Nov 5
DEFINISI
Sindroma Aspirasi Mekoniuim terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur
dengan cairan ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat
setelah dilahirkan.
Mekonium adalah tinja janin yang pertama. Merupakan bahan yang kental, lengket
dan berwarna hitam kehijauan, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu.
Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban, sindroma ini sangat parah.
Mekonium yang terhirup lebih kental sehingga penyumbatan saluran udara lebih berat.
PENYEBAB
Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres selama proses persalinan
berlangsung. Bayi seringkali merupakan bayi post-matur (lebih dari 40 minggu).
Selama persalinan berlangsung, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen. Hal ini
dapat menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga
mekonium dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam
rahim. Cairan ketuban dan mekoniuim becampur membentuk cairan berwarna hijau
dengan kekentalan yang bervariasi.
Jika selama masih berada di dalam rahim janin bernafas atau jika bayi menghirup
nafasnya yang pertama, maka campuran air ketuban dan mekonium bisa terhirup ke
dalam paru-paru.
Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada
saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran
udara di paru-paru.
Selain itu, mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara,
menyebabkan suatu pneumonia kimiawi.
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan terhirupnya cairan ini
terjadi pada 5-10% kelahiran. Sekitar sepertiga bayi yang menderita sindroma ini
memerlukan bantuan alat pernafasan.
Aspirasi mekonium merupakan penyebab utama dari penyakit yang berat dan
kematian pada bayi baru lahir.
Kehamilan post-matur
Pre-eklamsi
Ibu yang menderita diabetes
Ibu yang menderita hipertensi
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada dalam rahim).
GEJALA
Gejalanya berupa:
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya mekonium di dalam
cairan ketuban
Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah dikeluarkan lama sebelum
persalinan)
Ketika lahir, bayi tampak lemas/lemah
Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
Apneu (henti nafas)
Tampak tanda-tanda post-maturitas (berat badannya kurang, kulitnya mengelupas).
DIAGNOSA
Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan bardikardia (denyut jantung
yang lambat)
Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium (berwarna kehijauan)
Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah.
Dengan bantuan laringoskopi, pita suara tampak berwana kehijauan.
Dengan bantuan stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki kasar).
PENGOBATAN
Segera setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari mulut bayi.
Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah selang ke dalam
trakea bayi dan dilakukan pengisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang
sampai di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium.
Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta kulitnya berwarna
kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan pengisapan trakea yang
terlalu dalam karena khawatir akan terjadi pneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam untuk mencuci
saluran udara.
Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat.
Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam waktu 2-4 hari, meskipun
takipneu bisa menetap selama beberapa hari.
Hipoksia intra-uterin atau hipoksia akibat komplikasi aspirasi mekonium bisa
menyebabkan kerusakan otak.
Aspirasi mekonium jarang menyebabkan kerusakan paru-paru yang permanen.
KOMPLIKASI
Pneumonia aspirasi
Pneumotoraks
Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen
Gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari.
Sumber : www.medicastore.com
Pemeriksaan penunjang
Penanganan
Tata laksana bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang persalinan
Penanganan MAS
Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, bayi yang mengalami distres intrapartum masih
berisiko mengalami MAS dan harus dipantau secara ketat.
Medikamentosa.
Antibiotik. Seringkali sulit untuk membedakan antara pneumonia bakterial dan MAS
hanya berdasarkan temuan klinis dan foto toraks. Walaupun beberapa bayi dengan
MAS juga mengalami infeksi, penggunaan antibiotik spektrum luas terindikasi hanya
pada kasus dengan infiltrat pada foto toraks. Kultur darah darus dilakukan untuk
mengidentifikasi etiologi dan mengevaluasi keberhasilan terapi antibiotik.
Surfaktan. Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen. Terapi surfaktan
dapat meningkatkan oksigenasi, menurunkan komplikasi pulmonal, dan menurunkan
kebutuhan ECMO (extracorporeal membrane oxygenation). Surfaktan tidak rutin
diberikan untuk kasus MAS, tetapi dapat dipertimbangkan untuk kasus yang berat dan
tidak berespons terhadap terapi standar.
Kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid pada MAS tidak dianjurkan.
Komplikasi
Air leak. Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada 10-20% pasien dengan
MAS. Air leak terjadi lebih sering pada bayi yang mendapat ventilasi mekanik. Bila
terjadi pneumotoraks, maka harus ditata laksana segera.
Hipertensi pulmonal. Sebanyak 35% kasus PPHN berhubungan dengan MAS.
Ekokadiografi harus dilakukan untuk menentukan derajat keterlibatan pirau kanan ke
kiri terhadap hipoksemia dan mengeksklusi penyakit jantung bawaan. Pada kasus
MAS yang disertai PPHN, dapat dipertimbangkan pemberian inhalasi nitrit oksida
atau vasodilator sistemik seperti magnesium sulfat dengan bantuan inotropik untuk
mencegah hipotensi.
Prognosis
Referensi
Harris LL, Stark AR. Meconium aspiration. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins;2008. h.403-6.