Anda di halaman 1dari 6

PRINSIP UTAMA PENOLONGAN KORBAN

H. Penatalaksanaan
1) Penanganan pertama pada keracunan makanan
a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan memberi korban
minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah dengan
kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut korban bila ia
dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha memuntahkannya jika tidak tahu racun
yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan seperti anti
karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah, tiner, serta pembersih
toilet.
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan
atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan
perbaiki perfusi jaringan.
b) Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus
dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam
saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas, Jikaperlurespirator
pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab
racun organo fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.Pernafasan buatan
hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve –
mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bilatidak
berhasil.Katarsis( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai diusus halus dan besar.Kumbah lambung atau gastric lavage, pada
penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir pada
tempat penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsampai timbulgejala-
gejala atropinisasi ( muka merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan
psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 –
4 –6 – 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan
pernafasan akut yang sering fatal.
I. Discharge Planning Keracunan

Tata cara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:


a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara:
a) Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan),
atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi:
Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak
tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
b) Bilas lambung:
1. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau
asam asetat 5 %.
3. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
4. Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1) Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam
cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap,
jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal
masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange

SISTEM PELAYANAN GADAR

Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang
memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.

Tujuan Pertolongan Pertama

1. Menyelamatkan jiwa penderita


2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu

Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari suatu
sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu
sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang
kesehatan.

Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:

1. Akses dan Komunikasi


Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang
umum maupun yang khusus.

2. Pelayanan Pra Rumah Sakit


Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.

Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama

b. Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI

c. Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan

3. Tansportasi
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

Persetujuan Pertolongan

Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih
dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang
dikenal dalam pertolongan pertama :

1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)


Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau
penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak
mampu memberikan persetujuan

2. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)


Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.

Alat Perlindungan Diri

Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan
peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :

a. Sarung tangan lateks


Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit.

b. Kaca mata pelindung


Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia

c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.

d. Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara

e. Masker Resusitasi Jantung Paru


Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas

f. Helm
Seiring risiko adanya benturan pada kepala meningkat. Helm dapat mencegah
terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.

Semua carian tubuh dianggap menular


Untuk mencegah penularan penyakit melalui cairan tubuh:

1. Mencuci Tangan
2. Membersihkan peralatan
 Mencuci
Membersihkan perlatan dengan sabun dan air

 Desinfeksi
Menggunakan bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri
patogen

 Sterilisasi
Proses menggunakan bahan kimia atau pemanasan untuk
membunuh semua mikroorganisme.

3. Menggunakan APD

Anda mungkin juga menyukai