ASPIRASI MECONIUM
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Dosen Pembimbing:
Maya Amalia, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
Nurizka Tringgani Idzni
102018064
2. Etiologi
Terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang mengandung
mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar (intrauterin) bila terjadi stres /
kegawatan intrauterin. Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial
ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan
gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu, mekonium juga berakibat pada iritasi
dan peradangan pada saluran udara, menyebabkan suatu pneumonia kimiawi.
3. Faktor Resiko
Faktor resiko yang terkait kejadian SAM antara lain adalah kehamilan post-term,
pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi pada ibu, diabetes mellitus pada ibu, bayi kecil masa
kehamilan (KMK), ibu yang perokok berat, penderita penyakit paru kronik, atau penyakit
kardiovaskular.
4. Patofisologi
Keluarnya mekonium intrauterine terjadi akibat dari stimulasi saraf saluran pencernaan
yang sudah matur dan biasanya akibat dari stres hipoksia pada fetus. Fetus yang
mencapai masa matur, saluran gastrointestinalnya juga matur, sehingga stimulasi vagal
dari kepala atau penekanan pusat menyebabkan peristalsis dan relaksasi sfingter ani,
sehingga menyebabkan keluarnya mekonium. Mekonium secara langsung mengubah
cairan amniotik, menurunkan aktivitas anti-bakterial dan setelah itu meningkatkan resiko
infeksi bakteri perinatal. Selain itu, mekonium dapat mengiritasi kulit fetus, kemudian
meningkatkan insiden eritema toksikum. Bagaimanapun, komplikasi yang paling berat
dari keluarnya mekonium dalam uterus adalah aspirasi cairan amnion yang tercemar
mekonium sebelum, selama, maupun setelah kelahiran. Aspirasi cairan amnion mekonial
ini akan menyebabkan hipoksia melalui 4 efek utama pada paru, yaitu: obstruksi jalan
nafas (total maupun parsial), disfungsi surfaktan, pneumonitis kimia dan hipertensi
pulmonal.
Obstruksi jalan nafas
Obstruksi total jalan nafas oleh mekonium menyebabkan atelektasis. Obstruksi parsial
menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi alveoli, biasanya termasuk efek
fenomena ball-valve. Hiperdistensi alveoli menyebabkan ekspansi jalan nafas selama
inhalasi dan kolaps jalan nafas di sekitar mekonium yang terinspirasi di jalan nafas,
menyebabkan peningkatan resistensi selama ekshalasi. Udara yang terperangkap
(hiperinflasi paru) dapat menyebabkan ruptur pleura (pneumotoraks), mediastinum
(pneumomediastinum), dan perikardium (pneumoperikardium).
Disfungsi surfaktan
Mekonium menonaktifkan surfaktan dan juga menghambat sintesis surfaktan.
Beberapa unsur mekonium, terutama asam lemak bebas (seperti asam palmitat,
asam oleat), memiliki tekanan permukaan minimal yang lebih tinggi dari pada
surfaktan dan melepaskannya dari permukaan alveolar, menyebabkan atelektasis
yang luas.
Pneumonitis kimia
Mekonium mengandung enzim, garam empedu, dan lemak yang dapat mengiritasi
jalan nafas dan parenkim, mengakibatkan pelepasan sitokin (termasuk tumor
necrosis factor (TNF)-α, interleukin (IL)-1ß, I-L6, IL-8, IL-13) dan menyebabkan
pneumonitis luas yang dimulai dalam beberapa jam setelah aspirasi. Semua efek
pulmonal ini dapat menimbulkan gross ventilation-perfusion (V/Q) mismatch
Hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir
Beberapa bayi dengan sindroma aspirasi mekonium mengalami hipertensi
pulmonal persisten pada bayi baru lahir primer atau sekunder sebagai akibat dari
stres intrauterin yang kronik dan penebalan pembuluh pulmonal. PPHN lebih
lanjut berperan dalam terjadinya hipoksemia akibat sindrom aspirasi mekonium
5. GAMBARAN KLINIS
Di dalam uterus, atau lebih sering, pada pernapasan pertama, mekonium yang
kental teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil yang dapat
menimbulkan kegawatan pernapasan dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran
dengan gejala takipnea, retraksi, stridor, dan sianosis pada bayi dengan kasus berat.
Obstruksi parsial pada beberapa jalan napas dapat menimbulkan pneumothoraks atau
pneumomediastinum, atau keduanya. Pengobatan tepat dapat mencegah kegawatan
pernapasan, yang dapat hanya ditandai oleh takikardia tanpa retraksi. Pada kondisi gawat
nafas, dapat terjadi distensi dada yang berat yang membaik dalam 72 jam. Akan tetapi
bila dalam perjalanan penyakitnya bayi memerlukan bantuan ventilasi, keadaan ini dapat
menjadi berat dan kemungkinan mortalitasnya tinggi. Takipnea dapat menetap selama
beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Foto radiografi dada bersifat khas ditandai
dengan bercak-bercak infiltrat, corakan kedua lapangan paru kasar, diameter
anteroposterior bertambah, dan diafragma mendatar. Foto x-ray dada normal pada bayi
dengan hipoksia berat dan tidak adanya malformasi jantung mengesankan diagnosis
sirkulasi jantung persisten. PO2 arteri dapat rendah pada penyakit lain, dan jika terjadi
hipoksia, biasanya ada asidosis metabolic
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah
terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan
maksud untuk melepaskan lendir yang kental.
4. Pada SAM berat dapat juga dilakukan:
a. Pemberian terapi surfaktan.
b. Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke
dalam paru bayi.
c. Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam
ventilator. Penambahan ini berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga
lebih banyak darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi.
Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut
dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal membrane oxygenation
(ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara
aliran darah dalam tubuh bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka.
PATHWAY SYNDROM ASPIRASI MEKONIUM
Fetal Distress
Hipoksemia Asfiksia
Berlangsung lama
persistent pulmonary
Pernafasan bayi hypertension of the Suplai 02 dalam
terganggu newborn (PPHN) darah
Gangguan
pertukaran gas Tejadi aktivitas
usus
Banyakcairan
Respirasiterganggu Mekonium yang tidak bersih terhirup (Aspirasi meconium)
meconium di
paru-paru
Penggunaan ventilator
Partikel garam yang ada di dalam mekonium
mode PCV+
bekerja seperti detergen di dalam paru-paru
Masuknyabendaasi
Aktivasisitokin
ngkedalamtubuh
(TNF)-α, interleukin
Terjadi luka bakar kimia pada jaringan paru Peradangan paru-paru
(IL)-1ß, I-L6, IL-8,
IL-13)
RisikoInfeksi Suplai 02 ke paru
Obstruksi jalan nafas
pneumonitis
Kerusakan otak
Fagositosismenurun
Disfungsisurfaktan
Kematian bayi
Sel goblet
danselmakrofagtergang
Komplain alveoli
menurun
4. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih luas dari tubuh orang
dewasa,sehingga metabolisme basal/kg badan akan lebih besar.oleh karena itu BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pada jam-jam pertama kehidupan energy
didapakan dari perubahan karbohidrat.Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran
lemak. Setelahmendapat susu, sekitar hari keenam energy diperoleh dari lemak dan
karbohidrat yang masing-masing seberat 60 dan 40%.
Evaluasi nilai
Penilaian dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua. Apabila nilai
APGAR :
7-10 : bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan normal.
4-6 : bayi mengalami asfiksia sedang
1.3 : bayi mengalami asfiksia berat
B. RIWAYAT KESEHATAN
I. Keluhan Utama
Keadaan umum pasien tampak sakit berat dan menangis rewel
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan umum pasien tampak sakit berat dengan heart rate 152 x per menit, respiratory
rate 115x/menit.
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Prenatal
Konsumsi obat selama kehamilan √ Tidak Ya, vitamin dan obat anti hipertensi
Adakah ibu jatuh selama hamil √ Tidak Ya, ............................
2. Natal
Cara melahirkan Spontan √SC Dengan alat bantu
Penolong persalinan √DokterBidan Bukan tenaga kesehatan
3. Postnatal
Kondisi kesehatan bayi BBL (3050)gram; PB (49)cm
Kelainan kongenital √ Tidak Ya, .............................
Pengeluaran BAB pertama <24jam >24 jam
4. Penyakitterdahulu Tidak Ya
Jika Ya, bagaimana gejala dan
penanganannya?
Pernah dioperasi √Tidak Ya
Jika Ya, sebutkan waktu dan .......................................................................................
berapa hari dirawat? .
5. Pernah dirawat di RS Tidak √ Ya
V. Pengkajian Fisiologis
1. OKSIGENASI
Ventilasi Frekuensi :
□ Trakeostomi
Sekret :
Respirasi □ sesak Nafas □ Nafas Cuping hidung □ Retraksi dada
□ Vesikuler Ronchi □ Wheezing □ Krakles
Batuk □ lain-lain…..
Pertukaran Gas AGD tgl ….. pH : PaO2: PCO2:
HCO3 BE : Sat O2: 97%
Transport Gas Nadi :148 x/menit√ regular □ ireguler TD :- mmHg
Akral :√hangat □ dingin □ anemis □ pucat
□ cianosis □ clubbing finger □ pusing
Bunyi Jantung √ BJ I/II Normal □ murmur □ Gallop
2. NUTRISI
PERILAKU
BB saat ini BB ()kg PB/TB ()cmLLA: 14cm
Status Nutrisi □ Lebih Baik □kurang □ Buruk SD: 0
Diet □ ASI susu formula bubur □ nasi tim
Puasa √ Ya tidak
Frekuensi minum susu formula : 6x 100 cc
Cara Makan oral □ OGT □ NGT □ Gastrostomi □ parenteral
Kualitas Makan □ kurang □ cukup √baik
Lidah bersih □ Kotor (putih-piutih) stomatitis : □ ya √tidak
Mulut Caries : □ ya □ tidak lain-lain: belum tumbuh gigi
Abdomen □ supel kembung □ tegang □ terdapat massa lokasi:
Hepar tidak teraba □ hepatomegali □ lien □ splenomegali
Bising Usus 12x/mnt
3. PROTEKSI
Gangguan Warna √ Tidak ada □ Pucat □ Jaundice
Kulit □ Menjadi merah □ Sianosis □ …………..
Suhu □ suhu : 37.1Hangat □ Teraba panas □Teraba dingin
Turgor Baik □ Jelek
Gangguan pada □ Tidak ada □ Lesi □Erupsi □ Eritema
kulit Lainnya, lecet bagian anus, dan semerahan daerah pantat
Luka □Tidak ada Ada, lecet di anus
Stoma Tidak ada □ Ada
Drainase Tidak Ada □ Ada
Jika terjadi
gangguan pada
kulit / luka /
stoma, berikan
tanda silang (X)
Pengkajian Nyeri
4. SENSASI
PEMERIKSAAN KECEMASAN
X. DATA PENUNJANG
XI. THERAPI
1. Meropenem 3X60 mg
2. Amikasin 2x22 mg
3. Furosemide 2x3 mg
4. Koreksi natriun bikarbonat
5.
6
7
8.
I. Analisa Data
Respirasi terganggu
Pengunaan ETT
Resiko infeksi
DO:
Psien tampak Penekanan pada syaraf nyeri
sakit berat
Menangis dan
rewel Perasaan tidak nyaman
Kadar Hb 10
mg/dl
Nyeri kronis
3. DS: Kadar Hb rendah
Resiko Perfusi serebral tidak
efektif
DO: Anemia
Kadar Hb 10
mg/dl
Sianosi Resiko perfusi serebral tidak
efektif
4. DS: Ada rasa sakit Gangguan Rasa nyaman
DO:
Pasien datang Banyak cairan meconium di
dengan di paru-paru
pasang
ventilator
res Respirasi terganggu
Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
2. Nyeri Kronis b.d Agen pecedera
3. Perfusi jaringan tidak efektif b.d koagulasi
4. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
5. Pola nafas tidak efektif b.d terpasangnya ventilator 1