Anda di halaman 1dari 20

“ASKEP KERACUNAN OBAT DAN

EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM)”

DISUSUN
OLEH

KELOMPOK IV :
1. SHANIA VIRGIN NGADIMIN (1801010)
2. FHARISCA R. PARANSI (1801065)
3. CHAFANA TONGKALI (1801098)
4. JUANDA UMANAILO (1801072)

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Syukur kepada Allah Swt.. Bahwasanya kami telah selesai
membuat makalah ini dengan judul “Askep Keracunan Obat dan Evidence Based
Medicine”, walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang kami hadapi, tiada daya
dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Swt. 
Dengan demikian, makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum dikatakan
sempurnah karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu saran dan kritik dari
semua pihak agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Harapan kami
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Manado, … Mei 2021


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..........................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI..............................................................................
B. ETIOLOGI...........................................................................
C. PATOFISIOLOGI...............................................................
D. PATHWAY...........................................................................
E. MANIFESTASI KLINIS.....................................................
F. KOMPLIKASI.....................................................................
G. PENCEGAHAN...................................................................
H. PENATALAKSANAAN......................................................
I. ASKEP KERACUNAN OBAT...........................................
J. EVIDENCE BASED MEDICINE......................................

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN....................................................................
B. DAFTAR PUSTAKA...........................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk
digunakan sebagai diagnosis, pencegahan, mengurangi, menghilangkan, dan
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Meskipun obat dapat menyembuhkan
penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang masih menderita akibat keracunan obat.
Oleh karena itu, obat juga berfungsi sebagaimana obat dan juga sebagai racun. Obat itu
dikatakan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit
dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat disalahgunakan dalam pengobatan
atau dengan dosis yang berlebihan maka akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya
berkurang tidak akan menimbulkan efek.
Keracunan obat dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa fungsi organ.
Kerusakan yang umum terjadi yaitu pada ginjal (efrotoksisitas), pada neurotoksisitas,
pada hati (hepatotoksisitas), imunotoksisitas, dan pada jantung (kardiotoksisitas).
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat dikonsumsi secara
bersamaan. Interaksi obat dan efek samping obat perlu diperhatikan.
Sebuah study di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hamper 100.000
orang harus masuk ke rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama daripada
seharusnya, bahkan terjadi kasus kematian karena interaksi dan efek samping obat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, muncul beberapa rumusan masalah yaitu :
1) Apakah yang dimaksud dengan keracunan obat ? dan apa penyebabnya ?
2) Bagaimanakah patofisiologinya ?
3) Apa saja tanda dan gejala dari orang yang mengalami keracunan obat ?
4) Apa komplikasi yang sering kali muncul ?
5) Bagaimana pencegahan agar dapat terhindar dari keracunan obat ? dan bagaimana
cara mengatasinya ?
6) Apakah itu evidence based obat ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Keracunan adalah suatu keadaan apabila substansi yang berasal dari alam ataupun
buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh yang
bias menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan tubuh melalui
beberapa cara yaitu termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit.
Keracunan adalah reaksi dalam tubuh yang apabila kemasukan suatu bahan yang
bersifat toksik dan membahayakan tubuh, bahan-bahan tersebut dapat masuk melalui
mulut, hidung, kulit, atau mata.
Keracunan obat adalah reaksi tubuh yang muncul secara negative akibat
mengkonsumsi obat atau menggunakan obat tertentu yang akan berakibat fatal jika tidak
segera ditangani.

B. ETIOLOGI
1) Narkoba : obat yang bermanfaat dalam dosis tarapeutik yang bias mematikan apabila
dikonsumsu secara berlebihan
2) Vitamin : terutama vitamin A dan D, jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan masalah hati dan kematian
3) Warfarin : yaitu pengencer darah yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Bahan ini sering digunakan sebagai racun tikus dan dapat menyebabkan perdarahan
dan kematian jika terlalu banyak di konsumsi.
4) Tidak tau jumlah dosis yang diminum atau ada factor lain yang tidak disengaja.
5) Efek dari kombinasi berbagai obat yang bias menyebabkan reaksi keracunan untuk
tubuh.
6) Tubuh penderita keracunan obat mengalami efek samping berlebihan sehingga efek
keracunan menjadi tidak terduga. Kondisi ini seperti biasanya terjadi di rumah sakit
akibat pasien tidak mengetahui jika ada alergi obat tertentu. Pemberian obat anti
alergi atau tes alergi biasanya diberikan oleh perawat sebelum pasien mendapatkan
obat terentu.
7) Penderita keracunan obat mengalami kecelakaan yang menyebabkan obat mengenai
bagian tubuh tertentu. Kondisi ini biasanya terjadi untuk kasus keracunan obat yang
melewati hidung, mata, dan kulit.
8) Penderita keracunan obat bias terkena keracunan dengan sengaja minum obat terentu
dalam jumlah yang lebih banyak. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang depresi,
mengalami masalah kesehatan jiwa, mental yang buruk dan pecandu narakoba.

C. PATOFISIOLOGI
Makanan, minuman, dan obat yang sehat dapat dikatakan makanan yang layak
untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik seketika maupun mendatang. Dalam
mengkonsumsi makanan, minuman diperlukan untuk memperhatikan kebersihan,
kesehatan dan zat gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut, sama halnya dengan
obat yang harus kita perhatikan dosis dan sesuai dengan resep dokter. Hendaknya kita
harus pandai dalam memilih makanan dan obat yang akan dikonsumsi supaya bebas dari
benda dan zat-zat yang dapat merusak tubuh, seperti toksik atau racun.
Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun, obat-
obatan yang di konsumsi sembarangan dan tidak sesuai dosis, sampai dilambung maka
akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahan diri terhadap benda atau zat
asing yang masuk kedalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha
membuang zat tersebut dengan cara memuntahkan. Karena seringnya muntah, maka
tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar. Karena
dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan
keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat
dingin akan merangsang kalenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan hemeostatis
tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi, maka dehidrasi
berat tidak dapat dihindari bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala seseorang mengalami keracunan, yaitu :
1) Penurunan kesadaran,
2) Gangguan pernapasan,
3) Nyeri kepala,
4) Pusing,
5) Gangguan penglihatan,
6) Diare,
7) Lemas,
8) Kejang-kejang,
9) Gangguan pencernaan yang ringan, sedang, dan parah seperti mual, sakit perut, nyeri
perut bawah, serta muntah.
10) Tubuh mengeluarkan keringat berlebihan,
11) Beberapa bagian kulit menjadi biru akibat kekurangan oksigen dan kematian kerja
syaraf pada kulit.

F. KOMPLIKASI
1) Kejang,
2) Koma,
3) Henti jantung,
4) Henti napas (apneu), dan
5) Syok.

G. PENCEGAHAN
a) Selalu usahakan untuk membaca label obat pada kemasan dengan hati-hati. Lihat
verapa jumlah dosis yang disarankan dan pertimbangkan untuk mengambil obat
sesuai dengan dosis yang disarankan.
b) Hindari menggunakan obat tertentu dalam waktu jangka panjang, seperti antibiotic.
Penggunaan obat jangka Panjang bisa menyebabkan efek keracunan yang berbahaya
untuk tubuh.
c) Jangan menggunakan obat bebas tanpa mendapatkan resep dari dokter.
d) Hindari menyimpan obat yang sudah tidak digunakan. Jika memiliki sisa obat maka
segera hancurkan dan buang ditemapt yang aman agar tidak dapat menyebabkan
keracunan obat karena menggunakan obat yang sudah rusak atau obat yang sudah
kadaluarsa.
e) Letakkan dan simpan semua obat-obatan darurat di tempat yang aman. Lebih baik
jika menyimpan obat di kotak obat, agar dapat mencegah anak-anak bermain obat dan
menjaga agar anak tidak terkena keracunan obat.
f) Hindari minum obat dengan beberapa jenis minuman yang bisa menyebabkan
keracunan seperti minuman bersoda, the, kopi, atau alcohol.
g) Menerapkan enam benar pengobatan, yaitu :
1) Benar obat,
2) Benar pasien,
3) Benar dosis,
4) Benar waktu,
5) Benar cara,
6) Benar dokumentasi.

H. PENATALAKSANAAN
1) Melakukan CPR (jika penderita tidak sadar) : keracunan obat sering menyebabkan
efek kehilangan kesadaran dan sulit untuk bernapas. Dari saran medis jika ada kasus
seperti ini maka pasien harus mendapatkan pertolongan dengan memberikan napas
buatan atau CPR. Napas buatan bias mencegah efek buruk kehilangan kesadaran
seperti koma, dan kematian.
2) Membuat posisi penderita nyaman (jika sadar) : yaitu dengan posisi duduk bersandar
tegak, duduk sambal setengah tidur, dan tidur dengan posisi bantal yang tinggi. Jika
masih bisa diajak komunikasi, maka cari tau obat apa yang diminum oleh penderita.
3) Hindari hal yang membuat penderita muntah.
4) Jangan memberikan air putih : hindari pemberian air putih secara langsung. Air putih
baru bias diminum ketika penderita sadar dan sudah bias minum sendiri. Memberikan
air putih bisa menyebabkan kondisi yang sangat fatal karena mendorong penyebaran
racun ke semua bagian tubuh. Hal ini bisa memicu gagalnya fungsi organ jika kondisi
keracunan obat sangat parah.
5) Jangan menekan perut ; para penderita keracunan obat akan merasa mual dan muntah
secara berlebihan. Jika hal ini terjadi maka jangan pernah menekan perut penderita
karena bisa membuat kondisi tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Jika mereka tidak
bisa muntah secara alami maka bisa membuat napas semakin melambat, detak
jantung lebih cepat dan kehilangan kesadaran.
6) Berikan minuman yang netral : yaitu air kelapa hijau karena tidak menyebabkan efek
samping apapun. Selain itu, kandungan ion positif dalam air kelapa hijau bisa
membantu tubuh dalam melawan efek racun. Efeknya bisa mengeluarkan racun dari
dalam tubuh secara alami, yaitu penderita akan merasa mual dan muntah.
7) Minum susu : jika penderita keracunan obat yang tidak telalu parah, maka bisa
memberikan susu cair karena sangat membantu mengeluarkan racun dalam perut, dan
membuat penderita bisa muntah. Namun cara ini hanya bisa diberikan pada penderita
keracunan obat ringan yang menyebabkan gangguan pencernaan.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan lab dan pemeriksaan lengkap (urine, gula darah, cairan lambung,
Analisa gas darah, elektrolit, keratin, glukosa, dan lain sebagainya.
b) Pemeriksaan EKG,
c) Foto thorax,
d) Pemeriksaan khusus, seperti : kadar kholinestrase plasma sangat membantu diagnosis
keracunan,
e) Pemeriksaan toksikologi, yang diambil dari :
 Muntahan penderita yang pertama (100 ml)
 Urine sebanyak 100 ml
 Darah tanpa anti koagulan sebanyak 10 ml
ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN OBAT

A. PENGKAJIAN (Identitas Pasien)


Data focus pengkajian
 Pengkajian primer
 A (airway) : terjadi hambatan jalan napas karena terjadi hipersaliva
 B (breathing) : terjadi kegagalan dalam pernapasan, napas cepat dan dalam
 C (circulation) : apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka pencernaan
akan mengalami perdarahan dalam terutama lambung
 D (disability) : bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran apabila
keracunan dalam dosis yang banyak
 E (eskposure) : nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan, pernapasan cepat,
kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva
 F (fluid) : jika pasien tidak sadarkan diri maka kateter diperlukan untuk
mengeluarkan urin.

 Pengkajian sekunder
a. Data subjektif
 Riwayat kesehatan sekarang : napas yang cepat, mual, muntah, perdarahan
saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di tenggorokan dan
lambung.
 Riwayat kesehatan sebelumnya : riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain
sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksik yang ditimbulkan dan
kapan terjadinya.

b. Data objektif
 Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan
saluran pencernaan.
 Susunan saraf pusat : pernapasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi,
delirium, kejang sampai koma
 BMR meningkat : tachipneu, takikardi, panas dan berkeringat
 Gangguan metabolism karbohidrat : ekskresi asam organic dalam sejumlah besar,
hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
 Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia
 Gangguan elektrolit : hyponatremia, hipermatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia.

c. Aktivitas dan istirahat : keletihan, kelemahan, malaise


d. Sirkulasi : nadi lemah, takikardi, hipotensi (pada kasus berat), aritmia jantung, pucat,
sianosis, keringat banyak
e. Eliminasi : perubahan pola berkemih, perubahan warna urine, distensi vesika urinaria,
bising usus menurun, kerusakan ginjal
f. Makanan cairan : dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, perubahan turgor
kulit/kelembaban, berkeringat banyak
g. Nerusensori : sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil mengecil, kram
otot/kejang, gangguan status mental, ketidak mampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, penurunan tingkat kesadaran, koma, syok
h. Nyaman/nyeri : nyeri tubuh, sakit kepala, gelisah
i. Pernapasan : napas pendek, hipoksia, takipneu, dispneu, batuk produktif
j. Keamanan : penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, riwayat terpapar toksin (obat,
racun), obat nefrotik penggunaan berulang, contoh : keracunan kokain dan amfetamin.

B. DIAGNOSA
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia (keracunan obat)
3) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
4) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
C. INTERVENSI
Dx 1 : ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
 NIC
 Respiratory status : airway patency
 Vital sign status
 Kriteria Hasil :
 Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
napass normal dan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara
napas tambahan
 TTV dalam batas normal

 NOC
a. Mengidentifikasi factor yang memicu ketidakefektifan pola napas dan tindakan
yang tepat untuk menghindarinya.
Rasional : ketidakefektifan pola napas disebabkan oleh asites yang menekan
diafragma kemudian ekspansi otot pernapasan tidak optimal.
b. Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya pernapasan.
Rasional : mengetahui kemampuan dalam bernapas.
c. Atur posisi pasien semi fowler untuk mengoptimalkan pernapasan.
Rasional : posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru-paru semakin
meningkat sehingga meringankan kseulitan dalam bernapas.
d. Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan fungsi ventilator
untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanik
Rasional : menjaga kestabilan penggunaan ventilator mekanik pada pasien

Dx 2 : nyeri akut b.d agen cedera kimia (keracunan obat)


 NIC
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
 Kriteria Hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan
Teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
 Nyeri berkurang dengan menggunakn manajemen nyeri.
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda-tanda
nyeri).
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

 NOC
a. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri.
b. Gunakan Teknik komunikasi tarapeutik untuk mengetahui pengalaman dan
penerimaan respon pasien.
Rasional : dengan menggunakan komunikasi tarapeutik akan mempermudah
menggali pengalaman pasien terhadap respon nyeri
c. Ajarkan Teknik nonfarmakologi ditraksi atau napas dalam.
Rasional : Teknik relaksasi dan ditraksi dapat menurunkan nyeri dan
mengurangi kecemasan
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat analgetik.
Rasional : pemberian obat analgetik yang tepat dapat membantu pasien untuk
beradaptasi dan mengatasi nyeri.

Dx 3 : kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif


 NIC
 Fluid balance
 Hydration
 Nutrition status : food and fluid intake
 Kriteria Hasil :
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
 TTV dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

 NOC
a. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah normal)
Rasional : penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi
urine, monitoring yang ketat pada urine <600 ml/hari karena merupakan
tanda-tanda syok hipovolemik.
b. Monitor berat badan
Rasional : perubahan berat badan sebagai parameter dasar terjadinya deficit
cairan.
c. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh untuk meringankan
fungsi ginjal dan mencegah dehidrasi
d. Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : jalur yang paaling penting untuk pemberian cairan secara cepat dan
memudahkan perawat dalam melakukan control intake dan output cairan.

Dx 4 : intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan oksigen


 NIC
 Energy convervation
 Activity tolerance
 Self care : ADLs
 Kriteri Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi, respirasi
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
 TTV normal
 Mampu berpindah tempat dengan atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmonari adekuat
 Status respirasi pertukaran gas dan ventilasi adekuat

 NOC
a. Monitor respons kardiorespiratory terhadap aktivitas
Rasional : peningkatan respon kardiorespiratory menurunkan kelemahan
b. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik managemen waktu untuk
mencegah kelemahan
Rasional : mengemen waktu dalam pembatasan aktivitas untuk mengurangi
kelelahan
c. Tentukan penyebab keletihan (misalnya, perawatan nyeri, pengobatan)
Rasiona; : mengurangi aktivitas yang menyebabkan keletihan.
d. Kolaborasi pemberian obat nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan
salah satu factor penyebab
Rasional : obat analgetik atau anti nyeri berfungsi untuk mengurangi nyeri
yang menjadi factor penyebab keletihan.
EVIDENCE BASED MEDICINE

Evidence based medicine adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk
melakukan evaluasi, menemukan, menelaah/nereview dan memanfaatkan hasil-hasil
study sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik. Menurut Sackett, EBM adalah
suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktek EBM
memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah yang
paling dapat dipercaya. Maka, salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan
keputusan klinik evidence based adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang
relevan dengan masalah klinik yang dihadapi serta diutamakan yang berupa hasil meta-
analisis, review sistemik dan randomized double blind controlled clinical trial (RCT).

Secara ringkas, ada beberapa alasan utama mengapa EBM diperlukan :


1) Bahwa informasi yang selalu diperbarui mengenai diagnosis, prognosis, terapi dan
pencegahan, promotive, rehabilitative sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-hari.
Sebagai contoh, teknologi diagnostic dan terapi selalu disempurnakan dalam waktu
ke waktu.
2) Bahwa informasi-informasi tradisional tentang hal-hal diatas sudah sangat tidak
adekuat pada saat ini, beberapa justru sering keliru dan mnyesatkan, tidak efektif,
atau bisa saja terlalu banyak sehingga justru sering membingungkan.
3) Dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang, maka kemampuan/keterampilan
untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi juga meningkatkan. Namun pada
saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah serta kinerja klinik menurun secara
bermakna.
4) Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan
semakin banyak. Akibatnya, waktu yang dimanfaatkan untuk mengupdate ilmu
sangat kurang.
Langkah-langkah evidence based medicine :
1) Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit yang
diderita oleh pasien
2) Penelusuran informasi ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
3) Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada
4) Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek pengambilan
keputusan
5) Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektivitas intervensi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keracunan adalah suatu keadaan apabila substansi yang berasal dari alam ataupun
buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh yang
bias menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan tubuh melalui
beberapa cara yaitu termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit
Dapat disebabkan oleh narkoba, vitamin, warfarmin, penurunan respon imun.
Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu gangguan pernapasan, nyeri kepala, pusing,
gangguan penglihatan, diare, lemas, dan kejang-kejang.

B. SARAN
Dalam penggunaan obat, mengkonsumsi makanan dan minuman, kita sebaiknya
harus berhati-hati karena bisa saja makanan, minuman dan obat yang kita konsumsi itu
menjadi racun. Jika menemukan, melihat pasien ataupun keluarga yang keracunan segera
bawa ke dokter dan jangan memberikan air minum.
DAFTAR PUSTAKA

Michael J. Neal.2008. At a Glance Farmakologi Medis Edisi kelima.Jakarta:Erlangga


Priharjo, Robert.2006.Teknik dasar pemberian obat bagi perawat.Jakarta:EGC
Krisanty, paula,dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta:TIM

Anda mungkin juga menyukai