Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian
Kelainan pada ovarium merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan
pembentukan organ tubuh. Penyebab kelainan pada ovarium tidak diketahui dengan pasti,
tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkaran
endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan
infeksi khususnya infeksi virus.
B. Jenis-jenis Kelainan pada Ovarium
1. Kista Ovariuma
 Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan
atau benda seperti bubur.Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi.
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de
graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium.Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah
dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik.
Kanker Indung Telur (Kanker Ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur). Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-
70 tahun dan 1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium. Kanker ovarium bisa
menyebar secara langsung ke daerah di sekitarnya dan melalui sistem getah bening
bisa menyebar ke bagian lain dari panggul dan perut, sedangkan melalui pembuluh
darah, kanker bisa menyebar ke hati dan paru-paru.

 Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu
yaitu :
1. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
2. Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan
yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu
kanker.
 Manifestasi Klinis
Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi
tumor tersebut.Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan
gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga
perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

 Komplikasi
komplikasi dari kista ovarium yaitu :
1. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan
memerlukan tindakan yang cepat.
2. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen
3. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas
sehari-hari.
4. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista
tumpah kedalam rungan abdomen.
5. Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
 Nyeri panggul atau tekanan di panggul
 Tekanan pada kandung kemih yang menyebabkan sering buang air kecil
 Tekanan pada anus
 Nyeri selama hubungan sexual
 Nyeri perut parah bila kista membelit

 Penanganan
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor
nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya,
kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak
jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang,
sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu
observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan
dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang
masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah,
dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengassn melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal

 Pencegahan
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker ovarium, termasuk:
1. Kontrasepsi oral(pil KB).
Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan mereka,
para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih
mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui.
Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko Anda mengalami
kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker
ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi.
Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi dapat mengurangi
risiko kanker ovarium. Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi
mengalami kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka
diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai
profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites
positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga
yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang
telah diidentifikasi. Studi menunjukkan bahwa ooforektomi profilaksis
menurunkan risiko kanker ovarium hingga 95 persen, dan mengurangi risiko
kanker payudara hingga 50 persen, jika ovarium diangkat sebelum menopause.
Profilaksis ooforektomi mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan,
risiko kanker ovarium. Karena kanker ovarium biasanya berkembang di lapisan
tipis rongga perut yang meliputi ovarium, wanita yang pernah diangkat indung
telur mereka masih bisa mendapatkan yang serupa, tetapi jarang bentuk kanker
yang disebut kanker peritoneal primer. Selain itu, profilaksis ooforektomi
menginduksi menopause dini, yang dengan sendirinya mungkin memiliki dampak
negatif pada kesehatan , termasuk peningkatan risiko osteoporosis, penyakit
jantung dan kondisi lain. Jika sedang mempertimbangkan setelah prosedur ini
dilakukan, pastikan untuk membahas pro dan kontra dengan dokter.

2. Sindrom Ovarium Polikistik


 Pengertian
Pada PCOS, ketidakseimbangan hormone menyebabkan berkurangnya ovulasi
dan produksi berlebih dari hormone testoteron pria, yang normalnya diproduksi
ovarium dalam hitungan menit. Seringkali banyak kista kecil yang berisi cairn
berkembang didalam ovarium dan mengganggu atau malah menghentikan siklus haid
sama sekali. PCOS adalah penyebab utama intertilitas dan mungkin juga
meningkatakan resiko penyakit lain, termasuk diabetes dan kanker rahim. Kelebihan
tetosteron berupa timbulnya rambut diwajah menjadi gejala umum PCOS.

 Etiologi
Sampai saat ini penyebab pasti PCOS masih belum diketahui, tapi diduga ada
hubungannya dengan kadar hormon yang tidak normal.
Namun, ada beberapa faktor yang mungkin bisa mendorong terjadinya PCOS, yaitu:

 Resistensi terhadap insulin. Jaringan tubuh resisten terhadap insulin, sehingga


tubuh terpacu untuk memproduksi lebih banyak insulin yang mengganggu
pembuahan normal dan memicu penambahan berat badan.
 Ketidakseimbangan hormon. Hal ini disebabkan antara lain karena naiknya
kadar testosteron (hormon yang dominan pada tubuh pria), naiknya hormon
lutein (kadar yang tinggi malah menganggu kerja ovarium), turunnya kadar
globulin pengikat-hormon seksual (SHBG) sehingga aktivitas testosteron
meningkat di dalam tubuh, dan naiknya hormon prolaktin (hormon yang
memicu produksi air susu).
 Faktor keturunan. Jika salah seorang anggota keluarga mengidap PCOS, maka
risiko Anda semakin besar untuk terkena PCOS.

Jika tidak segera ditangani, penderita PCOS berisiko terkena beberapa


penyakit seperti:

 Diabetes tipe 2.
 Sindrom metabolik.
 Tekanan darah tinggi termasuk hipertensi pada masa kehamilan.
 Perlemakan hati non-alkoholik.
 Meningkatnya kadar kolesterol darah.
 Infertilitas.
 Sleep apnea.
 Kadar lemak darah tidak normal.
 Gangguan menstruasi berupa perdarahan abnormal dari rahim.

 Manifestasi Klinik
Biasanya gejala-gejala PCOS akan semakin jelas terlihat ketika wanita memasuki usia
16 sampai 24 tahun. Beberapa gejala-gejala umum PCOS adalah:
 Pertumbuhan rambut yang berlebihan, biasanya di punggung, bokong, wajah,
atau dada.
 Kulit berminyak atau berjerawat.
 Depresi.
 Kesulitan untuk hamil.
 Rambut kepala rontok atau menipis.
 Berat badan bertambah.
 Menstruasi tidak teratur. Dalam setahun frekuensi menstruasi lebih sedikit,
atau jumlah darah yang dikeluarkan saat menstruasi lebih banyak.

 Diagnosis
Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi
yang menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien.
Untuk mendiagnosis PCOS, dokter akan melakukan beberapa hal berikut:
a. Pemeriksaan fisik. Dokter akan mencatat beberapa informasi penting tentang
tubuh penderita seperti tinggi badan, berat badan, tekanan darah, keadaan kulit,
menghitung indeks massa tubuh, memeriksa payudara, perut, dan kelenjar
tiroid. Dokter juga akan memeriksa organ reproduksi wanita.
b. Tes darah. Penderita akan diminta untuk menjalani tes darah untuk mengukur
kadar hormon, kadar gula darah dan tingkat kolesterol.
c. Tes ultrasound. Tes ini akan memperlihatkan jumlah kista dalam ovarium dan
ketebalan dinding uterus.

 Penanggulangan
1. Menggunakan pil KB yang mengandung antiandrogen untuk membantu
penderita mendapat haid secara teratur sesuai siklus.
2. Laparoskopi:dokter akan menusuk ovarium dengan jarum kecil yang
mengandung arus listrik untuk menghancurkan kista-kista kecil di ovarium

3. Kanker Ovarium
 Pengertian
Kadang – kadang tumor kanker berkembang dari kista ovarium, tetapi lebih
sering penyakit ini terjadi tanpa ada tanda – tanda peringatan dini.Ada beberapa jenis
kanker ovarium.Umumnya kanker ini terbentuk dari sel – sel yang menutupi
permukaan ovarium.Kanker berkembang dari sel – sel yang membuat telur dalam
ovarium. Seringkali gejala muncul hanya setelah kanker telah menyebar dari situs asli
di ovarium ( sebuah proses yang di kenal dengan metastasis) ketika ada rasa sakit dan
pembengkakan di organ lain.

 Manifestasi Klinik
Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Kalaupun
ada, gejala-gejalanya menyerupai konstipasi atau gejala pada iritasi usus. Oleh sebab
itu, kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika kanker sudah menyebar dalam
tubuh.
Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh penderita kanker ovarium adalah:
a. Perut selalu terasa kembung.
b. Pembengkakan pada perut.
c. Sakit perut.
d. Penurunan berat badan.
e. Cepat kenyang.
f. Mual.
g. Perubahan pada kebiasaan buang air besar, misalnya konstipasi (sulit buang
air besar).
h. Frekuensi buang air kecil yang meningkat.
Sakit saat berhubungan seksual.
 Etiologi
Sama seperti kanker pada umumnya, penyebab kanker ovarium juga belum
diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko
seorang wanita untuk terkena kanker ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Usia
Kanker ovarium cenderung terjadi pada wanita berusia 50 tahun ke atas.
b. Genetik
Risiko untuk terkena kanker ovarium akan meningkat jika memiliki anggota
keluarga yang mengidap kanker ovarium atau kanker payudara. Begitu juga
pada wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2, yang merupakan mutasi
genetic yang dapat diturunkan.
c. Terapi pengganti hormon estrogen (Esterogen Hormone Replacement Therapy),
terutama bila dilakukan dalam jangka waktu lama dan dengan dosis tinggi.
d. Menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS).
e. Tidak pernah hamil.
f. Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
g. Mengalami siklus menstruasi sebelum usia 12 tahun dan menopause setelah usia
50 tahun.
h. Menjalani terapi kesuburan.
i. Merokok.
j. Menggunakan alat kontrasepsi IUD.

 Diagnosis
Diagnosis awal dibuat berdasarkan gejala yang dialami, riwayat kesehatan
keluarga, dan hasil pemeriksaan fisik. Kemudian pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
menegakkan diagnosa, meliputi USG, pemeriksaan darah, atau biopsi.
a. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang dilakukan untuk memeriksa perut bagian
bawah serta organ reproduksi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk,
ukuran, dan struktur ovarium.
b. Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein CA 125
dalam darah. Kadar CA 125 yang tinggi bisa mengindikasikan kanker ovarium.
Tetapi tes ini tidak bisa dijadikan patokan tunggal karena CA 125 bukan tes yang
spesifik, kadarnya bisa meningkat pada kondisi lain yang bukan kanker, dan tidak
semua penderita kanker ovarium mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam
darah.
 Pengobatan
Penanganan kanker ovarium bisa berbeda-beda pada setiap kasus, ditentukan
berdasarkan stadium kanker, kondisi kesehatan, dan keinginan penderita untuk
memiliki keturunan. Penanganan utama kanker ovarium adalah melalui operasi dan
kemoterapi atau radioterapi.
a. Operasi
Prosedur operasi biasanya meliputi pengangkatan kedua ovarium, tuba
falopi, rahim, serta omentum (jaringan lemak dalam perut). Operasi ini juga
bisa melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening pada panggul dan rongga
perut untuk mencegah dan mencari tahu jika ada penyebaran kanker. Dengan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, penderita tidak lagi dapat memiliki
keturunan. Namun lain halnya dengan kanker ovarium yang terdeteksi pada
stadium dini. Penderitanya mungkin hanya akan menjalani operasi
pengangkatan salah satu ovarium dan tuba falopi sehingga kemungkinan untuk
memiliki keturunan masih ada.

b. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dijadwalkan setelah operasi. Ini dilakukan untuk
membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Selama menjalani kemoterapi, dokter
akan memantau perkembangan penderita secara rutin guna memastikan
keefektifan obat dan respons tubuh terhadap obat. Kemoterapi juga dapat
diberikan sebelum operasi pada penderita kanker ovarium stadium lanjut,
dengan tujuan mengecilkan tumor sehingga memudahkan prosedur
pengangkatan.
Setiap pengobatan berisiko menimbulkan efek samping, begitu pula
dengan kemoterapi. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah
melakukan proses kemoterapi di antaranya adalah tidak nafsu makan, mual,
muntah, lemas, rambut rontok, serta meningkatnya risiko infeksi.

c. Radioterapi
Di samping operasi dan kemoterapi, radioterapi merupakan tindakan
lain yang bisa menjadi alternatif. Dalam radioterapi, sel-sel kanker dibunuh
menggunakan radiasi dari sinar X. Sama seperti kemoterapi, radioterapi dapat
diberikan baik setelah maupun sebelum operasi. Efek sampingnya juga serupa
dengan kemoterapi, terutama terjadinya kerontokan rambut.

 Penanggulangan
Karena penyebabnya yang belum diketahui, pencegahan kanker ovarium pun tidak
bisa dilakukan secara pasti. Namun ada beberapa hal yang bisa menurunkan risiko
seseorang terkena kanker ini. Langkah-langkah tersebut meliputi:

 Menggunakan kontrasepsi dalam bentuk pil selama lebih 10 tahun. Langkah ini
terbukti dapat mengurangi risiko kanker ovarium hingga separuhnya.
 Menjalani kehamilan dan menyusui.
 Menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari obesitas Contohnya adalah
berolahraga secara teratur serta meningkatkan konsumsi serat seperti buah dan
sayuran.

Pada wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker ovarium, operasi
pengangkatan ovarium dan tuba falopi sebelum terkena kanker juga dapat dilakukan
guna meminimalisasi risiko. Prosedur ini biasanya dianjurkan pada usia 35 hingga 40
tahun, bagi mereka yang sudah memutuskan untuk tidak memiliki keturunan lagi.

Anda mungkin juga menyukai