Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis yang


membutuhkan tindakan segera, keterlambatan dalam memberikan
pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.Pada dasarnya keracunan
pada anak tidaklah berbeda dengan pada dewasa, tapi oleh karena secara
alamiah terdapat perbedaan akibat dari tingkat perkembangan fisik yang
masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang sedang berkembang,
sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian, jenis, lokasi serta
motif dari keracunan.

Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah
tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan
dapat menimbulkan kematian.Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik
yang terjadi jika suatu zat, dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat
tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terhisap, atau
terserap dan selanjutnya menyebabkan kerusakan struktual atau gangguan
fungsi. (Donna L. Wong, 2003).

Anak usia dini (0 – 6 tahun) merupakan anak-anak yang sangat


unik dan memiliki karakteristik yang beragam sehingga diperlukan
berbagai jenis pengetahuan dan keterampilan untuk
memahaminya. Karakteristik anak yang beragam ini terkadang membuat
orang tua kesulitan dalam menerapkan pola pengasuhan dan pengawasan
pada anak, terutama pada keluarga yang memiliki anak lebih dari satu.
Gangguan kesehatan pada anak usia dini salah satunya yaitu keracunan.
Anak usia dini belum dapat membedakan mana yang baik dimakan dan
tidak. Bahkan di usia dini, apa saja yang bisa dipegang dan dimasukkan ke
mulut, akan dilakukannya. Sekalipun beracun, anak tidak memper-
dulikannya. (Radini, 2013)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan keracunan pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian keracunan
b. Mengetahui penyebab keracunan
c. Mengetahui klasifikasi keracunan
d. Mengetahui penatalaksanaan keracunan
e. Mengetahui asuhan keperawatan keracunan pada anak
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan keracunan pada
anak.
2. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan keracunan pada anak.
D. Metodelogi Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok
membuat sistematika penulisan yang dimulai dari:
BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
rumusan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan teoritis yang terdiri konsep dasar medik yang meliputi
terdiri definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, konsep dasar
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi

BAB III : Kesimpulan dan Saran


BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. Pengertian

Racun adalah suatu zat yang ketika ditelan, terisap, diabsorbsi,


menempel pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah
yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya
reaksi kimia. (Smeltzer, suzanna, 2002).

Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika


suatu zat, dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada
permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan
selanjutnya menyebabkan kerusakan struktual atau gangguan fungsi.
(Donna L. Wong, 2003).

Reaksi kimia racun mengganggua sistem kardiovaskular,


pernapasan, sistem syaraf pusat, hati, pencernaan(GI), dan ginjal.
(Morton, 2012).

B. Etiologi

Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industri


yang mengandung logam berat, bahan makanan yang terkontaminasi
oleh kuman seperti salmonella, sthapilococcus clostridiumbotulinum,
jamur beracun. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan
melampaui dosis normal, tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan
memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh.

1. Keracunan singkong

Singkong banyak ditanam varietas singkong dengan


kadar sianida tinggi, memang bukan singkong untuk
dikonsumsi melainkan diambil tepungnya untuk diekspor ke luar
negeri sebagai bahan pengeras tekstil.Singkong demikian
banyak dicuri dari perkebunan dan dijual pada pedagang
makanan atau pada konsumen langsung.

Gejala

Biasanya gejala-gejala sudah timbul beberapa jam


setelah anak makan singkong beracun atau makanan yang
dibuatnya seperti peyem dengan:

a. Mual dan muntah.


b. Pernafasan cepat.
c. Sianosis.
d. Kesadaran menurun hingga koma.
2. Keracunan jamur beracun

Keracunan setelah macam jamur yang disebut


belakangan ini dapat saja terjadi. Ada jamur yang
mengandung racun amanitin dan muskarin.

Gejala

Racun tersebut bekerja sangat cepat dan menyebabkan

a. Rasa mual
b. Muntah
c. Sakit perut
d. Mengeluarkan banyak ludah dan keringat
e. Miosis
f. Diplopia
g. Bradikardi sampai konvulsif
h. Manitin dapat menyebabkan disfungsi hepatoseluler
dan ginjal
3. Keracunan bahan makanan yang terkontaminasi

Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang


tercemar oleh kuman, parasit, virus, maupun bahan kimia.
Kuman-kuman yang dapat menyebabkan keracunan bahan
makanan ialah staphilococcus, salmonella, clostridium
botulinum, E. Coli, proteus, klebsiella, enterobacter,
dll.Tercemarnya makanan biasanya melalui lalat, udara,
kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak
yang menjadi pembawa kuman. Kuman yang masuk
kedalam makanan cepat memperbanyak diri dan
memproduksi toksin. Akibat keracunan tergantung dari
virulensi, banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan
panas.

Gejala

Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan


yang tercemar kuman terdiri dari mual muntah, diare, sakit
perut, disertai pusing dan lemas

4. Keracunan kerang-kerangan dan ikan laut

Jarang-jarang juga terjadi kasus keracunan setelah makan


kerang-kerangan atau ikan laut.

Gejala :

Gejala timbul 30 menit atau kurang setelah makan bahan


makanan tersebut, berupa kemerah-merahan pada muka, dada, dan
lengan, gatal-gatal, urtikaria, angiodema, edema, takikardi,
palpitasi,sakit perut, diare.Pada keadaan yang berat
terdapat gangguan pernafasan

5. Keracunan limbah gas dan partikel

Proses pencemaran udara semua spesies kimia yang


dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih disebut
kontaminan.
Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi
dapat mengakibatkan efek negative terhad ap penerima
(receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran
(pollutant).Cemaran diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
cemaran primer dan sekunder.Cemaran primer adalah
cemaran yang diemisikan langsung dari sumber
cemaran.Cemaran sekunder adalah cemaran yang
terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.

5 cemaran primer yang secara total meberikan


sumbangan 90% pencemaran udara global adalah:

a. Karbonmonoksida (CO)
b. Nitrogen oksida (Nox)
c. Hidrokarbon (HC)
d. Dulfur oksida (Sox)
e. Partikulat

5 cemaran sekunder yang mengakibatkan dampak


penting baik local,regional, maupun global yaitu:

a. CO2 (karbonmonoksida)
b. Cemaran asbut (asap kabut)
c. Hujan asam
d. CFC (chloro-fluoro-carbon/Freon)
e. CH4 (metana)

Dampak yang biasanya timbul akibat keracunan


limbah gas atau partikel yaitu:

a. Sesak nafas
b. Kematian akibat limbah B3 (berdampak, berakibat, dan
berbahaya )
c. Pupil menjadi midriasis
d. Kulit terluka, kering atau keriput
e. Bibir kering atau pucat
6. Keracunan sengatan lebah

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap,


diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam
tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat
mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi
kimia (Brunner & Suddar th,2001).

Gejala yang ditimbulkan dari sengatan lebah yaitu


di antaranya:

a. Gatal-gatal
b. Bengkak kemerahan atau kebiruan
c. Panas
d. Wajah pucat

Petunjuk penggunaan pengobatan untuk sengatan


lebah di antaranya:

1) Segera bersihkan seluruh bagian yang terkena sengatan


dengan air dan sabun.
2) Rendam bagian yang terkena sengatan dalam air arang
selama 30 menit hingga 1 jam.
3) Siapkan mandi dengan air arang ½ cangkir bubuk
arang dicampur dengan 8 liter (2 galon) air.
4) Setelah direndam dalam air arang yang sejuk, berikan
ramuan bubuk arang.
7. Keracunan gigitan ular

Gigitan ular berbisa dan 1o menit kemudian terasa


sakit dan bengkak, maka bisa ular telah masuk ke dalam
tubuh.

Gejala yang ditimbulkan


a. Badan panas/demam
b. Menggigil
c. Bibir dan badan kebiruan ( akibat pembekuan darah )
d. Muntah-muntah
e. Sesak nafas
f. Kematian

Segera bersihkan bagian yang digigit ular dengan


air dan sabun, Rendam bagian yang digigit ular dalam air
arang selama 30 menit hingga 1 jam (1/2 cangkir bubuk
arang dicampur 8 liter atau 2 galon air), Berikan banyak
ramuan arang pada seluruh bagian tubuh yang terkena
gigitan, pusatkan ramuan langsung pada bagian yang
terkena, Jaga agar ramuan tetap lembab dengan
menutupinya menggunakan plastic, ganti ramuan dengan
ramuan arang yang baru setiap 10 -15 menit hingga
bengkak dan rasa sakit hilang, Telan bubuk arang juga
minum kira-kira larutan 2 sndok makan bubuk arang yan g
dicampur ½ gelas air setiap 2 jam sebanyak 3 dosis atau
3x, kemudian minum larutan 1 sendok makan kecil bubuk
arang setiap 1 jam selama 24 jam, Setiap dosis bubuk
arang harus diikuti minum 2 gelas air.

8. Keracunan asam atau basa kuat

Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat
basa kuat seperti kalium hidroksida, natrium hidroksida banyak di
pakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti
pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi
serangga, maupun untuk memasak seperti cuka bibit.
Gejala :

Zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa
dan disebut bahan korosif(corrosive=memakan perlahan-lahan).
Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena,
seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika
terhirup, saluran pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus,
lambung jika terminum.

Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk


jaringan granulasi yang akan menyebabkan stiktura dan stenosis,
sehingga menimbulkan kesukaran menelan. Untuk menghindarkan
kejadian ini maka pada keracunan demikian tindakan cepat dan
tepat sangat penting.

Pengobatan :

a. Pada kulit atau mata : siram sebanyak mungkin air:


b. Pada rongga mulut : cepat-cepat mencuci mulut dengan air
sebanyak dan selama mungkin

Pada esofagus dan lambung :

1) Beri susu. Membilas lambungnya dan menyebabkan anak


muntah tidak dibenarkan, sebab dapat menyebabkan asfiksia
2) Jika terdapat renjatan, perbaiki dengan memberi infus.
3) Pemberian makanan harus parenteral. Sedapatnya kebutuhan
minimal terpenuhi jika terdapat tanda-tanda obstruksi
secepatnya di operasi

Insiden

1) Kecelakaan (termasuk keracunan) merupakan penyebab utama


kematian pada anak yang berusia 1-4 tahun.
2) Sebagian besar kasus keracunan terjadi di rumah; tempat paling
sering adalah tempat tinggal anak sendiri,dan yang kedua
adalah tempat kakek nenek.
3) Insiden puncak terjadi di waktu makan akhir pekan,dan hari
libur.
4) Usia insiden puncak adalah antara 1 dan 3 tahun,saat seorang
anak mulai mandiri dan ingin tahu segalanya.
5) Seorang anak yang pernah mengalami periode keracunan lebih
mungkin mengalami episode kedua dari pada yang di jaga tidak
terkena.
C. Patofisiologi

Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-


macam baik ragam maupun jenis makanan itu. Makanan yang sehat
dapat dikatakan makanan yang layak untuk tubuh dan tidak
menyebabkan sakit, baik seketika maupun mendatang. Dalam
menkonsumsi makanan perlu diperhatikan tentang kebersihan
makanan, kesehatan, serta zat gizi yang terkandung di dalam makanan
tersebut. Hendaknya kita harus pandai dalam memilih makanan yang
akan dikonsumsi supaya makanan tersebut bebas dari zat-zat yang
dapat merusak tubuh seperti toksik atau racun.

Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun


sampai di lambung,lalu lambung akan mengadakan perlawanan
sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang
masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan
berusaha membuang zat tersebut dengan cara
memuntahkannya.Karena seringnya muntah maka tubuh akan
mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar
bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama
kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.

Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi,dan


keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis anterior
untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa
haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak
dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.

Pathway
Masuknya insektisida Intioksikasi, insektisida
organofosfat ke GI organofosfat

Respon psikologis Hambatan aktivitas Penurunan asupan


enzim asetilkolinetrase makanan

Koping individu tidak


efektif, kecemasan Akumulasi asetilkolin pd
pemenuhan informasi ujung saraf Ketidakseimbangan
nutrisi krg dr
kbutuhan

Efek stimulasi muskarinik Efek stimulasi nikotinik Efek stimulasi


pd saraf parasimpatis pd saraf simpatis nikotik muskarinik
pd sistem saraf
pusat
Bronkospasme, hipotensi, Takikardi, hipertensi,
bradikardi, miosis, midriasis
Agitasi, gagal nafas,
muntah, lakrimasi,
penurunan tgkt
berkeringat, diare, sering
kesadaran, koma
BAK, hipersaliva

Penurunan aliran udara, Ketidakefektifan


hipoksia, penurunan aliran pola nafas, resiko
darah sistemik, ketidakefektifan
peningkatan hilangnya perfusi jaringan
cairan tubuh otak

Gangguan pertukaran gas, Gangguan tdk dpt


ketidakefektifan perfusi dikoreksi
jaringan perifer,,
ketidakseimbangan
Gagal
elektrolit
kardiorespirasi

kematian

Efek skumulasi
asetilcolin pada Kelelahan, kelemahan Defisit perawatan
neuromuscular junction fisik, fasikulasi diri

Sumber : Asuhan keperawatan NANDA NIC-NOC 2013, hal:370


D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari keracunan bergantung pada agen yg


teringesti. Berikut ini adalah beberapa contoh :

1. Mual
2. Takikardi/bradikardi
3. Salifasi
4. Pupil berdilatasi
5. Diare
6. Asidosis metabolic
7. Hipertermi/hipotermia
8. Kejang
9. Letargi
10. Mulut kering
11. Stupor
12. Delirium
13. koma
E. Gejala Keracunan

Pada anak-anak, gejala akan lebih cepat muncul karena kondisi


tubuh lebih rentan. Berkisar dua jam setelah mengonsumsi makanan
yang terkontaminasi akan cepat terlihat. Gejalanya antara lain:

1. Kram perut
2. Demam
3. Muntah-muntah
4. Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lender
5. Rasa lemas dan mengigil
6. Hilang nafsu makan

Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai


24 jam setelah si kecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini
bisa berlangsung tiga sampai empat hari, tapi hati-hati! Gejala ini
dapat berlangsung lebih lama lagi jika si kecil yang keracunan masih
mengonsumsi secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi.

F. Komplikasi
1. henti nafas
2. henti jantung
3. korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya teringesti
4. Syok,sindrom gawat pernafasan akut
5. edema serebral,konvulsi
G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin,


gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap,
osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase
hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk
kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif

H. Penatalaksanaan
1. Rangsangan muntah pada keracunan hidrokarbon masih
merupakan kontroversi karena bahaya terjadinya aspirasi
pneumonia, karena itu rangsang muntah tidak dianjurkan pada
keracunan hidrokarbon,kecuali bila yang ditelan cukup banyak > 1
ml/kg BB atau bila hidrokarbon yang ditelan tercampur atau
merupakan bahan pelarut dari bahan beracun yang berbahaya
seperti pada pestisida maka rangsangan muntah atau kumbah
lambung harus segera dilakukan dengan perlindungan jalan nafas.
2. Berikan norit 1 gram/kg BB
3. Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau
berat bisa dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan
ventilator.
4. Antibiotika

Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada


keracunan hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan
penderita memang sangat berat, membutuhkan bantuan pernafasan
dengan alat atau anak-anak dengan immunocompromized.

5. Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid juga masih merupakan


kontroversi, hanya diberikan pada keadaan-keadaan yang sangat
berat,sangat sesak atau udema paru.

I. Pengobatan Penunjang (Suportif Terapi)


1. Penderita harus istirahat dan jangan sampai kedinginan.
2. Di rumah sakit dilakukan monitoring terus-menerus.
3. Bilamana terdapat kejang, pasang infus dan diobati semestinya.
4. Jika terdapat kesukaran dalam bernafas, berikan oksigen atau
lakukan nafas buatan.
5. Pemakaian antidotum, obat perangsang seperti kopi atau obat
penenang diteruskan dengan hati-hati.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti
jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya
gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status
kesadaran
b. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis
yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2. Data Obyektif
a. Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
b. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
c. BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
d. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic
dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
e. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
f. Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia,
hipokalsemia atau hipokalsemia
B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d mual dan muntah
3. Tidak efektifnya koping individu b.d kecemasan
C. Intervensi

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Tidak efektifnya pola nafas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Jika pernafasan depresi 1. jalan nafas menjadi lebih
hipoventilasi/hiperventilasi. keperawatan selama …X24 jam ,berikan oksigen dan efektif atau kembali normal.
pasien bernafas dengan normal, lakukan suction. 2. merupakan langkah awal dari
dengan kriteria hasil : Ventilator mungkin keselamatan pasien.
1. Pernafasan 18-24 X /menit bisa diperlukan. 3. dengan adanya perawatan
2. Bernafas tidak menggunakan 2. Pertolongan pertama suportif, akan lebih
alat bantuan yang dilakukan memudahkan proses
meliputi : tindakan pemulihan kesehatan pasien
umum yang bertujuan
untuk keselamatan
hidup,mencegah
penyerapan dan
penawar racun (
antidotum ) yang
meliputi resusitasi, : Air
way, breathing,
circulasi eliminasi
untuk menghambat
absorsi melalui
pencernaaan dengan
cara kumbah lambung,
emesis, atau katarsis
dan keramas rambut.
3. Perawatan suportif;
meliputi
mempertahankan agar
pasien tidak sampai
demam atau mengigil,
monitor perubahan-
perubahan fisik seperti
perubahan nadi yang
cepat, distress
pernafasan, sianosis,
diaphoresis, dan tanda-
tanda lain kolaps
pembuluh darah dan
kemungkinan fatal atau
kematian.
2. Resiko tinggi kekurangan cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitir vital sign setiap 1. untuk lebih memudahkan
tubuh b.d mual dan muntah. keperawatan selama …X24 jam 15 menit untuk perawat, dokter, dan petugas
kebutuhan cairan tubuh pasien beberapa jam dan kesehatan lainnya dalam
terpenuhi, dengan kriteria hasil : laporkan perubahan memberikan perawatan
1. Pasien tidak tampak pucat segera kepada dokter. kesehatan kepada klien.
2. Kulit pasien tampak normal 2. Catat tanda-tanda 2. untuk mengetahui sejauh
3. Pasien tidak tampak lemah seperti mana tingkat nyeri yang
muntah,mual,dan nyeri dirasakan klien serta
abdomen serta monitor perubahan yang terjadi.
semua muntah akan 3. mengetahui pola
adanya darah. perkembangan eliminasi
3. Observasi feses dan
urine serta pertahankan
cairan intravenous
sesuai pesanan dokter.
3. Tidak efektifnya koping individu Setelah dilakukan tindakan 1. Memberikan penjelasan 1. Orang tua dapat ikut berperan
b.d kecemasan. keperawatan selama …X24 jam pada orang tua serta dalam proses perawatan
cemas pasien teratasi, dengan sehubungan dengan pada anak sakit.
kriteria hasil : yang sedang dialami 2. Menambah pengetahuan atau
1. mimik wajah tidak kelihatan anak. wawasan orang tua.
takut 2. Memberikan health 3. Merupakan salah satu cara
2. pasien bermain dengan education pada orang yang dapat mengatasi rasa
gembira tua tentang penyebab nyeri, membuat klien merasa
keracunan. lebih nyaman dan tenang.
3. Memberikan teknik
relaksasi pada anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik
melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau
mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
B. Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus
memperhatikan penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari
jangkauan anak dan diberi lebel sehingga anak dapat membaca dan
lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti
dotum dan penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga
bisa memberikan pertolongan yang cepat dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap
tanda vital seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan
kesadaran, sehingga penanganan tindakan risusitasu ABC (Airway,
Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta: EGC, 2004.

Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2. Jakarta :


Salemba Medika, 2006.
Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3. Jakarta : EGC,
2002.
http://windyjunita.blogspot.co.id/2014/06/keracunan-pada-anak.html
Diposkan 6th June 2014 oleh Nezar Yudha
Panitia S. A. K. Standar Asuhan Keperawatan Pasien Anak Seri III. Jakarta:
Komisi Keperawatan P. K. St. Carolus, 2000.

Anda mungkin juga menyukai