BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
mekonium juga berakibat pada iritasi dan peradangan pada saluran udara,
menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. 3
Disfungsi surfaktan
Mekonium menonaktifkan surfaktan dan juga menghambat sintesis surfaktan.
Beberapa unsur mekonium, terutama asam lemak bebas (seperti asam palmitat,
asam oleat), memiliki tekanan permukaan minimal yang lebih tinggi dari pada
surfaktan dan melepaskannya dari permukaan alveolar, menyebabkan
atelektasis yang luas. 3
Pneumonitis kimia
Mekonium mengandung enzim, garam empedu, dan lemak yang dapat mengiritasi
jalan nafas dan parenkim, mengakibatkan pelepasan sitokin (termasuk tumor
necrosis factor (TNF)-, interleukin (IL)-1, I-L6, IL-8, IL-13) dan
menyebabkan pneumonitis luas yang dimulai dalam beberapa jam setelah
aspirasi. Semua efek pulmonal ini dapat menimbulkan gross ventilation-
perfusion (V/Q) mismatch. 3
memerlukan bantuan ventilasi, keadaan ini dapat menjadi berat dan kemungkinan
mortalitasnya tinggi.
Takipnea dapat menetap selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.
Foto radiografi dada bersifat khas ditandai dengan bercak-bercak infiltrat, corakan
kedua lapangan paru kasar, diameter anteroposterior bertambah, dan diafragma
mendatar. Foto x-ray dada normal pada bayi dengan hipoksia berat dan tidak adanya
malformasi jantung mengesankan diagnosis sirkulasi jantung persisten. PO2 arteri
dapat rendah pada penyakit lain, dan jika terjadi hipoksia, biasanya ada asidosis
metabolik. 1
Kondisi asam-basa:2
V-Q mismatch dan stres perinatal sering terjadi dan sangat dibutuhkan
pemeriksaan kondisi asam-basa
Asidosis metabolik akibat stres perinatal dapat diperburuk oleh asidosis
respiratorik oleh kelainan parenkim dan PPHN.
Penilaian gas darah arteri untuk menentukan pH, tekanan parsial karbon
dioksida (pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2), dan dan pengukuran tingkat
oksigenasi secara terus menerus menggunakan pulse oxymetri penting
dilakukan untuk penanganan yang tepat
Elektrolit serum: 2
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan kalsium dilakukan setelah bayi yang
mengalami SAM berusia 24 jam karena sindrom gangguan sekresi hormon
antidiuretik dan gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada stres perinatal
Hitung darah lengkap : 2
Kehilangan darah intrauterin maupun perinatal, juga infeksi, turut
menyebabkan stres perinatal
Level hemoglobin dan hematokrit harus cukup untuk memastikan kapasitas
pengantaran oksigen yang adekuat
Trombositopeni meningkatkan resiko perdarahan pada neonatus
Neutropeni atau neutrofili dengan adanya left shift dapat mengindikasikan
infeksi bacterial perinatal
Polisitemia dapat terjadi akibat hipoksia fetal yang kronis dan/atau akut.
Polisitemia berkaitan dengan penurunan aliran darah pulmonal dan dapat
memicu hipoksia yang terkait SAM dan PPHN
Gambar 2.1 Radiografi seri pada bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium tanpa komplikasi.
Gambaran radiologis menunjukkan perselubungan perihilar pada paru, yang lebih berat pada
daerah kanan berbanding kiri4.
11
Gambar 2.2 Gambaran radiologis menunjukkan aspirasi mekonium yang berat. Gambaran
radiologis diatas menunjukkan perselubungan yang kasar pada parenkim paru dengan
hiperekspansi yang berat. Terdapat pneumomediastinum di kanan paru (ditunjukkan dengan
panah), di batasi oleh lobus kanan dari thymus (T)4.
Gambaran 2.3 Gambaran radiologis follow-up pada pasien diatas. Hasil didapatkan setelah
memasukkan bilateral thoracostomy tubes pada pneumotoraks dan menunjukkan
pneumoperikardium (panah) and gambaran yang sangat luscent dari paru. Hasil menunjukkan
pada pasien ini terjadi pulmonary interstitial emphysema4.
12
Gambar 2.4 Gambaran radiologis pasien yang diterapi dengan extracorporeal membrane
oxygenation (ECMO). Gambaran radiopaque pada paru karena pulmonary bypass. Kanula
(panah) masuk dari leher kanan sampai atrium kanan menunjukkan vena-vena ECMO.
Endotracheal tube, nasogastric tube, dan arteri umbilikalis kateter pada tempatnya4.
13
Gambar 2.5 Radiografi dada SAM. A). Infiltrat linear sedang, menandakan aspirasi mekonium
encer dalam jumlah kecil. B). Infiltrat linear bilateral dan tidak merata, menandakan aspirasi
mekonium encer dalam jumlah sedang. C). Infiltrasi menyeluruh pada lapang paru yang tersebar
14
tidak merata, menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah yang lebih besar. D).
Atelektasis sebagian lobus kiri atas dengan hiperaerasi paru kanan, menandakan aspirasi
mekonium partikel besar dan kental. Bayi sering mengalami kegagalan perkembangan
pernapasan dan membutuhkan terapi pernapasan yang luas. 5
A B
16
C
Gambar 2.6 Radiografi dada pada TTN. A). Gambaran radiografi pada neonatus yang berusia 6
jam. Aerasi yang berlebihan, bergaris-garis, bilateral, gambaran radiopaque pada interstitial
pulmonal, perihilar interstitial markings dan kardiomegali ringan. B). Gambaran radiografi pada
neonatus yang berusia 2 hari. Kardiomegali telah hilang dan gambaran abnormalitas parenkim
paru mulai menghilang namun perihilar markings masih ada. C). Gambaran radiografi pada
neonatus yang berusia 4 hari. Ukuran jantung dan gambaran paru yang normal dapat terlihat.
A B
17
C
Gambaran 2.7 Radiografi dada pada pneumonia neonatus. A). Terdapat gambaran air
bronchogram yang prominen di distal. B). Terdapat gambaran infiltrat padat dan kasar yang
menutupi jantung. Didapatkan juga gambaran air bronchogram yang prominen. C). Terdapat
penumpulan sinus phrenicostalis, garis radiodense tipis sepanjang hemithoraks kanan lateral
dan garis cairan pada fissura mayor kanan yang konsisten dengan efusi pleura.
Untuk membedakan antara gambaran TTN, RDS, dan SAM, dapat dilihat
pada tabel dibawah:
Pembeda TTN RDS SAM
Etiologi Cairan paru persisten Defisiensi surfaktan Iritasi dan obstruksi
Paru belum paru
berkembang
sempurna
Waktu Kapan saja Preterm Aterm atau post-
persalinan term
Faktor resiko Section cessarea, jenis kelamin laki- Cairan amnion
makrosomia, jenis laki, diabetes pada mekonial, kelahiran
kelamin laki-laki, ibu, kelahiran post-term
asma pada ibu, preterm
diabetes pada ibu
Gambaran Takipneu, sering kali Takipneu, hypoxia, Takipneu, hipoxia
18
tekanan 100 mmHg. Ventilasi tekanan positif harus dihindari jika memungkinkan,
hingga pengisapan trakea dilakukan. 8
C. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium. Neonatus dengan
mekonium yang terdapat di bawah korda vokalis berpotensi mengalami hipertensi
pulmonal, sindrom kebocoran udara, da pneumonitis serta harus diobservasi
secara ketat untuk melihat adanya tanda-tanda distres pernapasan.
1. Penatalaksanaan respirasi
a. Pembersihan paru (pulmonary toilet). Jika pengisapan trakea belum
mampu membersihkan sekret secara maksimal, dapat disarankan untuk
membiarkan pipa endotrakeal tetap terpasang untuk pembersihan paru
pada neonatus dengan kasus simtomatik. Fisioterapi dada setiap 30-60
menit, semampunya, dapat membantu membersihkan jalan napas.
Fisioterapi dada dikontraindikasikan pada neonatus dengan kondisi labil
jika diduga ada keterlibatan PPHN. 8
b. Pemeriksaan kadar gas darah arteri. Pengukuran kadar gas darah arteri
dibutuhkan untuk menilai kebutuhan ventilasi dan oksigen tambahan. 8
c. Pemantauan kadar oksigen. Pulse oxymeter dapat memberi informasi
penting mengenai status respirasi dan memantu mencegah hipoksemi.
Membandingkan saturasi oksigen pada tangan kanan dengan ekstrimitas
bawah membantu mengidentifikasi bayi dengan pirau dari kanan ke kiri
akibat hipertensi pulmonal. 7
d. Radiografi thoraks. Radiografi thoraks sebaiknya diambil setelah
kelahiran jika neonatus dalam kondisi distres. Radiografi thoraks juga
dapat membantu menentukan pasien mana yang berpotensi mengalami
distres napas. Akan tetapi, gambaran radiografi sering tidak sebanding
dengan presentasi klinis. 8
e. Pemakaian antibiotik. Mekonium menghambat potensi bakteriostatik
pada cairan mekonium normal. Karena susahnya membedakan aspirasi
mekonium dari pneumoni secara radiologis, neonatus dengan gambaran
infiltrate pada radiografi toraks, sebaiknya mulai diberi antibiotik
21
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk
menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya.
Tapi sejalan dengan perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru.
Dengan demikian, prognosis jangka panjang tetap baik. Bayi yang menderita SAM
sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik, bahkan mungkin juga
menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang
terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian.
Konsekuensi lebih lanjut sebagai dampak dari asfiksia antara lain : 7
1) Konsekuensi Kardiovaskular
a. Hipertensi pulmonal yang berkaitan dengan proses hipoksemia
b. Disfungsi miokard yang berkaitan dengan hipoksemia
2) Konsekuensi Pulmonal
a. Penurunan produksi surfaktan
b. Edema paru
c. Sindrom Aspirasi Mekonium
3) Konsekuensi Renal
a. Nekrosis tubular dan medular
b. Paralisis kandung kemih
4) Konsekuensi Sistem Saraf Pusat
a. Ensefalopati hipoksik-iskemik
b. Perdarahan intrakranial
jejas sistem saraf pusat akibat asfiksia, dan adanya masalah-masalah terkait seperi
adanya sirkulasi janin. 1
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Arvin, B.K. diterjemahkan oleh Samik wahab. 2000. Nelson : Ilmu Kesehatan
Anak. Vol. 1 Edisi 15. ECG : Jakarta. Halaman 600-601.
2. Mathur, NC. 2007. Meconium Aspiration Syndrome.
http://pediatricsforyou.in/home/pdf/MECONIUM%20ASPIRATION
%20SYNDROME.pdf.
3. Clark, M.B. 2010. Meconium Aspiration Syndrome. www.medscape.com/
http:// portal neonatal.com.br/outras-especialidades /arquivos/ Meconium
Aspiration Syndrome.pdf
4. Leu M., 2011, Meconium Aspiration Imaging,
http://emedicine.medscape.com/ article/410756-overview#a22
5. Hermansen, C.L., dan Kevin N. Lorah. 2007. Respiratory Distress in the
Newborn. Am Fam Physician. 2007 Oct 1;76(7):987-994.
http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html
6. Yeh TF, Harris V, Srinivasan G, Lilien L, Pyati S. Roentgenographic findings
in infants with meconium aspiration syndrome. JAMA. 2000. ;242:6063
7. Yeh, TF. 2010. Core Concepts: Meconium Aspiration Syndrome:
Pathogenesis and Current Management. American Association of Pediatrics.
http://neoreviews.aap publications.org.
8. Gomella. 2009. Neonatology : Management Procedures Call Problems Sixth
Edition. Lange Clinical Science : New York.
9. Rudolph, CD, et al. 2002. Rudolph's Pediatrics, 21th Edition. McGraw-Hill
Professional : New York.