Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN “MEKONIUM ASPIRASI

SINDROM” DI RUANGAN (ALAMANDA)

RSUD BANGIL

Disusun Oleh :

ZAKARIYA ADIB YAHYA

(14201.10.18036)

PROGRAM PROFESI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Kasus
Mekonium Aspirasi Sindrom di Ruang Asoka Rumah Sakit RSUD Bangil telah
di setujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :

RSUD BANGIL, 03 NOVEMBER 2022

Mahasiswa

Zakariya Adib Yahya


NIM 14201.10.18036

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Kepala Ruangan
LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Zakariya Adib Yahya


NIM :14201.10.18036
NO Tanggal Pembimbing Evaluasi/saran paraf
Pengertian
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala
yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium kedalam saluran
pernafasan bayi. Sindroma Aspirasi Mekoniuim terjadi jika janin
menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik
ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah
dilahirkan. Mekonium adalah tinja janin yang pertama. Merupakan
bahan yang kental, lengket dan berwarna hitam kehijauan, mulai bisa
terlihat pada kehamilan 34 minggu.
Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban,
sindroma ini sangat parah. Mekonium yang Terhirup lebih kental
sehingga penyumbatan saluran udara lebih berat.
Etiologi
Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres selama
proses persalinan berlangsung. Bayi seringkali merupakan bayi post-
matur (lebih dari 40 minggu). Selama persalinan berlangsung, bayi
bisa mengalami kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan
meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga
mekonium dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi
bayi di dalam rahim. Cairan ketuban dan mekoniuim becampur
membentuk cairan berwarna hijau dengan kekental yang bervariasi.
Jika selama masih berada di dalam rahim janin bernafas atau jika
bayi menghirup nafasnya yang pertama, maka campuran air ketuban
dan mekonium bisa terhirup ke dalam paru-paru. Mekonium yang
terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada
saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan
gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu, mekonium juga
menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara,
menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. Cairan ketuban yang
berwarna kehijauan disertai kemungkinan terhirupnya cairan ini terjadi
pada 5-10% kelahiran. Sekitar sepertiga bayi yang menderita
sindroma ini memerlukan bantuan alat pernafasan. Aspirasi
mekonium merupakan penyebab utama dari penyakit yang berat dan
kematian pada bayi baru lahir.
Faktor resiko terjadinya sindroma aspirasi mekonium:
 Kehamilan post-matur
 Pre-eklamsi
 Ibu yang menderita diabetes
 Ibu yang menderita hipertensi
 Persalinan yang sulit
 Gawat janin
 Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih
berada dalam rahim).
Patofisiologi
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita
sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres
akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan).
Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus
disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium
ke dalam cairan amnion. Apa yang terjadi bila mekonium terhisap ke
dalam saluran pernafasan? Mekonium tersebut akan menyumbat
(sebagian ataupun seluruh) saluran pernafasan bayi dimana dalam
hal ini akan menjadi berbahaya jika tidak segera ditangani.
Gejala Dan Tanda
Gejalanya berupa:
 Cairan ketuban yang berwarna kehijauan
atau jelas terlihat adanya mekonium di
dalam cairan ketuban
 Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika
mekonium telah dikeluarkan lama sebelum
persalinan)
 Ketika lahir, bayi tampak lemas/lemah
 Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
 Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
 Apneu (henti nafas)
 Tampak tanda-tanda post-maturitas
Komplikasi
1. Displasia bronkopulmoner
2. Pneumotoraks
3. Aspirasi pnemonia
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih
besar untuk menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun
pertama kehidupannya. Tapi sejalan dengan perkembangan usia, ia
bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan demikian, prognosis
jangka panjang tetap baik.
Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita
penyakit paru kronik, bahkan mungkin juga menderita abnormalitas
perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang terjadi, SAM
dapat menimbulkan kematian
Pengobatan
Setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari mulut
bayi. Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan
sebuah selang ke dalam trakeabayi dan dilakukan pengisapan lendir.
Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai di dalam lendir bayi
tidak lagi terdapat mekonium. Jika tidak ada tanda- tanda gawat janin
dan bayinya aktif serta kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli
menganjurkan untuk tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu
dalam karena khawatir akan terjadipneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam
untuk mencuci saluran udara. Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat.
Pengobatan lainnya adalah:
 Fisioterapi dada (menepuk-nepuk dada)
Antibiotik (untuk mengatasi infeksi) Menempatkan bayi di ruang
yang hangat (untuk menjaga suhu tubuh)
 Ventilasi mekanik (untuk menjaga agar paru-paru tetap
mengembang).
Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam waktu 2-4
hari, meskipun takipneu bisa menetap selama beberapa hari. Hipoksia
intra-uterin atau hipoksia akibat komplikasi aspirasi mekonium bisa
menyebabkan kerusakan otak. Aspirasi mekonium jarang
menyebabkan kerusakan paru-paru yang permanen
Penatalaksanaan
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja
bayi akan dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal intensive
care unit [NICU]). Tata laksana yang dilakukan biasanya meliputi :
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikoksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika
diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa
infeksi ventilasi mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan
pada dada dengan maksud untuk melepaskan lendir yang kental.

Pada SAM berat dapat juga dilakukan:


 Pemberian terapi surfaktan.
 Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara
beroksigen tinggi ke dalam paru bayi.
Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat
di dalam ventilator. Penambahan ini berguna untuk melebarkan
pembuluh darah sehingga lebih banyak darah dan oksigen yang
sampai ke paru bayi. Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi
tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan untuk menggunakan
extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Pada terapi ini jantung
dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam
tubuh bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka
Pemeriksaan penunjang
 Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan
diameter antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat
obstruksi dan terdapatnya pneumothorax ( gambaran infiltrat kasar
dan iregular pada paru )
 Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau
respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
Patways
Teori Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat antenatal ibu
2. Status infant saat lahir
 Stress intra uterin
 Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan
 Apgar skor dibawah 5
 Terdapat mekonium pada cairan amnion
 Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen
 Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan per
menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring
 Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium
dalam paru
 Cyanosis
 Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)
3. Pengkajian Behavioral
 Disminished activity
A. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
2. Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan
kemungkinan perawatan jangka panjang
3. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan kalori.
4. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan IWL dari peningkatan
pernafasan
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pneumonia sebagai akibat mekonium pada
paru
6. Resiko tinggi injury karena peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan sistem
saraf pusat yang immature dan respon stress fisiologik
7. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pulmonary neuromuskular,
penurunan energi dan kelelahan
1) RiwayatTumbuh Kembang
a. Perkembangan
b. Pertumbuhan
1) BB lahir : 3050 gr
2) TB lahir : 49 cm
c. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan anaknya belum diimunisasi
d. Riwayat psikososial spiritual
e. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, suhu tubuh : 36,3 0C, nadi : 130x/mnt,
respirasi : 63x/menit, BB : 3050 gram, TB : 49 cm
f. Pemeriksaanfisik
Pemeriksaan fisik head to toe :
1. Kepala
a. Bentuk kepala : Simetris
b. Warna rambut : Hitam
c. Distribusi rambut : sedikit
d. Tidak ada lesi
e. Hygiene : bersih
f. Tidak Ada hematoma
2. Mata
a. Sklera normal
b. Reflek cahaya normal
c. konjungtiva tidak anemis
d. pergerakan bola mata normal
3. Telinga
a. simetris
b. Kebersihan : bersih
c. tes pendengaran : normal
4. Hidung
a. Tidak ada polip
b. Tidak ada nyeri tekan
c. Kebersihan : bersih
d. Tidak ada pernafasan cuping hidung
e. fungsi penciuman tidak dikaji
5. Mulut
a. warna bibir : normal
b. mukosa bibir lembab
c. mukosa bibir normal
d. reflek mengisap kuat
e. reflek menelan normal
6. Dada
a. Paru – paru
b. Inspeksi :Irama nafas teratur, pernapasan dangkal, masih ada penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
c. Jantung
Inspeksi: Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi: -
Auskultasi: -
7. Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, tidak ada lesi
Palpasi: turgor kulit <3 detik
Perkusi: Suara abdomen timpani
Auskultasi: Bising usus (normal 5 x/menit)
8. Ekstremitas
Bentuk simetris
9. Genetalia dan anus
Kelengkapan labia minora, labia mayora, klitoris normal
a. Fungsi BAB : bab 2x warna masih agak kehitaman
b. fungsi BAK : klien menggunakan pampers

Anda mungkin juga menyukai