Anda di halaman 1dari 29

I.

ANATOMI

A. Ginjal
Ginjal merupakan organ seperti buncis yang berwarna cokelat kemerah-
merahan dan berbada di kedua sisi kolumna vertebral posterior terhadap
peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam. Ginjal terbentang
dari vertebra torakalis kedua belas sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal
dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.
Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua zona, yaitu korteks (luar) dan medulla
(dalam). Korteks meliputi daerah antara dasar malfigi pyramid yang juga
disebut pyramid medulla hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortes
antara pyramid-pyramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini
Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak-
bercak merah yang kecil (Petichie) yang sebenarnya merupakan kumpulan
veskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal corpuscle atau
badan malphigi. Kortek ginjal terutama terdiri atas nefron pada bagian
glomerulus, tubulus Konvulatus proximalis, tubulus konvulatus distalis.
Sedangkan pada daerah medulla dijumpai sebagian besar nefron pada bagian
loop of Henle’s dan tubulus kolectivus. Tiap-tiap ginjal mempunyai 1-4 juta
filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang disebut nefron.
Anatomi ginjal :

1. Korteks renal
Bagian terluar dari ginjal di sebut dengan korteksn, bagian ini dikelilingi
oleh kapsul renal dan lapisan lemak yang berfungsi untuk melindungi
struktur dalam organ dari kerusakan.
2. Medulla renal
Medulla merupakan jaringan ginjal yang halus, bagian ini etrdiri dari
lengkung hanle serta piramida renal, yaitu struktur kecil yang berisi nefron
dan tubulus, tubulus inilah yabng berfungsi untuk mengangkut cairan yang
masuk dan mengeluarkan urine yang renal.
3. Pelvis renal
Pelvis renal adalah bagian terdalam ginjal yang berbentukcorong. fungsi
bagian yang satu ini adalah sebagai jalur bagi cairan untuk berpindah dari
renal menuju kandung kemih.
pelvis renal terdiri dari dua bagian. bagian pertama pelvis renal terdiri dari
calyces yaitu ruang yang berbentuk cangkir yang berfungsi untuk
mengumpulkan cairan sebelum ke kandung kemih, selanjutnya, cairan
tersebut akan masuk ke hilum, yaitu lubang kecil yang akan mengalirkan
cairan tadi menuju kandung kemih.
Anatomi neuron

selain bagian-bagian tersebut, ginjal juga terdiri dari nefron, nefron ini terletak
di sepanjang konteks hingga medulla renal. Fungsi nefron itu sendiri dalah
untuk menyaring darah, menyerap nutrisi, dan mengalirkan zat-zatbuangan ke
urine.
Nefron terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Badan malphigi, disebut juga korpus renal. Bdan malphigi terdiri dari dua
bagian, yaitu glomerulus atau kumpulan kapiler yang menyerap protein
dari darah dan kapsul bowman.
2. Tubulus renal yaitu kumpulan tabung yang menjalar dari kapsul bowman
menju tabung pengumpul (tubulus kolektivus) kumpulan tabung ini terdiri
dari tubulus prokmalis lengsung henle dan tulus distal.

B. Ureter
Urin meninggalkan tubulus dan memasuki duktus pengumpul yang akan
mentranspor urin ke pelvis renalis. Sebuah ureter bergabung dengan setiap
pelvis renalis sebagai rute keluar pertama pembuangan urin. Ureter
merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 sampai 30 cm dan
berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi
retroperitoneum untuk memasuki kandung kemih di dalam rongga pelvis pada
sambungan ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter ke kandung kemih
umumnya steril. Gerakan peristaltik ureter menyebabkan urin masuk ke
kandung kemih dalam bentuk semburan. Ureter masuk ke dalam dinding
posterior kandung kemih dengan posisi miring agar mencegah refluks urin
dari kandung kemih ke ureter.
Lapisan ureter :
1. Dinding luar jaringan ikat ( jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah ( otot polos )
3. Lapisan sebelah dalam ( lapisan mukosa )

C. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi
dan tersusun atasjaringan otot serta merupakan wadah tempat urin dan
merupakan organ ekskresi. Apabilakosong, kandung kemih berada dalam
rongga panggul di belakang simfisis pubis. Pada pria,kandung kemih terletak
pada rectum bagian posterior dan pada wanita terletak pada dindinganterior
uterus dan vagina. Kandung kemih dapat menampung sekitar 600 ml urin,
walaupunpengeluaran urin normal sekitar 300 ml.
Anatomi kandung kemih:
1. Detrusor muscle ( otot detrusor )
2. Submucosa ( lapisan jaringan di bawah mukosa )
3. Mucosa ( mukosa )
4. Fibrous connective tissue ( jaringan ikat fibrosa )
5. Peritonium
6. Rugae
7. Uretelal opening
8. Trigone

D. Uretra
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami
turbulensi membuat urin bebas dari bakteri. Merman mukosa melapisi uretra,
dan kelenjar uretra mensekresi lendir ke dalam saluran uretra. Lendir
dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk
menecegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelili uretra.
Anatomi uretra pada wanita:
1. internal urethral orifice
2. eksternal urethral orifice
3. Prostage gland
Anatomi uretra pada pria :
1. Prostaltik uretra
2. Prostage gland
3. Eksternal urethral sphincter
4. Urogenital diaphgram
5. cowper gland
6. Blub
7. Crus
8. membranus urethra
9. Spongy urethra
10. Uretra
II. FISIOLOGI
A. Ginjal
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah,ginjal menyaring 200 liter darah setiap
hari. kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan
tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. selain
membuang zat-zat sisa dalam tubuh, organ vital ini juga dapat menyerap
kembali zat-zat yang dibutuhkan tubuh seperti asam amino, gula, natrium,
kalium, dan nutrisi lainnya. fungsi ginjal tersebut ternyata dipengaruhi oleh
kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosteron. hormone ini berfungsi
untuk menyerap kalium dari urin ke pembuluh darah agar bisa di manfaatkan
kembali oleh tubuh.
tidak berhenti sampai di situ,renal juga bertugas untuk menghasilkan
hormon-hormon yang bermanfaat bagi tubuh,diu antaranya.

B. Ureter
ureter adalah tabung yang keluar dari setiap ginjal,struktur ini membawa
urine kedalam kandung kemih {anatomi fisiologi untuk perawat dan
paramedic dr,iydon saputra hal:180}
Fungsi satu-satunya ureter ialah menyalurkan kemih ke kandung kemih.
Lapisan dinding ureter terdiri dari : a. Dinding luar jaringan ikat / otot polos,
b. Lapisan tengah / otot polos, c. Lapisan da lam / mukosa. Lapisan dinding
ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltic tiap 5 menit yang akan
mendorong air kemih masuk ke kandung kemih.
C. Kandung kemih
Sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum meninggalkan tubuh,
dibantu ureter kandung kemih mendorong kemih keluar tubuh.
D. Uretra
Fungsinya hanya untuk menyalurkan air kemih keluar tubuh.
Pembentukan urine:
Pembentukan urine terdiri dari 3 proses yaitu : filtrasi (penyaringan),
reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi atau sekresi.
1. filtrasi (penyaringan) bagian pertama pembentukan urine adalah filtrasi.
Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat sisa
metabolism yang dapat menjadi racun untuk tubuh. pada gambar di atas di
tandai huruf A.
2. reabsorpsi
Sekitar 43 galon cairan melewati proses filtrasi, tetapi sebagian besar din
serap kembali sebelum dikeluarkan dari tubuh. Reabsorpsi terjadi di
tubulus prokmalis nefron, lengkung henie (loop of Henie), tubulus distal
dan tubulus pengumpul. pada gambar di atas proses reabsorsi di tandai
huruf B.
3. sekresi atau augumentasi
sekrsesi adalah tahap terakhir dalam pembentukan urine, yaitu ketika urine
akhirnya di buang. dalam gambar di atas di tandai dengan huruf C.
Beberapa zat mengalir langsung Dario darah di sekitar tubulus distal
(distal convoluted tubule) dan tubulus pengumpul (colleting tbule) ke
tubulus tersebut.

III. DEFINISI
Urine adalah produk sampah caid dari tubuh. Mengeluarkan urine dari
tubuh disebut urinasi, miktrusi, atau berkemih. Urin atau air seni atau air
kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan menjaga homeostasi cairan tubuh. Tujuan eliminasi urin adalah
mengetahui mendeskripsikan warna, kejernihan, bau urine normal dan untuk
mengetahui abnormal pada urin.

IV. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin :


A. Faktor Internal
a. Pengaruh Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon ADH telah menjadi ormon internal utama yang berperan
dalam menentukan jumlah pengeluaran urine yang di keluarkan tubuh. Jika
darah yang akan di saring banyak mengandung air, maka ormone ADH
yang di sekresikan ke dalam ginjal semakin sedikit, penyerapan air akan
sedikit pula. Akibat produksi urine yang terbentuk menjadi banyak dan cepat
memenuhi kantung kemih.
b. Pengaruh Hormon Insulin
Pada penderita penyakit Diabetes (kencing manis), telah di ketahui
bahwa penyebabnya adalah karena mereka kekurangan ormone insulin
dalam darah. Kadar ormone insulin yang rendah inilah yang menyebabkan
produksi urine meningkat sehingga penderita penyakit Diabetes akan lebih
sering mengeluarkan urine.
c. Pengaruh Kondisi Psikologis
Pada saat seseorang sedang dalam gejolak emosi yang tinggi dan
berlebihan maka otomatis tekanan darahnya akan meningkat. Peningkatan
tekanan darah ini akan menyebabkan darah lebih banyak untuk segera di
saring. Demikian pula ketika seseorang sedang mengalami gangguan stress,
maka hal ini akan berpengaruh terhadap kontraksi dan tekanan pada katup
kantung kemih. Kedua gangguan tersebut otomatis akan mendorong
seseorang untuk buang air kecil lebih sering.
B. Faktor Eksternal
a. Pengaruh Suhu Lingkungan
Saat cuaca dingin orang akan lebih sering untuk sering untuk
mengeluarkan urine. Hal ini disebabkan oleh karena air yang terdapat dalam
darah lebih banyak menuju ginjal sehingga produksi urine pun menjadi lebih
banyak.
b. Pengaruh Konsumsi Garam
Orang yang banyak mengkonsumsi garam akan lebih banyak
mengeluarkan urine dari tubuh. Kadar garam yang tinggi dalam darah akan
akan menyebabkan ginjal memproduksi garam mineral yang lebih banyak
sehingga produksi urine semakin meningkat.
c. Pengaruh Jumlah Air yang Diminum
Orang yang banyak minum akan menyebabkan urine yang di keluarkan
lebih banyak dari dalam tubuh. Ini di sebabkan oleh sedikitnya air yang
meresap ke dalam darah sehingga lebih banyak ekskresikan melalui kantong
kemih.
d. Pengaruh Komunikasi Alkohol dan Kafein
Salah satu kebiasaan yang salah dan dapat memperbanmyak urine yang
di keluarkan tubuh adalah mengkonsumsi alcohol dan kafein.Bahan ini dapat
menghambat pembentukan ormone ADH dalam tubuh.

V. MANIFESTASI KLINIS

a. Ginjal
Gejala penyakit ginjal tergantung dari jenis penyakitnya dan apakah
penyakit tersebut mengakibatkan penurunan fungsi ginjal. beberapa gejala
penurunan ginjal gejala penyakit ginjal secara spesifik, antara lain :
a) Terjadi pembengkakan di pergelangan kaki dan sekitar mata
b) Muntah, mual, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan
c) Volume urine dan frekuensi buang air kecil berkurang.
d) Urine berbusa
e) Merasa lelah dan sesak nafas
f) Kulit kering dan tersa gatal
g) Terjadi kram otot, terutama di tungkai
h) Susah tidur
i) Tekanan darah tinggi
j) Gangguan irama jantung
k) Penurunan kesadaran
l) Pada gagal ginjal akut dapat terlihat tanda dehidrasi
m) Nyeri punggung bawah dan urine bercampur darah dapat terjadi pada
penderita batu ginjal, penyakit ginjal polikistik, dan infeksi ginjal.
n) Pada penderita infeksi ginjal dan batu ginjal dapat menimbulkan
demam dan menggigil.
b. Ureter
a) Demam
b) Sakit di perut dan panggul
c) Nyeri saat buang air kecil
d) Muncul darah dalam urine
c. Kandung kemih
a) Dewasa
i. Rasa nyeri, terbakar, atau menyengat saat buang air kecil
ii. tubuh demam atau terasa lemah
iii. Meningkatnya frekuensi buang air kecil, tapi hanya sedikit urine
yang keluar
iv. Terdapat darah didalam urine atau hematuria
v. Urine akan berwarna lebih pekat, gelap, dana beraroma kuat
vi. Munculnya rasa nyeri di perut atau punggung bagian bawah
b) Anak-anak
i. Merasa lemas atau lelah
ii. Mudah marah
iii. Nafsu makan berkurang
iv. Muntah
v. Kesakitan saat buang air kecil.
d. Uretra
a) Keinginan buang air kecil yang lebih sering mendadak
b) Ketidakmampuan untuk buang air kecil atau ketidakmampuan mengontrol
proses buang air kecil
c) Rasa nyeri dan panas saat buang air kecil
d) Lemahnya aliran urine atau berkurangnya jumlah urine
e) Keluarnya cairan selain urine
f) Munculnya darah pada cairan sperma dan urine
g) Warna urine gelap
h) Penis terasa nyeri dan bengkak
i) Rasa nyeri pada organ panggul atau perut bagian bawah

VI. PATOFISOLOGI

Pengendalian kandung kencing dan sfinkter diperlukan agar terjadi


pengeluaran urin secara kontinen. Pengendalian memerlukan kegiatan otot normal
diluar kesadaran dan yang didalam kesadaran yang dikonrdinasi oleh refleks
urethrovsien urinaris. Bila terjadi pengisian kandung kencing tekanan didalam
kandung kemih meningkat. Otot detrusor (lapisan yang tiga dari dinding kencing)
memberikan respon dengan relaksasi agar memperbesar volume daya tampung.
Bila sampai 200 ml urin daya rentang reseptor yang terletak pada dinding kandung
kemih mendapat rangsangan. Stimulus ditransmisikan lewat serabut reflek eferen
ke lengkungan pusat refleks untuk meksitrurisasi. Impuls kemudian disalurkan
melalui serabut eferen dari lengkungan refleks ke kandung kemih, menyebabkan
kontraksi otot detrusor. Sfinkter interna yang dalam keadaan normal menutup,
serentak bersama sama membuka dan urin masuk ke uretra posterior. Relaksasi
sfinkter eksterna dan otot pariental mengkuti dan isi kandung kemih keluar.
Pelaksanaaan kegiatan refleks bisa mengalami interupsi dan berkemih
ditangguhkan melalui dikeluarkannya impuls inhibitor dari pusat kortek yang
berdampak kontraksi diluar kesadaran dan sfinkter eksterna. Bila disalah satu
bagian mengalami kerusakan maka akan dapat mengakibatkan inkontenensia.

VII. ALUR MASALAH/PATHWAY

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan Fungsi tes ginjal


Fungsi ginjal dilakukan untuk mengevaluasi beratnya penyakit ginjal dan
mengikuti perjlanan klinik.Pemeriksaan ini juga memberikan informasi tentang
efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi ekskresinya.Fungsi ginjal dapat
dikaji secara lebih akurat jika dilakukan dibeberapa pemeriksaan dan kemudian
asilnyadianalisis bersama. Pemeriksaan fungsi ginjal yang umum dilakukan
adalah kemampuan pemekatan ginjalklirens kreatinin, kadar kreatinin serum
dan nitrogen urea darah (BUN).
b. Ultrasound
Ultrasound adalah pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang
dipancarkan kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam
sistem perkemihan akan menghasilkan gambar gambar ultrasound yang khas.
Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malforasi, perubahan ukuran
organ maupun obstruksi dapat diidentifikasi. Pemeriksaan USG merupakan
teknik noninfasif yang tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan
prosedur dan tujuan kepada pasien. Karena sensitifitasnya, pemeriksaan USG
talah menggantikan banyak prosedur pemeriksaan diagnostik lainnya sebagai
tindakan diagnostik pendahuluan.
c. Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan Lainnya
1) Kidney, Ureter, and Bladder (KUB).
Pemeriksaan radologi abdomen yang dikenal dengan istilah KUB dapat
dilaksanakan untuk melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan
mengidentifikasi semua kelainan seperti batu dalam ginjal atau traktus
urinarius, hidronefrosis (dstensi pelvis ginjal), kista, tumor, atau pergeseran
ginjal akibat abnormalitas pada jaringan sekitarnya.
2) Pemindaian CT dan Mangnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan pemindaian CT dan MRI  merupakan teknik noninvasif
yang akan  memberikan gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang
sangat jelas. Kedua pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang
luasnya lesi invasif pada ginjal. nilai normalnya jaringandanstruktur normal
3) Urografi Intravena (Ekskretori Unogram atau Intravenous Pyelogram).
Pemeriksaan urografi intavena yang juga dikenal dengan nama
intravenous pyelogram (IVP) memungkinkan visualisasi ginjal, ureter, dan
kandung kemih. Media kontras radiopaque disuntikan secar intravena dan
kemudian dibersihkan dari dalam darah serta dipekatkan oleh
ginjal.Nefrotomogram dapat dilaksanakan sebagai bagian dari pemeriksaan
untuk melihat berbagi lapisan ginjal serta struktur difus dalam setiap lapisan
dan untuk membedakan massa atau lesi yang padat dari kista didalam ginjal
atau traktus urinarius.
4) Pemeriksaan IVP
Pemeriksaan IVP dilaksanakan sebagai bagian dari pengkajian
pendahulu terhadap setiap masalah urologi yang dicurigai, khususnya dalam
menegakkan diagnosa lesi pada ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini juga
memberikan pemeriksaan kasar tehadap fungsi ginjal. Sesudah media
kontras (sodium diatrizoat atau meglumin diatrizoat) disuntikan secara
intravena, pembuatan foto rontgen yang multiple dan serial dilakukan untuk
melihat struktur drainase.Jika pasien mempunyai riwayat alergi, penyuntikan
intradermal media kontras dengan dosis untuk tes alergi dapat dillakukan.
Apabila tidak terjadi reaksi kulit dalam waktu 15 menit, media kontras
dengan dosis untuk tes alergi yang reguler dapat diberikan secara intravena.
Meskipun jarang dijumpai reaksi anafilaksis dapat saja terjadi sebagai mana
halnya pada pemberian intravena setiap obat. nilai normalnya Ukuran,
strukturdanfungsiginjal, ureter dab kandungankemih normal
5) Pielografi Retrograd
Dalam Pielografi retrograd kateter utama dimasukkan lewat ureter
kedalam pelvis ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras
dimasukkan dengan grafitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi
retrograd biasanya dilakukan jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan
dengan jelas sistem pengumpul. Pemeriksaan Pielografi retrograd jarang
dilakukan dengan semakin majunya teknik teknik yang digunakan dalam
urografi ekskretonik.
6) Infusion Drif Pyelography
Infusion Drif pyelography merupakan pemberian lewat infus larutan
encer media kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas
parenkim ginjal dan mengisi seluruh traktus urinarius. Metode pemeriksaan
ini berguna apabila teknik urografi yang biasa dikerjakan tidak
memperlihatkan struktur drainase yang memuaskan (misalnya pada pasien
dengan kadar nitrogen uretra yang tinggi dalam darah) atau bila diperlukan
opasitas struktur drainase untuk waktu yang lama sehingga dapat dibuat
tomogram (radiografi potongan tubuh). Gambar pielografi diperoleh dengan
interval yang dikehendaki setelah pemberian media kontras per infus dimulai
untuk memeriksa sistem pengumpul yang terisi dan mengalami distensi.
Persiapan pasien sama seperti persiapan untuk urografi ekskretorik, kecuali
pemberian cairan tidak dibatasi.
7) Sistogram
Sebuah kateter dimasukkan ke dalam kandung kemih, dan kemudian
media kontras disemprotkan untuk melihat garis besar dinding kandung
kemih serta membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral (aliran
balik urin dari kandung kemih kedalam salah satu atau kedua ureter).
Sistogram juga dilakukan bersama dengan perekaman tekanan yang
dikerjakan bersamaan dengan didalam kandung kemih.
8) Sistouretrogram
Sistouretrogram menghasilkan visualisasi uretra dan kandung kemih
yang bisa dilakukan melalui penyuntikan retrograd media kontras ke dalam
uretra serta kandung serata kandug kemih atau pemeriksaan dengan sinar X
sementara pasien mengekskresikan media kontras.Struktururetra,
kandungkemih, uretraprostat, danofisium ureter normal
9) Angiografi renal
Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis. Arteri femoralis
(atau aksilaris) ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah kateter
disisipkan melalui arteri femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri
renalis. Media kontras disuntikan untuk menghasilkan opositas suplai arteri
rennalis angiografi memungkinkan evaluasi dinamika alira darah,
memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan membantu membedakan
kista renal dengan tumor renal.
IX. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Penggunaan kateter
2. Keperawatan
a. Pengumpulan urin untuk bahan pemeriksaan
 Pengambilan urine biasa
 pengambilan urine steril
 pengambilan urine selama 24 jam
X. KOMPLIKASI

a. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika seseorang sulit menahan
buang air kecil sehingga jadi mengompol. Penyebab : proses ketuaan,
pembesaran kelenjar prostat, spasme kandung kemih, menurunnya kesadaran,
menggunakan obat narkotik sedatif .
b. Retensi
Retensi urin adalah tertahannya urin di kandung kemih akibat
terganggunya proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung kemih
menjado regang. Penyebab: operasi pada daerah obdomen bawah, pelviks,
kandung kemih, uretra.
c. Enuresis
 Sering terjadi pada anak-anak
 Umumnya terjadi pada malam hari nocturnal enuresis
 Dapat terjadi satu hari atau lebih 1 malam
Penyebab : kapasitas kandung kemih yang kurang dari normal, infeksi
saluran kemih, konsumsi makanan yang dapat mengandung garam dan
mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola miksi.
d. Nokturia
Nokturia yaitu suatu kondisi yang terlalu sering buang air kecil di malam
hari.
e. Disuria
Disuria adalah suatu kondisi dimana saat buang air kecil terasa nyeri.
Gejala :
1. demam
2. nyari pinggang, misalnya pada radang ginjal
3. keluar bercak nanah ( pria ) atau keputihan ( wanita ) misalnya pada
gonore ( GO )
4. gejala iritasi kandung kemih, berupa sering buang air kecil ( frekuensi )
dan tidak tertahankan ( urgensi ), misalnya pada infeksi saluran kemih
(ISK).
5. obstruksi atau buang air kecil tidak lancara seolah-olah tertahan dan tidak
lampias, misalnya pada BPH atau pembesaran prostat.
f. Warna dan Bau (BAK)
Transparan: Jelas urin biasanya merupakan tanda yang baik-terhidrasi.
Namun, dalam beberapa kasus dapat sinyal bahwa Anda mungkin minum
terlalu banyak dan beresiko keracunan air. Over-hidrasi berarti bahwa Anda
minum lebih dari yang Anda butuhkan dan Anda mungkin membahayakan
tubuh Anda. Meski demikian ini tidak menimbulkan penyakit berbahaya.
Tidak ada Warna: Memiliki warna urine lebih transparan dapat menjadi
indictor diabetes. Jika urin Anda tidak memiliki warna sama sekali, ini juga
bisa menjadi tanda diabetes. Gejala lain termasuk haus konstan dan sering
buang air kecil. Jika Anda merasa Anda perlu minum sepanjang waktu, Anda
harus melakukan  tes diabetes.
Kuning gelap: Sebuah warna kuning jerami adalah warna urin yang sehat.
Jika lebih gelap, hal ini dapat menjadi indikator bahwa Anda dehidrasi dan
perlu minum. Ketika air seni menjadi lebih terkonsentrasi, ini biasanya
disertai dengan bau yang lebih kuat. Beberapa makanan juga bisa membuat
gelap urin Anda. Misalnya akar bit dapat membuat lebih gelap urin Anda.
Cokelat: Urin berwarna coklat bisa menjadi gejala dari kondisi dengan
gangguan penyakit. Jika hati Anda tidak bekerja dengan baik, garam empedu
yang harus dihilangkan dengan kotoran mungkin dibuang melalui urin
sebagai konsentrasinya dalam darah tinggi. Hepatitis, suatu peradangan hati,
adalah contoh dari kondisi hati yang membuat urin menjadi berwarna cokelat.
Merah: Warna merah muda dapat berasal dari darah dalam urin, sebuah
kondisi yang dikenal sebagai hematuria. Merah biasanya warna yang paling
mengkhawatirkan. Penyebab urine merah banyak seperti infeksi saluran
kemih, batu di ginjal dan kandung kemih atau kanker ginjal, prostat atau
kandung kemih bisa menyebabkan pendarahan dan semua warna merah urin
Anda. Buang air kecil dapat disertai nyeri dalam kasus ini dan mungkin akan
sulit untuk buang air kecil. Merah atau warna urine merah muda juga bisa
berasal dari makanan dan zat tertentu yang tertelan. Makanan yang
memberikan warna merah urin meliputi bit, blackberry dan rhubarb. Jika
perubahan warna bukan karena makanan dan itu terjadi lebih dari sekali, ini
juga bisa menandakan bahwa ada masalah kesehatan yang serius.
Biru: Ada juga kondisi langka yang dikenal sebagai porfiria. Ini merupakan
kondisi yang diwariskan enzim yang dapat membuat urin orang biru atau
ungu. Namun, urin dapat memiliki semburat kebiruan itu. Hal ini paling
sering disebabkan oleh makanan dan obat-obatan yang mengandung pewarna
tertentu. Obat-obat yang menyebabkan urine Anda menjadi biru triamterene
(diuretik ringan) atau penggunaan viagra.
Hijau: Jika ada beberapa nanah dalam urin, ini bisa membuat tampak
berwarna hijau. Infeksi saluran kemih adalah penyebab paling umum dari itu.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh makanan seperti asparagus. Anda juga
akan melihat bau yang berbeda setelah Anda sudah makan itu. Hal ini juga
dapat disebabkan oleh makan licorice hitam atau makanan yang mengandung
pewarna yang kuat yang tidak bisa diserap dalam usus Anda.
Berbusa: Ini mungkin disebabkan oleh adanya protein dan kebutuhan untuk
diselidiki lebih lanjut, karena dapat disebabkan oleh ginjal atau kandung
empedu masalah. Jika Anda terus-menerus mengalami urin yang berbusa,
segera konsultasi ke dokter.
Abu-abu keruh:Urin berwarna abu-abu dapat menandakan adanya darah
mikroskopis. Hal ini juga dapat disebabkan oleh infeksi saluran, infeksi
kandung kemih atau batu ginjal kemih. Beberapa penyakit menular seksual
seperti gonore dapat mengubah warna urin Anda. Keputihan juga bisa
membuat urin keruh.
Hitam: Warna hitam mungkin karena bahan kimia dan masalah kesehatan.
Anda harus konsultasi dokter Anda dan memeriksa apa yang terjadi pada
tubuh Anda.

XI. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, agama, pekerjaan, alamat, tanggal pengkajian
dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang di prioritaskan dan dapat mengancam nyawa pasien seperti:
gagal ginjal
c. Riwayat penyakit sekarang
Ringkasan kondisi kesehatan klien mulai dari waktu lampau hingga
alasan mengapa saat ini datang ke pusat kesehatan dan upaya yang
dilakukan klien sebelum masuk rumah sakit seperti: Anuria
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan denga penyakit
saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi penyakit yang diderita penyakit saat ini seperti:
Nefrolitiatis (batu ginjal), ISK ( infeksi saluran kemih)

e. Riwayat penyakit kesehatan


Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan seperti: diabetes mellitus.
f. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
b) nadi
c) suhu
d) respirasi rate (pernafasan)
B. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi: ukuran lingkar kepala, bentuk kesimetrisan, adanya lesi atau
tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna rambut.
Falpasi: adanya pembekakan/benjolan, dan tekstur rambut.
b. Wajah
Inspeksi: warna kulit, pigmentasi, bentuk dan kesimetrisan
Palpasi: nyeri tekan dahi odema, pipi
c. Mata
Inspeksi: bentuk kesimetrisan, alis mata,bulu mata, kelopak mata, bola
mata, warna konjungtiva dan seklera.
d. Telinga
Inspeksi: bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
telinga, warna, liang telinga.
Palpasi nyeri tekan aurikula.
e. Hidung
Inspeksi: bentuk, ukuran telinga,kesimetrisan, rongga hidung
Palpasi dan perkusi: frontalis, maksilaris, etmoid (bengkak, nyeri, dan
sputum deviasi)
f. Mulut dan bibir
Inspeksi: warna, mukosa mulut dan bibir
Palpasi: gigi lengkap adanya pendarahan di gusi.
g. Leher
Inspeksi: warna, integritas, bentuk simetris atau tidak
Palpasi: nyeri tekan
Auskultasi: bising pembulu darah
h. Dada
Inspeksi: kesimetrisan bentuk atau postur tubuh
Palpasi: simetris, pergerakan dada, nyeri
Auskultasi: suara nafas,thrakea, bronkus, paru
i. Abdomen
inspeksi: Kuadran dan simetris, warna kulit, lesi, distensi, pelebaran
vena,ostomy.
Palpasi: adanya nyeri tekan di semua regio, massa dan distensi kandung
kemih.
Auskultasi: suara pristaltik usus.
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
j. pola perkemihan
a) Warna
b) Bau
c) PH
d) Kejernihan
e) Jumlah
f) Protein
g) Darah
k. Genetalia
a) Wanita
Inspeksi eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, simetris
Inspeksi internal: integritas kulit, massa dan pengeluaran
b) Laki-laki
Inspeksi dan palpasi penis: integritas kulit, massa dan pengeluaran
Inspeksi dan palpasi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk,
mobilitas, massa dan benjolan, nyeri. Inspeksi anus dan rektum: fares,
nyeri, massa, odema, hemoroid pengeluaran, pendarahan.
l. Intake dan output cairan
a) Kaji intake dan ouput cairan dalam sehari (24 jam)

b) Kebiasaan minum dirumah

c) Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT

d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan


cairan.

e) Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy,


sistostomi.

f) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.

C. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat, biasanya ada riwayat perokok,
penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral, Tanyakan keadaan
pasien apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dalam
kehidupan normal pasien, tanyakan bagamana perasaan pasien saat
menggunakan kateter urin

2) Pola nutrisi dan metabolism, adanya kesulitan menelan, nafsu makan


menurun, mual muntah fase akut

3) Pola eliminasi, biasanya terjadi inkontensia urin dan pada pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Kaji frekuensi,
urgensi dan jumlah urin output, perubahan warna urin, adanya darah pada
urin.

4) Pola Berkemih, Pertanyaan terkait pola berkemih sifatnya individual, Ini


tergantung individu, apakah pola berkemihnya termasuk dalam katagori
normal atau apakah merasa ada peubahan pada pola berkemihnya. Selain itu
tanyakan faktor-faktor yang mempengaruhi pola berkemih (Asmadi: 2008)
5) Frekuensi Berkemih hal yang dikaji adalah, 5 kali/7 hari, tergantung
kebiasaan seseorang, 70% miksi pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan
pada malam hari, menjelang dan sesudah bangun tidur. Volume Berkemih
yang dikaji adalah perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya
ketidakseimbangan cairan dengan membandingkan dengan volume berkemih
normal. Asupan dan Haluaran cairan yang dikaji adalah catat haluaran urin
selama 24 jam, kaji kebiasaan minum klien setiap hari (jenis dan jumlah cairan
yang diminum, Catat asupan cairan per oral, lewat makanan, lewat cairan
infus, atau NGT (jika ada) rata-rata (Asmadi, 2008).

6) Pola aktivitas dan latihan, adanya kesukaran untuk beraktivitas karena


kelemahan, kehilangan sensori atau paralise, atau hemiplegi, mudah lelah

7) Pola tidur dan istirahat, biasanya pasien mengalami kesukaran untuk


istirahat, karena kejang otot atau nyeri otot

8) Pola hubungan dan peran, adanya perubahan hubungan dan peran karena
pasien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara

9) Pola persepsi dan konsep diri, pasien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan, mudah marah tidak kooperatif

10) Pola sensori dan kognitif, pasien mengalami gangguan penglihatan,


kekaburan pandangan, perabaan atau sentuhan, pola kognitif penurunan
memori

11) Pola produksi seksual, penurunan gairah seksual akibat pengobatan stroke
seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamine

12) Pola penanggulangan stress, pasien kesulitan mengatasi masalah


gangguan proses berfikir, kesulitan berkomunikasi

13) Pola tata nilai dan kepercayaan, Pasien jarang melakukan ibadah karena
tingkah laku tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
D. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan uji tes urin, tes darah.

E. Diagnosa keperawatan

Gangguan pola eliminasi urine : inkontinensia

Kemungkinan berhubungan dengan :


a) Gangguan neuromuskuler

b) Spasme bladder

c) Trauma pelvic

d) Infeksi saluran kemih

e) Trauma medulla spinalis

Kemungkinan data yang ditemukan :


a) Inkontinensia

b) Keinginan berkemih yang segera

c) Sering ke toilet

d) Menghindari minum

e) Spasme bladder

f) Setiap berkemih kurang gizi dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a) Obstruksi mekanik

b) Pembesaran prostat

c) Trauma

d) Pembedahan

e) Kehamilan

Kemungkinan data yang ditemukan :


a) Tidak tuntasnya pengeluaran urine

b) Distensi bladder
c) Hipertropi prostat
d) Kanker
e) Infeksi saluran kemih
f) Pembedahan besar abdomen
F. Perencanaan
Dx 1 : Inkontenensia
Tujuan yang diharapkan :
a. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.

b. Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.

c. Klien berkemih dalam keadaan rileks

Intervensi Rasional
a. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam Rasional : membantu mencegah
distensi atau komplikasi
b. Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi Rasional : meningkatkan kekuatan
dokter/fisioterapi otot ginjal dan fungsi bladder.
c. Kolaborasi dalam bladder training Rasional : menguatkan otot dasar
pelvis
d. Hindari faktor pencetus inkontinensia Rasional : mengurangi /
urine seperti cemas menghindari inkontinensia
e. Kolaborasi dengan dokter dalam Rasional : mengatasi faktor
pengobatan dan kateterisasi penyebab
f. Jelaskan tentang : Rasional : meningkatkan
- Pengobatan pengetahuan dan diharapkan
- Kateter pasien lebih kooperatif.
- Penyebab
Tindakan lainnya

Dx 2: retensi urin
Tujuan yang diharapkan :
a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam
b. Tanda dan gejala retensi urine tidak ada
Intervensi Rasional
Monitor keadaan bladder setiap 2 jam Menentukan masalah
Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam memonitor keseimbangan cairan
Berikan cairan 2.000 ml/hari dengan menjaga defisit cairan
kolaborasi
Kurangi minum setelah jam 6 malam mencegah nokturia
Kaji dan monitor analisis urine elektrolit membantu memonitor keseimbangan
dan berat badan cairan
Lakukan latihan pergerakan meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih relaksasi pikiran dapat meningkatkan
kemampuan berkemih.
Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi menguatkan otot pelvis
dokter/fisioterapi
Kolaborasi dalam pemasangan kateter mengeluarkan urine

DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Tarwoto Wartonah .(2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, ed.
5. Jakarta :Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 10.
Jakarta : EGC

NIC. 2016. Nursing Interventional classification Edisi Bahasa Indonesia edisi 6.


Yogyakarta : Micromedia

NOC. 2016. Nursing Outcames classification Edisi Bahasa Indonesia edisi 5.


Yogyakarta : Micromedia

Perry & potter. 2010. Fundamental of fundamental keperawatan buku 3


Ed.7.Jakarta:Dunia Cerdas

Anda mungkin juga menyukai