”L”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INTOXICASI/KERACUNAN
DI IGD RSUD KOTA MATARAM
TANGGAL 07 APRIL 2020
OLEH :
YOSTIKA SATRIA MULIADI
P07120317074
I. PENGERTIAN
Intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau
dialirkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh
dengan adanya reaksi kimia. Reaksi kimia racun mengganggu sistem kardiovaskular,
pernapasan sistem saraf pusat, hati, pencernaan (GI), dan ginjal (Nurarif & Kusuma,
2013).
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh
serangga. Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida
lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia (Arisman, 2008).
A. KLASIFIKASI
Menurut Arisman, 2008 keracunan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Keracunan Hidrokarbon
2. Keracunan Makanan
3. Keracunan Bahan Kimia
B. ETIOLOGI
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat.
1. Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah
minyak tanah, bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api
(Arisman, 2008).
2. Keracunan Makanan
a. Keracunan Jamur
Keracunan setelah memakan jamur belakangan ini sering terjadi. Ada
jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin dimana muskarin
merupakan zat alkaloid beracun yang menyebebkan paralisis otot dan
bereaksi sangat cepat.
b. Keracunan Makanan Kaleng
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum, terdapat dalam
makanan kaleng yang diawetkan dan dikalengkan secara tidak sempurna
sehingga tercemar kuman tersebut.
c. Keracunan Jengkol
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam pada tubuli,
ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol.
d. Keracunan Ketela Pohon
Dapat terjadi karena ada ketela pohon yang mengandung asam sianida
(HCN) atau sianogenik glikosida. Ketela pohon pahit mengandung lebih
dari 50mg HCN per 100gr ketela pohon segar.
e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi
Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh
kuman, parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat
menyebabkan keracunan bahan makanan ialah Staphilococcus,
Salmonella, Clostridium Botulinum, E. Coli, Proteus, Klebsiella,
Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan biasanya melalui lalat, udara,
kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak yang menjadi
pembawa kuman. Kuman yang masuk kedalam makanan cepat
memperbanyak diri dan memproduksi toksin. Akibat keracunan
tergantung dari virulensi dan banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak
tahan panas (Arisman, 2008).
2. Keracunan Hidrokarbon
a. Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari iritasi pulmonal dan depressi
susunan saraf pusat.
b. Iritasi pulmonal : Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan
udema paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di
kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
c. Depresi CNS (Central Nervous System) / SSP (Sistem Saraf Pusat) : Terjadi
penurunan kesadaran mulai dari apatis sampai koma, kadang-kadang disertai
kejang.
d. Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare (Arisman, 2008).
3. Keracunan Makanan
a. Keracunan Jamur
Gejala klinik : Rasa mual, Muntah, Sakit perut, Mengeluarkan banyak ludah
dan keringat, Miosis, Diplopia, Bradikardi sampai konfusi (Kejang).
b. Keracunan Makanan Kaleng
Gejala klinik : Penglihatan kabur, refleks cahaya menurun atau negatif,
midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata, Kelumpuhan saraf-saraf otak yang
bersifat simetrik, dysphagia, dysarthria, kelumpuhan (general paralyse).
c. Keracunan Jengkol
Gejala klinik : Sakit pinggang, nyeri perut, muntah, hematuria, oliguria sampai
anuria dan urin berbau jengkol, dapat terjadi gagal ginjal akut.
d. Keracunan Ketela Pohon
Gejala klinis : Tergantung pada kandungan asam sianida (HCN), kalau banyak
dapat menyebabkan kematian dengan cepat, penderita merasa mual, perut terasa
panas, pusing, lemah dan sesak, kejang, lemas, berkeringat, mata menonjol,
midriasis, mulut berbusa bercampur darah, warna kulit merah bata (pada orang
kulit putih) dan sianosis.
e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi
Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri
dari mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas (Arisman, 2008).
4. Keracunan Bahan Kimia
a. Keracunan Arsen
Gejala klinis keracunan akut : Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah
timbul : Rasa tidak enak dalam perut, bibir terasa terbakar, sukar menelan
kemudian disusul sakit pada lambung dengan muntah-muntah dan diare berat,
adakalanya terdapat pula : oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa haus.
Gejala klinis keracunan kronis : Otot-otot lemah, gatal-gatal, pigmentasi, keratosis
kulit dan edema (Arisman, 2008).
b. Keracunan Asam Basa
Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut
bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena,
seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup, saluran
pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum.
Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang
akan menyebabkan stiktura (peradangan pada esofagus karena akumulasi jaringan
parut) dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran menelan. Untuk
menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan demikian tindakan cepat dan
tepat sangatlah penting (Arisman, 2008).
c. Keracunan Insektisida
Gejala keracunan organofosfat akan berkembang selama pemaparan atau 12
jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan
secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari perubahan /
pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar melalui urine.
Adapun 3 gejala keracunan pestisida golongan organofosfat yaitu :
1) Gejala awal
Gejala awal akan timbul : mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa lemas, sakit
kepala dan gangguan penglihatan.
2) Gejala Lanjutan
Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah yang berlebihan,
pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui hidung),
kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan,
kelemahan yang disertai sesak nafas, akhirnya kelumpuhan otot rangka.
3) Gejala Sentral
Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara, kebingungan, hilangnya
reflek, kejang dan koma.
4) Kematian, apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian
dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan (Prijanto, 2009).
IV. PATOFISIOLOGI
Respon Psikologis
Hambatan aktivikasi Penurunan
enzim asupan makanan
Koping individu tidak asetilkolinesterase
efektif kecemasan
pemenuhan informasi Ketidakseimbangan
Akumulasi nutrisi kurang dari
asetilkolin pada kebutuhan tubuh
ujung saraf
Kematian
Efek akumulasi Kelelahan, Kelemahan
asetilkolin pada Intoleransi Aktivitas
fisik, fasikulasi
neuromuskular junction
Sumber : Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC 2013
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap (urin, gula darah, cairan
lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea, kreatinin,
glukosa, transaminase hati). EKG, untuk melihat dan memantau kerja dari jantung, Foto
toraks/abdomen, untuk melihat apakah terjadi perubahan pada organ pernafasan dan
organ pencernaan, Tes toksikologi kuantitatif (Boswick, 1997).
2. Pengobatan Supportif
Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis
fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap dan untuk mencegah serta mengobati
komplikasi sekunder seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak & paru,
pneumonia, rhabdomiolisis (kumpulan gejala yang ditimbulkan karena gangguan
dalam sel-sel otot), gagal ginjal, sepsis, dan disfungsi organ menyeluruh akibat
hipoksia atau syok berkepanjangan. Terapi : Hipoglikemia : glukosa 0,5-1g /kgBB IV,
Kejang : diazepam 0,2-0,3mg /kgBB IV (Boswick, 1997).
3. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
a. Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara ini
tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah,
bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
b. Bilas lambung :
1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %,
atau asam asetat 5 %.
3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang (Arisman, 2009).
VII. DATA FOKUS
A. IDENTITAS
a). Identitas Klien
b). Identitas Penanggung Jawab
B. PENGKAJIAN
c). Primer Survey
1). Airway (A) : Kaji apakah terdapat sumbatan karena edema (inflamasi) saluran
pernapasan akibat dari keracunan gas (inhalasi) atau reaksi alergi berat.
2). Breathing (B) : Nafas cepat atau lambat, keracunan asetaminofen dapat
menyebabkan depresi pusat nafas.
3). Circulation (C) : Kaji jika ada reaksi perdarahan lambung karena keracunan
zat korosif atau zat racun lain yang teringesti, kaji jika ada mual-muntah, tanda
dehidrasi, diare/GE.
4). Disability (D) : Kaji GCS, penurunan kesadaran akibat racun, reaksi pupil
terhadap cahaya, dan dilatasi pupil.
d). Secondary Survey
1). Exposure (E) : Kaji apakah terdapat luka atau lesi luar akibat terpapar racun
(tersiram zat kimia).
2). Fluid, Farenheit (F) : Observasi output urine jika terdapat dehidrasi atau
tanda-tanda syok (urine output : 1-2cc/kgBB/jam).
3). Get Vital Sign (G) : Kaji tanda-tanda vital, dan perubahanya secara teratur.
Lakukan bilas lambung segera untuk mengeliminasi racun.
4). Head To toe, History (H) : Monitoring kerja jantung jika keracunan
asetominopen.
Sumber : https://www.scribd.com/doc/231779366/Askep-Keracunan-Gadar
VIII. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subjuektif : Intoksikasi intektisida
1. Klien menyatakan sulit untuk organofosfat Ketidakefektifan pola
nafas
bernafas
2. Klien menyatakan merasa seperti Hambatan aktivasi enzim
asetilkolinesterase
tercekik
Takikardi, Hipertensi,
Midriasis
Data Subjektif : Masuknya insektisida
1. Klien menyatakan kawatir organofosfat ke GI Ansietas
karena perubahan dalam peristiwa
hidup. Intoksikasi insektisida
organofosfat
Data Objektif :
Respon psikologis
1. Perilaku : gelisah, agitasi
2. Affektive: ketakutan,
3. Fisiologis: suara bergetar,
gemetar, peningkatan keringat,
4. Respirasi meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah
meningkat
3. Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkat 1. Untuk menentukan tingkat
pemajanan toksin asuhan keperawatan kecemasan. kecemasan klien dan untuk
selama 1x24 jam ansietas menentukan tindakan
Batasan Karakteristik : klien berkurang. selanjutnya.
Data Subjektif : 2. Monitor TTV 2. Menunjukkan keadaan / respon
1. Klien menyatakan kawatir Kriteria hasil : klien dan untuk menentukan
karena perubahan dalam 1. Vital sign dalam batas tindakan selanjutnya
peristiwa hidup.
normal. 3. Bantu klien mengenal 3. Klien dapat melakukan latihan
Data Objektif : 2. Mengidentifikasi, situasi yang menyebabkan nafas dalam agar perasaan
1. Perilaku : gelisah, agitasi mengungkapkan dan kecemasan. cemas berkurang.
2. Affektive: ketakutan, menunjukkan teknik untuk 4. Dorong klien untuk 4. Dengan mengungkapkan apa
3. Fisiologis: suara bergetar, mengontrol cemas. mengungkapkan perasaan, yang sedang dirasakan dapat
gemetar, peningkatan ketakutan, persepsi. menurunkan tingkat kecemasan.
keringat, 3. Postur tubuh, ekspresi wajah,
4. Respirasi meningkat, nadi bahasa tubuh dan tingkat 5. Instruksikan klien 5. Teknik nafas dalam dapat
meningkat, tekanan darah aktivitas menunjukkan menggunakan teknik memberikan rasa tenang kepada
meningkat. berkurangnya kecemasan. relaksasi. klien
6. berikan obat untuk 6. kandungan obat langsung
mengurangi kecemasan. berkerja pada otak sehingga
mengurangi rasa cemas klien.
4. Intoleran aktivitas berhubungan Tujuan : setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Menunjukkan keadaan / respon
dengan kelemahan umum asuhan keperawatan klien dan untuk menentukan
selama 1x24 jam klien tindakan selanjutnya
Batasan karakteristik : dapat kembali beraktivitas 2. Bantu klien 2. Untuk mengetahui apa saja
Data Subjektif : mengidentifikasi aktivitas yang masih mampu dilakukan
1. Klien menyatakan merasa Kriteria hasil : yang mampu dilakukan klien secara mandiri.
letih, 1. Vital sign normal 3. Bantu klien untuk 3. Mempermudah klien
2. Klien menyatakan mersa
2. Mampu berpindah dengan mendapatkan alat bantuan melakukan aktivitas dengan
lemah,
atau tanpa alat aktivitas seperti kursi roda, aman.
Data Objektif : 3. Status kardiopulmonari krek.
1. Respon terkanan darah adekuat 4. Bantu klien dan keluarga 4. Untuk menapatkan evaluasi
abnormal terhadap aktivitas. 4. Sirkulasi baik untuk mengidentifiasi mengenai kegiatan apa yang
2. Respon frekuensi jantung 5. Status respirasi : pertukaran kekurangan dalam memerlukan bantuan dan untuk
abnormal terhadap aktivitas, gas dan ventilasi adekuat. berkativitas. menentukan tindakan yang lebih
lanjut.
5. Monitor respon fisik, 5. Respon fisik, emosi, sosial dan
emosi, sosial dan spiritual. spiritual yang belum baik harus
diperbaiki agar klien memiliki
semangat untuk beraktivitas.
XI. DAFTAR PUSTAKA
1. Informasi pasien
Ny .”L”, 28 Tahun, perempuan.mengalami mushibah terkonci dari luar oleh orang tidak
dikenal dalam gudang gas tanah. Masuk Rumah sakit dengan kesadaan menurun
4. Riwayat Alergi :
Tidak diketahui adanya riwayat allergi
5. Riwayat keluarga:
Klien wiraswaasta, menikah,. Tidak ada riwayat penyakit,hipertensi atau diabetes millitus
dalam keluarga
6. Pemeriksaan
1) Primer Survey
a). Airway (A) : Tidak terdapat sumbatan karena edema (inflamasi) saluran pernapasan
akibat dari keracunan gas (inhalasi)
b). Breathing (B) : Nafas cepat, terdapat penggunaan alat bantu nafas, irama nafa ireguler,
wheezing
c). Circulation (C) Nadi 100x/menit, akral dingin, klien sianosis, suhu 33,50 C
d). Disability (D) : GCS E:3 V:4 M5=Apatis, penurunan kesadaran akibat Gas, reaksi
pupil isokor.
2) Secondary Survey
a). Exposure (E) : tidak terdapat luka atau lesi yang di akibatkan minyak tanah
b). Fluid, Farenheit (F) : klien tidak mengalami dehidrasi
c). Get Vital Sign (G) : TTV: TD. 100/60mmhg S. 33,50 C N. 100x/menit. RR.
26x/menit SpO2:80%
. Tidak di lakukan bilas lambung karena tidak ada cairan minyak tanah yang masuk.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Klien Nampak sulit bernafas, lemas, kulit membiru
- Tingkat kesadaran : Apatis, GCS E.3 V.4 M.5
2) Tanda-tandaVital:
- TD 100/80 mmHg
- N 100x/menit
- RR 26x/menit
- S 33,50 C
3) Frekuensi nafas 26x/menit, nafas cepat dan dangkal, suara nafas wheezing, tidak
terdapat secret pada jalan nafas, bentuk dada simetris.
4) Sistem Cardiovaskuler
TD 100/60mHg, Nadi 100x/menit, konjungtiva anemis,terdapat sianosis, akral dingin.
5) Sistem pencernaan
Tidak ada mual muntah, tidak ada nyeri tekan pada epigastrium.
6) Sistem Muskulusskletal
Kekuotan otot . Kebutuhan ADL di bantu oleh keluarga, dan tidak terdapat odema.
7) Sistem perkemihan
klien belum BAB/BAK berhubung klien baru 1 jam di RS KOTA MATARAM
8) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid serta kelenjar limfe
9) Sistem integument
warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi, tekstur kulit kasar, turgor kulit kembali
dalam 2 detik dan CRT lebih dari 2 detik.
10) Sistem persyarafan
Tingkat kesadarn Apatis GCS E.3 V.4 M.5 klien cuek tidak memperhatikan dan
memperdulikan lingkungan sekitar.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.”L”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INTOXICASI/KERACUNAN
DI RUANG IGD RSUD KOTA MATARAM
TANGGAL 07 APRIL 202
Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama Sesak nafas
Riwayat kejadian Keluarga pasien mengatakan, Ny.”L” terkonci dari luar oleh orang tidak dikenal
dalam ruangan penampungan minyak tanah (Gas Hidrokarbon) sehingga sebelum
dapat keluar ruangan tersebut sudah banyak gas yang di hirup oleh pasien selama ±
20menit. pada pukuk : 15.00 WITA, setelah itu pasien dapat dikeluarkan dan
nampak terlihat sesak nafas serta kulitnya berwarna kebiruan dan langsung
dibawah ke RS KOTA MATARAM sampai lokasi pukul 15.20
Riwayat penyakit -
dahulu
Riwayat Allergi Tidak diketahui adanya riwayat alergi
Riwayat medikasi -.
Keadaan umum : Baik Sedang Lemah (√)
PENGKAJIAN PIMER
General Assessment : Pediatric Assesment Triangle
Appearance Mental status : Compos mentis. Apatis (√) . Delirium. Sopor. Somnolen
Koma
Muscle tone : Kuat Sedang lemah (√ )
:
Body position : Posisi Ny”L” setengah duduk dengan keadaan lemas
Airway 1. Obstruksi jalan nafas (jelaskan) : tidak ada
2. Vokalisasai : regular. ireguler (√ )
Masalah Keperawatan: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
hiperventilasi
Tindakan
1. Berikan posisi yang tepat agar jalan nafas tetap paten
2. Identifikasi dan hilangkan sumbatan jika ada
3. Berikan oroparingeal, nasoparingeal ETT jika diperlukan
General observation
1. Keadaan umum pasien lemah , kesadaran apatis, posisi semi powler & postur tubuh tidak ada
lesi dan injuri
2. Masalah yang tampak terlihat Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
dan Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi
3. Tingkat stress secara umum ringan
4. Perilaku pasien,acuh cuek tidak memperdulikan sekitar
5. Pasien tidak dapat melakukan ambulasi, tampak lemah
6. Pasien sungkan untuk dapat melakukan komunikasi verbal.
7. Pasien tampak bau khas sesuatu, minya tanah
8. Tidak terdapat tanda luka baru ataupun lama akibat injury
Masalah Keperawatan: -
INTEGUMEN
Luka Bakar : tidak ada (√). ada Presentasi Luka bakar :.......................
Abdomen Frekuensi Peristaltik usus : tidak ada. normal (√). meningkat menurun
Mual : tidak ada. (√) ada Emesis : ada. tidak ada (√)
Gangguan Eliminasi : tidak ada (√). ada Jelaskan :...............................................
Masalah Kep : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
Jam Hasil
Lab/Foto/ECG/lain lain
15.50 LAB pH darah arteri abnormal
Pemberian Terapi
`Jam Tindakan/ medikasi Keterangan
15.00 Pemberian O2 Untuk memenuhi
kekurangan O2
PERAWATAN INTENSIF
JAM Tensi RR HR SUHU CVP SPO2 Input Output Medikasi
ºC (cc) (cc) Obat
15.20 100/60 26x/mn 33,5 º C - 80% - - O2
t 100x/mn
t
16.20 110/80 24x/mn 90x/mnt 35,4 º C - 85% - - -
t
TINDAKAN KEPERAWATAN
Waktu Analisa Data Kriteria Hasil Tindakan Evaluasi
15.20 Masalah Kep : Ketidakefektifan Tujuan : setelah dilakukan 7. Memposisikan klien untuk S: Klien masih merasakan
pola nafas berhubungan dengan memaksimalkan ventilasi.
asuhan keperawatan 1x24 jam sulit dalam bernafas dan
hiperventilasi
pola nafas klien teratur merasa tercekik
8. Mengidentifikasi klien perlunya
DATA : (Subyektif & Obyektif) pemasangan alat jalan nafas buatan. O: -Klien masih nampak
Subjektif 9. Mengauskultasi suara nafas, catat sesak nafas, terdengan suara
Kriteria Hasil : adanya suara tambahan.
1.Klien menyatakan sulit untuk nafas wheezing
10.Memberikan bronkodilator bila
bernafas 1. Menunjukkan jalan nafas perlu. A: Malasah belum teratasi
yang paten (Klien tidak
2.Klien menyatakan merasa seperti P: Intervensi dilanjutkan
merasa tercekik, irama 11.Memonitor TTV.
tercekik nafas teratur, frekuensi pasien pindah ruangan
Objektif pernafasan dalam rentang
4.Perubahan kedalaman pernafasan normal, tidak ada suara 6. Memberikan Terapi oksigen sesuai
nafas abnormal)
5.Takipnea indikasi.
2. Tanda-tanda vital dalam
6.Suara nafas abnormal rentang normal (tekanan
darah, nadi, perafasan,
suhu).
15.20 Masalah Kep : Gangguan Tujuan : 1. Memonitor TTV S: Klien masih merasakan
pertukaran gas berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan pengelihatannya masih
ventilasi-perfusi
asuhan keperawatan 1x24 kabur
jam pertukaran gas klien 2. Mengatur posisi klien menjadi semi-
fowler O: pH darah arteri
kembali normal
DATA : (Subyektif & Obyektif) abnormal, Klien hipoksia,
Subjektif sianosis mulai berkurang
3.Mengauskultasi suara nafas.
1. Klien mengatakan Kriteria Hasil : A: Malasah belum teratasi
penglihatanya kabur 1. Tanda-tanda vital dalam 4. Mengidentifikasi klien perlunya P: Intervensi dilanjutkan
Objektif rentang normal, pemasangan alat jalan nafas buatan. pasien pindah ruangan.
2. Tidak ada Sianosis dan 5. Memonitor respirasi dan status O2.
1. pH darah arteri abnormal
Dispnea
2. Hipoksia
3. Takikardi 3. Peningkatan ventilasi dan 6. Berkolaborasi untuk pemberian O2
4. Sianosis oksigenasi yang adekuat sesuai indikasi.