KEPERAWATAN GERONTIK
SITI RAUDOH
NIM 1018031116
PSIK 4B
Hipertensi
4. Manisfestasi Klinis
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epitaksis
8) Kesadaran menurun
5. Faktor Risiko
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah. Adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah itu berhubungan dengan nikotin yang mana
nikotin ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan
diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah
hingga ke otak. Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam
organ dan jaringan tubuh
2) Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam patogenesis
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi. Garam mempunyai sifat menahan air.
Mengonsumsi garam lebih atau makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya
akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau
makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama
sekali dalan makanan, sebaliknya dengan membatasi jumlah garam yang dikonsumsi
3) Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit
degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya lemak pada perut berhubungan
erat dengan hipertensi. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Semakin besar massa tubuh maka semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga
memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan merupakan
faktor risiko independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh faktor risiko lain.
4) Kurang Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas
dan jika asupan garam juga bertambah maka akan memu-dahkan terjadinya
hipertensi.
5) Stress Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Meskipun dapat dikatakan
bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu
yang sing-kat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya
penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka
seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres menjadi suatu
resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada
pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
4) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6) Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
7) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6. Komplikasi
1) Stroke
2) Infark miokard
3) Gagal ginjal
4) Gagal jantung
5) Kerusakan mata
7. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
Golongan Diuretik Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam
dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
Penghambat Adrenergik Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat
yang terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah istem saraf yang
dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.
ACE-inhibitor Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
Angiotensin-II-bloker Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan
darah dengan suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda. .
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang
menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa obat bisa
menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara
intravena : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labetalol.
2) Non Farmakologi
Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam
yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr
garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg
setara dengan satu sendok teh setiap harinya
Konsumsi K dan Ca yang cukup dari diet Kalium
Menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah natrium yang
terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak
3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara
mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah
dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur
Tidak mengkonsumsi alkohol
Membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
Menghindari rokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam
tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena
mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung
serta tekanan darah(Dalimartha, 2008).
Penurunan stress dengan relaksasi dan meditasi
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara.
Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara
relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi
8. Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dandapat
mengindikasikan factor- factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3) Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalsium serum
serumHipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
ataumenjadi efek samping terapi diuretik. Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
7) Kadar aldosteron urin atau serum
serumUntuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes
9) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batuginjal
atau ureter.
12) Fota dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
13) CT Scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
14) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
9. Pathway Hipertensi
Hipertensi
Perubahan Struktur
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Otak Pembuluh darah Kurangnya informasi
Penurunan curah
Gangguan Pola jantung
Tidur
Intoleransi
aktifitas
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI
1. Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau Adanya Faktor Risiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas/Istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obstruksi.
3) Neurosensori
Keluhan pusing.
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitasi berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
3. Analisa Data
4. Rencana Keperawatan