Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 4
MINUM BAYGON
MODUL 7.1
KEGAWATDARURATAN MEDIK

Pengampu : dr. Widi Fatmawati, Sp.OG

Disusun Oleh :

Nama : Dina Fulaisifa

NIM : 179010026

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2020

i
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul............................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................. iii

Skenario 1 ......................................................................................... 1

Step I : Mengidentifikasi Istilah Asing........................................... 2

Step II : Mengidentifikasi Masalah................................................. 3

Step III : Menganalisis Masalah ..................................................... 4

Step IV : Peta Konsep..................................................................... 5

Step V : Learning Objective .......................................................... 6

Step VI : Belajar Mandiri.................................................................. 7

Step VII : Kesimpulan....................................................................... 19

Dalil.................................................................................................... 20

Daftar Pustaka................................................................................... 21

ii
SKENARIO 4

Minum Baygon
 
Nn. Sarah, 18 tahun, dibawa keluarganya ke IGD RS dengan
keluhan muntah hebat 1,5 jam sebelum masuk RS. Keluarga pasien
mengatakan bahwa 2 jam sebelum masuk RS pasien minum racun
serangga merk Baygon sebanyak satu gelas belimbing dalam percobaan
bunuh diri karena putus dengan pacarnya.
Pasien muntah 5 kali sebanyak satu gelas tiap muntah, dari
muntahan dan mulut pasien juga tercium bau racun serangga. Pasien
merasakan nyeri ulu hati dan sesak nafas, penurunan kesadaran tidak
ada, kejang tidak ada.

1
STEP I

MENGIDENTIFIKASI ISTILAH ASING

1. Muntah : pengeluaran isi lambung dimana asam lambung


meningkat sehingga terjadi refluks dan rangsangan hipotalamus
untuk mengeluarkan makanan dari lambung.
2. Nyeri ulu hati : Suatu sensasi nyeri yang terjadi pada regio
epigastrium.
3. Racun serangga : insektisida poten yang paling banyak digunakan
dalam pertanian, toksisitas tinggi.
4. Penurunan kesadaran : suatu kondisi dimana kesadaran menurun
bisa ditandai dengan GSC<15

2
STEP II

MENGIDENTIFIKASI MASALAH

1. Apakah bahaya yang akan ditimbulkan pada pasien ketika muntah


hebat , 5 x sebanyak 1 gelas tiap muntah?
2. Zat apa yang terkandung pada baygon yang menyebabkan keluhan
pada pasien ?
3. Adakah hubungan minum baygon dengan keluhan yg muncul pada
pasien ?
4. Mengapa pada pasien tidak terjadi penurunan kesadaran?
5. Bagaimana penanganan awal pada kasus di skenario ?

3
STEP III

MENGANALISIS MASALAH

1. Bahaya yang ditimbulkan dengan muntah yang berlebihan bisa


menyebabkan dehidrasi, bisa menyebabkan asidosis metabolik. Dan
kemungkinan yang buruk bisa terjadi syok pada pasien , cedera pada
esofagus, dan terjadi ketidak seimbangan kadar elektrolit didalam
tubuh.
2. Zat yang terkandung dalam baygon yaitu insektisida dengan jenis
carbamate dan organo phosphate
3. Ada, disini dikarenakan pada baygon menghambat kerja enzim
asetilkolinesterase yang dapat mengganggu sistem saraf otonom
sehingga munculah manifestasi klinis pada pasien.
4. Karena toksisitas yg muncul belum samapi ke ARAS , karena onset
kejadian pada pasien masih dalam kategori akut sehingga neuro
toksinnya belum sampai ke saraf pusat dan belum muncul manifestasi
penurunan kesadaran pada pasien, dan dosis yang diminum oleh
pasien masih dalam kategori dosis ringan atau sedikit, (pelajari waktu
dan dosis yang dikonsumsi dgn tejadinya kematian dan risiko berat
pada pasien)
5. Penanganan awal yang dapat diberikan yaitu dengan pembebasan
jalan nafas sebagai stabilisasi , dekontaminasi, perlu dilakukan bilas
lambung karena pada pasien masih tercium bau racun dari mulut
pasien. Pemberian anti dotum yaitu sulfa atropin, ataupun norit /
charcoal.

4
STEP IV

PETA KONSEP

5
STEP V

LEARNING OBJECTIVE

1. Memahami dan menjelaskan Definisi dari keracunan


2. Memahami dan menjelaskan Macam macam sumber zat racun
penyebab keracunan
3. Memahami dan menjelaskan Faktor risiko keracunan
4. Memahami dan menjelaskan Patofisiologi keracunan
organophosphate
5. Memahami dan menjelaskan Penegakan diagnosa dan
manifestai klinis dari keracunan
6. Memahami dan menjelaskan Tatalaksana awal dari keracunan
7. Memahami dan menjelaskan Tatalaksana psikiatri pada
tentamen suicide

6
STEP 6

SELF STUDY

LEARNING OBJECTIVE 1

DEFINISI KERACUNAN

Keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi


yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan
gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi dan
respon psikologis. 
LEARNING OBJECTIVE 2

MACAM MACAM SUMBER ZAT RACUN PENYEBAB


KERACUNAN

Keracunan akut dengan pestisida adalah masalah

kesehatan masyarakat global terutama di negara berkembang,

setidaknya membunuh 250.000-370.000 orang di seluruh dunia

setiap tahunnya. Mayoritas kematian terjadi karena paparan

organofosfat, organoklorin dan aluminium fosfida. Pestisida adalah

senyawa yang digunakan untuk membunuh hama yang mungkin

merupakan serangga, tikus, jamur, nematoda, tungau, kutu,

moluska, dan gulma atau tumbuhan yang tidak diinginkan.

Klasifikasi pestisida dapat didasarkan berbagai hal, antara

lain berdasarkan fungsinya sebagai berikut Insektisida,

Rodentisida, Fungisida, Nematicida, Acaricides, Moluskisida,

Herbisida, Pestisida lain (Pillay, 2013). Pestisida juga dapat

diklasifikasikan berdasarkan senyawa aktifnya, yaitu Organofosfat,

Organoklorin, Karbamat, Piretroid.

7
Organofosfat adalah bahan kimia penghambat kolinesterase

yang digunakan sebagai pestisida. Toksisitas organofosfat adalah

akibat stimulasi kolinergik yang berlebihan melalui penghambatan

asetilkolinesterase. Efek toksiknya serupa dengan inhibitor

cholinesterase yang digunakan secara medis untuk mengobati

glaukoma (physostigmine), myasthenia gravis (neostigmine,

pyridostigmine), takikardia supraventrikular (edrophonium), dan

penyakit Alzheimer (tetrahydro aminoacridine).

Pestisida organoklorin merupakan salah satu jenis hidrokarbon

terklorinasi. Karakteristik dasar pestisida organoklorin adalah persistensi

yang tinggi, polaritas rendah, kelarutan berair rendah dan kelarutan lemak

tinggi. Senyawa ini mudah menguap dan stabil; beberapa dapat mematuhi

tanah dan udara, sehingga meningkatkan kemungkinan persistensi yang

tinggi di lingkungan, dan diidentifikasi sebagai agen paparan kronis

terhadap hewan dan manusia. Toksisitas berdasarkan LD50, tingkat

toksisitas Dieldrin adalah kategori “extremely toxic” (LD50: 1 to 50 mg/kg),

sedangkan DDT, endosulfan, dan lindane termasuk “highly toxic” (LD50:

51 to 500 mg/kg). Selain itu, berikut ini sangat beracun: endrin, aldrin,

chlordane, dan toxaphene, sementara ini sangat beracun: kepone,

heptachlor, mirex. Berikut ini adalah yang paling tidak beracun

methoxychlor, perthane, kelthane, chlorobenzilate, dan hexa-

chlorobenzene. Potensi bahaya akut dapat diurutkan (paling tinggi sampai

yang terendah) kira-kira sebagai berikut: endrin, aldrin, dieldrin, chlordane,

toxaphene, kepone, heptachlor, DDT dan methoxychlor.

8
LEARNING OBJECTIVE 3

FAKTOR RISIKO KERACUNAN


 Cara masuk
- inhalasi
- injeksi
- peroral
- perektal atau pervaginal
- penyerapan melalui kulit
Penetrasi lewat kulit (dermal contamination), terisap masuk ke
dalam saluran
pernapasan (inhalation), masuk dalam saluran pencernaan
makanan lewat mulut (oral). Pajanan pestisida melalui kulit dapat
terjadi ketika pestisida tumpah mengenai kulit atau ketika
menyemprot partikel pestisida terbawa angin hingga menempel ke
kulit.
 Umur
Semakin bertambah umur seseorang semakin besar risiko
keracunanannya. Karena bertambahnya umur seseorang
menyebabkan fungsi metabolisme akan menurun berakibat
menurunkan aktivitas kolinesterase darah sehingga akan
mempermudah terjadi keracunan pestisida
 Dosis / takaran
 Waktu pemberian
 Kondisi tubuh
 Alergi

9
LEARNING OBJECTIVE 4

PATOFISIOLOGI KERACUNAN

Minum Baygon Masuk melalui oral IFO, Carbamate mengikat &


(insektisida gol. dan diabsorbsi ke enzim kolinesterase (ACHE)
Carbamate) dalam tubuh

Rangsangan ACH  Akumulasi ACH di Menginhibisi ACHE tidak mampu


gejala berlebih di sinaps dan taut kemampuan ACHE meng-inaktifkan
tubuh neuromuscular ACH

Berikatan dengan reseptor Berikatan dengan Ke SSP


muskarinik reseptor nikotik

Aktivitas parasimpatis otot polos Pembukaan saluran - Kejang


kation di sel pasca
ganglion - Depresi respirasi

- Depresi CNS
GI: Mata : Pulmo :Kontri
ksi bronkiolus, Depolarisasi persisten
-motilitas Kontriksi Pupil mempercepat pada otot rangka
gaster RR
- relaksasi
Sphincter
-stimulasi Miosis -fasikulasi otot
sekresi
pencernaan Sesak nafas -Kejang

- Kelemahan otot
Mual , - paralisis otot 
muntah takipneu
lemah

- Takikardi

Kehilangan
cairan,
elektrolit

Dehidrasi  turgor
kulit, kelopak mata
cekung 10
LEARNING OBJECTIVE 5

PENEGAKAN DIAGNOSA DAN MANIFESTASI KLINIS DARI


KERACUNAN
a. Anamnesis
 Riwayat kontak antara korban dengan racun :
Santi Minum baygon 1 gelas belimbing
 Waktu kejadian :
2 jam sebelum masuk rumah sakit
 Seberapa banyak :
1 gelas belimbing baygon = 200 ml
 Jenis insektisida yang digunakan :
Baygon ( golongan Carbamate)
 Adanya gejala akut berupa :
1.mual- muntah
2. Nyeri tekan ulu hati
3. Sesak nafas
4. Takikardi
5. Takipneu

b. Pemeriksaan Fisik
 Ditemukan dugaan tempat masuknya racun (inhalasi,
peroral) absorbs kulit dan mukosa atau parenteral
 Pemeriksaan vital sign :
TD 100/70 mmHg,
Nadi 124x/menit, reguler,
RR 26x/menit
T: 36,5 °C
 Nyeri perut
 Bau insektisida

11
c. Gejala keracunan insektisida organofosfat (hiperaktifitas
susunan saraf, gejala muskarinik dan nikotinik)
 Gejala Muskarinik : hipersekresi kelenjar keringat, air
mata, saliva, saluran pernapasan, saluran pencernaan,
inkontinensia alvi, inkontinensia urin, bronkokontriksi,
miosis, bradikardi, hipotensi
 Gejala Nikotinik : twitching dan fasukulasi otot lurik dan
kelumpuhan otot.
a. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan Laboratorium
tidak banyak membantu
 Anamnesis toksikologi
a. Untuk membuktikan adanya racun dan metabolitnya
b. Sedini mungkin
c. Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml
urine, 10 ml Serum bahan muntahan, feses
 Pengukuran ChE (Cholinestrase) sel darah merah dan
plasma
a. Akifase enzim kolinestrase dalam darah <<
b. Penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO
akut maupun kronis ( menurun sekian perseen dari
normal)
c. Keracunan akut ; Ringan (40-70%), sedang (20-40%),
Berat (<20%)
d. Keracunan berat : bila kadar AchE menurun sampai
25%-50% setiap individu yang berhubungan dengan
insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru
diijinkan bekerja kembali kadar AchE telah meningkat
>75% (Normal).
 Patologi anatomi
a. Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi
biasanya tidak khas
b. Sering hanya ditemukan edema paru, dilatasi kapiler,
hiperemi paru, otak dan organ-organ lainnya.

12
 Pemeriksaan analisis gas darah
b. Radiologi : dicurigai adanya perforasi lambung dan aspirasi
zat racun melalui inhalasi
c. EKG : karena biasanya diikuti terjadinya gangguan irama
jantung

Racun serangga pada tubuh dapat menimbulkan gejala keracunan


organofosfat yang sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung
pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh
stimulasi.saraf pusat maupun perifer.

Efek Gejala
1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
- Kejang perut
- Nausea dan vomitus
- Bradicardia
- Miosis
- Berkeringat
2. nikotinik - Pegal-pegal, lemah
- Tremor
- Paralysis
- Dyspnea
- Tachicardia
3. sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
- Sakit kepala
- Emosi tidak stabil
- Bicara terbata-bata
- Kelemahan umum
- Convulsi
- Depresi respirasi dan gangguan jantung
- Koma

13
Besarnya daya racun suatu pestisida dimulai dari
toksisitasnya. Toksisitas akut pestisida dapat dinyatakan dengan 2
simbol, yaitu: LD 50 (Lethal dose 50) ialah kadar/konsentrasi
pestisida yang diperkirakan dapat membunuh 50% binatang
percobaan dan satuannya milligram bahan aktif suatu pestisida per
kg berat badan binatang percobaan (mg/kg).

LC 50 (lethal concentration) ialah kadar konsentrasi


pestisida yang ada dalam udara ruangan sehingga dapat
mematikan atau membunuh 50% binatang percobaan.

LEARNING OBJECTIVE 6

TATALAKSANA AWAL DARI KERACUNAN

a. Resusitasi.

Airway

Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa


pernafasan dan nadi.

Breathing
- Nafas buatan, oksigen
- Hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan
depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan
nafas berat.
- Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun
organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong. Pernafasan

14
buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau
menggunakan alat bag – valve – mask.
Circulation
Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit ,

b. Eliminasi

- Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada


penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac
15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil. - - Katarsis,( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan
besar.
- Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang
kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak
kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
- Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan
sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya
hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam
pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah
lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah
aspirasi pnemonia.

c. Anti dotum.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek
akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
 Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
 Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit
sampai timbul gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,
mulut kering, takikardi, midriasis, febris dan psikosis).
 Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.

15
 Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam.
Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound
effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut
yang sering fatal.
d. Setelah keadaan fisik pasien telah baik , rujuk pasien ke
bagian jiwa untuk memulihkan keadaan jiwa pasien yang
pernah melakukan percobaan bunuh diri.

LEARNING OBJECTIVE 7

TATALAKSANA PSIKIATRI PADA TENTAMEN SUICIDE

Evaluasi kesadaran pasien : 


1. Pasien datang dengan kesadaran berkabut sampai koma 
 pemeriksaan TTV
 pemeriksaan ABC-> memburuk rawat ICU
 pemeriksan fisik 
 pemeriksaan penunjang 
 kesadaran kompos mentis, lakukan tatalaksana suportif
2. Pasien datang dengan kesadaran kompos mentis
-     evaluasi  keadan fisik pada pasien hingga teratasi dan
pasien kondisi stabil
-     jangan tinggalkan pasien dalam keadaan seorang diri ,
dan pastikan tidak terdapat    benda benda yang dapat
membahayakan sekitar
-     membuat penilaian apakah perilaku yang dilakukan
pasien direncanakan atau secara impulsif 

16
- lakukan penegakan diganosa dengan bersikap suportif dan
tegas , bila perlu menggunakaan fiksasi    

17
- Terapi Psikofarmaka :
- inj. Haloperidol HCL 5 mg/ i.m
- inj. Chlorpromazine 2 5 mg/ i.m
- inj. Diazepam  5- 10  mg/ i.m
- inj Olanzapin 2,5 - 10 mg / i.m
- obat oral sesuai kondisi pasien

18
19
STEP VII

` KESIMPULAN

Berdasarkan skenario diatas pasien dengan keracunan baygon dan


riwayat percobaaan bunuh diri. Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik ,
dimungkinkan pasien mengalami intosikasi insektisida organophospate.
Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu pemberian oksigenasi,
pemasangan NGT untuk bilas lambung, pemasangan i.v line RL untuk
meresusitasi cairan, dan pemberian antidotum sulfat atropin. Lakukan
evaluasi kembali, apabila pasien sudah didapatkan stabil, konsultasikan
ke spesialis psikitari untuk tatalaksana psikogenik dan strategi
pencegahan risiko bunuh diri lanjutan

20
21
DAFTAR PUSTAKA

1. Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH, Ilmu kedokteran Forensik &


medikolegal Edisi Pertama. Jakarta : Rajawali Pers. 2017
2. Rahayu M, Solihat MF. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik
(TLM) Toksikologi Klinik. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2018.
3. World Health Organization. 2012. Guidelines for Procuring Public
Health Pesticides, France: WHO Press.
4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jakarta. Interna
Publishing. Pusat penerbit ilmu penyakit dalam. Hal : 1026
5. International Classification of disease, tenth revision, clinical
modification (ICD- 10-cm) diagnose

22

Anda mungkin juga menyukai