Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1
BAYI SESAK
MODUL 7.1
KEGAWATDARURATAN MEDIK

Pengampu : dr. Ahmad Muhyi

Disusun Oleh :

Nama : Dina Fulaisifa

NIM : 179010026

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2020

i
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul............................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................. iii

Skenario 1 ......................................................................................... 1

Step I : Mengidentifikasi Istilah Asing........................................... 2

Step II : Mengidentifikasi Masalah................................................. 3

Step III : Menganalisis Masalah ..................................................... 4

Step IV : Peta Konsep..................................................................... 5

Step V : Learning Objective .......................................................... 6

Step VI : Belajar Mandiri.................................................................. 7

Step VII : Kesimpulan....................................................................... 25

Dalil.................................................................................................... 26

Daftar Pustaka................................................................................... 27

ii
SKENARIO 1

BAYI SESAK

Seorang bayi baru lahir dari ibu G2P1A0 secara sectio caesaria/SC
atas indikasi bekas SC, Umur Kehamilan 36 minggu. Selama hamil ibu
tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Saat lahir bayi tidak menangis,
BBL 2.900 gram, PBL 50 cm. Bayi dirawat gabung dengan ibu.

Setelah 2 jam setelah lahir bayi mulai merintih dan tampak sesak,
pernapasan cuping hidung dan tampak retraksi interkostal, bibir dan
tangan bayi tampak membiru.

1
STEP I

MENGIDENTIFIKASI ISTILAH ASING

1. Sectio caesarea adalah sebuah tindakan persalinan dengan


metode insisi segmen bawah uterus.

2. Pernafasan cuping hidung adalah pernafasan yang dilakukan


dengan gerakan kembang kempisnya cuping hidung saat inspirasi

3. Retraksi interkostal adalah cekungan atau tarikan otot sela iga


ketika seseorang melakukan inspirasi oleh karena sesak

2
STEP II

RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa bibir dan tangan bayi tampak membiru ?

2. Mengapa bayi saat dilahirkan tidak menangis spontan ?

3. Apakah ada hubungannya bayi yang tidak menangis dengan


indikasi sectio caesaria ?

4. Mengapa bayi mulai merintih dan tampak sesak ?

5. Mengapa bayi tampak adanya retraksi interkostal?

6. Apakah BBL dan PBL pada skenario sesuai dengan range normal ?

7. Mengapa 2 jam setelah dilahirkan bayi baru merintih dan tampak


membiru ?

3
STEP III

MENGANALISIS MASALAH

1. Bibir dan tangan bayi tampak membiru disebabkan karena


gangguan pernafasan yang mengakibatkan hipoperfusi jaringan
sehingga muncul manifestasi bibir dan tangan bayi membiru .

2. Bayi saat dilahirkan tidak menangis spontan kemungkinan


disebabkan karena saluran pernafasan yang kolaps sehingga
oksigen tidak masuk secara sempurna

3. Hubungannya bayi yang tidak menangis dengan indikasi sectio


caesaria tidak ada karena ketidak mampuan bayi menangis setelah
lahir diakibatkan oleh gangguan saluran pernafasan

4. Bayi mulai merintih dan tampak sesak diakibatkan karena suplai


oksigen tidak adekuat

5. Bayi tampak adanya retraksi interkostal karena usaha untuk


bernafas sehngga tertariknya otot-otot interkostal

6. BBL dan PBL pada skenario sudah sesuai dengan range normal

7. Mengapa 2 jam setelah dilahirkan bayi baru merintih dan tampak


membiru karena gangguan pernafasan yang mengakibatkan
hipoperfusi jaringan sehingga muncul manifestasi bibir dan tangan
bayi membiru

4
STEP IV

PETA KONSEP

5
STEP V

LEARNING OBJECTIVE

1. Memahami dan menjelaskan Definisi dan etiologi gawat napas


pada neonatus

2. Memahami dan menjelaskan Klasifikasi gawat napas pada


neonatus

3. Memahami dan menjelaskan Faktor Risiko gawat napas pada


neonatus

4. Memahami dan menjelaskan Patofisiologi gawat napas pada


neonatus

5. Memahami dan menjelaskan Manifestasi Klinis gawat napas


pada neonatus

6. Memahami dan menjelaskan Penegakan diagnosa gawat napas


pada neonatus

7. Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan gawat napas


pada neonatus

8. Memahami dan menjelaskan Komplikasi gawat napas pada


neonatus

9. Memahami dan menjelaskan Prognosis, Pencegahan edukasi


gawat napas pada neonatus

6
STEP 6

SELF STUDY

LEARNING OBJECTIVE 1

A. DEFINISI GAWAT NAFAS PADA NEONATUS

Kegawatan nafas pada neonatus merupakan masalah yang dapat


menyebabkan henti nafas bahkan kematian , sehingga dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir.

B. ETIOLOGI GAWAT NAFAS PADA NEONATUS

1) Ketidakmanipuan pare untuk mengembang dan alveoli terbuka.


2) Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang
dan pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfak-tan untuk
menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi
udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih
beltun berkembang menyebabkan days berkembang pare
kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
3) Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang
tertangkap dalamproteinaceousfiltrat senon (saringan serum
protein). di fagosit
4) Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
5) Adanya kelainan di dalam dan di luar pant. Kelainan dalam pam
yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks!
pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMEI).
6) Bayi prematur atau kurang Whs. Diakibatkan oleh kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfalctan ini dimulai sejak
kehamilan minggu ke-22, semakin muda usia kehamilan, maka
semakin besar pula kemtuagkinan terjadi RDS.

LEARNING OBJECTIVE 2

7
KLASIFIKASI dan DIAGNOSA BANDING GAWAT NAFAS PADA
NEONATUS
Diagnosa Banding Keterangan
RDS (Respiratory Distress Gangguan respirasi yang ditemukan
Syndrome) pada bayi prematur akibat
kurangnya surfaktan sehingga
mengakibatkan kolapsnya alveoli
TTN (Transient Tachypnea of the Suatu penyakit ringan pada
Newborn) neonatus yang mendekati cukup
bulan atau neonatus cukup bulan
yang mengalami gawat napas
segera setelah lahir dan hilang
dengan sendirinya dalam waktu 3-5
hari.
MAS (Meconium Aspiration Gawat nafas yang bersifat sekunder
Syndrome) akibat aspirasi meconium oleh fetus
dalam uterus atau oleh neonates
selama proses persalinan.
Air Leak Syndrome Distensi saccus alveolaris atau
saluran napas terminal yang
berlebihan akan menyebabkan
kerusakan integritas saluran napas
yang mengakibatkan penyebaran
udara ke rongga di sekitarnya.
Pneumothorax Kekurangan surfaktan yang relatif pada
bayi yang lahir dengan usia gestasi 32 -
34 minggu menghasilkan paru - paru
yang kurang compliance sehingga
meningkatkan risiko terjadinya
pneumotoraks dan
pneumomediastinum

Tabel 1. Diagnosa banding gawat nafas pada neonatus

8
Tabel 2. Mani

Klasifikasi
a. Gangguan nafas berat
Dikatakan dengan gangguan nafas berat adalah frekuensi
nafas lebih dari 60 x/menit dengan sianosis sentral dan tarikan
dinding dada atau merintih saat ekspirasi.
b. Gangguan nafas sedang
Dikatakan gangguan nafas sedang apabila frekuensi nafas 60-
90 x/menit dengan tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral
c. Gangguan nafas ringan
Dikatakan gangguan nafas ringan adalah frekuensi nafas
60-90 x/menit tanpa tarikan dinding dada tanpa merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral

9
Tabel 3. Klasifikasi gawat nafas pada neonatus
LEARNING OBJECTIVE 3

FAKTOR RISIKO GAWAT NAFAS PADA NEONATUS


1. Bayi lahir dengan premature
Pada sistem pernafasan bayi masih imatur sehingga terjadi
defisiensi surfaktan yang menyebabkan paru bayi tidak mampu
berkembang dan bisa menyebabkan penyakit membran hyalin sebagai
penyebab utama gawat nafas pada bayi.
2. BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah)
Pada bayi dengan berat badan rendah dimungkinkan akan mudah
terjadi asfiksia dan hipotermia pada bayi dan akan mengganggu untuk
kestabilan pematangan organ.
3. Bayi dengan Asfiksia
Bayi dengan derajat asfiksia sedang berat menjadi resiko
terjadinya kegawatan nafas pada neonatus karena pada asfiksia sedang
berat terjadi ganggan pertukaran gas yang menyebabkan asidosis
respiratorik dan kegawatan nafas pada neonates.
4. Ibu hamil dengan Hipertensi
Ibu hamil dengan hipertensi dan menjadi pre eklamsi menyebabkan
vasospame pada pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi tidak
baik dan mengganggu sirkulasi darah termasuk sirkulasi uteroplasenta,
sehingga perfusi ke janin berkurang dan menjadikan berisiko pada janin
yaitu gawat nafas
5. Kehamilan multipel : gemeli
Faktor risiko ini mengacu pada teori persalinan salah satunya yaitu
teori distensi abdomen, kapasitas elstiasitas uterus atau abdomen lebih
rendah pada saat menampung jumlah janin 2 atau lebih sehingga
sebagian besar bayi lahir kembar atau gemeli lahir dalam sia 28 - 32
minggu yang ini menyenbabakn bayi premature.

10
LEARNING OBJECTIVE 4
PATOFISIOLOGI GAWAT NAFAS PADA NEONATUS

Gambar 1. Bagan Patofisiologi gawat nafas neonatus

11
LEARNING OBJECTIVE 5
MANIFESTASI KLINIS GAWAT NAFAS PADA NEONATUS
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli,
edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum
protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.Gejala
klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas pada bayi prematur segera
setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan
cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada,dan sianosis, dan gejala
menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.

Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium


RDS yaitu :

Stadium 1. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit


bronchogram udara,

Stadium 2. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru


dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas
sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi
paru.

Stadium 3. Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua


lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak
terlihat, bronchogram udara lebih luas.

Stadium 4. Seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung


tak dapat dilihat.

Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah :

a. Takipnea diatas 60x/menit


b. Grunting ekspiratoar
c. Subcostal dan interkostal retraksi
d. Cyanosis
e. Nasal flaring

Pada bayi extremely premature ( berat badan lahir sangat rendah)


mungkin dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang

12
tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada
umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam
pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan
membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama.

Derajat beratnya distress nafas dapat dinilai dengan menggunakan


skor Silverman-Anderson dan skor Downes. Skor Silverman-Anderson
lebih sesuai digunakan untuk bayi prematur yang menderita hyaline
membrane disease (HMD), sedangkan skor Downes merupakan sistem
skoring yang lebih komprehensif dan dapat digunakan pada semua usia
kehamilan. Penilaian dengan sistem skoring ini sebaiknya dilakukan tiap
setengah jam untuk menilai progresivitasnya.

Tabel 4. Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes


Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi napas < 60 /menit 60-80 /menit > 80/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan 02 walaupun diberi O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Skor > 6 : Ancaman gagal nafas

Score 10 = Severe
respiratory distress
Score ≥ 7 =
Impending respiratory
failure
Score 0 = No
respiratory distress

Gambar 2. Evaluasi gawat nafas dengan skor silverman- anderson

13
TAKIPNEA BAYI BARU LAHIR SEMENTARA

Takipnea sementara, kadang-kadang disebut sindrom kegawatan


pernapasan tipe II, biasanya terjadi pada bayi preterm atau bayi cukup
bulan pasca persalinan pervaginam atau operasi sesar. Takipnea ini
mungkin hanya ditandai dengan takipnea yang bermula pada saat dini,
kadang dengan retraksi, atau mendengkur saat ekspirasi dan kadang
sianosis yang disembuhkan dengan oksigen minimal. Penderita biasanya
sembuh dengan cepat dalam 3 hari walaupun mreka mungkin jarang
tampak menderita sakitberat dan mempunyai perjalanan lebih lama. Paru
biasanya bersih tanpa ronki halus atau ronki, dan rontgen dada
menunjukkan corak vaskular paru yang jelas,garis cairan fisura, aerasi
berlebihan, diafragma datar, dan kadang ada cairan pleura. Tidak lazim
ada hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. Untuk membedakan penyakit
ini dari penyakit membran hialin mungkin amat sukar; tanda-tanda khusus
takipnea sementara merupakan penyembuhan bayi mendadak dan tidak
ada gambaran retikulogranular rontgen pada bronkografi udara. Para ahli
percaya bahwa sindrom ini merupakan akibat dari labatnya absorpsi
cairan paru janin sehingga mengakibatkan penurunan kelenturan paru dan
volume tidal, serta bertambahnya ruang mati dead space.

LEARNING OBJECTIVE 6
PENEGAKAN DIAGNOSA GAWAT NAFAS PADA NEONATUS
 Anamnesa
KU: saat lahir bayi tidak menangis
RPS:
• Saat lahir bayi tidak menangis, BBL 2900 gram, PBL 50
cm
• Setelah 2 jam Bayi merintih dan tampak sesak,
pernapasan cuping hidung dan retraksi intercostal, bibir
dan tangan tampak membiru.
RPD:
Riwayat Persalinan:

• G2P1A0 (Hamil 2 kali, Persalinan 1 kali, Abortus tidak


ada)
• Sectio Caesarea
• Umur kehamilan 36 minggu

14
 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara melakukan


pemeriksaan secara head to toe. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai
gejala klinik gangguan napas, berupa:

• Sianosis
• Merintih atau grunting tetapi warna kulit masih kemerahan,
merupakan gejala yang menonjol
• Retraksi intercostal
• Tanda obstruksi saluran napas mulai dari hidung: atresis
koanae, ditandai dengan kesulitan memasukkan pipa
nasogastrik melalui hidung
• Air ketuban bercampur meconium atau pewarnaan hijau
kekuningan pada tali pusat
• Abdomen mengempis (scaphoid abdomen).
• APGAR SCORE

 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan gas darah
Hasil analisis gas darah menunjukkan asidosis respiratorik dan
asidosis metabolik dengan hipoksia. Asidosis respiratorik terjadi karena
atelektasis dari alveoli dan atau overdistensi dari bronkiolus (terminal
airways). Asidosis metabolik yang terjadi pada HMD dawali dengan
asidosis laktat sebagai akibat dari menurunnya perfusi ke jaringan
sehingga tubuh menggunakan jalur anaerob untuk metabolisme. Hipoksia
pada HMD ini terjadi dari shunting right to the left melalui pembuluh dari

15
pulmonal, patent ductus artreriosus (PDA), dan atau foramen ovale tidak
menutup.
Pulse Oximetry
Pulse Oximetry adalah tindakan non-invansif yang digunakan
untuk memantau saturasi oksigen dalam darah, dimana saturasi
dipertahankan pada nilai 90 - 95 %. Akan tetapi alat ini tidak dapat
mendeteksi terjadinya hiperoksia. Pada metode konvensional digunakan
metode monitoring in-line arterial PaO 2 dan monitoring transkutaneus.
Monitoring transkutaneus CO2 seharusnya dgunakan pada infant dengan
HMD untuk memonitor ventilasi yang berhubungan dengan PaCO 2.
Gambaran radiologis
Diagnosis yang tepat dengan pemeriksaan foto Rontgen toraks.
Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit
membran hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika, dan lain –
lain.
a. Foto toraks posisi AP dan lateral, bila diperlukan serial
Gambaran radiologis memberi gambaran penyakit membran hialin.
Gambaran yang khas berupa pola retikulogranular, yang disebut dengan
ground glass appearance, disertai dengan gambaran bronkus di bagian
perifer paru (air bronchogram)( Miall.L,2011)
Terdapat 4 stadium:
 Stadium 1: pola retikulogranular (ground glass appearance)
 Stadium 2: stadium 1 + air bronchogram
 Stadium 3: stadium 2 + batas jantung - paru kabur
 Stadium 4: stadium 3 + white lung appearance

16
dengan granular Gambar.4. HMD dengan granular
a kedua paru appearance dan air broncogram

Gambar 5HMD dengan gambaran


batas jantung - paru kabur (kiri) Gambar.6. white lung appearance
(kanan)

Gambar.8. HMD pada bayi yang


Gambar.7. HMD pada bayi premature Uji Kematangan
sudah paru
mendapat terapi surfaktan.
Tampak gambaran gelembung
Tes yang dipercaya saat ini untuk menilai kematangan paru janin udara
pada lobus atas
adalah Tes Kematangan Paru yang biasanya dilakukan pada bayi
prematur yang mengancam jiwa untuk mencegah terjadinya Neonatal
Respiratory Distress Syndrome (RDS).( Nur. A,2006).
17
Tes tersebut diklasifikasikan menjadi:
Tes biokimia (Rasio lecithin - sphingomyelin)
Paru - paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah
fosfolipid dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan,
sebagai tolok ukur kematangan paru, dengan cara menghitung rasio
lesitin dibandingkan sfingomielin dari cairan amnion.

LEARNING OBJECTIVE 7

MANAGEMENT dan TATALAKSANA GAWAT NAFAS PADA


NEONATUS

Gambar 9. Algoritma tatalaksana gawat nafas neonatus

18
Dasar tindakan ialah mempertahankan bayi dalam suasana
fisiologis agar bayi mampu melanjutkan perkembangan paru dan organ
lain sehingga dapat mengadakan adaptasi sendiri terhadap sekitarnya.
Tindakan yang perlu dikerjakan ialah:
1. Memberikan lingkungan yang optimal
Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas
normal (36,5 - 370 C) dengan meletakkan bayi di dalam inkubator.
Humiditas ruangan juga harus adekuat (70 - 80%). Semua usaha
meresusitasi bayi haruslah dengan langkah mencegah terjadinya
hipotermia untuk meningkatkan angka kehiudpan. Selain radiant
warmer, menyelubungi bayi dengan plastik polietilen dapat
menurunkan insiden hipotermia, terutama pada bayi preterm.
2. Pemberian cairan dan nutrisi
Prinsip: Pada fase akut, harus diberikan melalui intravena. Cairan yang
diberikan harus cukup untuk menghindarkan dehidrasi dan
mempertahankan homeostasis tubuh yang adekuat. Pada hari - hari
pertama diberikan glukosa 5 - 10 % dengan jumlah yang disesuaikan
dengan umur dan berat badan (60 - 125 ml / kgbb / hari). Asidosis
metabolik pada penderita, harus segera diperbaiki dengan pemberian
NaHCO3 secara intravena. Pemeriksaan keseimbangan asam - basa
tubuh harus diperiksa secara teratur agar pemberian NaHCO3 dapat
disesuaikan dengan mempergunakan rumus: kebutuhan NaHCO3
(mEq) = deficit basa x 0,3 x berat badan bayi. Pada pemberian
NaHCO3 ini bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35 -
7,45. Pada asidosis yang berat, penilaian klinis yang teliti harus
dikerjakan untuk menilai apakah basa yang diberikan sudah cukup
adekuat(Gommela, 2004). Bila bayi sudah tidak lagi sesak, minimal
enteral feeding dengan air susu dapat diinisiasikan sesegera mungkin,
dengan jumlah <20ml / kg / hari untuk membantu maturasi dan
meningkatkan fungsi saluran pencernaan bayi, meningkatkan berat
badan bayi dan memperpendek waktu perawatan di rumah sakit.

Analisis gas darah dilakukan berulang untuk manajemen respirasi.


Tekanan parsial O2 diharapkan antara 50 - 70 mmHg. PaCO2 antara
19
45 - 60 mmHg (permissive hypercapnia). pH diharapkan tetap diatas
7,25 dengan saturasi oksigen antara 88 - 92%

3. Pemberian oksigen
Prinsip: Oksigen mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap bayi
yang baru lahir. Pemberian O2 yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
komplikasi yang tidak diinginkan seperti fibrosis paru
(bronchopulmonary dysplasia (BPD)), kerusakan retina (fibroplasi
retrolental / retinopathy of prematurity (ROP)) dan lain - lain.1 Untuk
mencegah timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 sebaiknya diikuti
dengan pemeriksaan saturasi oksigen, sebaiknya diantara 85 - 93%
dan tidak melebihi 95% untuk mengurangi terjadinya ROP dan BPD

Terapi Oksigen sesuai dengan kondisi:

 Nasal kanul atau head box dengan kelembaban dan konsentrasi


yang cukup untuk mempertahankan tekanan oksigen arteri antara
50 - 70 mmHg untuk distres pernafasan ringan(Miall.L,2011).

 Jika PaO2 tidak dapat dipertahankan diatas 50 mmHg pada


konsentrasi oksigen inspirasi 60% atau lebih, penggunaan NCPAP
(Nasal Continuous Positive Airway Pressure)
terindikasi(Markum,2001). NCPAP merupakan metode ventilasi
yang non – invasif(Markum, 1991). Penggunaan NCPAP sedini
mungkin (early NCPAP) untuk stabilisasi bayi dengan berat lahir
sangat rendah (1000 – 1500 gram) di ruang persalinan juga
direkomendasikan untuk mencegah kolaps alveoli.Penggunaan
humidified high flow nasal cannula therapy (HHFNC) sebagai
pengganti NCPAP sedang digalakkan di beberapa negara karena
memiliki keefektivitasan yang sama dengan NCPAP serta dapat
digunakan untuk bayi dengan semua usia gestasi.

Ventilator mekanik
Tujuan penggunaan ventilator adalah untuk memastikan perfusi
pulmonal yang berkesinambungan sehingga menurunkan resiko terjadinya
trauma paru, dan menurunkan work of breathing pasien. Kesulitannya

20
adalah dalam menentukan ventilator yang paling sesuai untuk menangani
gagal nafas neonates.
Ventilator mekanis dibagi menjadi dua, yaitu :
Non invasif
Continuos positive airway pressure (CPAP) adalah memberikan
tekanan yang berkesinambungan pada alveoli sepanjang siklus respirasi,
memastikan alveolar terus inflasi dan mencegahnya dari kolaps, terutama
pada akhir ekspirasi(Steven,2003). Dulu CPAP digunakan melalui selang
endotrakeal, tapi kini CPAP bisa diberikan secara nasal. Keuntungan
dalam penggunaan CPAP adalah menghasilkan pola pernafasan yang
regular, terutama pada bayi preterm.
CPAP terdiri atas tiga komponen, yaitu :
a. Sirkuit yang mensuplai gas inspirasi yang harus dalam keadaan hangat
dan lembap secara terus menerus.
b. Komponen yang menghubungkan komponen pertama dengan jalan
nafas bayi. Yang sering digunakan sekarang adalah selang binasal.
c. Komponen terakhir adalah alat yang menghasilkan tekanan positif.

Gambar 10. Gambaran mekanisme penggunaan CPAP

21
LEARNING OBJECTIVE 8

PROGNOSIS dan KOMPLIKASI GAWAT NAFAS PADA NEONATUS

Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi

1. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara


( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium,
emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba
memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau
bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita
yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan
thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv
seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat
respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular :
perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur
dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi
mekanik.
4. Patent Ductus Arteriosus dengan peningkatan shunting dari kiri
ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama
pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas
oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru, memberatnya penyakit
dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.

Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :

1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru


kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan
masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya
volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan
ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi

22
vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa
gestasi.

2. Retinopathy premature. Kegagalan fungsi neurologi, terjadi


sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi,
adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

PROGNOSIS
Melakukan observasi intensif dan perhatian pada bayi baru lahir
beresiko tinggi dengan segera akan mengurangi morbiditas dan mortalitas
akibat HMD dan penyakit neonatus akut lainnya. Hasil yang baik
bergantung pada kemampuan dan pengalaman personel yang
menangani, unit rumah sakit yang dibentuk khusus, peralatan yang
memadai, dan kurangnya kmplikasi seperti asfiksia fetus atau bayi yang
berat, perdarahan intrakranial, atau malformasi kongenital. Terapi
surfaktan telah mengurangi mortalitas 40 %. Mortalitas dari bayi dengan
berat lahir rendah yang dirujuk ke ICU menurun dengan pasti, 75 % dari
bayi dengan berat kurang lebih 2.500 gr bertahan. Meski 85 – 90 % bayi
yang selamat setelah medapat bantuan respirasi dengan ventilator adalah
normal, penampakan luar lebih baik pada yang berta badannya > 1.500
gr, sekitar 80 % dari yang beratnya

23
LEARNING OBJECTIVE 9

PENCEGAHAN dan EDUKASI GAWAT NAFAS PADA NEONATUS

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada


bayi risiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah
tindakan section caesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis,
melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi
risiko tinggi.

Tindakan yang efektif untuk mencegah RDS adalah:

1. Asuhan antenatal care yang baik untuk memantau perkembangan janin


2. Pemberian terapi steroid antenatal harus diberikan kepada ibu yang
terancam persalinan kurang bulan
3. Diagnosis dini dan pengelolaan yang tepat, terutama pemberian surfaktan
bila memungkinkan
4. Mencegah kelahiran < bulan (premature)
5. Melakukan resusitasi dengan baik dan benar
6. Mencegah tindakan section caesarea yang tidak sesuai dengan indikasi
medis
7. Management yang tepat
8. Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM
9. Optimalisasi kesehatan ibu hamil

24
STEP VII
KESIMPULAN

Berdasarkan gejala klinis pada skenario dapat disimpulkan bahwa bayi


tersebut mengalami respiratory distress syndrome yang ditandai dengan adanya
retraksi intercostal, sianosis, merintih dan pernapasan cuping hidung.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pemeriksaaan radiologi
dada, analisa gas darah dan status metabolik (AGD, Elektrolit, Kadar glukosa
darah). Tatalaksana yang dapat diberikan berupa CPAP, terapi surfaktan dan
antenatal steroid. Untuk mencegah terjadinya keadaan seperti di skenario, dapat
dilakukan penccegahan dari antenatalcare yang pertama yaitu dengan
mengedukasi pasien secara menyeluruh dan pastikan pasien patuh terhadap
edukasi yang diberikan.

25
DALIL SESUAI SKENARIO

AL QUR’AN SURAH AL ANFAL AYAT 28

‫َواعْ لَمُوا َأ َّن َما َأمْ َوالُ ُك ْم َوَأ ْواَل ُد ُك ْم فِ ْت َن ٌة َوَأنَّ هَّللا َ عِ ْندَ هُ َأجْ ٌر َعظِ ي ٌم‬

Artinya : Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Pujiati. Gangguan Napas Pada Bayi Baru Lahir. Bagian Ilmu


Kesehatan Anak. Fk Unissula Semarang. Semarang
2. Firdaus A. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Kegagalan Nafas Pada
Neonatus. Bandung; 2010. h. 5-12
3. Effendi SH, Ambarwati L. Continuous Positive Airway Pressure
(CPAP). Bandung; 2014. h. 1-2
4. Behrman, Kliegman. Arvin. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan
AnakEdisi: 15 Volume 6. Jakarta : EGC. 263.
5. Febriyanti, Firdaus M, Rizky N, dkk. Respiratory Distress
Syndrome. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Surabaya: 2014.
6. Kosim Sholeh, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: 2012. Hal: 145
7. Kanti R, Erwin Santosa. Risiko Gangguan Pernafasan Pada Bayi
dengan Riwayat Kelahiran Prematur.Jurnal Kedokteran
Muhammadiah, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

8. A.L.Baert, M. Knauth, K.Sarter. 2007. Radiological imaging of the


neonatal chest.. Chapter 4: Hyalin membran disease and
complication of its treatment. 67-79.
9. Markum, A.H. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta, hal. 303-306.
10. Steven M Donn and Sunil K Sinha. 2003. Respiratory Care :
Invasive and Noninvasive Neonatal Mechanical Ventilation. Volume
48 Chapter 4, 426-441

27

Anda mungkin juga menyukai