Anda di halaman 1dari 26

HEPATITIS

A. Definisi Hepatitis

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan

serta bahan-bahan kimia. (Hadi, 1999). Hepatitis adalah keadaan

radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol

(Tambayong, 2000;145).

Penyakit hepatitis akut merupakan penyakit infeksi akut dengan gejala

utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada sel-sel hati (Kapita

Selekta Kedokteran,2005). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh

virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer,

2001). Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin

seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Royyan, 2002).

Hepatitis merupakan proses penyakit hepar yang mengenai parenkim, sel-

sel kuffer, duktus empedu dan pembuluh darah.hepatitis merupakan suatu

penyakit infeksi atau peradangan yang terjadi pada sel-sel hati atau hepatosit

yang disebabkan oleh virus hepatitis.

B. Etiologi

Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan

oleh virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai berikut.

1. Virus hepatitis A (HAV)

2. Virus hepatitis B (HBV)

3. Virus hepatitis C (HCV)

1
4. Virus hepatitis D (HDV)

5. Virus hepatitis E (HEV)

Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling

dikenal adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah

tersebut lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan

hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental

dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat

disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap

reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga

bersifat idiopatik (Hincliff, 2000: 205).

C. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh

infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan

kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena

memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada

hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah

normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel

hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari

tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang

sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis

sembuh dengan fungsi hepar normal (Wijaya & Putri, 2013: 207).

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan

suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan

2
tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan

adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati (Wijaya & Putri, 2013: 207).

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah

billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap

normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu

intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam

hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya

billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi

retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu

belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah

mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini

terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan

eksresi bilirubin (Wijaya & Putri, 2013: 207).

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat

(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat

dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih

berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai

peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan

gatal-gatal pada ikterus (Wijaya & Putri, 2013: 207).

3
Skema 2.1 Patofisiologi Hepatitis (Askepterkini.co.id)

D. Manifestasi Klinik

Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.

Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi

dari masing – masing stadium adalah sebagai berikut.

1. Fase Inkubasi

Fase Inkubasi merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan

saat timbulnya gejala atau iktrus.

4
2. Fase Prodromal (pra ikterik)

Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan gejala

timbulnya ikterus.

a. Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia,  atralgia mudah

lelah, gejala saluran nafas  dananoreksi.

b. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas

atau epigastrikum

3. Fase ikterus

Muncul setelah 5-10 jam, tetapi dapat juga muncul bersamaan

dengan munculnya gejala.

4. Fase Konvalesen (penyembuhan)

Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain tetapi

hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.

a. Ditandai dengan :

1) Munculnya perasaan lebih sehat

2) Kembalinya napsu makan

3) Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu

b. Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih

c. sulit ditangani hanya < 1% yang menjadi fulminan (menyeluruh)

(Wijaya & Putri, 2013: 208).

E. Penatalaksanaan Medis

1. Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-

2 bulan.

5
2. Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.

3. Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat

akan di metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.

4. Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah

sakit.

5. Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk

memantau keadaan penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi

maka penderita dirujuk untuk menentukan apakah perjalanan penyakit

mengarah ke hepatitis kronik.

6. Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan

bagi orang-orang yang mengandung resiko terinfeksi.

7. Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.

(Carpenito, 2009)

F. Asuhan Keperawatan Hepatitis

Menurut Wijaya & Mariza (2013) konsep pengkajian pada pada pasien

hepatitis adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian

a. Biodata pasien

Meliputi : Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia, Alamat, Agama,

Pekerjaan, Pendidikan.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

6
Pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan  nyeri perut kanan

atas.

2) Riwayat penyakit sekarang

Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,

demam, nyeri perut kanan atas

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang

pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami

termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit.

4) Riwayat penyakit keluarga

Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit

menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Review Of Sistem (ROS)

1) Kedaan umum :

Kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,

konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C.

2) Sistem respirasi :

Frekuensi nafas normal (16-20kali/menit), dada simetris, ada

tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung,

tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.

3) Sistem kardiovaskuler :

7
TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran

jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.

4) Sistem urogenital :

Urine berwarna gelap

5) Sistem musculoskeletal :

Kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia).

6) Abdomen :

Inspeksi : abdomen ada benjolan

Auskultasi : Bising usus positif pada benjolan

Palpasi : pada hepar teraba keras

Perkusi : hipertimpani

b. Pengkajian fungsional Gordon

1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika

ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan

kesehatan terdekat.

2) Pola nutrisi dan metabolik

a) Makan  : Tidak nafsu makan, porsi makan  tidak habis, habis 3

sendok  disebabkan Mual muntah .

b) Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500 cc

3) Pola eliminasi

a) BAK : urine warna gelap, encer seperti teh

b) BAB : Diare feses warna tanah liat

8
4) Pola aktivitas dan latihan

Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena

pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah, malaise dan

membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya.

5) Pola istirahat tidur

Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri

pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.

6) Pola persepsi sensori dan kognitif

Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera

berobat.

7) Pola hubungan dengan orang lain

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi

akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk

istirahat.

8) Pola reproduksi / seksual

Pola hidup / perilaku meningkatkan risiko homoseksual aktif /

biseksual pada wanita).

9) Pola persepsi diri dan konsep diri

Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit

seperti ini lagi.

10) Pola mekanisme koping

9
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi

perutnya dan meringis kesakitan.

11) Pola nilai kepercayaan / keyakinan

Pasien beragama Islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap

ini merupakan cobaan dari Allah SWT.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)

Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik

kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim

intra seluler yang terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet,

terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati.

b. Darah Lengkap (DL)

SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan

enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.

c. Leukopenia

Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)

d. Diferensia Darah Lengkap

Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.

e. Alkali phosfatase

Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)

f. Feses

Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

10
g. Albumin Serum

Menurunnya albumin serum, hal ini disebabkan karena sebagian besar

protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun

pada berbagai gangguan hati.

h. Gula Darah

Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).

i. Anti HAVIgM

Positif pada tipe A

j. HbsAG

Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)

k. Masa Protrombin

Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati

atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk

sintesis protombin.

l. Bilirubin serum

Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk,

mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)

m. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)

Kadar darah meningkat. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan

dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini

menyebabkan kenaikan retensi BSP.

n. Biopsi Hati

Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis

11
o. Skan Hati

Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.

p. Urinalisa

Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan

hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut

dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

Analisa Data

Menurut Reeves et,al (2001) data yang dapat di kalsifikasikan pada pasien

hepatitis adalah sebagi berikut:

No Data Etiologi Masalah


`1  Data Subjektif :
Pembengkakan hepar Gangguan rasa
Pasien mengatakan bahwa
nyaman
nyeri pada daerah perut kanan
(Nyeri)
atas

 Data Objektif :

Nyeri pada saat ditekan

Seperti ditusuk tusuk

Nyeri pada kuadran kanan atas

Skala :  6-8.

2  Data Subjektif :
Pasien mengatakan mual Anoreksia Nutrisi kurang
tidak nafsu makan. dari kebutuhan
klien tampak lemah dan
lemas, porsi makan tidak

12
habis hanya habis 3 sendok
 Data Objektif :

BB turun

Hb < 12

Konjungtiva anemis

Diet makan tinggi serat dan


protein

3  Data Subjektif :  
 Penurunan kekuatan / Intoleransi
Pasien mengatakan bahwa dia
ketahanan tubuh Aktivitas
malas untuk beraktivitas

 Data Objektif : 

Tonus Otot   4   4

4   4

Aktivitas sehari hari


memerlukan bantuan

Pasien nampak terkulai


lemas di atas tempat tidur

 Data Subjektif :

Pasien mengatakan Gatal sekunder Resiko tinggi


bahwa tubuhnya gatal –gatal dengan akumulasi terhadap
garam empedu pada kerusakan
 Data Objektif : 
jaringan integritas kulit
Tanda garukan pada kulit

5  Data Subjektif:
Mual – muntah Resiko tinggi
Pasien mengatakan bahwa
kekurangan
sering muntah

13
 Data Objektif : volume cairan

pasien muntah 1x/ lebih sehari

Turgor Kulit kembali > 2


Detik

Mukosa Bibir Kering

Mata Cowong

Konjungtiva Anemis
6  Data Subjektif : infasi agen dalam Hipertermi
sirkulasi darah
Pasien mengatakan tubuhnya
sekunder terhadap
panas
inflamasi hepar
 Data Objektif : 
suhu tubuh pasien 38,50 C

4. Diagnosa Keperawatan

Menurut Carpenito (2009) diagnosa keperawatan pada penderita hepatitis

adalah:

a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan

hepar.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.

c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan /

ketahanan tubuh.

d. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

Gatal sekunder dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.

e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

mual – muntah.

14
f. Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah

sekunder terhadap inflamasi hepar.

5. Intervensi Keperawatan

Menurut Reeves et,al (2001) intervensi pada pasien hepatitis adalah

sebagai berikut:

a. Diagnosa Keperawatan Pertama : Gangguan rasa nyaman (Nyeri)

berhubungan dengan pembengkakan hepar.

b. Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24

diharapkan pasien nyeri hilang, dengan

c. Kriteria Hasil :

1) TTV normal : (TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt,

N : 60-100 x/mnt, S : 36,5 - 37,50.C ).

2) Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

3) Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan

distraksi.

4) Skala nyeri 0-3                            

5) Wajah  pasien rileks

Intervensi Rasional
Kolaborasi dengan individu untuk Nyeri yang berhubungan dengan
menentukan metode yang dapat hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
digunakan untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi

15
nyeri.
Untuk mengetahui keadaan umum
 Observasi TTV
klien
klienlah yang harus mencoba
Tunjukkan pada klien penerimaan
meyakinkan pemberi pelayanan
tentang respon klien terhadap nyeri
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri.
.klien yang disiapkan untuk
B berikan informasi akurat dan mengalami nyeri melalui penjelasan
a)    Jelaskan penyebab nyeri nyeri yang sesungguhnya akan
b)    Tunjukkan berapa lama nyeri dirasakan (cenderung lebih tenang
akan berakhir, bila diketahui dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan)
Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi  mengurangi nyeri.

a. Diagnosa Keperawatan Kedua : Nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan Anoreksia

b. Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien

terpenuhi, dengan

c. Kriteria Hasil :

1) Nafsu makan pasien  meningkat

2) Porsi makan habis

3) Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas

makan

4) Pasien tidak lemas

5) BB naik

16
INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :
Makan banyak sulit untuk mengatur
Awasi pemasukan diet / jumlah
bila pasien anoreksi. Anoreksi juga
kalori. Berikan makan sedikit dalam
paling buruk selama siang hari,
frekuensi sering dan tawarkan makan
membuat masukan makanan yang
pagi paling besar
sulit pada sore hari
Berikan perawatan mulut sebelum Menghilangkan rasa tak enak dapat
makan meningkatkan nafsu makan
Menurunkan rasa penuh pada
Anjurkan makan pada posisi duduk
abdomen dan dapat meningkatkan
tegak
nafsu makan
Dorong pemasukan sari jeruk, Bahan ini merupakan ekstra kalori
minuman karbonat dan permen berat dan dapat lebih mudah dicerna /
sepanjang hari toleran bila makanan lain ini

Berguna dalam membuat program


Kolaborasi : diet untuk memenuhi kebutuhan
Konsul pada ahli gizi, dukung tim individu. Metabolisme lemak
nutrisi untuk memberikan diet sesuai bervariasi tergantung pada produksi
kebutuhan pasien, dengan masukan dan pengeluaran empedu dan
lemak dan protein sesuai toleransi perlunya masukan normal atau lebih
protein akan membantu regenerasi
hati
Diberikan ½ jam sebelum makan,
Berikan obat sesuai indikasi :
dapat menurunkan mual dan
Antiematik, contoh metalopramide
meningkatkan toleransi pada
(Reglan) ; trimetobenzamid (Tigan)
makanan.

17
a. Diagnosa Keperawatan Ketiga : intoeransi Aktivitas berhubungan

dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.

b. Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam

pasien diharapkan mampu beraktivitas dengan baik, dengan

c. Kriteria Hasil :

1) Tonus otot 5  5

2) Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri

3) Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

INTERVENSI RASIONAL
Meningkatkan istirahat dan
ketenangan. Menyediakan energi
Mandiri :
yang digunakan untuk penyembuhan.
Tingkatkan tirah baring / duduk.
Aktivitas dan posisi duduk tegak
Berikan lingkungan tenang; batasi
diyakini menurunkan aliran darah ke
pengunjung sesuai keperluan
kaki, yang mencegah sirkulasi
optimal ke sel hati
Meningkatkan fungsi pernafasan dan
Ubah posisi dengan sering. Berikan meminimalkan tekanan pada area
perawatan kulit yang baik tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan
Lakukan tugas dengan cepat dan Memungkinkan periode tambahan
sesuai toleransi istirahat tanpa gangguan
Tirah baring lama dapat menurunkan
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,
kemampuan. Ini dapat terjadi karena
bantu melakukan latihan rentang
keterbatasan aktivitas yang
gerak sendi pasif / aktif
mengganggu periode istirahat.
5.   Dorong penggunaan teknik Membantu dalam manajemen contoh
manajemen stres, contoh relaksasi relaksasi progresif, visualisasi,

18
progresif, visualisasi, bimbingan
imajinasi, berikan aktivitas hiburan bimbingan imajinasi, berikan
yang tepat, contoh menonton TV, aktivitas hiburan.
radio, membaca
Menunjukkan kurangnya resolusi /
6.   Awasi terulangnya anoreksia dan eksaserbasi penyakit, memerlukan
nyeri tekan pembesaran hati istirahat lanjut, mengganti program
terapi
Kolaborasi :
Berikan antidot atau bantu dalam Membuang agen penyebab pada
prosedur sesuai indikasi (contoh hepatitis toksik dapat membatasi
lavase, katarsis, hiperventilasi) derajat kerusakan jaringan
tergantung pada pemajanan
Membantu dalam manajemen
kebutuhan tidur. Catatan :
Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, penggunaan berbiturat dan
agen antiansietas, contoh diazepam tranquilizer seperti Compazine dan
(Valium); lorazepam (Ativan) Thorazine, dikontraindikasikan
sehubungan dengan efek
hepatotoksik
Membantu menentukan kadar
aktivitas tepat, sebagai peningkatan
Awasi kadar enzim hati
prematur pada potensial risiko
berulang

a. Diagnosa Keperawatan Keempat : Resiko Tinggi terhadap kerusakan

integritas kulit berhubungan dengan gatal sekunder dengan akumulasi

garam empedu pada jaringan.

19
b. Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan gatal pada pasien hilang.

c. Kriteria Hasil :

1) Pasien merasa nyaman

2) Tubuh pasien tidak gatal lagi

3) Tubuh pasien tidak lecet

Intervensi Rasional
          Mulai tindakan kenyamanan :
          Mandi pancuran dingin
          Gosokan punggung
          Air hangat Tindakan ini meningkatkan istirahat.
-    Aktivitas hiburan rendah Istirahat menurunkan kebutuhan
(membaca, menonton TV, energi yang menghasilkan tegangan
permainan papan) pada hepar.
-     Kompres dingin pada dahi untuk
sakit kepala
-    Lingkungan tenang
Untuk mengatasi demam. Demam
berhubungan dengan peningkatan
Berikan antipiretik yang diresepkan kehangatan dan berkeringat saat
dan evaluasi keefektifan demam membaik. Hangat disertai
dengan lembab meningkatkan rasa
gatal.
Pertahankan linen dan pakaian Pakaian basah dari berkeringat
kering adalah sumber ketidaknyamanan
Dorong kunjungan dari keluarga dan Isolasi dapat menyebabkan
teman kebosanan yang mencetuskan depresi

20
dan meningkatkan ketidaknyamanan
Suhu dingin membatasi vasodilatasi
jadi menurunkan pengeluaran garam
Mulai tindakan untuk menghilangkan empedu ke permukaan kulit. Soda
puritus : kue dan sagu membantu menetralkan
          Berikan mandi pancuran dingin asam pada permukaan kulit. Sabun
-     Gunakan soda kue atau tepung alkalin mempunyai efek
sagu pada air mengeringkan, yang meningkatkan
          Hindari sabun alkalin rasa gatal. Losion Caladryl
          Berikan losin Caladryl mengandung antihistamin, benadryl
          Gunakan pakaian yang longgar yang juga menetralkan keasaman
-   Pertahankan suhu kamar dingin permukaan kulit, dan menekan ujung
saraf sensori yang mencetuskan
sensasi gatal
Pertahankan kuku pasien terpotong
pendek. Instruksikan pasien
menggunakan bantalan jari untuk
Untuk menurunkan resiko kerusakan
menggaruk kulit atau menggunakan
kulit bila buruk
ujung jari untuk menekan pada kulit
bila sangat perlu menggaruk.

a. Diagnosa Keperawatan Kelima  :  Resiko tinggi terhadap kekurangan

volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.

b. Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume

cairan pasien terpenuhi, dengan

c. Kriteria Hasil :

1) TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 kali

permenit, N : 60-100 x/mnt, S : 36,5- 37,50.C ).

21
2) Turgor Kulit  kembali < 2 Detik

3) Mukosa Bibir lembab

4) Mata tidak Cowong

5) Konjungtiva tidak Anemis

6) Muntah tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Awasi masukan dan haluaran,
Memberikan informasi tentang
bandingkan dengan berat badan
kebutuhan penggantian / efek terapi.
harian. Catat kehilangan melalui
usus, contoh muntah dan diare
Kaji tanda vital, nadi periver,
pengisian kapiler, turgor kulit, dan Indikator volume sirkulasi  / perfusi
membran mukosa
Periksa asites atau pembentukan
Menurunkan kemungkinan
edema. Ukur lingkar abdomen sesuai
perdarahan kedalam jaringan
indikasi
Biarkan pasien menggunakan lap
Menghindari trauma dan perdarahan
katun / spon dan pembersih mulut
gusi
untuk sikat gigi
5.   Kadar protombin menurun dan
Observasi tanda perdarahan, contoh
waktu koagulasi memanjang bila
hematuria / melena, ekimosis,
absorbsi vitamin K terganggu pada
perdarahan terus menerus dari gusi /
traktus GI dan sintesis protrombin
bekas injeksi
menurun karena mempengaruhi hati
Kolaborasi : Menunjukkan hidrasi dan
Awasi nilai laboratorium, contoh mengidentifikasi retensi natrium /
Hb/Ht, Na+ albumin, dan waktu kadar protein yang dapat

22
menimbulkan pembekuan edema.
pembekuan Defisit pada pembekuan potensial
beresiko perdarahan
Berikan cairan IV (biasanya Memberikan cairan dan penggantian
glukosa), elektrolit elektrolit

a. Diagnosa Keperawatan Keenam : Hipetermi berhubungan dengan

infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar

b. Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien

kembali normal, dengan

c. Kriteria Hasil :

1) Klien tidak mengeluh panas

2) Suhu tubuh  Normal 36,50 – 37,50C

3) Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan

kompres hangat.

Intervensi Rasional
1.   Kaji adanya keluahan tanda - tanda Sebagai indikator untuk mengetahui
peningkatan suhu tubuh status hypertermi

Menghambat pusat simpatis di


hipotalamus sehingga terjadi
2.  Berikan kompres hangat pada
vasodilatasi kulit dengan merangsang
lipatan ketiak dan femur
kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan
3. Berikan HE kepada keluarga Keluarga mampu
pasien tentang pemberian melakukan kompres kepada pasien
kompres yang benar secara mandiri

23
Kondisi kulit yang mengalami
lembab memicu timbulnya
4. Anjurkan klien untuk memakai
pertumbuhan jamur. Juga akan
pakaian yang menyerap keringat
mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit

6. Implementasi

Menurut Reeves et,al (2001) Implementasi yang dapat dilakukan pada pasien

hepatitis sebagai berikut.

a. Mengkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat

digunakan untuk intensitas nyeri serta mengukur itensitas nyeri.

b. Mengawasi pemasukan jumlah kalori dan memberikan makan sedikit

dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.

c. Melakukan tirah baring pada pasien serta memberikan lingkungan tenang;

batasi pengunjung sesuai keperluan.

d. Memberikan tindakan kenyamanan bagi pasien dan memberikan

antipiretik yang diresepkan dan mengevaluasi keefektifannya

e. Mengkaji tanda vital, nadi periver, pengisian kapiler, turgor kulit, dan

membran mukosa.

f. Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.

Menurut Marilynn E.Doenges 2000 : hal 532 – 542 implementasi dari

penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :

a. Mengkaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan prognosis,

kemungkinan pilahan pengobatan.

24
b. Memberi informasi khusus tentang pencegahan dan penularan penyakit.

c. Merencanakan memulai aktivitas sesuai tolerasnsi dengan periode istirahat

adekuat.

d. Membantu klien mengidentivikasi aktivitas pengalih.

e. Mendorong keseimbangan diet seimbang.

7. Evaluasi

Menurut Marilynn E.Doenges(2000) evaluasi adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.

b. Mengidentivikasi hubungan tanda / gejala penyakit dan hubungan gejala

dengan faktor penyebab.

c. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan. 

d. Klien akan menunjukkan perbaikan toleransi aktivitas.

e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, menunjukkan peningkatan berat badan,

bebas tanda malnutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


EGC, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep


Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Reeves, Charlene, et al, Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono,
Edisi I, jakarta, Salemba Medika.

25
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.

Dokumen.tip.com. Asuhan Keperawatan Hepatitis. Diakses tanggal 21 September


2016

26

Anda mungkin juga menyukai