1. Dwi Utami
2. Eva Elya F
3. Feronika Parastuti
4. Frieska Pusparini
5. Halimatus Sa'diah
6. harun Bagus P
7. Ika Fitri R
8. Ike Dwi L
9. Indah Setyawati
3A S1 ILMU KEPERAWATAN
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Kasus Keracunan / Intoksikasi yang
disusun oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus telah disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
NIP.
3. Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan
menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang
sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi
mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan
saraf, hati, ginjal dan pernafasan.
( Sartono, 2008 )
B. Etiologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai
golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ),
golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan
logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik (
akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants )
mis : sengatan
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants )
mis : Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum,
Escherichia coli dll
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical
toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung
dll.
( Alimatul Hidayat, 2009 )
C. Klasifikasi
Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :
- Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang
meliputi produk alkali, pembersih toilet, deterjen
- Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif
meliputi makanan, obat-obatan, gas.
( Mansjoer Arief, 2009 )
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari intoksikasi organofosfat terbagi menjadi 3 bagian:
1. Efek muskarinik
Tanda dan gejala yang timbul 12-24 jam pertama setelah terpapar
termasuk: diare, urinasi, miosis (tidak pada 10% kasus),
bronkospasma/bradikardi, mual muntah, peningkatan lakrimasi,
hipersalivasi dan hipotensi.
Efek muskarinik menurut sistem organ termasuk:
d) Genitourinari Inkontinensia urin
2. Efek Nikotinik
F. Phatway
Nyeri akut
( Sudoyo A W, 2008 )
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium rutin (darah, urin, feses, lengkap) tidak banyak
membantu.
2. Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu
diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah 50 %. Kadar
meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma : penting untuk
penentuan derajat keracunan barbiturate.
3. Pemeriksaan toksikologi :
- Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk visum et repertum
- Bahan diambil dari :
a. Muntuhan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml)
b. Urine sebanyak 100 ml
c. darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.
( Marylin, 2010 )
H. Penatalaksanaan
1) Penanganan pertama pada keracunan makanan
a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan memberi
korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk
muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah dengan
kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut korban bila ia
dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha memuntahkannya jika tidak tahu
racun yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan seperti anti
karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah, tiner, serta pembersih
toilet.
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan
atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan
perbaiki perfusi jaringan.
b) Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas buatan,oksigen,hisap lendir
dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,
Jikaperlurespirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari
mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mulut
penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau
menggunakan alat bag valve mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit
bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila
diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.Kumbah lambung atau gastric
lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang
tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4 6 jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir pada
tempat penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsam pai timbulgejala-
gejala atropinisasi ( muka merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan
psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit selanjutnya setiap
2 4 6 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
( Sartono, 2008 )
J. Pengkajian
a. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi
hipersaliva
B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat
dan dalam
C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka
percernaan akan mengalami perdarahan dalam
terutama lambung.
D (Dissability) : Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran
apabila keracunan dalam dosis yang banyak.
E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan,
pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia,
pucat, hipersaliva
F (Fluid / Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan diri kateter diperlukan
untuk pengeluaran urin
2. Pengkajian Sekunder
a) Data Subjektif
- Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah, perdarahan
saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di tenggorokan dan
lambung.
- Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai
pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
b) Data Objektif
a. Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan
saluran pencernaan.
b. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi,
delirium, kejang sampai koma.
c. BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
d. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah
besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
e. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
f. Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia.
( Mansjoer, 2009 )
K. Diagnosis
L. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC, 2009.
Brunner and Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. vol. 3. Jakarta:
EGC.
Masjoer arif.2009. Kapita selecta kedokteran edisi 3 jilid 1. Medika
Aesculapius. FKUI. Jakarta.
Marylin. D. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Sartono, 2008, Racun dan Keracunan, Widya Merdeka.