Anda di halaman 1dari 23

UNIVERSITAS FALETEHAN

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

SITI RAUDOH
NIM 1018031116
PSIK 4B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN2021/2022
A. KONSEP PROSES PENUAAN
1. Pengertian lanjut Usia (Lansia)
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas [ CITATION Dam19 \l
1033 ]
Lansia adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan
diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang, serta ditandai ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi [ CITATION Yus18 \l 1033 ]
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
[ CITATION Dam19 \l 1033 ]
2. Batasan Lanjut Usia
1) Lanjut usia dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai klasifikasi dan batasan Menurut
WHO Lanjut Usia dibagi dalam 4 kategori yaitu :
a. Middle age (usia 45-59 tahun)
b. Elderly (60-74 tahun)
c. Old (75-90 tahun)
d. Very Old (diatas 90 tahun)
2) Menurut Burnside :
a. Young old (60-69 tahun)
b. Middle age old (70-79 tahun)
c. Old old (80-89 tahun)
d. Ery old old (90 tahun keatas)
3) Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998. Batasan orang dikatakan lansia
adalah 60 tahun.
Depkes, diikuti dari Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan lansia menjadi 3
kelompok yaitu:
a. Kelompok lansia dini (55-64) tahun) yakni kelompok yang baru memasuki
lansia.
b. Kelompok lansia (65 tahun keatas).
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

3. Teori tentang Proses menua


a. Teori Biologik
Penuaan merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian.
Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya,
yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.
Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan
ekstrinsik.  Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia, timbul akibat
penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa
perubahan yang  terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan besar pada
penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel
yang mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik
yang penting dikemukakan adalah radikal bebas,  fungsi kekebalan seluler dan
humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme “dipakai dan aus” sangat
menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .
Adanya  faktor pengaruh intrinsik dan  ekstrinsik tadi pada akhirnya akan
mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak, serta
jaringan tubuh lainnya.
b. Teori Kejiawaan Sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory) Lansia mengalami penurunan jumlah
kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak
berubah pada lansia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni :
 Kehilangan peran
 Hambatan kontak sosial
 Berkurangnya kontak komitmen
4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan fisik
1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler
2) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu
untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran, presbiakusis,
atrofi membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya
keratin
3) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis  dan hlangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang
pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
4) Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
5)  Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
6)  Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan
asin.
7)  Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang
ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat,
75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina
terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang  dan
menjadi alkali.
8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin
menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
9) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan  jaringan lemak,
kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga
dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis
menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi
lamban  bergerak. otot kam dan tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
c. Perubahan Perubahan Psikososial
1) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
d. Perubahan Perubahan Psikososial
1) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan
2) Merasakan atau sadar akan kematian
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
A. KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg[ CITATION Yus18 \l 1033 ] Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam
arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal
2. Etiologi
1) Hipertensi primer
Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun genetik dan ras merupakan
bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang
diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan,
demografi dan gaya hidup.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme)
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kekmampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut NANDA NIC-NOC klasifikasi dari hipertensi, yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih

Kategori Sistolik (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal ˂130 ˂85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tingkat 4 (sangat berat) ≥210 ≥120

4. Manisfestasi Klinis
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epitaksis
8) Kesadaran menurun
5. Faktor Risiko
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah. Adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah itu berhubungan dengan nikotin yang mana
nikotin ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan
diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah
hingga ke otak. Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam
organ dan jaringan tubuh
2) Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam patogenesis
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi. Garam mempunyai sifat menahan air.
Mengonsumsi garam lebih atau makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya
akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau
makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama
sekali dalan makanan, sebaliknya dengan membatasi jumlah garam yang dikonsumsi
3) Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit
degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya lemak pada perut berhubungan
erat dengan hipertensi. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Semakin besar massa tubuh maka semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga
memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan merupakan
faktor risiko independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh faktor risiko lain.
4) Kurang Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas
dan jika asupan garam juga bertambah maka akan memu-dahkan terjadinya
hipertensi.
5) Stress Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Meskipun dapat dikatakan
bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu
yang sing-kat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya
penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka
seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres menjadi suatu
resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada
pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
4) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6) Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
7) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6. Komplikasi
1) Stroke
2) Infark miokard
3) Gagal ginjal
4) Gagal jantung
5) Kerusakan mata
7. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
 Golongan Diuretik Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam
dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
 Penghambat Adrenergik Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat
yang terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah istem saraf yang
dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.
 ACE-inhibitor Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
 Angiotensin-II-bloker Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan
darah dengan suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
 Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda. .
 Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang
menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa obat bisa
menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara
intravena : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labetalol.
2) Non Farmakologi
 Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam
yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr
garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg
setara dengan satu sendok teh setiap harinya
 Konsumsi K dan Ca yang cukup dari diet Kalium
Menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah natrium yang
terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak
3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara
mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah
dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur
 Tidak mengkonsumsi alkohol
Membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
 Menghindari rokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam
tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena
mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung
serta tekanan darah(Dalimartha, 2008).
 Penurunan stress dengan relaksasi dan meditasi
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara.
Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara
relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi
8. Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dandapat
mengindikasikan factor- factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. 
2) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3) Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalsium serum
serumHipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
ataumenjadi efek samping terapi diuretik. Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
7) Kadar aldosteron urin atau serum
serumUntuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes
9) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batuginjal
atau ureter.
12) Fota dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.

13) CT Scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
14) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
9. Pathway Hipertensi

Umur Jenis Kelamin Gaya hidup Obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan Struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan Sirkulasi
Otak Pembuluh darah Kurangnya informasi

Resistensi Pembuluh darah otak Vasokontriksi tdk tahu masalah kesehatan

Nyeri akut Defisiensi


(kepala) Afterload pengetahun

Penurunan curah
Gangguan Pola jantung
Tidur
Intoleransi
aktifitas
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI
1. Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau Adanya Faktor Risiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas/Istirahat
 Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obstruksi.
3) Neurosensori
 Keluhan pusing.
 Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
 Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
 Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
 Riwayat merokok.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitasi berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

3. Analisa Data

Diagnosa Etiologi Masalah


Penurunan Curah Hipertensi Penurunan Curah Jantung
Jantung b.d ⇩
peningkatan afterload, Kerusakan pembuluh darah
vasokontriksi, ⇩
hipertrofi/rigiditas Pembuluh darah tersumbat
ventrikuler, iskemia ⇩
miokard d.d Vasokonstriksi
DS: ⇩
- Mengeluh Gangguan Sirkulasi di otak
Lelah ⇩
- Dispnea Afterload
DO : ⇩
- Tekanan Penurunan curah jantung
Darah
meningkat
- Edema
- Peningkatan
JVP
- CVP
meningkat
- CRT ˃3 detik
- Nadi perifer
teraba lemah
- Warna kulit
pucat
dan/sianosis

Intoleransi aktivitas Hipertensi Intoleransi Aktivitas


b.d kelemahan, ⇩
ketidakseimbangan Kerusakan pembuluh darah
suplai dan kebutuhan ⇩
oksigen Pembuluh darah tersumbat
DS : ⇩
- Mengeluh Vasokonstriksi
lelah ⇩
- Dispnea Afterload meningkat
setelah ⇩
aktivitas Fatigue
- Merasa tidak ⇩
nyaman Intoleransi aktivitas
setelah
aktivitas
- Merasa lemah
DO :
- Tekanan
Darah berubah
˃20% dari
kondisi
istirahat

Nyeri Akut Hipertensi Nyeri Akut


b.d peningkatan ⇩
tekanan vaskuler Vasokonstriksi
cerebral dan iskemia Pembuluh darah

DS :
Gangguan sirkulasi ke otak
- mengeluh

nyeri kepala
Aliran darah ke otak menurun
DO :

- Tampak
Suplai oksigen ke otak menurun
meringis

- bersikap
Nyeri kepala
protektif (mis,

waspada,
Nyeri akut
posisi
menghindari
nyeri)
- gelisah
- frekuensi nadi
meningkat
- sulit tidur
- Tekanan darah
meningkat
- pola napas
berubah
- nafsu makan
berubah
- menarik diri
- proses berfikir
terganggu
Ganguan pola tidur Gangguan Pola Tidur
b.d kurang kontrol Hipertensi
pola tidur ⇩
DS : Nyeri kepala

- Mengeluh sulit
Mengalami kesulitan tidur dan
tidur
sering terbangun malam hari
- Mengeluh

sering terjaga
Durasi dan kualitas tidur
- Mengeluh
kurang baik
tidak puas

tidur
Gangguan pola tidur
- Mengeluh pola
tidur berubah
- Mengeluh
istirahat tidak
cukup
- Mengeluh
menurunnya
kemampuan
beraktivitas

4. Rencana Keperawatan

Diagnosa (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
Penurunan Curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
jantung keperawatan selama 2x24 jam Tindakan
Curah jantung meningkat Observasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi tanda gejala primer
- Kekuatan nadi perifer penurunan curah jantung (meliputi
membaik dispnea,kelelahan,edema,ortopnea,
- Palpitasi menurun paroxymal nocturnal dyspnea,
- Takikardi menurun peningkatan CVP)
- Keluhan lelah menurun - Identifikasi tanda gejala sekunder
- Edema menurun penurunan curah jantung (meliputi
- Distensi vena jugularis peningkatan tekanan berat badan,
menurun hepatomegali, distensi vena
- Dispnea menurun jugularis, palpitasi, kulit pucat)
- Tekanan darah - Monitor intake dan output cairan
membaik - Monitor berat badan
- Monitor saturasi oksigen
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. Beta blocer, ACE
inhibitor, calcium chanel blocker,
digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi fowler atau
fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai
(mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestreol dan makanan
tinggi lemak)
- Fasiltasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup sehat
- Berikan dukungan emosional dan
spiritual
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake output cairan
harian
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian oksigen
untuk mempertahankan saturasi
oksigen˃ 94 %
- Kolaborasi pemberian antiaritmia
bila perlu
Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
Aktivitas keperawatan selama 2x24 jam Tindakan
Toleransi Aktivitas Meningkat Observasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
- Frekuensi nadi yang mengakibatkan kelelahan
meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
- Keluhan lelah menurun emosiaonal
- Dispnea saat aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
menurun - Monitor lokasi dan
- Dispnea setelah ketidaknyamanan selama
aktivitas menurun melakukan aktivitas
- Perasaan lemah Terapeutik
menurun - Anjurkan tirah baring
- Tekanan darah - Anjurkan melakukan aktivitas
membaik secara bertahap
- Frekuensi nafas - Gunakan latihan rentang gerak
membaik pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
- Ajarkan startegi koping untuk
mengurangi kelelahan
Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 2x24 jam Tindakan
Tingkat nyeri Menurun dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Keluhan nyeri kepala kualitas, intensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah berkurang - Identifikasi respon nyeri non
- Kesulitan tidur menurun verbal
- Frekuensi nadi - Identifikasi faktor yang
membaik memperberat rasa nyeri
- Tekanan darah - Identifikasi pengetahuan tentang
membaik 120/80 mmHg nyeri
- Pola tidur membaik - Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
koplementer yangsudah di
berikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan terapi komplementer
untuk mengurangi rasa nyeri
(TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music. Aroma
terapi.kompres hangat/ dimgin)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Ajarkan terapi komplementer
mengurangi rasa nyeri (relaksasi,
pijatm distraksi, terapi berman)
- Informasikan penggunaa
analgetik
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Gangguan Pola Setelah dilakukan asuhan Dukungan Tidur


Tidur keperawatan selama 2x24 jam Tidakan
Pola tidur Membaik dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi pola aktivitas/tidur
- Tidak ada keluhan sulit pasien
tidur - Identifikasi faktor pengganggu
- Keluhan sering terjaga tidur (fisik/psikologis)
berkurang - Identifikasi obat tidur yang
- Keluhan tidak puas tidur dikonsumsi pasien
berkurang
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
(mis.tempat tidur)
- Anjurkan pasien menepati
kebiasaan waktu tidur
- Bantu hilangkan stress sebelum
tidur
- Batasi atau tingkatkan waktu tidur
siang
- Ajarkan relaksasi otot autogenik
dan non farmakologi lainnya
- Tingkatkan kenyamanan (mis.
Pijat,dan pengaturan posisi)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat
untuk menunjang siklus tidur-
terjaga
Referensi
Damanik, S. M., & Hasian. (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Universitas Kristen
Indonesia.
Smeltzer C Suzanne & Bare G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ed.8 vol 3. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran : EGC
SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat PPNI
SLKI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
SIKI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Undang – undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
Yusuf, M. (2018). Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
pada Hipertensi dalam Pemenuhan Rasa Aman dan Nyaman di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari. Kendari: Repository Politeknik Kesehatan Kendari.

Anda mungkin juga menyukai