Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Keracunan Dan Gigitan Binatang Berbisa

Disusun Oleh :

Putri Melati

17.156.01.11.114

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


STIKes Medistra Indonesia
Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A – Kel. Sepanjang Jaya – Bekasi
Telp. (021) 82431375, Fax. (021) 82431374
Website : http//www.stikesmedistra-indonesia.ac.id, e-mail : stikesmi@yahoo.co.id
2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah S.W.T , yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan
kepada kita semua selaku umatnya. Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai
“Keracunan Dan Gigitan Binatang Berbisa” dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan
Gawat Darurat.
Makalah ini telah dibuat berdasarkan sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Sata menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, saya mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
makalah ini. Saran dan kritik sangat bermanfaat bagi saya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata saya ucapkan
terimakasih, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bekasi 20-04-2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai
cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan
dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan
kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam
yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular
berbisa maupun akibat gas beracun. Mengingat masih sering terjadi keracunan maka
untuk dapat menambah pengetahuan, kami menyampaikan materi mengenai
keracunan tersebut.

Sebagian besar pajanan terhadap gas beracun terjadi dirumah. Keracunan


dapat terjadi akibat pencampuran produk pembersih rumah tangga yang tidak
semestinya atau rusaknya alat rumah tangga yang melepaskan karbon monoksida.
Pembakaran kayu, bensin, oli, batu bara, atau minyak tanah juga menghasilkan
karbon monoksida. Gas karbon monoksida tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak menimbulkan iritasi, yang membuatnya amat berbahaya.
Penncegahan dan penyuluhan pasien dibahas di akhir bab ini.

Menelan zat racun atau racun dapat terjadi di berbagai lingkungan dan pada
kelompok usia yang berbeda-beda. Keracunan di rumah biasannya terjadi jika anak
menelan pembersih alat rumah tangga atau obat-obatan. Penyimpanan yang tidak
semestinya bahan-bahan ini dapat menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Tanaman,
pestisida, dan produk cat juga merupakan zat beracun yang potensial di rumah tangga.
Karena gangguan mental atau penglihatan, buta huruf, atau masalah bahasa, lansia
dapat menelan obat-obatan dengan jumlah yang salah. Selain itu, keracunan dapat
terjadi di lingkungan perawatan kesehatan saat obat-obatan diberikan tidak
sebagaimana mestinya.

4
Hal yang sama, keracunan juga dapat terjadi di lingkungan perawatan
kesehatan jika obat-obatan yang normalnya hanya diberikan melalui rute subkutan
atau intramuscular diberikan lewat, atau jika obat-obatan yang salah disuntikan.
Keracunan karena suntikan juga dapat terjadi di lingkup penyalahgunaan seperti jika
[ecandu heroin tidak sengaja menyuntiki pemutih atau heroin yang terlalu banyak.

1.2 Rumusan Masalah

1 Bagaimana patofisiologi keracunan yang diakibatkan oleh zat kimia, gigitan ular
dan serangga serta karena gas?
2 Apakah tanda dan gejala dari keracunan tersebut?
3 Bagaimana cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan
keracunan?

1.3 Tujuan Penulisan

1 Mempelajari patofisiologi akibat keracunan.


2 Menjelaskan tanda dan gejala keracunan.
3 Mengetahui cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan
Keracunan.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KERACUNAN
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai
cara yang menghambat respon pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada
kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan
dan hewan. Beberapa contoh keracunan antara lain keracunan obat dan zat kimia,
gigitan ular dan serangga, dan keracunan gas.

2.2 JENIS-JENIS KERACUNAN


1. Keracunan Bahan Kimia
1) Etiologi
a) Baygon
Baygon termasuk ke dalam Insektisida golongan karbamat, akibat
insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri.
b) Amphetamin
Amphetamine adalah sejenis obat-obatan yang biasanya berbentuk
pil, kapsul dan serbuk yang dapat memberikan rangsangan bagi perasaaan
manusia. Salah satu jenis amphetamine, adalah methamphetamine.
Tingkah laku yang kasar dan tak terduga, merupakan hal biasa bagi
pemakai kronis. Jika kamu menggunakan amphetamine, maka
amphetamine ini akan merangsang tubuh melampaui batas maksimum dari
kekuatan fisik yang ada.
c) Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin
merupakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya
pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan
berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

6
2) Manifestasi Klinis
a) Sianosis
b) Takipnoe, dispnea
c) Nadi lemah
d) Takikardi
e) Aritmia jantung
f) Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus,
mual dan muntah
g) Malaise
3) Patofisiologi
Didalam kasus kita ini menyangkut keracunan baygon, perlu
diketahui dulu bahwa didalam baygon itu terkandung 2 racun utama yaitu
Propoxur dan transfluthrin. Propoxur adalah senyawa karbamat yang
merupakan senyawa Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin
esterase bersivat reversibel dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak
dapat menembus blood brain barrier.
Dampak terbanyak dari kasus ini adalah pada sistem saraf pusat yang
akan mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik
langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena
depresi pusat kardiovaskular di otak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat
dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia
terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas
syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan
hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok, asidemia, dan
hipoksia.
4) Penatalaksanaan
a) Antidote
Pada pasien yang sadar :
- bilas lambung
- Injeksi sulfas atropin 2 mg (8 ampul) Intra muscular
- 30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA (2 ampul) IM, diulang tiap 30
menit sampai terjadi artropinisasi.

7
- Setelah atropinisasi tercapai, diberikan 0,25 mg SA (1 ampul) IM tiap 4
jam selama 24 jam .
Pada pasien yang tidak sadar :
- injeksi sulfus Atropin 4 mg intra vena (16 ampul)
- 30 menit kemudian berikan SA 2 mg (8 ampul) IM, diulangi setiap 30
menit sampai klien sadar.
- Setelah klien sadar, berikan SA 0,5 mg (2 ampul) IM sampai tercapai
atropinisasi, ditandai dengan midriasis, fotofobia, mulut kering,
takikardi, palpitasi, dan tensi terukur.
- Setelah atropinisasi tercapai, berikan SA 0,25 mg (1 ampul) IM tiap 4
jam selama 24 jam.
2. Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita
makan ke dalam tubuh karena ikut tertelan bersama makanan. Ciri-ciri makanan beracun
yaitu sebagai berikut:
1) Warna lebih terang disebabkan penggunaan pewarna
2) Lihat dan sentuh makanan tersebut, jika terlalu lembut dan gurih bisa saja
menggunakan penyedap rasa yang berlebihan
3) Saat membeli ikan atau daging coba cek apakah menggunakan formalin atau tidak.
Jangan terkecoh, jika ikan tidak dikerungi lalat maka kemungkinan besar ikan
menggunakan formalin
 Jenis-jenis keracunan makanan
a. Keracunan Jengkol

Jengkol mempunyai bau yang khas yang tidak sedap, tetapi banyak orang yang
menyukainya. Kejengkolan dapat terjadi setelah memakan jengkol dalam jumlah
yang banyak, baik yang dimasak maupun mentahnya. Bahkan yang berupa
emping sekalipun yang telah digoreng dapat menimbulkan kejengkolan karena
dalam biji mengandung zat yang dinamakan asam jengkol (hamud jengkol).

8
Asam jengkol terjadi di dalam biji jengkol disebabakan pengaruh kondensi
Formaldehyde dan Cysteine. Asam jengkol sukar larut dalam air dingin dalam 30o
C kadar larut 1:2000 di dalam air mendidih 1:200. Perlu juga diperhatikan bagi
orang yang mempunyai indikasi penyakit ginjal atau fungsi ginjalnya kurang baik
agar waspada terhadap peristiwa kejengkolan, karena dapat berakibat fatal.
Kejengkolan sebenarnya belum dapat dipastikan. Apakah penyebabnya karena
keadaan perorangan, atau karena sifat dari asam jemgkol yang sukar larut dalam
air dingin sehingga mengakibatkan tersumbatnya (terganggunya fungsi ginjal)
a) Manifestasi Klinis kejengkolan :
 Rasa nyeri (kolik) di daerah pinggang atau daerah pusar (ari - ari) dan
kadang disertai kejang - kejang
 Mual, muntah
 Output urine sedikit, adakalanya urine berwarna merah bercampur putih
seperti air pencuci beras (dalam urine terdapat sel - sel darah merah dan
sel darah putih)
 Perut kembung dan susah BAB)
 Nafas dan Urine berbau jengkol
b) Patofisiologi
Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah
mengosumsi jengkol. Keluhan yang tercepat adalah 2 jam dan yang terlambat
adalah 36 jam sesudah konsumsi biji jengkol. Hal itu terjadi karena
kandungan asam jengkolat didalamnya. Asam jengkolat merupakan salah
satu komponen yang terdapat pada biji jengkol, kandungannya bervariasi
tergantung pada varietas dan umur biji jengkol. Asam jengkolat dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan, penyebabnya adalah terbentuknya
kristal asam jengkolat yang akan dapat menyumbat traktus urinalis. Jika
kristal yang terbentuk semakin banyak, lama-kelamaan dapat menimbulkan
gangguan pada saat BAK. Bahkan, jika terbentuk infeksi, akan menimbulkan
gangguan yang lebih parah. Dalam jumlah tertentu, asam jengkolat dapat
membentuk kristal. Kristal tersebut dapat menyumbat dan bahkan
menimbulkan luka pada saluran perkemihan, sehingga urine yang keluar
sedikit dan kadang-kadang menimbulkan pendarahan.

9
c) Penatalaksanaan
 Beri klien air putih yang banyak supaya kadar asam jengkolat lebih
encer, sehingga lebih mudah dibuang melalui urin.
 Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat
minum) penderita perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat
dalam larutan glukosa 5%. Dosis untuk dewasa dan anak 2-5 mEq/kg
berat badan natrium bikarbonat diberikan secara infus selama 4-8 jam.
 Antibiotika hanya diberikan apabila ada infeksi sekunder.

b. Keracunan Singkong

Singkong merupakan tanaman umbi-umbian


yang tumbuh diseluruh indonesia. Dibebrapa daerah dipulau jawa singkong bahkan
merupakan makanan untama penduduk. Singkong merupakan bahan makanan yang
mengandung kalori seperti beras. Perbedaannya adalah singkong mengandung protein 1
% sedangkan beras mengandung protein 7,5 %.
a) Etiologi
Penyebab keracunan singkong ialah asam sianida yang terkandung didalamnya.
b) Patofisiologi
Asam sianida (HCN) ialah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Suatu
racun yang bekerja sangat cepat, kematian dapat ditimbulkan dalam beberapa
menit apabila HCN murni ditelan dalam keadaan lambung kosong dalam kadar
asam yang tinggi, maka kerja racun ini sangat cepat sekali. Detoksikasi ini
berlangsung dengan perantaraan enzim rodanase (transulfurase). Enzim ini terdapat
didalam jaringan, terutama hati. Tubuh sebenarnya mempunyai kemampuan
mendetoksikasi HCN tetapi sistem enzim rodanase ini bekerja sangat lambat
sehingga keracunan masih dapat timbul. kerja enzim ini dapat dipercepat dengan

10
mamasukkan sulfur ke dalam tubuh. Secara klinis hal inilah yang dipakai sebagai
dasar menyuntikkan natrium tiosulfat pada pengobatan keracunan oleh singkong.
c) Gejala Klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejalan
keracunan singkong ini antara lain:
 Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
 Sesak nafas , takikardi, cyanosis dan hipotensi
 Perasaan pusing, lemah,kesadaran menurun ( apatis- koma)
 Renjatan atau kejang
 Syok
d) Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya antara lain :
 Stabilisasi pasien melalui penatalaksanaan jalan nafas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi.
 Bila makanan diperkirakan masih ada dilambung (kurang dari 4 jam setelah
makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah.
 Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena
perlahan. Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.
 Bila timbul cyanosis dapat diberikan oksigen.
 Beri 10 cc Na Nitrit 5% iv dalam 3 menit.
 Beri 50 cc Na thiosulfat 25% iv dalam 10 menit
 Bila gejala sangat berat, bawa kerumah sakit.
e) Pencegahan keracunan singkong
Kenali jenis singkong dengan cara jika pada singkong terdapat bercak biru
sebaiknya tidak dikonsumsi, kemungkinan kandungan HCNnya tinggi dan
tidak banyak berkurang walaupun sudah dicuci dan dimasak.
3. Keracunan Gas
Karbon Monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil
pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak
berasal dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti
senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu

11
membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin.Sumber utama
karbon monoksida pada kasus kematian adalah kebakaran, knalpot mobil, pemanasan
tidak sempurna, dan pembakaran yang tidak sempurna dari produk-produk terbakar,
seperti bongkahan arang.
a. Manifestasi Klinis
 Awal gejalanya yaitu :sakit kepala, mual, muntah, lelah, lesi pada kulit, berkeringat
banyak, pyrexia, pernapasan meningkat, mental dullness dan konfusion, gangguan
penglihatan, konvulsi, hipotensi, myocardinal, dan ischamea.
 Kemungkinan terjadi kematian akibat sukar bernafas sangat tinggi Kematian
terhadap kasus keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya oksigen
pada tingkat selular (cellular hypoxia).
 Sel darah merah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain.
Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah
merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida dari pada
oksigen. Sehingga jika terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung
berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan terbentuk dengan
hemoglobin (Hb) dalam darah dan akan terbentuk karboksi haemoglobin sehingga
oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250
kali lebih cepat dari oksigen.
 Mengganggu aktivitas selular lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ
yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung.
b. Patofisiologi
Gas CO masuk ke paru-paru inhalasi, mengalir ke alveo-li, terus masuk ke aliran
darah Gas CO dengan segera mengikat hemoglobin di tempat yang sama dengan
tempat oksigen mengikat hemoglobin, untuk membentuk karboksi hemoglobin
(COHb) . Ikatan COHb bersifat dapat pulih/reversible.
Mekanisme kerja gas CO di dalam darah:
 CO bersaing dengan oksigen untuk mengikat hemoglobin. Kekuatan ikatannya
200-300 kali lebih kuat dibandingkan oksigen . Akibatnya, oksigen terdesak dan
lepas dari hemoglobin sehingga pasokan oksigen oleh darah ke jaringan tubuh
berkurang, timbul hipoksia jaringan.
 COHb mencampuri interaksi protein heme, menyebabkan kurva penguraian HbO2.
Akibatnya terjadi pengurangan pelepasan oksigen dari darah ke jaringan tubuh.

12
Proses terpenting dari keracunan gas CO terhadap sel adalah rusaknya metabolisme
rantai pernafasan mitokonria, menghambat komplek enzim sitokrom oksidase a3
sehingga oksidasi mitokondria untuk menghasilkan Adenosine Tri Posfat (ATP)
berkurang. Ekskresi gas CO terutama melalui respirasi, dimetabolisme menjadi
karbon dioksida (CO2), tidak lebih dari 1%.
c. Penatalaksaan
 Bawa pasien ke udara segar dengan segera, buka semua pintu dan jendela.
 Longgarkan semua pakaian ketat.
 Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlukan.
 Cegah menggigil, bungkus pasien dalam selimut.
 Pertahankan pasien setenang mungkin.
 Jangan berikan alkohol dalam bentuk apapun.
a) Tes Diagnostik
b) Elektrokardiografi
c) Radiologi: Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk
menunjukkan adanya aspirasi dan edema pulmonal.
d) Analisa Gas Darah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit,
termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda
oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti sianosis,
takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status mental.
e) Tes fungsi ginjal
f) Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin
negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang
ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja
yang bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga
pemeriksaannya bisa efektif

13
3.1 GIGITAN BINATANG BERBISA
a. Gigitan ular

 Pengertian
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin
bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang adalah
merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat
menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil
racun bersifat spesifik terhadap suatu organ ; beberapa mempunyai efek pada
hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat
farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan.
Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya.
Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya;sering kali
mengandung factor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir
predator; racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.
 Etiologi
Karena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu
Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan
local, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan
local, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa
bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam . Daya toksik
bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :
a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan
menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel
darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-
pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis
(lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

14
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel
saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf
tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-
biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf
pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh
tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa
tersebut bersifat:
a) Eurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena
paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan,
kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan
koma.
b) Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim
lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin.
Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin.
Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap
suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
c) Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d) Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan
otot jantung.
e) Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya
berakibat terganggunya kardiovaskuler.
f) Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
 Manifestasi Klinik
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan
ular.
1) Efek lokal digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan
rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat

15
dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat
mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
2) Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal, seperti otak atau organ-organ
abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari
mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan
syok atau bahkan kematian.
3) Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada
sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat
menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat
perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara
dan bernafas, dan kesemutan.
4) Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan
beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot
di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal,
yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5) Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada
mata.
 Patofisiologi
Bisa ular terdiri dari campuran beberapa polipeptida, enzim dan protein.
Jumlah bisa, efek letal dan komposisinya bervariasi tergantung dari spesies dan
usia ular. Bisa ular bersifat stabil dan resisten terhadap perubahan temperatur.
Secara mikroskop elektron dapat terlihat bahwa bisa ular merupakan protein yang
dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel endotel dinding pembuluh darah,
sehingga menyebabkan kerusakan membran plasma. Komponen peptida bisa ular
dapat berikatan dengan reseptor-reseptor yang ada pada tubuh korban. Bradikinin,
serotonin dan histamin adalah sebagian hasil reaksi yang terjadi akibat bisa ular.
Enzim yang terdapat pada bisa ular misalnya L-arginine esterase menyebabkan
pelepasan bradikinin.
 Komplikasi

a. Syok hipovolemik c. Kematian


b. Edema paru d. Gagal napas

16
17
 Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan kadar gula
darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan
fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi
bekuan.
 Penatalaksanaan Medik
a. Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit. Apabila
penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-satunya tindakan
dilapangan adalah immobilisasi pasien dan pengiriman secepatnya. Jika
penanganan lebih dari 3-4 jam dan jika envenomasi sudah pasti, melakukan
pemasangan torniket limfatik dengan segera dan insisi dan penghisapan dalam
30 menit sesudah gigitan, immobilisasi, dan pengiriman secepatnya, lebih baik
pada suatu usungan, merupakan tindakan yang paling berguna. Bila
memungkinkan, pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung. Jika dapat
dikerjakan dengan aman, bunuhlah ular tersebut untuk identifikasi.
b. Lakukan evaluasi klinis lengkap dan pesanlah untuk pemeriksaan laboratorium
dasar, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang,
waktu protombin, waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis,
dan penentuan gadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang
hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu
pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.
c. Derajat envenomasi harus dinilai dan observasi 6 jam untuk menghindari
penilaian keliru dan envenomasi yang berat.
d. Mulai larutan salin IV pada semua pasien; berikan oksigen, dan tangani syok
jika ada.
e. Pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung; turniket di lepas hanya bila
syok sudah diatasi dan anti bisa diberikan.
f. Beberapa sumber menganjurkan eksplorsi bedah dini untuk menentukan
kedalaman dan jumlah jaringan yang rusak, sesuai dengan jenis ular yang
menggigit apakah berbisa atau tidak

18
Cara melalukan pembalutan pada gigitan ular:

 Pasang balut “pressure bandage” lebar dari bagian bawah ke arah


atas termasuk pada bagian gigitan secepat mungkin dari kejadian gigitan.
 Jangan lepaskan celana atau pakaian di tempat gigitan krn
pergerakan pada tempat gigitan memperbesar peluang meluasnya racun ke
peredaran darah.
 Balutan harus seketat seperti pada kejadain terkilir. Korban harus
menghindari gerakan yang tidak diperlukan.
 Perluas balutan selebar mungkin
 Setelah pembalutan pertama, lakukan pembidaian dengan
meletakkan bidai yang panjangnya menutupi dua sendi dari tungkai yang
terkena gigitan.
 Rekatkan dengan pembalutan dengan stabil. Jangan biarkan korban
berjalan.

b. Gigitan Serangga

Insect bites adalah gigitan atau sengatan serangga. Insect bites adalah gigitan yang
diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang. Beberapa contoh
masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan serangga diantaranya adalah:
 Reaksi alergi berat (anaphylaxis) : Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat
mengancam kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau
gejalanya adalah:

 Terkejut (shock), dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah
 tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)
 Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan
 Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan
selaput lendir (angioedema)
 Pusing dan kacau
 Mual, diare, dan nyeri pada perut
 Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
 Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.

19
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
a) Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam

b) Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat

c) Laba-laba gembel (hobo)

d) Kalajengking

 Reaksi racun dari serangan labah, tawon, atau semut api


Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat.
Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif
dari pada lebah madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan
jumlah yang banyak.

20
a) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat
berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi.
b) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya,
kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur
memutar dan berkali-kali.
c) Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
d) Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
e) Penyakit serum (darah)
Sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk mengobati
gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal
dengan bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai
empat belas hari setelah penggunaan anti serum
f) Infeksi virus
Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada seseorang,
menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
g) Infeksi parasit
Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.
 Manifestasi klinis
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai
macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan
kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau
sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika
daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka
akan mengakibatkan peradangan akut.Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan
bengkak, desahan, sesak napas, pingsandan hampir meninggal dalam 30 menit
adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga diakibatkan karena
alergi pada gigitan serangga. Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada
tenggorokan dan kematian karena gangguan udara.Sengatan dari serangga jenis
penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarangsekali ditemukan hingga
mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.
 Patofisiologi Gigitan Serangga
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang disebut
Pteromone. Pteromone ini tersusun dari protein dan substansi lain atau bahan kimia
yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga

21
mengakibatkan kemerahan, bengkak, dan rasa gatal di lokasi yang tersengat yang
akan hilang dalam beberapa jam. Gigitan atau sengatan dari lebah, tawon,
penyengat, si jaket kuning, dan semut api dapat menyebabkan reaksi yang cukup
serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Lebah, tawon dan semut api
berbeda-beda dalam menyengat. Apabila gigitan terjadi pada area mulut atau
kerongkongan, pteromone yang dikeluarkan oleh serangga akan menyebabkan
menyempitnya saluran pernafasan sehingga dapat mengakibatkan susah bernapas
yang akan berlanjut pada syok anafilaksis, dan bisa berakhir pada kematian.
 Penatalaksanan Gigitan Serangga
Segera lepas serangga dari tempat gigitannya, dengan menggunakan minyak
pelumas Setelah terlepas (kepala dan tubuh serangga) luka dibersihkan dengan
sabun dan diolesi calamine (berfungsi untuk mengurangi gatal) atau krim
antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl). Bila tersengat lebah, ambil
sengatnya dengan jarum halus, bersihkan dan oleskan krim antihistamin atau
kompres es bagian yang tersengat.
 Tes Diagnostik Gigitan ular dan serangga:
1) Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaaan kimia darah, hitung sel
darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin,
waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, penentuan kadar
gula darah, BUN dan elektrolit.
2) Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel
darah merah, waktu pembekuan dan waktu retraksi bekuan.

22
23
BAB III

PENUTUP
A.   Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan
gejala klinis
B.   Saran
 Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan penanganan
racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan yang cepat dan
benar.
 Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti jalan
nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan tindakan
risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.

24
Daftar Pustaka
 Gallo, Hudak. 2010. Keperawatan Kritis pendekatan Holistik Volume 2. Jakarta: EGC
 Hardisman.2014.Gawat Darurat Medis Praktis. Padang : Gosyen Publishing
 Krisanty, Paula.2009.Asuhan keperawatan Gawat Darurat.Jakarta.Trans Info Media

25

Anda mungkin juga menyukai