berbahaya dalam makanan
yang mereka konsumsi. Menurut Badan POM dalam Dadi (2011), angka kejadian
keracunan makanan, sebagai salah satu manifestasi Penyakit Bawaan Makanan (PBM)
dapat menjadi indikator situasi keamanan pangan di Indonesia. Badan kesehatan dunia
WHO memperkirakan bahwa rasio antara kejadian keracunan yang dilaporkan dengan
kejadian yang terjadi sesungguhnya di masyarakat adalah 1:10 untuk negara maju dan
1: 25 untuk negara berkembang.
1.3 Manfaat
BAB II
Tinjauan Teori
2.1 Pengertian
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap ke dalam kulit
(misalnya, dari tanaman), atau tersuntikan (misalnya, dari sengatan serangga),
bisa menyebabkan penyakit, kerusakan, dan kadang-kadang kematian (Jones &
Bartlett, 2007). Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk
merusak sel dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009).
Keracunan makanan adalah keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu
zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya
bagi tubuh (Junaidi, 2011). Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang
terjadi setelah menyantap makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan
beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri (Junaidi,
2011).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keracunan
adalah keadaan darurat yang dapat merusak sel dan sebagian fungsi tubuh akibat
masuknya suatu zat atau makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan
beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri.
2.2 Etiologi
2.4 Patofisiologi
Hambatan mobilitas
fisik Diare
Gangguan fungsi saraf
Kematian
Kaku sendi Sulit menelan
Gangguan bicara
Ketidakseimbangan
kebutuhan tubuh
https://www.academia.edu/35321088/Materi_keracunan
2.6 Komplikasi
Komplikasi serius paling umum yang mungkin terjadi jika seseorang mengalami
keracunan makanan adalah dehidrasi.
Bagi mereka yang memiliki sistem tubuh rendah dapat mengalami dehidrasi parah ketika
kehilangan banyak cairan, sehingga mungkin perlu di rawat di rumah sakit dan menerima
cairan intravena.
1) Infeksi literasi, terjadi dijanin seringkali mengakibatkan janin yang lahir menjadi
premature
2.7 Penatalaksanaan
1. Keracunan Botullinum
Tanda dan Gejala :
- Masa laten 8 jam-8 hari
- Muntah
- Lemah
- Gangguan penglihatan
- Refleksi
Penanganan :
Penanganan :
Penanganan :
Penanganan :
Penanganan :
Penangan :
Penanganan :
8. Dekontaminasi
a) Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 %
selama 15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali
b) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air
mengalir dingin atau hangat selama 10 menit
c) Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal
100cc untuk sesekali minum.
Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
2.8.1 Pengkajian
A. PENGKAJIAN
1. Primary Survery
a) Airway and cervival control
b) Breathing and ventilation
c) Circulation and hemorrhage control
d) Disability
e) Exposure and Environment
2. Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.
Pertukaran gas yang terjadi padasaat bernafas mutlak
untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan CO dari
tubuh. Ventilasi yang baik meliputi: fungsi yang baik dari
paru, dinding dada dan difragma. Setiap komponen ini
harus dievaluasi secara cepat.
Dada penderita harus dibuka untuk melihat pernapasan
yang baik. Auskultasi dilakukan untuk memastikan
masuknya udara kedalam paru. Perkusi dilakukan untuk
menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura.
Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan
dinding dada yang mungkin mengganggu vnetilasi.
Perlakuan yang baik mengakibatkan gangguan ventilasi
yang berat adalah pneumotoraks, flail chest dengan
kontusio paru, open pneumotoraks dan hemotoraks-masif.
3. Circulation dengan control perdarahan
a. Volum darah dan jurang jantung (cardiac output)
Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca
bedah yang mungkin dapat diatasi dengan terapi yang
cepat dan tepat di rumah sakit. Suatu keadaan hipotensi
harus disebabkan oleh hipovolemik, sampai terbukti
sebaliknya. Dugaan demikian maka diperlukan
penilaian yang cepat dari status hemodinamik
penderita.
Ada 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat
memberikaninformasi mengenai keadaan hemodinamik
yakni kesadaran, warna kulit dan nadi.
1) Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi darah ke otak
dapat berkurang, yang akan mengakibatkan
penurunan kesadaran ( walaupun demikian
kehilangan darah yang dalam jumlah banyak belum
tentu mengakibatkan gangguan kesadaran).
2) Warna kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis
hipovolemia. Penderita trauma yang kulitnya
kemerahan, trauma pada wajah dan ektremitas,
jarang yang dalam keadaan hipovolemia.sebaliknya
wajah pucat keabu abuan dan kulit ekremitas yang
pucat, merupakan tanda tanda hipovolemia. Bila
memang disebabkan hipovolemia maka ini
menandakan kehilangan darah minimal 30% dari
volume darah.
3) Nadi
Nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri
karotis harus diperiksa bilateral, untuk kekuatan
nadi, kecepatan dan irama. Pada syok nadi akan
kecil dan cepat. Nadi yang tidak cepat, kuat dan
teratur biasanya merupakan tanda normo-volomia.
Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda
hipovolemia, namun harus diingat sebab lain yang
dapat menyebabkannya. Nadi yang tidak teratur
biasanya merupakan tanda tanda gangguan jantung.
Tidak ditemukannya pulsasi dari nadi arteri sentral.
b. Control perdarahan
4. Disability
2. Secondary survey
Survey sekunder dilakukan setelah survey primer selesai, resusitasi
dilakukan dari penderita stabil.
Survey sekunder adalah pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan tanda
tanda vital. Survey sekunder hanya dilakukan apabila penderita sudah
stabil.
a. Head to toe assessment
b. Ttv
B. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas, penurunan energy,
posisi tubuh yang menghambat paru d.d despnea, pola napas abnormal
b. Defisit volume cairan b.d muntah,diare
c. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
d. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake
tidak adekuat ( anoreksia,mual,muntah ),kesulitan menelan
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Rencana Keperawatan
3.1 Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya toksin yang dapat membahayakan tubuh.
Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagi racun, tergantung pada dosis
dan cara pemberiannya. Proses keracunan dapat berlangsung secara perlahan,
dan lama kemudian baru menjadi kegawatdaruratan, atau dapat juga
berlangsung dengan cepat dan segera menjadi keadaan gawat darurat.
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan
merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang
mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk
kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh
protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat
racun.
3.2 Saran
1. Diharapkan mahasiswa hendaknya benar-benar memahami manajemen
kegawatdaruratan pada klien dengan kasus keracunan, sehingga dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien.
2. Untuk pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan
dengan makalah ini, sehingga mempermudah mahasiswa dalam pembuatan
makalah yang lebih baik, sehingga dapat dijadikan acuan bagi peserta
didik lainnya.
| 28
DAFTAR PUSTAKA
CH Andriani (2016) Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Timggi Ilmu Kesehatan
Santo Borromeus Padalarang. Diakses melalui google scholar pada tanggal 3
Agustus 2020
Doheny K. Most common foods for foodborne illness: CDC report. Medscape Medical
News. January 30, 2013.
Jacobs RA. General problems in infectious diseases: acute infectious diarrhea. In: Tierney
LM Jr, McPhee SJ, Papadakis MA, eds. Current Medical Diagnosis and Treatment
2001. 40th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2000:1215-6.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Lee JH, Shin H, Son B, Ryu S. Complete genome sequence of Bacillus cereus bacteriophage
BCP78. J Virol. Jan 2012;86(1):637-8.
Logan NA. Bacillus and relatives in foodborne illness. J Appl Microbiol. Mar
2012;112(3):417-29.
Mansjoer Arif, 2009, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius, FKUI,
Jakarta.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3.
Jakarta: EGC.
| 29
Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga.
Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-pada-
pasien.html. Diakses tanggal 3 Agustus 2020.
https://www.academia.edu/31985432/MAKALAH_ASKEP_KERACUNAN_KGD
https://www.academia.edu/35321088/Materi_keracunan
| 30